Anda di halaman 1dari 6

SIFAT FISIKO-KIMIA AGAR-AGAR

DARI RUMPUT LAUT Gracilaria chilensis


YANG DIEKSTRAK DENGAN JUMLAH AIR BERBEDA
(The Physico-Chemical Characteristics of Agar from Gracilaria chilensis
Extracted Using Different Water Quantity)

B. S. B. Utomo1 dan N. Satriyana2


ABSTRAK
Pengamatan sifat fisiko-kimia agar-agar dari rumput laut Gracilaria chilensis yang diekstrak menggu-
nakan jumlah air berbeda telah dilakukan. Jumlah air pengekstrak yang digunakan dalam ekstraksi ini adalah
15, 20 dan 25 kali berat rumput laut kering. Parameter yang diamati meliputi rendemen, kadar sulfat, kekuat-
an gel, kadar 3.6 anhydro-galaktosa, titik pembentukan gel dan titik pelelehan gel. Hasil penelitian menun-
jukkan bahwa rendemen agar-agar tertinggi diperoleh pada ekstraksi menggunakan jumlah air pengekstrak se-
banyak 20 kali berat rumput laut kering, yang menghasilkan rendemen 20.21%. Perlakuan tidak berpengaruh
nyata terhadap kadar sulfat, kekuatan gel, kadar 3.6 anhydro-galaktosa, titik pembentukan gel dan titik pele-
lehan gel.
Kata kunci: agar-agar, Gracilaria chilensis, sifat fisiko-kimia.

ABSTRACT
Study of physico-chemical characteristics of agar Gracilaria chilensis was carried out extracted of us-
ing different water quantity. The quantity of water used in this extraction process were 15, 20 and 25 times of
the weight of raw material. The parameters observed were yield, sulphate content, gel strength, 3.6 anhydro-
galactose content, gelling point and melting point of agar. Result showed that the highest yield of agar was
achieved by extraction process using water of 20 times yielding 20.21% of agar. The treatments did not affect
significantly to sulphate content, gel strength, 3.6 anhydro-galactose content, gelling point and melting point
of agar.
Key words: agar, Gracilaria chilensis, physico-chemical characteristics.

PENDAHULUAN ngat menentukan harga produk tersebut. Data


mengenai sifat fisiko-kimia agar-agar hasil eks-
traksi rumput laut Gracilaria chilensis khusus-
Rumput laut Gracilaria chilensis meru-
nya yang dibudidayakan di perairan Indonesia
pakan salah satu jenis rumput laut penghasil a-
belum banyak dilaporkan.
gar-agar yang sudah berhasil dibudidayakan di
tambak dan banyak dihasilkan di Indonesia. Me- Jumlah air yang digunakan dalam ekstrak-
ngingat potensi produksinya yang sangat tinggi si agar-agar juga berpengaruh terhadap hasil dan
dan kemudahan untuk dibudidayakan, maka po- kualitas agar-agar yang dihasilkan. Jumlah air
tensi penggunaan jenis rumput laut ini untuk in- yang digunakan dalam ekstraksi agar-agar ini ber-
dustri agar-agar dalam negeri menjadi begitu be- beda-beda tergantung jenis rumput laut yang di-
sar. gunakan, karena bila jumlah air ini tidak tepat
maka akan menyulitkan dalam penjendalan mau-
Sifat fisiko-kimia suatu fikokoloid seperti
agar-agar merupakan salah satu indikator pen- pun penyaringan filtratnya. Jumlah air yang bia-
ting kualitas produk tersebut untuk dapat diteri- sanya digunakan dalam ekstraksi agar-agar va-
riasinya cukup besar dari 7 sampai 30 kali berat
ma pasar. Agar-agar dengan sifat fisiko-kimia
kering rumput laut. Jumlah air yang terlalu ba-
yang berbeda akan mempunyai fungsi yang ber-
nyak akan menyebabkan filtrat tidak dapat di-
beda dalam penggunaannya di pasaran dan sa-
jendalkan, dan bila jumlah air terlalu sedikit akan
1
Peneliti pada Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Biotek-
menyebabkan filtrat sulit disaring. Dalam pene-
nologi Kelautan dan Perikanan, Jakarta. litian ini akan dipelajari sifat fisiko-kimia pro-
2
Alumni Institut Pertanian Bogor. duk agar-agar dengan menggunakan jumlah air

