Anda di halaman 1dari 4

A.

PEMBAHASAN

Kebebasan Moral/Hati Nurani


Kebebasan eksistensil bersifaf universal. Siapapun manusia di seluruh dunia,
apapun latar belakang pendidikannya, apapun rasnya memiliki kebebasan eksistensil,
kebebasan membuat keputusan dan bertindak secara sadar. Kebebasan eksistensil tidak
dapat dinyatakan sebagai suatu yang kongkrit apabila belum dipraktikkan oleh manusia
dalam bentuk action. Ketika sudah dipraktek maka kebebasan eksistensi menjadi
tindakan moral. Tindakan moral merupakan exercise paling tepat dari kemampuan
pengolahan dorongan suara hati dengan akal pikiran rasional terhadap kondisi dan situasi
yang dialami. Pengenalan dan pengertian tentan kebebasan membuat manusia dapat
dapat menemukan hakikat dirinya. Apabila terjadi persoalan etika, yang disebabkan
perbenturan dengan kebebasan orang lain sebuah analisa pikiran dan suara hati akan
melahirkan jawaban dan keputusan untuk berprilaku (action) yang tepat dan benar.
Kebebasan moral dapat menimbulkan masalah dan menjadi beban moral, saat
seseorang tidak melaksanakan tanggungjawab dan kewajibannya. Setiap memiliki peran,
status, posisi sebagai manusia yang hidup dengan manusia lain, maka ia memiliki
tanggung jawab. Seorang ibu dan ayah mempunyai tanggung jawab moral untuk
membesarkan, mengasihi dan memelihara anaknya. Pada titik ini kebebasan eksistensil
bukan dibatasi oleh kondisi atau situasi, namun pikiran dan suara hati yang menuntun
manusia melaksanakannya kewajibannya. Bisa saja seorang bapak menggabaikan
tanggung jawabnya dengan menelantarkan anaknya, sebagai bapak tentu ia akan
memiliki beban moral, dan apabila sudah ada hukum yang mengatur hal tersebut bapak
ini menghadapi masalah hukum. Seringkali beban moral menyebabkan problem moral
yang dalam pada individu sehingga menimbulkan stress dan penyakit, tak jarang problem
moral juga berlaku kolektif dan menjadi problem moralitas.
Kebebasan manusia tidak tak terbatas. Namun bisa terbatas atau dibatasi oleh
kondisi. Seorang tidak dapat bebas berekspresi disebabkan kondisi tinggal di Negara
dengan sistem otoriter, Secara individu orang tersebut tetap memiliki kebebasan
eksistensil, namun untuk mewujudkan keinginan berorganisasi ataupun mengeluarkan
pendapat tidak dapat dilaksanakan. Ini tentu berbeda dengan pembatasan perilaku yang
dibuat secara bersama-sama untuk kebutuhan dan kebaikan bersama yaitu melalui
peraturan perundangan, peraturan adat dan ajaran agama yang merupakan ekspresi
kebebasan sosial.
Tindakan etis/moral manusia merupakan pengejawantahan kebebasan sejati.
Kebebasan yang terberi, kebebas moral universal. Kebebasan yang merupakan
kemampuan manusia menerima perintah suara hati nurani dan mengejawantahkannya
setelah melalui pergulatan dan analisa rasional dan bentukan kondisional. Kebebasan
moral selalu harus bernegosiasi dengan kebebasan social. Kebebasan social merupakan
suatu ekspresi bersama didalam menjaga dan melindungi kebebasan masing-masing
individu.
Seorang manusia dengan kebebasan moral dapat dengan berani melawan dengan
menangkis atau memukul balik ketika dia diancam peras atau ditodong. Seorang ini, sebut
saja Bima ditengah jalan diminta memberikan tas yang dibawanya oleh seorang lain
dengan ancaman akan dipukul. Lalu Bima menggunakan kemampuan pikirannya dan
strategi untuk melindungi diri dengan menendang orang yang menodongnya lalu lari.
Itulah aktualisasi kebebasan eksistensil individu,yang mengekspresikan dirinya tidak
menunggu polisi datang misalnya, atau orang lain lain menyelamatkannya. Kehendak
untuk aman melindungi diri dilakukan dengan melawan. Mungkin usai tindakan itu Bimo
akan merasakan sedikit beban moral, misalnya apakah orang yang ditendangnya
