Anda di halaman 1dari 42

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Profil Perusahaan

Penelitian yang dilakukan penulis dilakukan pada salah satu perusahaan

farmasi di Indonesia, berikut ini adalah profil perusahaan tersebut:

Nama Perusahaan : PT. Kalbe Farma Tbk.

Jenis Perusahaan : Manufaktur

Bidang : Farmasi

Alamat : Jalan MH Thamrin Blok A3-1 Kawasan Delta Silicon

Lippo Cikarang 17550

Telepon : (021) 89907333

Fax : (021) 8972874

41
42

4.1.2 Sejarah Singkat PT. Kalbe Farma Tbk.

PT. Kalbe Farma, Tbk. merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam

bidang industri farmasi di Indonesia. Didirikan pada tanggal 10 September 1966 oleh

seorang farmakolog bernama Dr. Boenyamin Setiawan. Nama Kalbe diambil dari

nama para pemegang saham pada awalnya yaitu Khow Sioe Tjiang, Liem Lian Kiok

dan Dr. Boenyamin Setiawan.

Seiring dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Kesehatan

Indonesia No. 43/Menkes/SK/II/1998 yang berisi tentang himbauan kepada seluruh

industri farmasi di Indonesia untuk menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik

(CPOB) dalam melakukan kegiatan produksinya, mendorong PT Kalbe Farma Tbk.

membangun pabrik baru di kompleks industri Delta Silicon (Cikarang) pada tahun

1994. Semua jalur produksi dipindahkan secara bertahap dari Pulomas ke Cikarang

pada tahun 1997 sampai dengan tahun 1998. Pabrik baru tersebut diresmikan pada

tanggal 17 Desember 1998 bersamaan dengan diterimanya sertifikat ISO 9001 yang

lebih menekankan pada Customer Satisfaction (kepuasan pelanggan) terhadap

produk yang dihasilkan. Selain itu, PT Kalbe Farma Tbk. juga mendapatkan

sertifikasi ISO 14000 dan OHSE 18000.

Tahun 2005 dilakukan konsolidasi Grup Kalbe dan konsolidasi tersebut telah

memperkuat kemampuan produksi, pemasaran dan keuangan Perseroan sehingga

meningkatkan kapabilitas dalam rangka memperluas usaha baik di tingkat lokal

maupun internasional.
43

4.1.3 Visi dan Misi Perusahaan

4.1.3.1 Visi

Dalam menjalankan setiap kegiatannya, PT Kalbe Farma Tbk. selalu

menerapkan visinya yaitu untuk menjadi perusahaan yang dominan dalam bidang

kesehatan di Indonesia dan memiliki eksistensi di pasar global dengan merek dagang

yang kuat, didasarkan oleh manajemen, ilmu dan teknologi yang unggul (to be the

best Indonesian healthcare company driven by innovation, strong brands, and

excellent management).

4.1.3.2 Misi

Misi yang ingin dicapai adalah meningkatkan kesehatan untuk kehidupan

yang lebih baik (to improve health for a better life). Visi dan misi tersebut dicapai

melalui Kalbe Panca Sradha, yaitu :

1. Trust is the glue of life. (Saling percaya adalah perekat diantara kami).

2. Mindfulness is the foundation of our action. (Kesadaran penuh adalah dasar

setiap tindakan kami).

3. Innovation is the key to our success. (Inovasi adalah kunci keberhasilan

kami).

4. Strive to be the best (Bertekad untuk menjadi yang terbaik).

Interconnectedness is an universal way of life (Saling keterkaitan adalah

panduan hidup kami).


44

4.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi PT. Kalbe Farma dapat dilihat pada gambar 4.1 di bawah ini:

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Kalbe Farma Tbk.


45

4.1.5 Produk PT. Kalbe Farma Tbk.

Secara umum, line di bagian Produksi dibagi menjadi dua, yaitu dedicated

line (line 1, 2, 4, dan 9) dan non-dedicated line / general line (line 5, 6, 7, 8A, dan

8B). Dedicated line adalah line yang memproduksi obat dalam jumlah item yang

sedikit tetapi dengan kapasitas batch atau batch size yang besar. General line adalah

line yang memproduksi obat dalam jumlah item yang relatif banyak, namun dengan

kapasitas batch atau batch size yang kecil. Line yang berada di Departeman Produksi

dan produk yang diproduksi adalah sebagai berikut:

1. Line 1

Line 1 merupakan dedicated line. Line 1 hanya memproduksi satu item

produk, yaitu tablet Promag.

2. Line 2

Line ini memproduksi tablet, kaplet, kaplet film coating, tablet inti, dan tablet

hisap. Contoh produknya adalah Xon-Ce, Neo Entrostop, Pronicy,

Zegavit, Zegase, dan Neuralgin RX.

3. Line 4

Line ini memproduksi Procold untuk kepentingan lokal dan ekspor.

4. Line 5

Line ini memproduksi sediaan cair oral sirup dan suspensi, seperti Woods,

Cerebrofort, Plantacid Forte, Plantacid, Bronsolvan, dan

Mucosolvan.

5. Line 6

Line ini khusus memproduksi sediaan cair steril (injeksi) non beta lactam,

seperti Rantin, Ulsikur, Kalmethasone.


46

6. Line 7

Line ini memproduksi sediaan semi padat topikal seperti krim, jeli, salep,

suppositoria, dan ovula. Contohnya Bioplacenton, Mycoral, dan

Kaltrofen.

7. Line 8

Line ini memproduksi banyak item obat namun volumenya kecil seperti

Cetinal, Kalmethasone, Mycoral, Cholestat, dan Divoltar. Produk

yang dihasilkan tersebut sebagian besar merupakan produk solid ethical.

Line ini dibagi menjadi 2, yaitu line 8A yang menangani proses pembuatan

produk dan line 8B yang menangani pengemasan primer dan sekunder untuk

produk yang dihasilkan oleh line 8A.

8. Line 9

Line ini khusus memproduksi liquid non oral seperti Kalpanax tincture dan

menangani labelling finished goods.

9. Line 10

Line ini khusus melakukan kemas ulang (repack) untuk produk impor.

4.1.6 Proses Produksi

Proses pembuatan obat terdiri dari beberapa tahap, dan masing masing

tahap tersebut selalu disertai oleh proses pengawasan mutu. Tahap tahapnya yaitu :

1. Penanganan bahan meliputi penerimaan, pemeriksaan, serta penyimpanan di

gudang.
47

2. Pengolahan, yaitu tahap produksi yang mencakup penimbangan dan penanganan

bahan sampai diperoleh produk ruahan.