45
46 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Juni 2006, Jilid 13, Nomor 1: 45-50

yang berbeda untuk menentukan jumlah air 60 menit. Kemudian dilakukan pencucian lagi
yang optimal dalam proses ekstraksinya. sampai pH air cucian netral. Ekstraksi agar-agar
dilakukan pada suhu 85oC pada pH netral sela-
METODOLOGI PENELITIAN ma 2-3 jam dalam waterbath sambil diaduk-a-
duk. Jumlah air pengekstrak divariasikan seba-
Bahan baku agar-agar dalam penelitian i- nyak 15, 20 dan 25 kali berat rumput laut ke-
ni adalah rumput laut merah jenis Glacilaria chi- ring. Selanjutnya dilakukan penyaringan de-
lensis yang berasal dari PT OHAMA Lampung. ngan menggunakan plankton net dengan ukuran
Bahan baku dikeringkan di lokasi dengan meng- 150 mesh. Filtrat hasil ekstraksi ditambah KCl
gunakan panas matahari selama 2 hari sampai ke- sebanyak 2% dari rumput laut yang telah dila-
ring, kemudian dimasukkan karung dan dibawa rutkan sambil diaduk selama 15 menit, kemudi-
ke Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial E- an dijendalkan dalam pan penjendal selama 12
konomi Kelautan dan Perikanan di Jakarta seba- jam pada suhu ruang. Selanjutnya dilakukan
gai tempat penelitian. Sebelum proses ekstraksi pembekuan dalam freezer selama 24 jam pada
agar-agar dilakukan, terhadap bahan baku rum- suhu 10oC, dan hasilnya di-thawing dalam air
put laut dilakukan analisis yang meliputi kadar mengalir. Selanjutnya dikeringkan dengan sinar
air (AOAC, 1999) dan clean anhydrous weed matahari sampai diperoleh agar-agar kering (Pri-
(CAW). Clean anhydrous weed adalah persen- atama, 1989).
tase berat contoh rumput kering bersih setelah
dicuci, dipisahkan dari pengotor lain dan dike- Rancangan percobaan yang digunakan a-
ringkan dalam oven pada suhu 70oC sampai be- dalah rancangan acak lengkap faktor tunggal
rat konstan dibandingkan berat rumput laut a- dengan 3 kali ulangan (Gomez and Gomez. 1984).
wal (Santos dan Doty, 1983). Terhadap agar-a- Terhadap data yang diperoleh dilakukan anali-
gar hasil ekstraksi dilakukan analisis kadar sul- sis ragam (one way anova) dan apabila ada beda
fat, rendemen, pengukuran kekuatan gel, kadar nyata dilanjutkan dengan uji berpasangan Tukey.
3.6 anhydro-galaktosa, suhu pembentukan gel Analisis data dilakukan dengan bantuan pro-
dan suhu pelelehan gel. Suhu pembentukan gel gram statistik Minitab.