terluka dan sebagainya, beban moral merasa bersalah yang dapat diatasi dengan
mengedepankan hak manusia untuk terbebas dari tindakan criminal.
Tindakan orang melawan kejahatan adalah ekspresi kebebasan moral, sedangkan
tindakan menerima begitu saja dan menyerah merupakan gambaran hambatan moral
karena ketiadaan kebebasan yang menyebabkan ketiadaan kehendak. Ketika ia
melakukan perlawanan, ia berkehendak terbebas dari kekerasan, menjaga hak miliknya.
Sehingga dia tak hanya ingin menjaga hak miliknya tetapi melaksanakannya sebagai
kehendak menjaga hak miliknya.
Ada orang lain yang mungkin ingin melawan, namun hambatan takut,
menyebabkan ia tidak melawan dan menyerahkan barang miliknya dengan terpaksa
kepada penodong. Keingiannya tidak terlaksana sebagai kehendaknya sebagai tindakan.
Maka dengan menendang penodong adalah bukti Bima tersebut telah
mengimplemtasikan kebebasan moralnya, menunjukkan bahwa Bimo memiliki
kebebasan fisik-psikis.
Kondisi masyarakat dunia dan Indonesia setiap individunya tidaklah memiliki
kebebasan mutlak, kebebasan dibatasi secara wajar oleh aturan. Aturan itu sendiri
merupakan konsensus bersama untuk menghormati kebebasan satu sama lain yang
bersepakat untuk membuat peraturan yang ditujukan untuk kebaikan bersama.
Moralitas masyarakat kini dipengaruhi oleh kondisi globalisasi ekonomi, social,
politik dan budaya yang secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi manusia
dalam menentukan refleksi diri atas kebebasannya. Peraturan yang merupakan bagian
dari pengatur kebebasan individu, kini seringkali tidak mampu menjangkau problem
moral, dan hukum.
Budaya dalam bentuk gaya hidup mempengaruhi antara lain masyarakat
konsumtif dan mengikuti trend. Serangan menderu pada manusia mendatangkan godaan
psikis. Implementasi kebebasan antara lain terwujud kehendak dalam tindakan misalnya
membeli Blackberry, Ipad, sepeda, motor atau mobil. Keinginan mewujudkan kehendak
ini seringkali menimbulkan problematik moral bagi kalangan remaja. Media massa
televisi dan media digital turut mempengaruhi moral manusia dalam prakteknya
dominan mengedepankan kebebasan individual. Kebebasan individual yang dominan
seringkali tidak membutuhkan tanggungjawab, karena tindakan yang dilakukan bersifat
pribadi dan tidak berkorelasi atau bertabrakan dengan kebebasan orang lain, misalnya
seorang anak yang mendapatkan hadiah mobil dari orang tuanya yang kaya raya senilai
17 milyar. Bagaimana kita mengukur moral dan etikanya? Tidak ada yang bersifat
immoral dari tindakan orang kaya tersebut, namun seharusnya bisa menimbulkan beban
moral mengingat tindakannya orang kaya tersebut dihadiahkan berlawanan dengan sifat
empati yang merupakan etika moral manusia.
Semantara itu teknologi informasi dan digital sebagai ruang yang paling
memberikan kebebasan manusia dalam mengekspresikan dirinya, artinya hampir tidak
terjangkau oleh hukum formil maupun moral agama. Pemanfaatkan perangkat teknologi
informsi atau digital oleh telah mempengaruhi moral universal, khususnya mengenai
kejujuran. Namun dikarenakan ketidak jujuran berlangsung dan berlaku secara wajar di
dunia maya, disebabkan tidak ada beban tanggung jawab dari dunia maya tersebut.
Seseorang bisa saja mengaku bernama A di dalam facebook, dan menuliskan jenis
kelaminnya Perempuan padahal laki-laki. Bagaimana kita mengukur kebebasan moral
pada orang tersebut, tentunya dikembalikan pada kesadaran dan suara hati orang
tersebu.
TANGGUNG JAWAB SOSIAL NEGARA

Disusun oleh :

Ashari kara

E111 15 007

ILMU POLITIK
POLITIK PEMERINTAHAN

ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2016/2017

Anda mungkin juga menyukai