3. Pengemasan, yaitu tahap produksi yang dilakukan terhadap produk ruahan untuk

menghasilkan obat jadi.

4. Penanganan obat jadi. Setelah dikemas, obat jadi disimpan dan disiapkan

pengirimannya di gudang obat jadi untuk selanjutnya didistribusikan kepada

konsumen.

Tahapan proses pembuatan obat secara umum di PT. Kalbe Farma dapat

dilihat pada gambar di bawah ini (Gambar 4.2).

Gambar 4.2 Bagan Proses Pembuatan Obat


48

Keterangan :

Produk Antara

Produk hasil pengolahan yang masih memerlukan tahap pengolahan lebih lenjut

untuk menjadi produk ruahan.

Contoh: granul kering, tablet inti sebelum coating, massa siap cetak

Produk Ruahan

Produk hasil pengolahan bahan yang tinggal memerlukan tahap pengemasan.

Contoh: tablet siap kemas, massa sirup/salep/injeksi siap isi.

Produk Jadi

Produk hasil pengolahan yang telah dikemas dan siap dipasarkan setelah

mendapat rilis dari QC.

Pengemasan

Pengemasan dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Pengemasan Primer : Proses pengemasan dimana obat bersentuhan langsung

dengan wadah.

b. Pengemasan Sekunder : Proses pengemasan produk yang telah melalui

pengemasan primer.

KP ( Kartu Produksi )

Berisi prosedur dan intruksi yang lengkap dan terperinci mengenai cara

pembuatan obat, termasuk bahan yang dipakai, tahapan proses, pemeriksaan yang
49

harus dilaksanakan selama proses tersebut. Di dalam KP ini disediakan kolom

yang harus diisi sebagai catatan hasil pekerjaan. KP terdiri dari:

a. KP 1, berisi daftar bahan yang dipakai ( lengkap dengan kode bahan

jumlahnya ). Merupakan pedoman yang dipakai dalam proses penimbangan

bahan baku dan serah terima bahan.

b. KP 2, berisi secara lengkap dan rinci mengenai tahap tahap proses dan

intruksi pengawasan dalam proses yang harus dilakukan oleh bagian produksi

atau QA termasuk juga hal hal khusus yang perlu diperhatikan selama

pengerjaan ( misalnya kondisi ruangan, kondisi penyimpanan, perlengkapan

kerja yang digunakan, dsb ). Dalam KP 2 terdapat kolom kolom untuk

mencatat data data hasil kerja.

c. KP 3, berisi kebutuhan wadah dan kemasan untuk 1 batch dan intruksi secara

lengkap dan rinci mengenai tahap tahap pengemasan, nama, kode, dan

jumlah yang digunakan. Dalam KP 3 terdapat kolom kolom untuk mengisi

data data hasil pengemasan. KP 3 terdiri dari :

- KP 3A, digunakan sebagai pedoman untuk melakukan pengemasan

primer.

- KP 3B, digunakan sebagai pedoman untuk melakukan pengemasan

sekunder.

4.1.7 Pengendalian Mutu dan Kualitas

Demi menghasilkan produk yang berkualitas, maka pengendalian mutu dan

kualitas dilakukan disetiap tahapan proses mulai dari input, proses dan output.

Pengendalian tersebut dilakukan oleh Departemen Quality Control yang berada di


50

bawah naungan Departemen Quality Operational. Berikut adalah struktur organisasi

dari Departemen Quality Operational (Gambar 4.3).

Quality
Operational

Quality
Quality Assurance Control

Audit Validasi Validasi Proses Finished Raw Packaging Bio Assay


EBR Infrastruktur & Pemberihan Kalibrasi PM Material (Microbiology)
Proses Good Material

Gambar 4.3 Struktur Organisasi Departemen Quality Operational

4.1.8 Pengujian Sampel di Laboratorium Mikrobiologi Quality Control

Departemen Quality Control memiliki tugas untuk memastikan bahwa semua

sampel baik itu bahan baku, wadah, kemasan, produk setengah jadi dan produk jadi

yang akan dipasarkan senantiasa memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Pengujian

yang dilakukan bisa berupa pengujian fisik, kimia maupun mikrobiologi.

Ada beberapa jenis pengujian yang dilakukan secara mikrobiologi. Pengujian

tersebut meliputi uji bakteri endotoksin, uji batas mikroba, uji potensi antibiotika, uji

sterilita dan uji bakteri patogen. Pengujian yang diangkat dalam penelitian ini

merupakan salah satu dari jenis pemeriksaan mikrobiologi, yaitu uji bakteri patogen.

Jenis pengujian yang dilakukan di laboratorium mikrobiologi Quality Control

dapat dilihat pada gambar di bawah ini (Gambar 4.4).


51

Gambar 4.4 Jenis Pengujian di Laboratorium Mikrobiologi QC

4.2 Pengujian Bakteri Patogen Pada Sampel Bahan Baku

Keberadaan bakteri patogen pada sampel bahan baku tidak diperbolehkan

karena dapat membahayakan konsumen (pengguna) obat yang diproduksi dengan

menggunakan bahan baku tersebut. Oleh karena itu, salah satu parameter pengujian

sampel bahan baku adalah dilakukannya pengujian bakteri patogen.

Pengujian bakteri patogen dilakukan oleh analis mikrobiologi dan

pengerjaannya dilaksanakan dalam sebuah laminar airflow cabinet (LAF). Flow

chart pengujian bakteri patogen pada sampel bahan baku yang dilakukan di

laboratorium mikrobiologi quality control PT. Kalbe Farma Tbk dapat dilihat pada

gambar 4.5.

Gambar 4.5 Flow Chart Pengujian Bakteri Patogen


52

4.2.1 Peralatan Pengujian Bakteri Patogen Pada Sampel Bahan Baku

Pada pengujian bakteri patogen digunakan beberapa peralatan laboratorium.

Peralatan yang kontak langsung dengan sampel harus steril agar tidak

mengkontaminasi dan mempengaruhi hasil analisa. Peralatan yang digunakan untuk

pengujian bakteri patogen adalah sebagai berikut:

1. Quiltec steril

2. Sarung tangan steril

3. Pipet ukur steril

4. Cawan petri steril

5. Bulp

6. Botol 100ml

Peralatan pengujian bakteri patogen dapat dilihat pada gambar 4.6 berikut ini:

Gambar 4.6 Peralatan Uji Bakteri Patogen

Dari alur pengerjaan bakteri patogen pada gambar 4.7 dapat dilihat bahwa

jumlah penggunaan peralatan untuk pengujian patogen setiap 5 batch sampel bahan

baku adalah sebagai berikut:

Cawan petri steril : 5 buah

Pipet ukur steril : 5buah

Botol media TSB : 5buah


53

Penggunaan quiltec steril dan sarung tangan steril cukup 1buah setiap kali

melakukan pengujian bakteri patogen untuk beberapa batch sampel bahan baku.