dilakukan dengan mengukur suhu filtrat agar-a-
gar konsentrasi 2% dengan thermometer digital HASIL DAN PEMBAHASAN
ketelitian 0.1oC sambil menurunkan suhu media Hasil analisis terhadap bahan baku me-
bertahap dengan kecepatan penurunan 0.6oC/me- nunjukkan bahwa rumput laut Gracilaria chi-
nit. Sensor diangkat secara periodik dan suhu lensis kering mempunyai kadar air sekitar 19.26%.
pada saat sensor dapat mengangkat gel dari fil- Kadar air merupakan salah satu faktor yang mem-
trat adalah suhu pembentukan gel. Suhu pele- pengaruhi daya tahan suatu bahan dan menun-
lehan gel diukur dengan memanaskan gel agar- jukkan kestabilan serta indeks mutu dari bahan
agar dengan konsentrasi 2% yang di atasnya di- pangan. Bahan dengan kadar air tinggi, akan
letakkan gotri dengan kecepatan pemanasan 1oC/ lebih mudah rusak dibandingkan dengan bahan
menit. Suhu yang tercatat pada saat gotri jatuh yang berkadar air rendah (Winarno, 1991). Ka-
ke dasar gel merupakan titik leleh agar-agar (Ma- dar air maksimal yang disyaratkan oleh SII un-
rine Colloid, 1978). Pengukuran kekuatan gel tuk rumput laut kering berkisar antara 15% sam-
dilakukan terhadap agar-agar dengan konsentra- pai 32% (Soegiarto dan Sulistyo, 1985). De-
si 2% pada suhu 20oC menggunakan curd meter ngan demikian kadar air rumput laut kering pa-
(Marine Colloid, 1978). Analisa kadar sulfat di- da penelitian ini sudah memenuhi syarat yang
lakukan dengan metode gravimetri, yaitu de- ditetapkan SII.
ngan menimbang garam barium sulfat yang
Kadar CAW rumput laut sebesar 46.18%.
mengendap dari hasil reaksi antara sulfat dalam
Kadar CAW ini menunjukkan kemurnian dari
agar-agar dengan BaCl2 jenuh (Anonim, 1986).
rumput laut, yaitu kebersihan rumput laut terse-
Tahapan proses ekstraksi agar-agar yaitu but dari kotoran yang melekat seperti pasir, batu
perendaman rumput laut kering dalam larutan karang, atau campuran rumput laut lain. Clean
kaporit 0.25% selama 90 menit. Selanjutnya di- anhydrous weed (CAW) merupakan persentase
lakukan pencucian sampai benar-benar bersih, berat rumput laut kering bersih terhadap bahan
dan dilakukan praperlakuan asam dengan me- semula. Dengan demikian maka rumput laut
rendam dalam larutan asam asetat 3% selama Gracilaria chilensis ini memiliki kemurnian
Utomo, B. S. B. dan N. Satriyana, Sifat Fisiko-Kimia Agar-Agar dari Rumput Laut Gracilaria chilensis 47