Sedangkan penggunaan bulp dapat digunakan seterusnya selama tidak rusak.

4.2.2 Media Pengujian Bakteri Patogen Pada Sampel Bahan Baku

Bahan yang digunakan pada pengujian bakteri patogen berupa media cair

Tryptic Soy Broth (TSB) yang berfungsi sebagai media pengkayaan. Jika pada suatu

sampel mengandung bakteri, maka keberadaan bakteri tersebut pada media TSB akan

diperkaya sehingga secara kualitatif diperoleh hasil yang jelas.

Selain TSB, digunakan pula media agar Tryptic Soy Agar (TSA) yang

berperan untuk pemeriksaan bakteri secara kuantitatif, dimana media ini digunakan

untuk pengujian control negative dari media TSB yang digunakan pada pengujian

bakteri patogen. Dalam penggunannya, media TSB dan TSA harus dalam kondisi

steril. Kedua media tersebut dapat dilihat pada gambar 4.7.

Gambar 4.7 Bahan (Media) Pengujian Bakteri Patogen

Dari alur pengerjaan bakteri patogen pada gambar 4.6 dapat dilihat bahwa

jumlah penggunaan media untuk pengujian patogen setiap 5 batch sampel bahan

baku adalah sebagai berikut:

Tryptic Soy Agar : 5 cawan petri @ 20ml = 100ml

Tryptic Soy Broth : 5 botol @ 90ml = 450ml


54

4.3 Suggestion System (SS) atau Sistem Saran

4.3.1 Analisis Permasalahan

Dalam analisis masalah, penulis melakukan pengamatan permasalahan yang

terjadi pada laboratorium mikrobiologi quality control PT. Kalbe Farma Tbk.

Permasalahan yang sering muncul adalah kekurangan stok untuk kebutuhan

pengujian bakteri patogen di laboratorium mikrobiologi yang meliputi stok peralatan,

stok media siap pakai dan stok media serbuk.

Stok peralatan yang dimaksud adalah alat-alat yang digunakan untuk

pengujian bakteri patogen pada sampel bahan baku yang sudah di sterilisasi dan siap

digunakan untuk pengujian. Media siap pakai yang dimaksud adalah media yang

digunakan untuk pengujian bakteri patogen pada sampel bahan baku yang sudah

disterilisasi sehingga dapat dipastikan bahwa tidak terjadi pertumbuhan mikroba

sebelum media tersebut digunakan untuk pengujian. Sedangkan media serbuk yang

dimaksud adalah bahan untuk membuat media siap pakai yang masih berbentuk

serbuk.

Pada Bulan Juni 2013, dibuat checklist kekurangan stok untuk pengujian

bakteri patogen pada sampel bahan baku (lampiran 1), kemudian dilakukan

pendataan frekuensi kekurangan stok peralatan, stok media siap pakai dan media

serbuk untuk pengujian bakteri patogen yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Frekuensi Kekurangan Stok Kebutuhan Pengujian di Laboratorium Mikrobiologi

Jenis Stok f fk %f %fk


Media Siap Pakai 26 39 66.67 100
Peralatan 13 13 33.34 33.34
Stok Media Serbuk 0 39 0 100
55

Dari tabel 4.1, dibuat diagram pareto untuk mengetahui permasalahan yang
paling tinggi prioritasnya.

Gambar 4.8 Diagram Pareto Kekurangan Stok untuk Pengujian di Laboratorium Mikrobiologi

Seperti terlihat pada lampiran 1, media siap pakai yang dimaksud dalam

diagram pareto di atas adalah media Tryptic Soy Broth (TSB) yang digunakan untuk

pengujian bakteri patogen pada sampel bahan baku.

Untuk mengetahui persen kekurangan dari media TSB untuk pengujian

bakteri patogen pada sampel bahan baku maka dilakukan pendataan stok media TSB

yang tersedia dan jumlah kebutuhan media TSB setiap harinya yang dapat dilihat

pada grafik berikut ini:


56

Gambar 4.9 Grafik Kebutuhan Media TSB vs Stok Media TSB Periode Juni 2013

Jumlah kekurangan media TSB tertinggi terjadi pada tanggal 17 dan 18 Juni

2013 dengan persen kekurangan media TSB sebesar 60%.

4.3.2 Penentuan Tema SS

Dari hasil penjabaran fakta dan data pada diagram pareto sebelumnya,

diperoleh bahwa permasalahan utama adalah kekurangan stok media Tryptic

Soy Broth (TSB) untuk pengujian bakteri patogen pada sampel bahan baku.

Oleh karena itu, ditentukan tema Suggestion System (SS) yaitu Mencegah

Terjadinya Kekurangan Stok Media TSB untuk Pengujian Bakteri Patogen

pada Sampel Bahan Baku.


57

4.3.2.1 Alasan Penentuan Tema

Kekurangan stok media TSB untuk pengujian bakteri patogen pada sampel

bahan baku harus dihindari karena dapat mengakibatkan keterlambatan pengerjaan

sampel yang bisa berdampak pula pada keterlambatan rilis sampel. Sasaran manfaat

yang dapat diperoleh jika tema ini dilaksanakan dilihat dari beberapa faktor yaitu:

Quality, bahan baku yang digunakan sebagai salah satu input dalam

pembuatan obat adalah bahan baku yang bebas dari bakteri patogen.

Cost, tidak ada tambahan biaya untuk overtime analis akibat pengerjaan

sampel yang tertunda.

Delivery, tidak terjadi penundaan sampel sehingga tidak terjadi penundaan

laporan rilis sampel.

Productivity, tidak terjadi waktu menunggu/menganggur karena penundaan

pengerjaan sampel akibat kurangnya media TSB.

4.3.3 Penentuan Target Perbaikan

Perlu ditetapkan target yang ingin dicapai dari perbaikan yang akan dilakukan

sebagai tolak ukur keberhasilan perbaikan. Untuk itu, dalam penelitian ini target

yang ingin dicapai adalah Menghilangkan Terjadinya Kekurangan Stok Media TSB

untuk Pengujian Bakteri Patogen pada Sampel Bahan Baku dari 60% Menjadi 0%

per Agustus 2013.

Target yang baik harus memenuhi unsur SMART (Specific, Measureable,

Achieveable, Reasonable, Time Oriented). Berikut ini adalah penjelasan dari masing-

masing unsur tersebut:


58

Specific : Menurunkan kekurangan stok media TSB untuk pemeriksaan bakteri

patogen pada sampel bahan baku.

Measurable : Berdasarkan pendataan yang telah dilakukan didapat hasil kekurangan

stok media TSB untuk pemeriksaan bakteri patogen pada sampel bahan baku sebesar

60% dan target yang ingin dicapai adalah 0% kekurangan media TSB.

Achieveable : Dapat dicapai oleh seksi Mikrobiologi melalui perbaikan yang akan

dilakukan ini.

Reasonable : Berdasarkan KPI seksi mikrobiologi lead time release raw material in

time 100% yang berarti lead time release tidak boleh mundur akibat adanya

kekurangan stok media.

Time Base : Terdapat jangka waktu untuk perbaikan yang akan dilakukan.

4.3.4 Analisa Faktor Penyebab

Setelah diketahui permasalahan yang terjadi, perlu dilakukan analisa faktor

penyebab yang mengakibatkan terjadinya permasalah tersebut, tapi sebelumnya

dilakukan analisa kondisi yang terjadi. Analisa kondisi yang terjadi ini dilakukan

dengan jalan membandingkan antara kondisi yang seharusnya dilakukan dengan

kondisi aktual yang terjadi di lapangan dilihat dari faktor manusia, bahan, peralatan,

metode dan lingkungan. Analisis kondisi pada penelitian ini ditampilkan pada tabel

4.2 berikut ini.


59

Tabel 4.2 Analisis Kondisi Kekurangan Media TSB pada Pengujian Bakteri Patogen

No. Faktor Kondisi Seharusnya Kondisi yang Terjadi OK/NOK


Bekerja dalam kondisi Bekerja dalam kondisi
OK
baik baik
1. Manusia Kompeten Kompeten OK
Bekerja dengan urutan Belum bekerja dengan
NOK
prioritas urutan prioritas
Botol tersedia Botol terkadang kurang NOK
Autoklaf Hirayama
2. Alat/mesin Kapasitas autoklaf
Berfungsi baik dengan NOK
kurang optimal
kapasitas optimal

Metode yang digunakan Metode yang digunakan


3. Metode NOK
efektif dan efisien kurang efisien

Stok media serbuk TSB Stok media serbuk TSB


4. Material OK
mencukupi mencukupi
Kondisi lingkungan baik Kondisi lingkungan baik
5. Lingkungan OK
dan memenuhi syarat dan memenuhi syarat

Kondisi aktual yang tidak sesuai dengan kondisi yang seharusnya terjadi

perlu dicari akar penyebab masalahnya agar permasalahan dapat ditanggulangi.

Penyebab dari permasalahan yang terjadi tersebut dituangkan dalam diagram tulang

ikan seperti pada gambar 4.10. Masalah yang terjadi menjadi kepala pada diagram

tulang ikan. Sebagai duri ikan adalah penyebab yang mengakibatkan terjadinya

masalah. Duri halus ikan adalah root cause atau akar penyebab yang perlu dicarikan

rencana perbaikannya untuk selanjutnya diperbaiki atau ditanggulangi agar masalah

yang terjadi dapat terselesaikan.


60

Gambar 4.10 Diagram Tulang Ikan Penyebab Kekurangan Stok Media TSB

4.3.5 Rencana Perbaikan

Perbaikan yang dilakukan terbagi menjadi dua sifat, yaitu:

1. Quick action

Perbaikan ini dapat dilakukan dengan cepat. Akar penyebab masalah dapat

langsung ditangani sehingga dapat diselesaikan dengan mudah.

2. Not quick action

Perbaikan ini tidak dapat dilakukan dengan cepat karena membutuhkan

proses dan atau diperlukan rencana serta percobaan penelitian yang

membutuhkan akurasi data.

Rencana perbaikan untuk menanggulangi kekurangan stok media TSB untuk

pengujian bakteri patogen pada sampel bahan baku ini dapat dilihat pada tabel 4.3.
61

Tabel 4.3 Rencana Perbaikan Kekurangan Media TSB untuk Pengujian Bakteri Patogen

Kenapa Harus
Faktor Masalah Solusi Aktivitas PIC Due Date
Ditangani
Quality: Dilakukan WR ke
Agar menjamin Spv
perbaikan bagian 15-Juni-13
alat dan media Mikro
autoklaf Teknik
steril

Delivery:
Agar tidak
Autoklaf terjadi antrian Meminta
Rusak proses sterilisasi bagian
Dilakukan
kalibrasi Spv
Kalibrasi 15-Juni-13
Productivity: untuk Mikro
Autoklaf
Untuk mengkalibrasi
meningkatkan autoklaf
kapasitas media
dan alat steril
Alat
Moral:
Untuk
meningkatkan
Kalbe Service
Excelent
Dilakukan
Pembagian Productivity: perbaikan Spv
Revisi 1-Juli-13
kerja belum Agar kerja analis jobdesk Mikro
jobdesk
optimal dan laboran analis dan
maksimal laboran

Delivery: media
TSB ada ketika
dibutuhkan

Tidak ada Productivity:


Dilakukan Spv
urutan Agar kerja analis Revisi 1-Juli-13
Manusia perbaikan Mikro
prioritas di dan laboran jobdesk
jobdesk
jobdesk maksimal

Membuat
media TSB
Pembuatan dengan botol
RWT 1-Juli-13
TSB Dilakukan besar dalam
Productivity:
dengan penggantian kuantitas
Agar
botol wadah media yang sedikit
penggunaan alat,
Metode volume TSB dari
bahan dan waktu Membuat
kecil dalam botol kecil
pengujian lebih logsheet
kuantitas ke botol
efisien pembuatan
yang besar
banyak media TSB RWT 1-Juli-13
dan
penyediaan
botol steril
62

4.3.6 Pelaksanaan Perbaikan

Perbaikan yang dilakukan sebagai implementasi dari rencana perbaikan pada

tahap sebelumnya dituangkan pada tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4 Pelaksanaan Perbaikan Kekurangan Media TSB untuk Pengujian Bakteri Patogen

Faktor Masalah Aktivitas Hasil PIC Waktu Selesai Biaya

WR ke bagian Teknik OK Spv Mikro 15-Juni-13 Rp 0,-

Autoklaf Meminta bagian


rusak kalibrasi untuk OK Spv Mikro 15-Juni-13 Rp 0,-
Alat mengkalibrasi autoklaf

Pembagian Revisi jobdesk


kerja belum berdasarkan kebutuhan OK Spv Mikro 1-Juli-13 Rp 0,-
optimal alat/media.