46.18%, sedangkan sisanya adalah air dan im- pengekstrak 10 kali berat rumput laut kering
purities lainnya seperti rumput laut lain, pasir, maka akan mengakibatkan rendemennya turun
garam dan bahan lainnya yang menempel pada menjadi 10.04% (Suryaningrum et. al, 1994).
rumput laut.
Tabel 1. Rendemen, Kekuatan Gel dan Kadar
Rendemen, Kekuatan Gel dan Kadar Sulfat Sulfat Agar-agar.
Hasil Rendemen, kekuatan gel dan kadar Perlakuan Jumlah Air Pengekstrak
sulfat agar-agar hasil ekstraksi rumput laut Gra- Parameter
15 kali 20 kali 25 kali
cilaria chilensis disajikan dalam Tabel 1. Perla- Rendemen
17.321.22a 20.211.05b 19.940.99ab
kuan jumlah air pengekstrak 20 kali berat rum- (%)
put laut menghasilkan jumlah rendemen yang Kekuatan
112.1411.99a 119.2811.94a 98.5711.95a
paling tinggi yaitu sebesar 20.21% dan perlaku- Gel (g/cm2)
an jumlah air 15 kali berat rumput laut mempu- Kadar Sulfat
2.28 0.54a 1.770.53a 2.550.55a
nyai nilai rendemen terendah sebesar 17.32%. Ha- (%)
sil penelitian Sukamulyo (1989), menunjukkan Keterangan: angka-angka pada baris yang sama dan diikuti huruf
superscrip berbeda (a,b,dst.) menunjukkan berbeda nyata.
bahwa semakin besar jumlah air pengekstrak
maka fenomena kelarutan suatu bahan yang di-
ekstraksi dan transfer panas yang diterima akan Nilai rata-rata kekuatan gel yang dihasil-
semakin besar pula. Hal ini akan menyebabkan kan pada penelitian ini berkisar antara 98.57
semakin banyaknya ekstrak agar-agar yang da- g/cm2 yaitu pada perlakuan jumlah air 25 kali
pat dilarutkan dan dikeluarkan dari dinding sel berat rumput laut kering sampai 119.28 g/cm2
rumput laut, sehingga rendemen agar-agar yang yaitu pada perlakuan jumlah air 20 kali berat
dihasilkan semakin meningkat. Pada perlakuan rumput laut kering. Hasil analisis ragam me-
jumlah air 15 kali berat rumput laut kering, fil- nunjukkan bahwa ketiga perlakuan ini tidak
trat agar-agar yang dihasilkan sangat pekat dan memberikan pengaruh yang berbeda nyata ter-
sulit untuk disaring sehingga sebagian agar-agar hadap kekuatan gel dari agar-agar yang dihasil-
tidak tersaring dan masih tertinggal dalam rum- kan. Hal ini terjadi karena kandungan sulfat a-
put laut. Selain itu sedikitnya jumlah air juga me- gar-agar yang dihasilkan juga tidak berbeda
nyebabkan kelarutan agar-agar dalam air peng- nyata. Kandungan sulfat berpengaruh terhadap
ekstrak lebih sedikit. Hal ini yang menyebabkan kekuatan gel dari agar-agar, semakin tinggi kan-
rendemen agar-agar menjadi rendah. Pada per- dungan ester sulfat dalam agar-agar, maka ke-
lakuan jumlah air 25 kali berat rumput laut ke- kuatan gel yang terbentuk akan semakin rendah
ring, filtrat agar-agar yang diperoleh lebih encer (Chapman dan Chapman, 1980).
dan sulit menjendal sehingga pada saat proses
Kekuatan gel hasil penelitian ini jauh le-
thawing sebagian agar-agar yang terbuang oleh
bih tinggi dari kekuatan gel rumput laut Graci-
proses pencucian. Hal ini menyebabkan hasil
laria sp tambak yang dilaporkan Suryaningrum
rendemen ini turun dibandingkan pada penggu-
et. al (1994) sebesar 34.67 sampai 97.33 g/cm2.
naan air 20 kali. Rendemen agar-agar selain di-
Namun jauh lebih rendah dibandingkan Graci-
pengaruhi cara ekstraksi, dipengaruhi pula oleh
laria verrucossa tambak yang diekstrak dengan
spesies, iklim, waktu pemanenan dan lokasi bu-
perlakuan alkali dan digiling yang dapat meng-
didaya (Chapman dan Chapman, 1980). Oleh
hasilkan kekuatan gel 355 g/cm2 (Utomo. 1996).
karena itu besarnya rendemen ini belum tentu
Dengan demikian kekuatan gel agar-agar ini
sama untuk rumput laut yang sama apabila di-
masih tergolong rendah bila dibandingkan stan-
panen pada waktu yang berbeda maupun dita-
dar kualitas agar-agar di Jepang. Di Jepang, a-
nam pada lokasi yang berbeda.
gar-agar digolongkan mutu superior jika keku-
Apabila dibandingkan dengan hasil pene- atan gelnya lebih besar dari 600 g/cm2, mutu 1
litian Suryaningrum et. al (1994) tentang rende- jika kekuatan gelnya lebih besar dari 350 g/cm2,
men agar-agar rumput laut Gracilaria sp. Tam- mutu 2 jika kekuatan gelnya lebih besar dari
bak yang diekstrak dengan air sebanyak 15 kali 250 g/cm2, mutu 3 jika kekuatan gelnya lebih
berat rumput laut kering sebesar 13.88%, maka besar dari 150 g/cm2 dan mutu 4 jika lebih ren-
hasil penelitian ini lebih besar. Hasil penelitian dah dari nilai tersebut (Suryaningrum et. al,
tersebut menyebutkan bahwa dengan jumlah air 1994).
48 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Juni 2006, Jilid 13, Nomor 1: 45-50

Rendahnya kekuatan gel agar-agar ini di- metode ekstraksi, serta umur panen. Pening-
sebabkan karena rendahnya kadar 3.6 anhydro- katan umur panen dapat memberi respon terha-
L-galaktosa yang terdapat dalam agar-agar dan dap penurunan kandungan sulfat.
tingginya kadar sulfat dari agar-agar. Senyawa
Metode ekstraksi juga berpengaruh terha-
3.6 anhydro-L-galaktosa bertanggung jawab ter-
dap kandungan sulfat. Proses ekstraksi dengan
hadap kekuatan gel dari agar-agar. Peningkatan
melakukan praperlakuan basa menghasilkan kan-
kekuatan gel sangat berkaitan dengan jumlah
dungan sulfat yang lebih rendah dibandingkan
3.6-anhydro-L-galaktosa dan sulfat yang ter-
praperlakuan asam. Praperlakuan basa dapat
kandung didalamnya (Rees, 1969). Kekuatan
mengkatalisis gugus 6-sulfat dari unit galakto-
gel dari agar-agar juga tergantung pada perban-
piranosa sehingga kandungan sulfat dari agar-
dingan kadar agarosa terhadap agaropektin yang
agar menjadi lebih rendah (Angka dan Suharto-
terdapat dalam molekul agar-agar. Semakin se-
no, 2000). Pengaruh perbedaan asal dan jenis
dikit kandungan agarosa dan semakin tinggi
rumput laut terhadap kandungan sulfat agar-a-
kandungan agaropektin yang mengandung gu-
gar diduga disebabkan oleh perbedaan perban-
gus sulfat maka ada kecenderungan kekuatan
dingan jumlah agarosa dan agaropektin yang
gelnya semakin rendah (Glicksman, 1983).
terdapat dalam molekul agar-agar. Kandungan
Ada dua cara yang dilakukan dalam pro- agarosa dan agaropektin pada agar-agar berva-
ses ekstraksi agar-agar yaitu biasanya dilakukan riasi tergantung dari jenis dan asal rumput laut
praperlakuan basa dan praperlakuan asam. Pra- yang digunakan sebagai bahan baku (Guiseley,
perlakuan basa bertujuan untuk mengkatalisis 1968).
gugus 6-sulfat dari unit galaktopiranosa yang
Kadar sulfat dalam penelitian ini relatif
berikatan 1.4 membentuk residu 3.6-anhydroga-
masih lebih rendah dibandingkan yang pernah
laktosa sehingga dapat memberikan kekuatan
dilaporkan Suryaningrum et. al (1994) sebesar
gel yang tinggi (Angka dan Suhartono, 2000).
3.25 4.79% untuk agar-agar dari Gracilaria
Proses ekstraksi dengan praperlakuan asam ber-
sp. tambak. Hal ini menyebabkan kekuatan gel
tujuan untuk meningkatkan rendemen agar-agar
hasil penelitian ini lebih tinggi dari kekuatan
yang dihasilkan dan untuk memperpendek wak-
gel agar-agar Gracilaria sp. tambak tersebut.
tu ekstraksi. Pada penelitian ini untuk rumput
laut yang diekstrak dengan praperlakuan basa
memberikan hasil yang kurang baik karena fil- Kadar 3.6 Anhydro-galaktosa, Suhu
trat agar-agar yang dihasilkan sangat encer dan Pembentukan Gel dan Suhu Pelelehan Gel
tidak menjendal serta rendemen agar-agar yang Hasil analisa kadar 3.6 anhydro-galaktosa
dihasilkan sangat kecil, sehingga pada peneliti- dapat dilihat dalam Tabel 2. Nilai rata-rata ka-
an ini dilakukan praperlakuan asam. dar 3.6 anhydro-galaktosa pada penelitian ini
Rendahnya nilai kekuatan gel dari agar- berkisar antara 36.55% sampai 37.04%. Hasil
agar mungkin juga disebabkan karena jenis dan analisis ragam menunjukkan bahwa masing-ma-
umur panen rumput laut. Menurut Suryaning- sing perlakuan penambahan iota karaginan de-
rum (1988), peningkatan umur panen memberi- ngan konsentrasi yang berbeda-beda tidak mem-
kan respon terhadap penurunan kadar sulfat. berikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap
Hal ini berarti jika rumput laut dipanen pada u- kadar 3.6 anhydro-galaktosa. Hal ini terjadi ka-
sia yang masih muda maka kandungan sulfat rena perbedaan kadar 3.6 anhydro-galaktosa ha-
dari rumput laut tersebut lebih tinggi dan hal ini nya dipengaruhi jenis dan asal rumput laut, u-
berpengaruh terhadap kekuatan gel yang ren- mur panen rumput laut, serta penanganan yang
dah. dilakukan selama proses pengolahan (Armisen
dan Galatas, 1987).
Nilai rata-rata kadar sulfat agar-agar pada
penelitian ini berkisar antara 1.77% sampai 2.55%. Kadar 3.6 anhydro-galaktosa ini biasanya
Hasil analisis ragam menujukkan bahwa perla- berbanding lurus dengan kekuatan gel dari agar-
kuan jumlah air pengekstrak yang berbeda-beda agar dan berbanding terbalik dengan kandungan
tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata sulfat yang dimiliki agar-agar. Meskipun demi-
terhadap kadar sulfat dari agar-agar. Menurut kian dalam penelitian ini tidak terlihat pengaruh
Suryaningrum (1988), kadar sulfat dapat dipe- naiknya kadar 3.6 anhydro-galaktosa terhadap
ngaruhi perbedaan jenis dan asal rumput laut, kekuatan gel agar-agar yang dihasilkan, yang
Utomo, B. S. B. dan N. Satriyana, Sifat Fisiko-Kimia Agar-Agar dari Rumput Laut Gracilaria chilensis 49