Tidak ada
Revisi jobdesk
urutan
Manusia berdasarkan urutan OK Spv Mikro 1-Juli-13 Rp 0,-
prioritas di
prioritas
jobdesk

Pembuatan Membuat media TSB


TSB dengan botol besar
dengan OK RWT 1-Juli-13 Rp 0,-
dalam kuantitas yang
botol sedikit
volume
Metode
kecil dalam
kuantitas Membuat logsheet
yang pembuatan media TSB
OK RWT 1-Juli-13 Rp 0,-
banyak dan penyediaan botol
steril

Adapun perbaikan yang dilakukan untuk menanggulangi kekurangan media

TSB untuk pengujian bakteri patogen pada sampel bahan baku di laboratorium

mikrobiologi QC PT. Kalbe Farma Tbk. adalah sebagai berikut:

1. Mengajukan WR (Work Request) ke bagian teknik (maintenance). WR dibuat

apabila terjadi kerusakan pada suatu alat atau mesin. WR dibuat sebagai
63

permintaan dari bagian lab. mikro kepada bagian teknik untuk memperbaiki alat

yang ada di lab. mikro, dalam hal ini autoklaf. Orang yang berwenang untuk

membuat WR yaitu supervisor lab. mikro QC. Pembuatan WR dilakukan secara

online menggunakan sistem oracle yang ada di PT.Kalbe Farma Tbk. Bagian

Teknik akan memperbaiki alat/mesin yang rusak setelah adanya approval dari

pihak berwenang (supervisor) teknik.

2. Meminta bagian kalibrasi untuk mengkalibrasi autoklaf. Setiap alat/mesin yang

digunakan di laboratorium untuk melakukan analisa harus dikalibrasi oleh bagian

QA kalibrasi. Kalibrasi dilakukan untuk memastikan kesesuaian alat. Orang yang

berwenang untuk meminta permohonan kalibrasi kepada bagian QA kalibrasi

adalah supervisor lab.mikro QC. Permintaan kalibrasi dilakukan melalui telepon

ke bagian QA kalibrasi.

3. Revisi jobdesk baru berdasarkan urutan prioritas pekerjaan. Orang yang

berwenang untuk melakukan revisi jobdesk adalah supervisor lab.mikro. Penulis

memberi saran prioritas pekerjaan berdasarkan kondisi di lapangan dan

supervisor lah yang melakukan revisi. Dalam hal ini, pengamatan bakteri patogen

dilakukan setelah rilis produk dengan tujuan agar botol yang terpakai bisa segera

disteril ulang (musnah bakteri) setelah pengamatannya selesai dilakukan.

Kemudian setelah proses musnah selesai, botol dicuci dan dikeringkan. Setelah

itu botol dapat digunakan kembali untuk pembuatan media TSB. Dengan

demikian siklus penggunaan botol TSB lebih teratur. Jobdesk lebih jelas

ditampilkan pada gambar 4.11 berikut ini.


64

Gambar 4.11 Jobdesk Sebelum dan Setelah Improvement

4. Membuat media TSB menggunakan botol besar dalam kuantitas yang sedikit.

Sebelumnya media TSB yang digunakan untuk pengujian bakteri patogen pada

sampel bahan baku menggunakan botol volume 100ml. Setiap botol berisi

sejumlah 90ml media TSB. Kemudian dilakukan perubahan, media TSB dibuat

dalam botol volume 500ml yang berisi 450ml media TSB. Media TSB

menggunakan botol 100ml dan 500ml ditampilkan pada gambar 4.12 berikut ini.
65

Gambar 4.12 Media TSB Sebelum dan Setelah Improvement

Botol volume 500ml yang digunakan untuk menggantikan botol 100ml

merupakan botol yang sudah tidak terpakai yang kuantitasnya di lab.mikro cukup

banyak. Oleh karena itu, improvement yang dilakukan dengan menggunakan

botol ini tidak menambah biaya untuk penyediaan botol baru.

5. Membuat logsheet pembuatan media TSB (Lampiran 2) dan logsheet penyediaan

botol steril (Lampiran 3). Setiap harinya, analis yang melakukan pengamatan

hasil uji bakteri patogen menghitung jumlah botol yang terpakai pada saat

pengamatan bakteri patogen. Kemudian analis tersebut mengisi logsheet jumlah

media TSB yang harus dibuat dan jumlah botol yang harus disteril untuk

mengganti sejumlah pemakaian pada hari itu. Laboran yang bertugas pada hari

itu akan melihat logsheet tersebut untuk mengetahui jumlah botol yang harus di

steril dan jumlah media TSB yang harus dibuat. Sebagai stok awal dibuat media

TSB sejumlah 25 botol. Pertimbangan minimum stok ini berdasarkan jumlah

rata-rata sampel bahan baku yang masuk pada Bulan Juni 2013 yaitu sebanyak

25batch yang berarti membutuhkan 5botol media TSB ukuran 500ml. Dengan

mempertimbangkan masa inkubasi TSB selama 5 hari maka jumlah minimum


66

stok media TSB menjadi 25botol. Logsheet pembuatan media TSB dan

penyediaan botol steril ditampilkan pada gambar 4.13 berikut ini.

Gambar 4.13 Logsheet Pembuatan Media TSB dan Penyediaan Botol Steril

4.4 Pengaruh Perubahan Penggunaan Botol Media TSB

Sebelumnya, media TSB ditempatkan pada botol berukuran 100ml dan tiap

botol berisi 90ml media TSB. Tiap satu botol media TSB digunakan untuk satu

sampel bahan baku. Sebelum media TSB dituang ke dalam botol berisi sampel bahan

baku, terlebih dahulu dipipet 1ml ke dalam cawan petri yang selanjutnya diberi

media TSA untuk digunakan sebagai kontrol negatif. Maksudnya adalah untuk

mengetahui bahwa media TSB yang digunakan steril dan tidak ada pertumbuhan

mikroba di dalamnya sehingga tidak mempengaruhi hasil analisa.

Setelah perubahan, media TSB ditempatkan pada botol berukuran 500ml

berisi media TSB sejumlah 450ml yang dapat digunakan untuk pengerjaan lima

sampel bahan baku. Dari satu botol media TSB 450ml, dipipet 1 ml ke dalam cawan

petri yang selanjutnya diberi media TSA untuk kontrol negatif. Untuk pengerjaan

lima sampel bahan baku menggunakan cara baru cukup membuat satu kontrol

negatif.
67

Alur pengujian bakteri patogen sebelum dan setelah dilakukan perubahan

pada penggunaan botol media TSB ditampilkan pada gambar 4.14 dan 4.15 agar

lebih terlihat secara jelas perubahannya.

Gambar 4.14 Flow Chart Pengujian Bakteri Patogen Sebelum Perubahan

Gambar 4.15 Flow Chart Pengujian Bakteri Patogen Setelah Perubahan


68

Dengan adanya perubahan botol media TSB yang digunakan, maka

berpengaruh pada jumlah alat dan bahan yang digunakan. Perbedaan tersebut dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.5 Perbedaan Jumlah Alat Pengujian Bakteri Patogen

(Tiap 5 Sampel Bahan Baku)

Jenis Alat Sebelum Setelah


cawan petri steril 5 buah 1 buah
pipet ukur steril 5 buah 1 buah
botol media TSB 5 buah 1 buah

Tabel 4.6 Perbedaan Jumlah Bahan Pengujian Bakteri Patogen

(Tiap 5 Sampel Bahan Baku)

Jenis Bahan Sebelum Setelah


TSA (Tryptic Soy Agar) 100 ml 20 ml

Tabel di atas berisikan data perbandingan antara pengujian bakteri patogen

sebelum dan setelah dilakukan perubahan dari segi jumlah alat dan bahan yang

digunakan pada pengujian bakteri patogen. Perbandingan dilakukan tiap lima sampel

bahan baku karena botol media TSB pada cara yang baru berisi sejumlah 450 ml

media TSB yang bisa digunakan untuk lima sampel bahan baku. Selanjutnya untuk

memperhitungkan jumlah peralatan dan bahan yang digunakan saat pengujian bakteri

patogen pada sampel bahan baku di laboratorium mikrobiologi quality control PT.

Kalbe Farma Tbk mengacu pada tabel tersebut.

4.4.1 Perbandingan Penggunaan Peralatan Pengujian Bakteri Patogen

Perubahan penggunaan botol media TSB berpengaruh pada penggunaan

jumlah peralatan yang digunakan pada pengujian bakteri patogen. Tidak semua
69

peralatan yang digunakan mengalami perubahan, perubahan jumlah peralatan hanya

pada botol, pipet steril dan cawan petri steril.

Tabel 4.7 Perbandingan Penggunaan Peralatan Sebelum dan Sesudah Improvement

Bulan Juli
Jumlah Jumlah alat
Sampel Sebelum Sesudah
Tanggal
Cawan Pipet Botol Cawan Pipet Botol
petri ukur TSB petri ukur TSB
1 20 20 20 20 4 4 4
2 26 26 26 26 6 6 6
3 28 28 28 28 6 6 6
4 26 26 26 26 6 6 6
5 34 34 34 34 7 7 7
6 20 20 20 20 4 4 4
7 20 20 20 20 4 4 4
8 39 39 39 39 8 8 8
9 42 42 42 42 9 9 9
10 11 11 11 11 3 3 3
11 32 32 32 32 7 7 7
12 18 18 18 18 4 4 4
13 20 20 20 20 4 4 4
14 20 20 20 20 4 4 4
15 40 40 40 40 8 8 8
16 16 16 16 16 4 4 4
17 53 53 53 53 11 11 11
18 24 24 24 24 5 5 5
19 37 37 37 37 8 8 8
20 20 20 20 20 4 4 4
21 20 20 20 20 4 4 4
22 50 50 50 50 10 10 10
23 43 43 43 43 9 9 9
24 58 58 58 58 12 12 12
25 34 34 34 34 7 7 7
26 15 15 15 15 3 3 3
27 20 20 20 20 4 4 4
28 20 20 20 20 4 4 4
29 23 23 23 23 5 5 5
30 16 16 16 16 4 4 4
31 22 22 22 22 5 5 5
867 867 867 180 180 180
70

Dari tabel 4.7 diketahui bahwa dengan adanya perubahan penggunaan botol

media TSB yang mulanya menggunakan botol 100ml dirubah menggunakan botol

500ml memberi pengaruh pada penggunaan jumlah peralatan pengujian bakteri

patogen. Hal ini dikarenakan penggunaan botol berkurang, sehingga pembuatan

control negative media TSB menjadi berkurang. Berkurangnya control negative juga

berpengaruh pada berkurangnya pipet ukur steril yang digunakan untuk memipet

media TSB untuk control. Begitu pula dengan cawan petri yang digunakan sebagai

wadah pertumbuhan control negative pun turut berkurang jumlahnya.

Dari data sampel bahan baku yang masuk ke lab.mikro untuk dilakukan

pengujian bakteri patogen pada bulan Juli 2013 diperoleh hasil bahwa penggunaan

cawan petri steril, pipet ukur steril dan botol media TSB berkurang. Sebelum

dilakukan perubahan jumlah peralatan tersebut masing-masing adalah 867 buah.

Setelah dilakukan perubahan jumlah peralatan tersebut menjadi masing-masing 180

buah. Besarnya pengurangan masing-masing peralatan setelah dilakukannya

improvement adalah 687 buah/867batch sampel bahan baku.

4.4.2 Perbandingan Penggunaan Bahan Pengujian Bakteri Patogen

Perubahan penggunaan botol media TSB berpengaruh pada penggunaan

jumlah bahan yang digunakan pada pengujian bakteri patogen. Jumlah media TSB

yang digunakan untuk pengujian bakteri patogen tetap, karena setiap 1batch sampel

bahan baku mebutuhkan 90ml media TSB dan tidak ada pengaruh dengan perubahan

penggunaan botol media TSB yang digunakan. Perubahan terjadi pada penggunaan

media TSA karena control negative media TSB berkurang, penggunaan media TSA
71

pun menjadi berkurang. Pengurangan jumlah media TSA yang digunakan

ditampilkan pada tabel 4.8 berikut ini.