kemungkinan disebabkan karena peningkatan- 1975). Hasil penelitian Purnawati (1992) men-
nya yang tidak nyata sehingga kekuatan gel a- jelaskan bahwa suhu pembentukan gel erat kait-
gar-agarnya relatif sama. Hasil penelitian Izumi annya dengan kadar 3.6 anhydro-L-galaktosa
(1971) menyatakan bahwa penurunan kadar 3.6 dan kadar sulfat. Adanya 3.6 anhydro-L-galak-
anhydro-galaktosa selalu disertai dengan penu- tosa dalam molekul agar-agar menyebabkan si-
runan kandungan gugus 6-o-metil dan pening- fat beraturan dalam rantai polimer bertambah
katan residu sulfat. dan sebagai akibatnya akan mempertinggi po-
tensi pembentukan heliks rangkapnya, dengan
Tabel 2. Kadar 3.6 Anhydro-galaktosa, Suhu demikian suhu pembentukan gel lebih cepat ter-
Pembentukan Gel dan Suhu Pelelehan capai.
Gel. Suhu pelelehan gel merupakan suhu saat
Perlakuan Jumlah Air gel agar-agar berubah menjadi fase sol, dimana
Parameter Pengekstrak dalam hal ini terjadi penguraian daerah simpul
15 kali 20 kali 25 kali menjadi pilinan ganda dan selanjutnya berubah
36.55 38.68 37.04 menjadi konformasi gulungan acak. Nilai rata-
Kadar 3.6 Anhydro-
galaktosa (%)
rata suhu pelelehan gel untuk masing-masing
0.99a 1.13a 0.97a perlakuan berkisar antara 84.43oC sampai 85.63
33.36 34.33 34.53 o
Suhu Pembentukan C. Hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa
masing-masing perlakuan tidak memberikan pe-
Gel (oC)
0.58a 0.58a 0.5a ngaruh yang berbeda nyata terhadap suhu pele-
84.43 85.63 83.56 lehan gel agar-agar. Hal ini diduga karena agar-
Suhu Pelelehan Gel

(oC) agar yang dihasilkan untuk masing-masing per-
1.32a 1.76a 0.76a
lakuan mempunyai bobot molekul yang hampir
Keterangan: angka-angka pada baris yang sama dan diikuti huruf
superscrip berbeda (a,b,dst.) menunjukkan berbeda nyata. sama atau karena mempunyai kadar 3.6 anhy-
dro-galaktosa yang hampir sama. Suhu peleleh-
an gel dipengaruhi oleh bobot molekul dan ikat-
Kadar 3.6 anhydro-galaktosa pada peneli- an hidrogen yang terdapat dalam bahan terse-
tian ini masih tergolong rendah. Hal ini menye- but. Bobot molekul yang tinggi akan menye-
babkan kekuatan gel agar-agar yang dihasilkan babkan temperatur leleh semakin tinggi, ikatan
masih rendah. Peningkatan kekuatan gel sangat hidrogen akan terjadi antara oksigen pada atom
berkaitan dengan jumlah 3.6 anhydro-galaktosa C kedua dari suatu rantai polimer polisakarida
dan sulfat yang terkandung dalam agar-agar (Rees, dengan oksigen pada atom C kedua dari suatu
1969). Apabila dibandingkan dengan hasil pe- rantai polimer polisakarida yang lainnya, akibat
nelitian Suryaningrum et. al (1994) sebesar 14.88 adanya ikatan hidrogen ini akan terbentuk ja-
22.45% untuk agar-agar dari rumput laut Gra- ringan polimer yang kompleks sehingga untuk
cilaria sp. tambak, maka hasil penelitian ini mengurai jaringan tersebut dibutuhkan tempera-
masih lebih besar. tur yang tinggi (Glicksman, 1982).
Suhu pembentukan gel merupakan suhu
dimana larutan agar-agar yang telah dididihkan KESIMPULAN
mulai membentuk gel kembali. Nilai rata-rata Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
suhu pembentukan gel agar-agar pada peneliti- bahwa jumlah air pengekstrak sebanyak 20 kali
an ini berkisar antara 33.36oC sampai 34.53oC. memberikan hasil agar-agar dengan rendemen
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa ma- tertinggi sebesar 20.21%. Perlakuan jumlah air
sing-masing perlakuan tidak memberikan pe- pengekstrak tidak berpengaruh secara nyata ter-
ngaruh yang berbeda nyata terhadap suhu pem- hadap parameter kadar sulfat, kekuatan gel, ka-
bentukan gel dari agar-agar yang dihasilkan. dar 3.6 anhydro-galaktosa, suhu pembentukan
Hal ini terjadi karena kadar 3.6 anhydro-galak- gel dan suhu pelehan gel dari agar-agar yang di-
tosa yang diperoleh pada penelitian ini menun- hasilkan. Penggunaan jumlah air pengekstrak
jukkan hasil tidak berbeda nyata atau mempu- sebanyak 20 kali juga relatif mudah dalam pe-
nyai nilai yang hampir sama. laksanaan ekstraksinya, dimana penyaringan fil-
Larutan agar-agar encer 1.5% dapat mem- trat cukup mudah dan hasil filtratnya mudah di-
bentuk gel pada suhu 32oC sampai 39oC (Furia, jendalkan.
50 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Juni 2006, Jilid 13, Nomor 1: 45-50