Tabel 4.8 Perbandingan Penggunaan Bahan Sebelum dan Sesudah Improvement

Bulan Juli
Jumlah Jumlah Media TSA (ml)
Tanggal
Sampel Sebelum Sesudah
1 20 400 80
2 26 520 120
3 28 560 120
4 26 520 120
5 34 680 140
6 20 400 80
7 20 400 80
8 39 780 160
9 42 840 180
10 11 220 60
11 32 640 140
12 18 360 80
13 20 400 80
14 20 400 80
15 40 800 160
16 16 320 80
17 53 1060 220
18 24 480 100
19 37 740 160
20 20 400 80
21 20 400 80
22 50 1000 200
23 43 860 180
24 58 1160 240
25 34 680 140
26 15 300 60
27 20 400 80
28 20 400 80
29 23 460 100
30 16 320 80
31 22 440 100
TSA (ml) 17340 3660
TSA (L) 17.34 3.66
TSA (gr) 693.6 146.4
TSA (Rp) 854515.2 180364.8
Cost Saving (Rp) 674150.4
72

Dari tabel 4.8 diketahui bahwa jumlah penggunaan media TSA setelah

dilakukan improvement berkurang. Pada bulan Juli dengan total sampel bahan baku

sebesar 867batch, jumlah media TSA yang dibutuhkan sebelum improvement adalah

17,34L kemudian setelah improvement berkurang menjadi 3,6L. setiap 1L media

TSA membutuhkan 40gr media serbuk TSA. Dengan begitu, media serbuk TSA yang

diperlukan untuk membuat 17,34L media TSA siap pakai adalah 693,6gr, sedangkan

untuk membuat 3,6L membutuhkan 146,4gr media TSA serbuk. Harga media TSA

serbuk setiap 500gr adalah Rp.616.000,-. Harga dari pembuatan media TSA siap

pakai sejumlah 693,6gr adalah senilai Rp.854.515,- dan 146,4gr senilai Rp.180.364,-.

Dengan demikian, penghematan yang dapat diperoleh adalah sebesar Rp.674.150,-

/867batch sampel bahan baku.

4.4.3 Perbandingan Waktu Pengujian Bakteri Patogen

Pengujian bakteri patogen pada sampel bahan baku dilakukan oleh analis

mikrobiologi. Berikut adalah data yang menunjukkan waktu analis dalam melakukan

pengujian bakteri patogen pada sampel bahan baku (per 5 sampel bahan baku).

Tabel 4.9 Waktu Pengujian Bakteri Patogen Per 5 Sampel Bahan Baku

Waktu Pengujian (detik) Waktu Pengujian (detik)


No. Sebelum Setelah No. Sebelum Setelah
Improvement Improvement improvement Improvement
1 250.9 96.4 11 251 96.5
2 253.2 99.1 12 253.8 99.4
3 253.5 96.7 13 253.8 97.6
4 251.5 96.9 14 251.2 99.2
5 250.6 99.4 15 253.9 97.1
6 250.4 96.5 16 251.2 99.6
7 251.8 97.2 17 253.4 99.2
8 253.9 97.4 18 250.4 96.5
9 253.7 99.3 19 251.1 99.6
10 250.3 97.2 20 250.4 99.2
73

4.4.3.1 Uji Keseragaman Data

Sebelum Improvement

Sub Grup ke Waktu penyelesaian berturut-turut Harga rata-rata


1 250.9 253.2 253.5 251.5 252.275
2 250.6 250.4 251.8 253.9 251.675
3 253.7 250.3 251 253.8 252.2
4 253.8 251.2 253.9 251.2 252.525
5 253.4 250.4 251.1 250.4 251.325
Jumlah 1260
252

No. Xi Xi- (Xi-)2 Xi2


1 250.9 -1.1 1.21 62950.8
2 253.2 1.2 1.44 64110.2
3 253.5 1.5 2.25 64262.3
4 251.5 -0.5 0.25 63252.3
5 250.6 -1.4 1.96 62800.4
6 250.4 -1.6 2.56 62700.2
7 251.8 -0.2 0.04 63403.2
8 253.9 1.9 3.61 64465.2
9 253.7 1.7 2.89 64363.7
10 250.3 -1.7 2.89 62650.1
11 251 -1 1 63001
12 253.8 1.8 3.24 64414.4
13 253.8 1.8 3.24 64414.4
14 251.2 -0.8 0.64 63101.4
15 253.9 1.9 3.61 64465.2
16 251.2 -0.8 0.64 63101.4
17 253.4 1.4 1.96 64211.6
18 250.4 -1.6 2.56 62700.2
19 251.1 -0.9 0.81 63051.2
20 250.4 -1.6 2.56 62700.2
5040 2.8E-14 39.36 1270119
74

Pengukuran Standar Deviasi Sebenarnya

( )

Standar Deviasi dari Distribusi Harga Rata-Rata Sub Grup

Batas Kendali Atas & Batas Kendali Bawah

Untuk pengujian keseragaman data dengan tingkat keyakinan 99%,

maka dari kurva normal didapat Z= 2,58 ~ 3

BKA = + Z ( )

= 252 + 3(0,72)

= 252 + 2,16

= 254,2

BKB = - Z ( )

= 252 3(0,72)

= 252 2,16

= 249,8
75

Grafik Kendali Waktu Pengujian Bakteri Patogen


(Sebelum Improvement)
254.5
254
253.5
Waktu Pengujian (detik)

253
252.5
252 Xi
251.5
251 BKA

250.5 BKB

250
249.5
249
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Pengukuran ke-

Gambar 4.16 Grafik Kendali Waktu Pengujian Bakteri Patogen Sebelum Improvement

Karena tidak ada data yang keluar dari batas kendali atas dan batas kendali

bawah maka data dikatakan seragam.

Setelah Improvement

Sub Grup ke Waktu penyelesaian berturut-turut Harga rata-rata


1 96.4 99.1 96.7 96.9 97.275
2 99.4 96.5 97.2 97.4 97.625
3 99.3 97.2 96.5 99.4 98.1
4 97.6 99.2 97.1 99.6 98.375
5 99.2 96.5 99.6 99.2 98.625
Jumlah 490
98
76

No. Xi Xi- (Xi-)2 Xi2


1 96.4 -1.6 2.56 9292.96
2 99.1 1.1 1.21 9820.81
3 96.7 -1.3 1.69 9350.89
4 96.9 -1.1 1.21 9389.61
5 99.4 1.4 1.96 9880.36
6 96.5 -1.5 2.25 9312.25
7 97.2 -0.8 0.64 9447.84
8 97.4 -0.6 0.36 9486.76
9 99.3 1.3 1.69 9860.49
10 97.2 -0.8 0.64 9447.84
11 96.5 -1.5 2.25 9312.25
12 99.4 1.4 1.96 9880.36
13 97.6 -0.4 0.16 9525.76
14 99.2 1.2 1.44 9840.64
15 97.1 -0.9 0.81 9428.41
16 99.6 1.6 2.56 9920.16
17 99.2 1.2 1.44 9840.64
18 96.5 -1.5 2.25 9312.25
19 99.6 1.6 2.56 9920.16
20 99.2 1.2 1.44 9840.64
1960 1.4E-14 31.08 192111

Pengukuran Standar Deviasi Sebenarnya

( )

Standar Deviasi dari Distribusi Harga Rata-Rata Sub Grup


77

Batas Kendali Atas & Batas Kendali Bawah

Untuk pengujian keseragaman data dengan tingkat keyakinan 99%,

maka dari kurva normal didapat Z= 2,58 ~ 3

BKA = + Z ( )

= 98 + 3(0,64)

= 99,9

BKB = - Z ( )

= 98 3(0,64)

= 95,0006

= 96,1

Grafik Kendali Waktu Pengujian Bakteri Patogen


(Setelah Improvement)
100.6

100.1

99.6
Waktu Pengujian (detik)

99.1

98.6
Xi
98.1

97.6
BKA
97.1 BKB
96.6

96.1

95.6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Pengukuran ke-

Gambar 4.17 Grafik Kendali Waktu Pengujian Bakteri Patogen Setelah Improvement

Karena tidak ada data yang keluar dari batas kendali atas dan batas kendali

bawah maka data dikatakan seragam.


78

4.4.3.2 Uji Kecukupan Data

Dengan tingkat ketelitian 10% dan tingkat keyakinan 99%, maka berikut ini

perhitungan untuk uji kecukupan data

Sebelum Improvement

( )
[ ]

( ) ( )
[ ]

Karena nilai NN (0,02820) maka data dikatakan cukup.

Setelah Improvement

( )
[ ]

( ) ( )
[ ]

Karena nilai NN (0,14520) maka data dikatakan cukup. Data yang telah

diperoleh dan di uji keseragaman dan kecukupan datanya, untuk selanjutnya akan

digunakan dalam perhitungan waktu siklus, waktu normal dan waktu baku pengujian

bakteri patogen pada sampel bahan baku di laboratorium mikrobiologi quality

control PT. Kalbe Farma Tbk.


79

4.4.3.3 Pengukuran Waktu Siklus dan Waktu Normal Pengujian Bakteri

Patogen

Sebelum Improvement Setelah Improvement

4.4.3.4 Pengukuran Waktu Baku Pengujian Bakteri Patogen

Kelonggaran %
Faktor Kelonggaran
Ref Yang Diambil
Tenaga yang dikeluarkan (sangat ringan) 6.0 - 7.5 6
Sikap Kerja (duduk) 0.0 - 1.0 0.5
Gerakan Kerja (normal) 0 0
Kelelahan mata (pandangan terus menerus dengan
7.5-12 8
fokus berubah)
Keadaan temperatur tempat kerja (normal) 0-5 0.6
Keadaan atmosfer (baik) 0 0
Keadaan lingkungan (baik bersih cerah kebisingan
0 0
rendah)
Sub total 15.1
Kebutuhan pribadi
Pria 0-2.5
2
Wanita 2-5
Hambatan tak terhindarkan 1
Total kelonggaran 18.1
80

Sebelum Improvement Setelah Improvement

Wb = Wn + (Wn x L) Wb = Wn + (Wn x L)

Wb = 252 + (252 x 0,181) Wb = 98 + (98 x 0,181)

Wb = 297,6 Wb = 115,7

Dari perhitungan di atas diperoleh waktu baku untuk pengujian bakteri

patogen per 5 sampel bahan baku sebelum improvement adalah 297,6 detik,

sedangkan setelah improvement 115,7 detik. Dengan demikian, waktu pengujian

bakteri patogen untuk setiap sampel bahan baku diperoleh dengan cara waktu

pengerjaan 5 sampel bahan baku tersebut di bagi dengan 5. Dengan demikian, maka

waktu yang dibutuhkan untuk 1 sampel bahan baku pada pengujian bakteri patogen

sebelum improvement yaitu 59,5 detik sedangkan setelah improvement yaitu 23,1

detik.

Perubahan penggunaan botol TSB pada pengujian bakteri patogen pada

sampel bahan baku memberikan perbedaan pada waktu pengujiannya. Pada

perhitungan di atas telah diperoleh waktu yang diperlukan untuk pengujian bakteri

patogen dengan kedua cara. Perbandingan waktu yang diperlukan untuk pengujian

bakteri patogen pada sampel bahan baku di laboratorium mikrobiologi quality

control PT. Kalbe Farma Tbk. dapat dilihat pada tabel 4.7. Waktu pengujian

diperoleh dengan cara mengalikan jumlah sampel bahan baku yang masuk dengan

waktu baku pengujian 1 sampel bakteri patogen yaitu 59,5 detik (sebelum

improvement) dan 23,1 detik (setelah improvement).


81

Tabel 4.10 Perbandingan Waktu Pengujian Bakteri Patogen Pada Sampel Bahan Baku

Sebelum dan Setelah Improvement

(Periode Juli 2013)

Jumlah Waktu Uji (detik)


Tanggal
Sampel Sebelum Improvement Setelah Improvement
1 20 1190 462
2 26 1547 600.6
3 28 1666 646.8
4 26 1547 600.6
5 34 2023 785.4
6 20 1190 462
7 20 1190 462
8 39 2320.5 900.9
9 42 2499 970.2
10 11 654.5 254.1
11 32 1904 739.2
12 18 1071 415.8
13 20 1190 462
14 20 1190 462
15 40 2380 924
16 16 952 369.6
17 53 3153.5 1224.3
18 24 1428 554.4
19 37 2201.5 854.7
20 20 1190 462
21 20 1190 462
22 50 2975 1155
23 43 2558.5 993.3
24 58 3451 1339.8
25 34 2023 785.4
26 15 892.5 346.5
27 20 1190 462
28 20 1190 462
29 23 1368.5 531.3
30 16 952 369.6
31 22 1309 508.2
51586.5 20027.7
82

Dari tabel 4.10 diperoleh data bahwa pada Bulan Juli 2013 dengan total

sampel sebanyak 867batch, total waktu pengujian bakteri patogen sebelum

improvement selama 51586 detik atau 14,33 jam sedangkan setelah improvement

adalah 20027 detik atau 5,56jam. Besarnya pengurangan waktu pengujian bakteri

patogen pada sampel bahan baku sebelum dan setelah dilakukan improvement adalah

31558 detik atau 8,76jam/867batch sampel bahan baku.

Anda mungkin juga menyukai