PUSTAKA Priatama, H. D. 1989. Mempelajari Pengaruh


Penambahan NaOH dan KCl terhadap Rendemen
Angka, S.L. dan M. T. Suhartono. 2000. Bioteknologi dan Mutu Agat-agar dari Rumput Laut Gracilaria
Hasil Laut. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan La- sp. Skripsi Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. IPB.
utan. IPB. 149 hal.
Purnawati, D.W. 1992. Pengaruh Perbandingan Rum-
Anonim, 1986. Specification for odentity and Purity of put Laut Gracilaria verrucosa dan Gelidium rigi-
Certain Food Additives. FAO and Nutrition Paper dium terhadap Mutu Agar-agar Kertas. Skripsi. Fa-
No 34. 17-32. kultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor.
AOAC. 1995. Official Methods of Analysis the Asso- Rees, D.A. 1969. Agar. Dalam Advances in Carbohydrate
ciation of Official Analytical and Chemist, 16th e.d. Chemistry and Biochemistry. Vol. 24. M.L. Acade-
AOAC, Inc. Arlington. Virginia. mic Press, New York.
Armisen, R. dan F. Galatas. 1987. Production, properties Santos, G. A. and Doty, M. S. 1983. Agar From Some
and uses of agar. Dalam Production and Utilization Hawaiian Red Algae. Aquatic Botany (16): 385-389.
of Product from Commercial Seaweed. FAO Fisheries
Technical Paper. Roma. Soegiarto, A. dan Sulistyo. 1985. Produksi dan Budida-
ya Rumput Laut di Indonesia. LON-LIPI. Jakarta.
Chapman, V. J. dan D. J. Chapman. 1980. Seaweed and
Their Uses. Chapman and Hall. London. 333 p. Sukamulyo, S. 1989. Mempelajari Cara Ekstraksi de-
ngan PraPerlakuan Asam dalam Pembuatan Agar-
Furia, T.E. 1975. Gums. Dalam Handbook of Food agar dari Gelidium sp. Skripsi Fakultas Teknologi
Additives. 2nd ed. CRC Press, Inc, Boca-Raton. Pertanian. IPB. Bogor.
Florida. Hal 295-359.
Suryaningrum, T. D. 1988. Kajian Sifat-sifat Mutu Ko-
Glicksman, M. 1982. Food Hydrocolloids. Vol. I. CRC moditi Rumput Laut Budidaya Jenis Euchema cot-
Press, Inc. Boca Raton. Florida. 219 hal. tonii dan Euchema spinosum. Tesis. Fakultas Pasca-
sarjana, IPB. Bogor.
Glicksman, M. 1983. Food Hydrocolloids. Vol. II. CRC
Press, Inc. Boca Raton. Florida. 199 hal. Suryaingrum, T. D., S. Wibowo, A. Irawati dan A. N. A-
sik. 1994. Penggunaan Sodium Tripolifosfat pada
Gomez, K. A and A. A. Gomez. 1984. Statistical Proce- Ekstraksi Agar-Agar dari Rumput Laut Gracilaria
dures for Agricultural Research (Prosedur Statistik sp. Tambak. Jurnal Pasca panen Perikanan (81): 1-11.
untuk Penelitian Pertanian) alihbahasa oleh E. S.
Sjamsudin dan J. S. Baharsjah. Edisi kedua . UI Press. Suryaningrum, T.D, J. T. Murtini, S. Wibowo dan M.
Jakarta. 697 p. Suherman. 1994. Kajian Sifat Fisik dan Organo-
leptik Tepung Agar-Agar dari Rumput Laut Gra-
Guisseley, K. B. 1968. Seaweed colloids. Dalam Ency- cilaria Tambak. Jurnal Pasca panen Perikanan (83):
clopedia of Chemical Technology Volume 17. K. 1-12.
Othmer (ed.). John Willey and Sons, Inc., USA. Hal
763-784. Utomo, B. S. B. 1996. Extraction and Properties of
Agar From Gracilaria verrucosa and Gelidiella
Izumi, K. 1971. Chemical heterogenity of the agar from acerosa Harvested in Indonesia. PhD Thesis. Faculty
Gracilaria verrucosa. Journal Biochemistry. 72 : 135- of Applied Science. Dept. of Food Science and
140. Technology. The University of New South Wales.
Australia.
Marine colloid FMC, 1978. Raw Material Test Labo-
ratory Standard Practice. Marine Colloids Div. Winarno, F. G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia
Corp. Springfield. New Jersey. USA. Pustaka Utama. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai