Anda di halaman 1dari 17

MENTERI KI:UANGAI'l

REPUBLIK II'IDONESIA
SAI.INAI{
PERATURAN IVlENTERI KEUANGAN
NOMOR 252IPMK.0312008

TENTANC

PETUNJUK PELAKSANAAN PEMOTONGAN PAIAK ATAS PENGHASILAN


SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN, DAN KEGIATAN OIIANG PRIBADI
'ASA,
1\IENTERI KEUANCA\,

Menimbang bahwa clalam rangka mt'laksanakan kett'nLuan P;rsal 21 avat (8) Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilarr sebagaimana telah treberapa kali
tliubah tt:rakhir cL.ngar.r Unciang-Unciang lrvomor 36 l'ahurr 2008, perlu
menetapkan Pe'raturan ivlenteri Keuanqan tcntang Petunjuk Pelaksanaan
Pcmotonilan Pirjak ;rtars Pcnglrasilan Sehuburrgan Dcngarr Pekt:rjaan, Jasa, clan
Kt'giatan Orang Pri['rtii;

Mengingat 1. Unciang-Urrtl;.rrrg Nrrntor 6 'fal-run lc)fij tt'ntang Kt'tcntu;rrr Umum clan Tata
Cara Perpajakarr (l-embaran Ncllara Rcpulrlik Incloncsia Tal'run 1983 Nomor
49, Tambahan l-cmbaran Nr'gara Ilepublik Irrdone'sia Nomor 3262)
sebagaimana tc.lair beberapa kali diul'rah tt'rakhir clengan Unclang-Unclang
Nomor 28 Tahurr 2007 (Lenrbaran Ntgara Rcpublik lrrclonesia 'Iahun 2007
Nomor 85, 'Iambahan Lembaran Negar':r Reptrblik Irrtloncsia Nomor 4740);
2. Undang-Unrlang Nomor 7 Tahun 19133 ttntang Pajak Pt'nghasilan (Le'mbaran
Negara Repulrlik lndonesia Tahun 1983 Nomor 50, Tamtrahan Lc'mlraran
Negara Republik Incloncsia Nomor 3263) sebagaimana telah beberapa kali
c'liubah tc'rakhir clengan Undang-Unrlarrg Nomor 36 Tahun 2008 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahurr 2()08 Nomor 133, Tamlrahan Lembaran
Negara Re 1-rulrlik Inrlorrcsia Norlor J893);
3. Kepu1us"t11 Pre sirlcn Notrtor 20,/ P 1-alrun 1()t)5;

1\4ENlUTUSKAN:

Menetapkan PERATURAN I\4ENTERI KEUAI.GAN TENTANG PETUNJUK


PELAKSANAAN PEN,IOTONGAN PAJT\K ATAS PINGI_IASILAN
SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN, JASA, DAN KEGIA'IAN ORANG
PRIBADI.

BAB I

KI]TENTUAN UN,lU\,1

Prrsal I

Dalam Pcraturan Jvlr'nteri Keuangan ini, \'arrg dinraksud clengan:

1. Undang-Undarrg Pajak Penghasilarr aclalah Unclang-Unclang Nomor 7


T.rhrrrr 1983 tcrrtarrl', Pajak I'cn1',)usilar-r s,rl.agairnartit tr'lalt bcbcrapa kali
rlir.rbah tcrakhir tlt'n1;an Untlanri-Urr.l.rrr11 \otlor 16'l'ahurr 2()08.
It4ENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
Pajak Pengirasilan sel.rubungarl clcrrgirn pr'kcrjaarr, jasa, clnn kc'giatan yang
ciilakukan oleh Wajib Pajak orang pribacliSubjek Pajak rlirlam negeri, vanll
selanjutnya disebut PPh Pasal 21, aclalah pajak atas pcnghasilan berupa
gaji, upah, honorarium, hrnjangan, clirn l.rr'ml.ravaran lain tlengan nama cl:rn
dalam benfuk apapun sehubungar.r cL'rrgan pekc.{aan atau jabatan, jasa,
dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi Sutrjek Pajak dalam
negeri, sebagainana dimaksucl clalam Pasal 21 Urrclang-Unclang Pajak
l-L'nlnastlan.

Pajak Penghasilan sel.rubungan clcnr;an pckeriaarr, jasa, clarr kegiatan vang


dilakukan olch Wajib P;rjak orang l.rril.racli Sulrjek Pajak luar negeri, 1'ang
seianjuLnva cliscbut PPh Pasal 26, atialah pajak atas penghasilan berupa
gaji, upah, honorarium, furrjangarr, tlan psp[i1y;1ran lain clengan nama r]an
clalam benhrk apapun sehubungan dengan peke{aan atau jabatan, jasa,
ciarr kegiatan y'ang clilakukan olelr orang pribatli Sr-rbjck Pajak luar ncgeri,
selragaimarla ciinraksurl clalam Pasal 26 Unclarrg-Urrclang Parjak
Penghasilan.

4. Per.notong PPh Pasal 2.1 cian/atau PI'h Pasal 26 trelalah \\ajib Pajak orang
pribadi atau Wajib Pajak batlan, tcrmasuk bcrrtuk usaha tetap, yang
lnen"lpunyai kera'ajil-ran untuk n.relakuk.tn pcnl()tnlttlzrn paiak atas
Penghasilan Sehubur-rgan Dengan Pekcrjaan, Jasa, tlan Kr:'giatarr Orang
Pribadi sL-bagaimana tlimaksutl tlalam P.rsal 2'l tlan Pasal 26 Unriang-
Urrclang Pajak I'cnghasilan.

Batlan adalah barlan sel.ragaim.rrrir tlrnraksurl rlalam Pasal I angka 3


Urrtlang-Unclang Nomor 6 Tiihun 1983 tcntang Kett'ntnan Unrum clan Tata
Cara Perpajakarr scbagaimarna telal'r bt'bt'rapa kali cliubah terakhir clengan
Unrlang-Unciang Nomor 28 Tahun 2007.

Pcnvelcnllgala Kt1',iatan atlalal.r \\'ajib Pljnli ortrnll pribacli atatr Wajib


I'a.jitk batlarr selraliai penvcl('ltfl{jrra kt'11iatarr tt'rtcntu Yarrl; rnclakukan
pcnrlravarar.r iurbnliin clengan nanra r.l.rn rlalanr berrtuk apaltun kcplia
olarrg 1-rribarli schtrbungarr clcrrllan Iclaksanaarrr kt'15iatan tcrscbut.

Penerima Penghasilan yanS Dipotong PPh Pasal 21 atlalah oran11 pribadi


c-lengan status sclragai Subjek Pirjak clalanr rrcl;cri 1'ang menerima atau
mempcroleh penghasilan tlengan nanra tlan clalanr bt'rrtuk apapun,
sepanjang tidak dikecualikan clalanr Pr'rahrran lvlonteri Kt.uangan ini, tlari
Pemotong PPh Pasal 21 sebagai imlralan st'hutrurrgan rler-rgan pckeiaan,
jasa atau kegiatan yang dilakukan baik elalam ltubunllarlnya sebagai
pega\^,ai maupull l-ru kan pegarvai, tcrmasu k pt'rrcrirla lrcltsi u lt.

8. Penerima Peng,hasilan yang Dil.r6iorrg PPir Pasal 26 acliilah olang pribacii


r{engan status sebagai Subjck Pajak lurtr rrtgeri varr11 nrenr-rinra atau
rllempcroleh pt'nghasilan clengan nam;r dan cialam bcntuk apapun,
sepanjang tidak clikecualikan clalam Peraturan N{enteri Keuangan ini, dari
Pemotong PPh Pasal 26 sebagai imbalan schuburlgan clengan pekerjaan,
jasa atau kegiatan vang elilakukarr baik clalam hubungannya sebagai
pc ga\\'ai ntau f un lru kan pt'gl n'a i, tcrrtr.r su k pr'ltr' r'i ln.t l)r'ns i u n.
MENTERI KEUANGAN
BEPUBLIK INDONESIA
9. Pegau'ai aclalah orar-rg pribacli vang bekt'rja pacia prernlrsri kerja, baik
stbagai 1rcgarvai tetap 2121 l.rcgarvai ticlak tetap/ tcnal;a kerja lepas
berclasarkan perjanjian atau kesepakatan kt'rja lraik secara tcrtulis maupurl
tidak terbulis, ur-rtuk melaksarrakan suatu pekcrjaarr elalam jabatan atau
kegiatan tertentu cleng.ln mt.mpe'r'trl.'h imbalarr yang clilrayarkan
berdasarkan periotle tcl tenfu , penl'gl1-5;1i3y1 pc'kc'rjaarr, artau kc'tenfu an lain
yang clitetapkan pemberi kerja, ir'rmasuk orang pribacii vang melakukan
pckerjaan cialam jabatan negeri atau barlirn usah;t milik ncgara atau lrac]an
usaha rnilik clacrah.

10. Pegan'ai tctap acialah pcgar,r'ai vang ntc.nerima atau mc.mpc'rolt'h


penghasilan clalam jumlah tertentu sL-cara ter.rtur, tcrmasuk anggota
c'lc'wan kornisaris clan anggota cle'n,an p('nga\\'as yaltg sccara teratur tL'rus
menL)l'us ikut merrgelola kcgiatan perusahaarr secara ltrngsung, scrta
pegawai vang be'kerja Lrcrclasarkan krrntrak untuk suaiu jangka r,r'aktu
tertentu sepanjarrg pegar.r'ai yang bcrsangkutan bckerja pt'ntrh (y'rl/ tillc)
clalam pekerjaarr tcrscbut.

11 Pegawai fic'lak tetap/ tenaga kerja lcprrs aclalah pegar",'ai yang hanya
menerinta penghasilarr apabila pcgal'ai varr13 lrcrsangkutan bekerja,
bcrclasarkan jumlah hari t.rekcrja, jrrnrlah trnit hasil pekcrjaan yang
clihasilkan atau pgnyclcs.riarr suatu jt'nis pckcrjaan vang eliminta olch
pernbcri kt rja.

1? Penerima Pcrrghtrsilarr Bukan Pcgan,ai aclalah orang l.rribacli selairr


pegan ai tctap c-lan pegawai ticlak tctap (tt'naga kerja Iepas) yang
memperoleh penghasilan dengan nanra clan clalam bcrrtuk apapun clari
Pcmotong PPh Pirsal 21 clan/atatr PPh Pasal 26 sebal3ai imbalan atas
pekerjaan, jasa atau kegiatan tr--rtc-ntu \:ang clilakukarr berclasarkan
1-rerintah atau pcrmintaan clari pembc.ri pcnghasiIan.

l.) Pese'rta kcgiatan atl:rlah orang pribar-li vang tcrlibat clalarm suatu kegiatan
tortentu, termasuk mengikuti rapat, sielan13, scminar, lokakarya
(workshop), pcncliclikarr, pcrtunjr.rkan, olahraga, atau kegiatan lairrnya cian
ntencrima atau nrc'mperolclr imbalan sehulrungan dengan
kc'iktr tserta ann1,a rla Ia t-tt ke1; ia ta rr terselru t.
aA
1t. Penerima pensiun aclalah orang pril.racli atau irhli n'arisnya yang menerima
atau memperolel.r imbalan untuk pekt-'rjaar-r viirrg rlilakukan c1i masa lalu,
termasuk orang pribacli atau ahli tvarisnva ),ang mL'ncrirna funjangan hari
tua atau jaminan lrari tua.

Pengirasilan Pcgan,ai Tetap 1'ang Bcrsrfat J't'ratur aclalah penghasilan bagi


pegart'ai tetap berupa gaji atau upah, scgala macam funjangan, dan
imbalan clengan nama apapun vang cliberikan secara periociik berdasarkan
keterrtuan yang ditetapkan oleh pemberi kerja, tcrrnasuk uang lembur.

16 Penghasilan Pt'gawai Tetap yang Bcrsifat Tidak Tc'ratur adalah


penghasilan bagi pegawai tetap selairr penghasilan vang bersifat teratur,
yang diterima sekali clalam satu tahun atau periocle lainnya, antara lain
berupa bonus, Tunjangan Hari Ra1'a (TIJR), jasa produksi, tantiem,
gratifikasi, artatr iurbalan sr:jt'rris lainnva rlt,nlian ndnra irpapur-t.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
77. U;rah hariarr aclalah upalr atar-r imbirlarr vang clitcrima atau ciipt'roleh
pegar^rai yang terutang atau dibayarkarr secara harian.

18. Upah mingguan aclalah upah atau inrl-ralan vang clitt.rima atau r-liperoleh
pegarvai yang terutang atau clibayarkan secara rnirrgguarr.

19. Upah. satuan aclalah upah atau imbalarr t,ang cliterirna atau cliperoleh
pegar^,'ai ;'ang terutang atau dibal'arkan berclasarkan jumlah unit hasil
1'rekcrjaarr yang rlihasilkan.

Upah borongan aclalah upah atau imbalatr varrg clitt'rima atau cliperolel.r
pcgar'r.ai yang telutang atau clibavarkan trclclasarkarn penyelesaian suafu
jenis pekerjaan tcrtentu.

21 hntralarr kepaela bukan pegan'ai arlalah pe'nghasilan clengan n:rma cian


clalam ber-rtuk apapulr yang te rutang atau elibcrikan kepacia bukal
pegau'ai sehubungan clcngan prekcrjaan, jasa atau kegiatan yang
clilakukan, antar'.r lairr berupa honorariur.n, komisi, ft', cian penghasilan
sejenis lainnya.

2? Imbalan kepada ;reserta kegiatan aelalah penghasilan dcngan nama dan


rlalam Lrentuk apapun varrg terutang atau cliberikan kcpada peserta
kcgiatan tertenLll, antara lain berupa uang saku, uang representasi, uang
rapat, honorarium, hacliah atau per-rghargaan, rlan penghasilan sejenis
Iain-rrya.

ZJ lvlasa Pajak terakhir adalah masa Desernber atau masa pajak tertentu di
marla pegawai tetap berhenti bekerja.

BAB II

PEMOTONG PPh PASAL 2l DAN/ATAU PPh PASAL 26

PasaI ?

(l) Pemotorrg PPh Pasal 21 dan/atau PPh P..rsal 26, meliputi:


a. pemberi kerja 1'arrg terdiri tlari orar-rg pribrrcli clan badan, traik merupakan
pusat maupun cabang, pern'akilan atau unit vang membayar gaji. upah,
honorarinrn, funjangirn, cian pr.ml.avi'u'an lain clengarr nama rlan dalam
bentuk apapun, sebagai imbalan schtrl.ungan clcngan pekerjaan atau jasa
)'ang dilakukan oleh pegan,ai atau br:karr }rcga\\'ili;
Lr. bentlairara atau pcrnc'gang, ki'rs pt'rncrirrtah termasuk Lrenrlahara atau
penregang k.rs pada Peme'rintah Pustrt termasuk institusi TNI/POLRI,
Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga
negara lainnya, clan Kee.lutaan Besar Rcpublik Inclonesia c1i luar negeri,
yang mcmbayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran
lain clengan nama clan clalam bentuk apapun sehulrungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan;
c. dana pensiun, badan penvelenggara jaminan sosiirl terraga kerja, dan
baclan-L-raclarr lairr yanli mc'rnbavar uarrg Pcnsiurr clan tunjangan hari tua
atau janrinarr l-rari tua;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
ct. orang Prilrarli V;utg tnelakukan kc'giatan usaha at;ru 1rekerjaatr bcbas serta
l-racian yan13 mcnrbaYar :

1. honorariun'r atau pe6f31'aran lain sr-Lragai imbalan sehubungan clengan


jasa danlatau kegiatan 1'ang tlilakukan olcl.r orang pribacli dengan
stahrs Subjek Pajak rlalarn negr.ri, termasuk jasa tcnaga ahli yang
rnelakukan pekerjaan bebas clan Lrertinciak untuk dan atas naman),a
sencliri, bukan untuk clan atas rlarna PL'rsekuhrann)fa ;

2. hotrorariunr iitau pembayaran lain selrallai imbtrlarr sr'hul.rungarr c'lengan


kcgiatan clarr jasa vang clilakukarr olt'h orarllj prilra(li clt'rrgan stahrs
$11lrjt'k Pajirk lrrar nt'gcli;

3. hclnoraliunr atau imbalan lain kcpiitlil pL'sL.rta pencliclikan, pelatihan,


clan magang;
e. pclrvelenggala kc'giatan, tcrr-niisuk l:raclarr Pcmt rintah, organisasi yang
bclsifat rrasiorral clan intt'rnasional, pt'rkr:mpulan, orang pribadi serta
lembaga lainnva \/anfl rnenvelr.nllgarakan kcgiatan, van11 membayar
hortolariuln, harlialr, atatr pc111i11.1r1ialrr rlalarn bttntuk apapun kcpada
lVajib Pajak orarrg pribacli dalam ncgc.ri Lrerkenaan clcngan suatu kr.giatan.
(2) Tidak tcrrnasuk scbagai pr'rnbt:ri kr'rja I'ang mcmpunvai kervajiban untuk
nlelakukan pemotongan l.rajak scbagainr.rna tlinraksrrtl pacla avat (1) huruf a
aclalah:
a. kantor perr,r'akilan rlegara itsillg;
b. organisasi-organisasi internasiorral s(-Lragaimana c'limaksucl rlalam Pasal 3
ayat (1) huruf c Unrlang-Unclang Pirjak Pt:rrglrasilarr, \,ang tclah ciitetapkan
oleh Menteri Kuangarr;
c. pemlreri kerja orang pribacli 1'ang ticlak melakukan kt'giatan usaha atau
pekerjaan bebas yang semata-mata rne.mpt'kerjakan orang pribadi untuk
melakukan pekerjaan rumall tangga atau peke.rjaan Lrukan dalam rangka
melakuktrn kepiiatan usaha atau pc'kcrjaarr t.relras.

(3) Dalam hal organisasi internasiorral titlak mt mt'nuhi ketentuan sebagaimana


climaksutl pirtla a1'at (2) huruf b, organisasi internasional rlimaksucl merupakan
pemberi kc'rja f ang bt'rkcwajilrarr melakukarr pemotongan paiak.

BAB III

PENERIMA PENGHASII-AN YANG DIPOTONG PPh PASAL 21


DAN r\TAU PPh PASI\L 26

Pasal 3

Penerima Penghasilarr yang Dipotong PPh Pasal 21 cian atau PPh Pasal 26 adalah
orang pribadi yang merupakarr :
a. pegau'ai;

b. penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan


hari tua, atau jaminan hari fua, termasuk ahli u'arisnya;
c. bukan pegalvai vang rncnerima atnu menrperole'ir penghasilan sehubungan
rlL.ngalr pckerj.ran, jasa, atau kcliiatan, arrtara l.rin n]cliputi:
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
l tenal;a ahli vang melakukarr pekerjaan be,bas, yang terclirr clari
pengacara, akuntan, arsitck, cloktcr, korrsultan, notaris, penilai, rlan
akbu aris;
2. pemain nrtrsik, pemba*'a acara, pen'anf i, ppln11'ak, bintang film,
bintang sinetron, bi.tang iklan, sutratl;rra, kru film, foto model,
peragawan/ peragavvati, pemain rlrama, pt-nari, pc.ntah;-rt, pelukis, {an
seniman lainnlra;
3. olahragavvan;
4. pcnasihat, prcnllajar, pclatih, pt rrct'ramah, pcnvtrluh, cian mt.rcrc'rator;
5. Pc'ngarang, ptncliti, clan pcnc'rjsnl;111;
6. pemberi jasa clalam segala bicla'g tr:rnrasuk te.krrik, komputer clan
sistem aplikasinl'a, telekomunikasi, elt'ktrorrika, fok>grafi, ekonomi clarr
sosi;rl serta pernberi jasa kepacla suatu kcparritiaan;
7. agen iklarr;
8. pcllgarvas ittau pengt:lola pr1r1,g1,
9' p('mlralva Ir('silllall at.rtt 1'alr11 tnt'rtPrrrukiln Ianl;1lanarr atau
),anll ntcnjacli
per.rntara;
10. pcbr-rgas penjaja barang rlagangarr;
11. petugas ciinas luar asurirnsi;
12. tlistributor pct'usahaan tttrrltiltu,l tnnrkrtitrq atau r/i n,ci sc//i lg tlan
kcgiatan sejcnis lainnva;

cl. peserta kegiatan t'atrg menerima atau men.rperolch pr:nghasilan sehuburrgan


dengan keikutsertaannva dalanr suatu kegiatan, antara lain rnc.liputi :
1. peserta perlombaan tlalam segala L.riclang, antara lain perlombaan olah
raga, seni, ketangkasan, ilmu pengctahuan, teknologi tlan perlombaan
lairurya;
2. peserta rapat, konfercnsi, siciang, pertemuan, atau kunjungan kerja;
3. peserta atau anggota clalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara
kegiatan tertentu;
4. peserta pentlitlikan, pelatihan, ciarr magang;
5. peserta kt'giatan lairrnya.

Pasal -1

Ticlak terrnasuk clalam pengertian Pencrinra Penghasilar-r ),ang Dipotong pph


Pasal 21 elan/atau PPh Pasal 26, sebagainrana tlimirksucl clalam Pasal 3 adalah:

a. pejabat penvakilan clipiomatik c'lan konsulat atau pcjabat lairr clari negara
asing, clan orarlg-orang vang eliperbantukan keparla mc.reka yang bekerja
pac'la t-lan bertempat tinggal bersama mcrcka, clt'rrgan syarat bukan warga
negara Indonesia dan di Indorresia ticlak mcnerima atau memperoleh
pcngl'rasilan iain cii luar jabatan atau pekerjaannva tersebut, serta negara yang
lrersarrgkutan memberikan perlakuan timtraI balik;
b. pejabat prerwakilan organisasi internasional scbagaimana dimaksud clalam
Pasal 3 ayat (1) huruf c Unclang-Unclang Pajak Penghasilan, yang telah
ditetapkan oleh lr4enteri Keuangan, clengan svarat bukan warga negara
Incloncsia clan titlak merrjalankan usaha at;ru kclliatan atar,r pekerjaan lain
tt lrttr k tlrt'tn pt'rolt'11 p1'111'l1asil1p tla ri I trtl.rrt,si.r.
A!'iliiT,iT533[E3ll
B;\ tl I\,'

PENCIIASILAN YANG DIPOTONG PPh I'.\Si\L 21 DAN/ATAU PPh PASAL 26

Pasal 5

(1) Pengl'rasilan vang rlipotong PPh Pasal 21 clirrr/atau PPh Pasal 26 aclalah:

a. penghasilarr I'arrg cliterima atau rlip('roleh Ptgan'ai tetap, baik berupa


Pcllghasilarl ),ang bcrsifat teratur nlaupurl ticlak teratur;
b. pellghasilan vang diterima atau clipcroleh Penerima pcnsiun secara
terirtur berttpa uang pcrrsiun atal penghasilau sc.jenisnya;

c. perrghasilar-r sehubungan cicngan Peinutusan hubungan kerja dan


penghasilarr schubungan clcngan pt'nsiun yang cliterima se'cara
sc.kaligus berupa uans pLrsanllon, uirnll manf;rat pcnsiun, tunjangan hari
hra atau janrinan hari tua, clan pt'nrbal'aran lain sc-jenis;

d. Lrcnghasilan pegar,r'ai ticlak tt't"rp atau tr'naga kcrja lepas, berupa upah
Itariarr, tlPah ntit'U'lluau, ttl'r;rh srrtuatt, uPah f1v11'y11gi.rn atau upah yang
cl ibayalkan secara trulanrrn;

c. imbalan kcpatla bukarr pelian';ri, .rnt.rr.r lain bcrupa honor:rrium, komisi,


f'e, clarr iml.ralan sc'jcnis clcngarr nama cl.rrr tialanr bentuk apapun scbagai
imbalarr sclrut.rungan cicngan pekcrjaan, jasa, clan kegiatan yang
c.lilakukarr;

f. imbalan kr:paL{3 pescrta kegiatarr, antara lairr beru;ra uang saku, uang
representasi, uarrg rilpat, hclttor.rriunr, h.rc.liah atau pcnghargaan ciengan
nama clan clalam bentuk apapurr, clarr inrbalan sr.jenis dengan nama
apapun.

(r) Perrghasilarr ),;rng rlipotetrg PP| Pasal 2'l tlal/atatr PP[ Pasal ?(r sebagaimana
ciimaksurl pacla avirt ('l) ternrasuk Pula pcncrirrraan tlalam benfuk naLura
clatr/atar"r kt:niknratarr lainr-rva clt'nr1an rr;rnr.i tlan rlalanr bcntuk apapun yang
r,libt'r'ikarr olt'h:
a. bukan Wajib Pajak;
b. Wajib Pajak vang elikenakan Pajak Pt'ngl'rasiltrn varlg lrcrsifat final; atau
c. Wajib Pajak vang clikcnakarr Pajak Pr'nghasilan beldasarkan norma
penghitungan khusus Qletrtrcd yroftt).

Pasal 6

(1) Penghasilan sebagaimana climaksurl clalam Pasal 5 yar-rg cliterima atau


cliperoleh orang pribacli Subjck Pajak clalam negcri merupakan pcnghasilan
vang clipotong I']Ph Pasal 21.

(2) Penghasilan sebagaimana dimaksucl clalam Pasal 5 yang cliterima atau


diperoleh orang pribadi Subjek Pajak luar negeri merupakan penghasilan
yanl; clipokrng PPh Pasal 26.
MENTERI KEUANGAN
FEPUBLIK INDONESIA
Pasal 7

(1) Penghitungan PPh Pasal 21 clan/atau PPh Pasal 26 atas penghasilan berupa
penelimaan dalam bentuk natura darr/atau kerrikr-rratan lainnl';q selragaimana
rlimaksucl clalam I'asal 5 avat (2) cliclersarkarr lra.la harga pasar atas barang
yang cliberikan atau nilai n'ajar atas pcmberian kt-nikmatan yang r-liberikan.
(2) Dalam hal pengl.rasilan sebagaimana ciimaksucl darlam Pasal 5 ayat (1)
diterima atau cliperoleh dalarn nlata uang asing, pt'nghitungan PPh Pasal 21
clan atau PPh Pasal 26 cliclasarkan pacla nilai tukar (ktrrs) vang ditctapkan
oleh Mcnteri Keuangan vang berlaku lratia saat peml.ral'aran penghasilan
tersebut atau pacla saat ciibeirankan scbagai bial'tr.

Pasal 8

(1) Tirlak tenlasuk tlalam ;.rengeltian pr.nllhasilan I'an11 elipotonl; PPh Pasal 21
aclalah:
a. pcmb;rvararr rlanfaat .ltaLl santrlrirn asurarrsi dari pr.rr-rsahaalr asuransl
schuburrl',;rrr tlt rrgan asu ransi ktst'hatarr, asu rarrsi kt.ct,l akaan, astr ransi
jir.va, asuransi cllvri3r"rrra, tlarr asur.rrrsi lrca sisrr'.r;

b. pcncrimairlr rl:rlam l-rcntrrk natulir rlan/attru kt'nikrnatar-r clalam Lrcnfuk


apapurr )'anll rlilrclikan ole]r \\'ajib Palak atrru Pctncrintah, kecuali
pcngl.rasilan selragaim;ina r-linraksu.l tlalarn Pasal 5 avat (2);

c. iuratr pensiun \ranll tlil.ayarkap kc1-ratla clana Pensiull yan[]


I.t'nclirianrrr',r tt'lalr.lis.rlrk.trr trlt'lr \lt.rrtr'n Kcr-r.rrtrian. iur,rrr hrrrj.rn11.rn
hari tua at.ru irlran janrinan hali tr-ra kepacla batlarr pcnlrclL'nggara
tunjangan liali tua atau lrirt]arr ]-,crrt'r'lcnggara jarlitrau sosial tenaga
kcrja vang tliba1,31 olch pembcri kt'r'ja;
rl. z-.rkat vano cljtt'rjma rtlcl-r orang prit)adi varrg berhak tlari Lraclan atau
lcrlbaga amil znkat I'an11 rlibentr,rk atatr tlisahkan olch Pemcrintah, atau
strmbarrllan kt'allanraan vanl; sifatrrva n'ajib lratji l-rt:r'nt'luk agama yang
cliakui cii Irrclonesia vang tliterinr.r olclr orang pribacli ),ang L-rerhak clari
lcnrbagi'r kcal',ermaarr van11 tliLrcrrtuk lt;ru clisal-rkarrr olch Pernerintah;
c. lreasiswa scbagairtrnrtar tlinraksutl tlalrrr.lr I'asal 4 airal (3) huruf I
Undang-Undang Pajak Pcnghasilan.
(2) Pajak Penghasilan yang ditanggung olcl.r pemberi kerja, termasuk yang
ditanggung oleh Peme'rintah, merupakan penerimaan dalam bentuk
kenikmatan sebagaimana dimaksud pacla ayat (1) huruf b.

BAB V

DASAR PENGENAAN DAN PENIOTONGAN


PPh PASAL 21 DAN/ATAU PPh PASAL 26

Pasal t)

(l) Dasar pengenaan clan pemotongan PPh Pasal 21 aclalah sebagai berikut;
a. Penqhasilan Kcna Pajak, 1'ar.r11 berlaku ba11i.
h,IENTERI KEUANGAN
FEPUBLIK INDONESIA
l. pcgirwiri tctap;
2. Pencrirna |r'nsiun l.crkala;
3. pegawai ticlak tetap yang 1-re'nghasilannl,l dibayar se'cara bulanan
atau jurrrlah kumulafif penghasilan varrg rlitcrima clalam 1 (satu)
bulan kalender telah melt'l-rihi jur.r.rlalr PTKP sebulan unfuk cliri Wajib
Pajak sc'ndiri;
4. [-:ukan pe1,,ar.r.ai, yang nrcliputi:
a) clistrit'rutor multi lt'vel n.rarketin;i at.ru r/irr,cf x:llitrg;
Lr) l-tetugas clinas luar asuransi vang ticlak bcrstatus sebagai
Fegal{ar;
c) penjaja Lralang ciagangarr I'ang tirlak berrstatus sebagai pegawai;
ciar-r/atau
cl) pencrima pc'nghasilan bukarr pegarr'ai lainnya yang menerima
penghasilan clari Pe rnotong PPh Pasal 21, secara
bcrkcsir.rambungan clalar.rr 1 (satu) tahun kalc'ntlcr.
Lr. Jumlair perrl;hasilan varrg melebihi bagian penghasilarr yang tidak
clilakukan pemotongan PPh Pasal 21 sebagaimana climaksud dalam
Pasal 2l ayat (4) Unclang-Unrlanli Pajak Pt'nghasilan, vang Lrerlaku bagi
pcgarvai titiak tetap vang mcnerirna upall harian, upah mirrgguan, upah
satuan atau upah boronsan, scpanjanrl Pelrghasilarl kumulatif yang
tliterima clalam l (salu) bulan kalcncler belum melcbihi jumlalr PTKP
scbulan untuk rliri \{ajib Pajak scnrliri.
c. Jurnlah penrihasilan Lrruto, r'an[ bcrlaku Ltagi perrcr-irla penllhasilan
sclain pc.rrelinra pr1gl351lan scbasaimana rlinraksurl piril huruf a elan
huruf [.r.

(2) PTKP st-.bulan sebagaimana dimaksucl parla al'ai (1) arrliilah PTKI'dibagi 12
(ciua belas).

(3) Dasiir pengenaan elan pL.motongarl PPli Pasal 26 ael;rlah jurll;rh penghasilan
bruto.

IJAB \/I

PENC UIf ANCT\N YANC DIPIliBOLhtlKAN

Pasal 10

(1) Jumlah pL-nghasilan bruto yang ciiterirna atau clil.reroleh Penerima


Penghasilan vang Dipotong PPh Pasal 21 clan aiau PPh Pasal 26 aclalah
seluruh jumlah penljh.lsilan se'bag:rinrarra ciimaksud tlalam Pasal 5 yang
diterirna atau cliptrolch rialam su;rfu periode atau pacla saat clibayarkan.
(2) Pcnghasilan Kena Pajak aclalall setragai bt'rikut:
a. bagi pegalvai tc.tap elan pc111'r"i111a pL'nsiun lrerkala, seLrcsar pengl.rrrsilan
neto dikurangi P'I'KP;
b. bagi pegan'ai tidak tetap sebagaiman;r clirnaksud c'lalarn Pasal 9 ayat (1)
huruf a arrgka 3, sebesar pt'rrghasilan bruto clikurangi PTKP;
c. bagi bukan pcgalr'ai sL'ba[]ainlann tlin.riiksucl clalatnr Pasal 9 ayat (1)
huntl a arrrika -1, sllrr'sitt pcnlih.rsil.trt lrrttto tlikur;rrr1',i I/l KI' yanli
rlihittrn11 sccar;r bu Iirr-ran.
Hi'"'.?,iTsts8[E3lX
(3) Bcsarnya pcnghasilan r-reto bagi pegan'ai tctap t,ang clipotong PPh Pasal 21
aclalah jumlah seluruh pe.nglrasilarr bruto dikurarrgi clengar.r:
a. biava jabatan, sebagaimana ciimaksucl tlalam Pasal 21 ayat (3) Unclang-
Ur.rclang Pajak Penghasilarr;

b. iuran yang terkait dengar-r gaji yang ciibal'ar oleh pegan'ai kepacla dana
pensiun vang pendiriannya telah ciisahkan olt'lr Mentr:ri Keuangan atau
badan penvelenggara tunjangan hari tua atau jaminan hari tua yang
ciip'rcrsan-rakarr clt'ngan clana pren5iu11 \'crng l.t'rrcliriannl'a telah clisahkan
olch Mentcri Kcuangan.
(4) Besarnya penghasilan neto t'ragi perrerima pensiult l,ang clipotong PPh Pasal
21 adalah seluruh jumlah penghasilan irruto t'likuranlli dengan biaya
pensiun sebagainrana clin-raksucl clalanr Pasal 21 ayat (3) Unclang-Undang
Pajak Pcnllhasilan.
(5) Besarnya PTKP bagi karyawati berlaku kt'tentuan sclragai Lrc'rikut:
a. bagi karyarvati karvirr, st'beserr PTKP untuk dirinva scncliri;
b. bagi karyarvati ti.lak kau'in, scbt,sar PTKP urrtuk r'lirinya sendiri
clitarnbah PTKP untuk keluarga ),ang menjacli tanggungan
sepcnuhnYa.

(6) Dalam hal kart'arvati kawin clapat ntcnunjukkan kt:terarrgarr tcrhrlis tlari
Pc.merintah Dar:rah sctempat sel'cnrlah-rcrrclrtlrrrva kecarrratan yang
menyatakan bahu'a suamirrva titlak me'neritna atau mernperolelr
untlk clirilv;r scnciiri clitarnt-rah
penghasilan, besarnl'a PTKP aclalah Pl KP
PTKP unfuk status kan'in tlarr PTKP rrrrtuk keluarga I'ang menjacli
tanggungan sepc.nuhnva.
(7) Besalrrl'n PTKP clitentukan lrerciasarkan ktatlaan pacia arval tahun kalencler.
(8) Dikecualikan dari kctcrrhran st-bagainrarra dimaksucl pada ayat (7), bcsarnya
PTKP untuk pc'ga\4,ai 1'ang baru clatarrl; tlan mcnetap cli Inrionesia clalam
bagian tahun kalc.rrdcr riitc.rrtukirn bcrdttsarkan keaclaan pacl;r awal bulan
clari lragian tahun kalcnclL.r )/a11g bcrsangkutarn.

Pasal I 1

(1) Atas pcnghasilan bagi pegan'ai ticlak tctap atau tenaga kerja le1-ras yang tidak
clil.rayar secara Lrulanan at.ru jurnlah kr"rmulatifnl'a clalar.r.r I (satu) bulan
kalencler L-relum me.lebihi PTKP sebulan untuk eiiri \{ajib Pajak sendiri
berl;rku kete'ntuan sebagai be likut:
' a. tidak clilakukall pcmotongan PPh Pasal 21, clalam hal per.rghasilan sehari
at.ru rata-rata pengl'rasilarr schari Lrr.lum nrclebihi bagian pr'nghasilan yang
ticlak clilaktrkan pemotorrgan sebagaimana dimaksurl clalam Pasal 21 ayat
(4) Undang-Unclang Pajak Pengliasilan;
b. clilakukan pemotongan PPh Pasal ?1, cialam hal penghasilan sehari atau
rata-rata penghasilan sehari melebihi l-ragian penghasilan yang ticlak
dilakukan pemotongan sebagaimana tlimaksuc'l dalam Pasal 21 ayat (4)
Unrlang-Undang Pajak Penghasilarr, cian bagian penghasilan yang tidak
clilaktrkarr pL'lrt()toll8,al1 tt'rst'lrtrt nt('rupitkitrt jtrmlah yang rlapat
tl i ktr rrtrr1',karr tl,r t i It'111, l1;15,i l,tn brrr t, r.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
/?\ Rrrhr-rata ponghasilan se'hari sebagainrana rlimaksucl patla ayat (1) adalah
rata-rata up;rh mirrl3guan, trpah satuan atatr upah borongan unhrk setiap hari,
kerja yang cligurra kan.
(3) Dalam hal pegart,ai ticlak te'tap telah mr:mperoleh penghasilan kumulatif
dalarn 1 (safu) Lrulan kalender )'ang mcL-bihi PTKP sebulan untuk cliri Wajib
Pajak sendiri, maka jumlah yang dapat dikurarrgkan c'lari l.rsnghssilan t'rruto
aclalah sebesar PTKP yang seberrarnva.
rJ\ PTKP yang seben11111,n selragi]imana clin-raksutl parla avat (3) adalah sebesar
PTKP untuk jumlah hari kerja vang scbelrarrrva.
/5\ PTKP sehari sebagai clasar untuk menetapkan PTKP yang sebenarnya aclalah
sebesar PTKP ctibagi 360 (figa ratus enirm puluh) hari.
((') Dalam hal berclasalkan kt'tentuan di biclang kete'nagakerjaan cliafur
kewajiban untuk mcngikutsertakan pegarvai ticlak tetap atau tenaga kerja
ic-pas elalam progrant jirmirr:rn l-rari tua i-rtau tunjangan l-rari tua, maka iuran
jan'rinan hari ttra atrtu iuratr turrjangarr hari tua yang clibayar serrcliri olch
pegawai ticlak tctap kcpacla baclan per.rvek'rrrgara jaminan sosial tenaga kerja
atau baclan pL.nvelenggara iunjangarr hari tu;r, clapai clikurangkan clari
penghasilan bruto.

Pasal 12

(1) Penerima penghasilan bukarr pegan'iti scl'ragerimarra r-limaksur-l dalam Pasal 9


ayat (1) huruf a angka 4 clapat mempc'rok'h perrguranqan PTKP sepanjang
vang bcrsangkutan te.lah mc'mpun\,ai Norlor Pokok Wajib Pajak rlan hanya
memperoleh pengl.rasilan dari hubungarr kerja riengarr Pcnrotong Pajak serta
ticlak memperoleh penghasilan lainnva.
(2) Untuk clapnt mernperolel.r pengurangan PTKP st-.bagaimarra dimaksud pacla
ayat (2), pcnerirna pcnghasilan btrkan pcg;.rrt,ai harus mtnl'crahkan fotokopi
kartu Nonrol Pokok Wajib Pajak, ql31r bagi rt,anita karvin harus menyerahkan
fotokol.ri kartu Nonror Pokok \\iajitr Pajak suarmi serta fotokol.ri surat nikah
tlan kartu keluarga.

BAB VII
TARIF PENIOTONGAN PA]i\K D;\N PENERAPANNYA
Pasal 13

(1) Tarif berciasarkan Pasal 17 avat (1) huruf a Unclang-Unclang Pajak


Penghasilan ciiterapkarr atas Penghasilan Kerra Pajak ciari:
a. pe'gawai tetap;
Lr. penc.rirnir pensiun yarrg clibal'rirkan secara bulanarr;
c. pegarvai ticlak tetap atau tenaga kerja le'pas yang clibayarkan secara
bulanan.
(2) Untuk perhitungan PPh Pasal 2l varrg harus clipotong setiap masa pajak,
kecuali masa paiirk tt-.rakhir, tarif clitcrapkan atas pt'rkiraan pcnghasilan yang
.rkarr tlrPcrolt'tr st'l.ttna I (sattr) lahtrn, tlt,rrli.rrt kr,tt'rttuart s,'lral',ai bcrikut:
MENTERI KEUANGAN
-REPUBLIK INDONESIA
a. perkiraan atas penghasilan ),ang lre rsifat terafur adalah jumlah
penghasilan teratur dalarn 1 (satu) bulan clikalikan 12 (clua belas);
b. cialam hal terclapat tambahan penghasilan yang bersifat ticlak teratur,
maka perkiraan penghasilan Vang akirn cliperoleh selama 1 (safu) tahun
aclarlah sebcsar jumlah pacla huruf a c-litambah dengan jumlah
penghasilan 1'ang bersifat ticlak teratur.
(3) Jumlah PPh Pasal 21 \,ang hams clipotonil untuk setiap masa pajak
sebagairnana rlir.rraksud pada ayat (2) arlalah:

a. atas penghasilan yang lrersifat ter;rtur atlalah stbc.sar Pajak Penghasilan


terutang atas jumlah penghasil.rn selragaimarra ciimaksucl pada a1,at (2)
huruf a clibagi 12 (clua belas);
tr. atas penghasilan yang Lrersifat ticl;rk teratur aclalah sebesar selisih
antara Pajak Penghasilan yarrg terutang atas jumlah penghasilan
sebagaimana ciimaksuc{ Pada ayat (2) hu.uf b ciengan Pajak penghasilan
)/ar1g tL'rutal-rg atas jumlah pL'nllhasil.rn scbagaimana climaksucl pada
a)'at (2) hurr-rf a.

(4) Dalanr hal pegan';ii tt'tap mcmpurrvai keu'ajibarr pajak suLrjcktif terlritung
scjak arval tahun kclentlt'r clan mulai be kerja sctelurh bulan Januari, termasuk
pegalt,ai yang setrclumnya bekerja patla pemlreri kerj;r lain, ban),aknya trulan
yang menjacli faktor pengali sebagaimana dimaksutl pacla ayat (2) atau
faktor penrbagi sclragaimarra clirnaksucl p31l;1 ayat (3) atlalah jumlah bul;rrr
tersisa dalam tahun kalendcr sejak varrg bersanllkutarr r.rrulai bckc4a.
/5\ Bcsarnva PPir Pasal 21 vang harus rlipotorrg untuk masa pajak terakhir
adalah selisih antara Pajak Perrgl'rasilarr )'ang terutang atas seluruh
penghasilan kena pajal selarna 1 (satu) tal.run prajak atau birgian tahun prajak
clengan PPh Pasal 21 vang telah clipotorrg pacla masa-n1asa sebelumnya
clalam tahun pajak yang bersangkutar.r.
(6) Dalam hal pegstt'ni tcti,rp kc'rvajilrirn [raiak subjt:ktifrrya harrya meliputi
Irallian talrun paj.rk, pcrhitr,rrrr;an PPh Plsal 2l yarr1l tt'rrrt;rn1; untuk ballian
ttrl.rtrr.r pajak terst'but dihitunli bcrrl.rsarkarr penl;hasilan kena pajak yang
clisetahunkan, sebanrlirrg tlenllan jumlah bulan rlalarn l.agian tahun pajak
y,ang bersangkutarr.

(7) Dalam hal pegalvai tetap berhenti br:kerja sebelum bulan Desember dan
jumlah PPh Pasal 21 yang telah ciipotong clalam tahun kalencler yang
Lrersangkutan lc'Lrih bt.sar ciari PPh Pasal 21 r'ang terutang untr.rk 1 (satu)
tairun pajak, rnaka kelebihan PPh Pasal 21 r,'ang tclah cliPotorrg tersetrut
dikembalikan kepatla pegau'ai tetap vang bersanllkutan bersamaan dengan
pemberian bukti pemotongan PPh Pasal 21 , pralirrg lambat akhir bulan
bc.riku bnya setclali bc.rhenti Lrckerja.

(1) Atas penghasilan vang cliterima atau clipcroleh pegart'ai ticlak tetap atau
tenaga kerja lepas berupa upair harian, upah nringguan, upah sabuan, upah
borongan, dan uang saku harian, sepanjang penghasilan ticlak dibayarkan
secara Lrulanan, talif lapisan pertama scirtrilaimana climaksucl dalam Pasal 17
ayat (l) huruf a Untl;rn1',-Unclanli P;rjak Pt'nlihasilan clitt'rapkan atas.
lvlENTERl KEUANGAN
NEPUBLIK INDONESIA
a. jumlah pengh.rsilan bruto cli atas bagian pcrrghasilan yang tidak
clikenakan pen'totongarl pajak sc'bagair.narra climaksucl dalan-r Pasal 21 ayat
(4) Untlang-Unclang Pajak Penghasilan; atau

b. jumlah penghasilan bruto clikurangi P'|KP vang seLrenarnya clalam hal


jumlair perrghasilan kumulatif dalarl -l (satu) bulan kalender telah
melelriiri PTKP sebulan urlfuk cliri \{ajitr P.riak sc'ncliri.
(2) Dalam hal jumlah penghasilar-r kumulatif dalam satu bulan kalencler telah
melebihi Rp6.000.000,00 (enam juta rupiah), PPh Pasal 21 clihirung clengan
menerapkan tarif Pasal 77 ayat (l ) ]ruruf a Unclatrg-Untlang Pajak
Penghasilan atas jumlah Penghasilan Kena Pajak 1'ang disetahunkatr.
(3) Besarnva Lratasan jumlah penghasilan kurlulatif dalam satu bulan kalencler
sebagaimarra dimaksucl pada a1'at (2) ciapat clisesuaikan se.panjang terdapat
perubahan besarn\,a P1'KP sebagaitnana tlimzrksud dalam Pasal 7 ayat (3)
Ur.rclang-Untlarrg I)ajak Pcnghasilan, f lrr1l kctentuannya clitrtur lebih lanjut
cler.rgan Peraturan Direktur Jencleral Pajak.

Pasal 15

(1) T;rrif Lrerclasarkan Pasal l7 avat (1) huruf zr Unciarrg-Unclang Pajak


Penghasilan diterapkan aias:
a. jumlah penghasilan lrluto untuk sctiap pcnrbayaran )'ang di(lasarkan
pacla penyelesaian suatu pekerjaan atau iasa yang mellurut maksudnya
ticiirk bersifat berkesinambungan, \'ang cliterirna oleh bukarr pcgawai;
b. jumlah bruto urrtuk setiap kali pcmbal'aran yang bersifat utuh tlan ticlak
dipecah, yang cliterima oleh Peserta kel3iatan; atau
c. jumlah kumulatif per-rghasilan bruto scbagai imbalan atas pekerjaan atau
jasa yang menurut maksucinl'a bersifat berkesinambungan, baik
lrerclasarkan kontrak atau psrj6njian tcrtulis artau berc.lasarkan keadaan
yang selterrarnva, yartg ciiterir-nn olt'h bukan pcgart'ai.
(2\ Tarif bet'clasarkau Pasal 17 a1'at (1) hr.rruf a Unclang-Unclang Pajak
Perrghasilan ciitr'rapkarr ;rtas jurnlah kumulatif Pe.nghasilan Kena Pajak
sebesar penghasilan trruto rlikurangi I'TKP, r,ang cliterima atau diperoleh
bukan pegawai sebagaimana climaksucl r-iaiam Pasal 9 ayat (1) huruf a angka
4, vang ciihitr.rng seLiap bulan.

Pasal l6

Tarif bereiasarkan Pasal'17 at'at (1) huruf a Untlarrg-Unclang Pajak Penghasilan


clitcrapkan atas penghasilan bruto kumulatif lrt'rupa :

a. honorarium atatr imbalarl \,ang bersifat tidak te'rabur Vang cliterima atau
cliperoleh anggota clewan komisaris atau (lewan pengahtas yang tidak
merangkap sellagai pegawai tetap pada pL'rusahaan yatlg sama;
b. jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan lain yang bersifat
tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan pegawai;
(r. pr.rrarikarr clana 1.t.nsiun olch pescrta lrollrarn pcnsir-tn vang masih berstatus
st,balliti l]('lla\\,ai, rlari tlana }r('nsiun van1l ppp1llliann1,;1 tclah clisahkan
It lenttrri Kt'u attrla tr.
H,t.T,i1,533183iX
Pasal 17

Tata cara pemotongarl PPh Pasal 21 atas pe-nglrasilan berupa u(rng pesangon, uang
manfaat pensiun Vang cli[.ra1,ar ole'h tlana f.rerrsiun \.ang
]rcncliriann),a telah
disahkan oleh Mentc.ri Keuangan, clan tunjangan hari tua atau janrinan hari tua,
yang dibayarkan sekaligus oleh L.radan pr'nvcle.rrggara tunjangan hari tua atau
baclan penyelenggara jamirran sosial tenaga kerja, cliatur elalam Feraturan Menteri
Kc.uangatr terserrr'liri.

Pasal I Il

Tata cara pemotongan clan pcngt:naan pph pasal 2l atas ppngllilsilan yang
bcrsumber clari anggaran pendapatan rlan bt,lanja ncgara atau anggarar.l
l.renclapatan belanja daerah ),ang rliterima atau rliperolth pejabat ncgara, pega\^,al
rrcgeli sipil, anggota TNI/PoLRI cian pcnsiunarxrva, cliatur clalam ptrafuran
N4t'rr tr'ri Kcuarrgan tcrserrrl iri.

Pasal lt)

(r) Tarif PPh Pasal 2(, sebesar 2011, (elLra Pulrrh Ptrscn) tlarr bersifart final
eliterapl<an atas pcrrl3ll3silarr lrruto varrr', clittrilna atau tlipcloleh se.bagai
imbalan atas pekeljaan, iasa, clarr kegiatan vang clilakukan olth orang pribicli
elengatr status Subiek Pajak luar nt'gcri tlcngarr lrrcrnpcrhatikarr kctentuan
Persehrjuan Penghindalan Pajak Berganrla yang bcrlaku antara Reputrlik
Incloncsia denga. rlegara clomisili subjtk Pajak luar negeri tcrsr,L.rut.
(2) PPh Pasal 26 sebagaimana tlimaksucl patia avat (1) tirlak bcrsifatfiual t.lalam
hal orang pritratli scbag:ri \Alajib Paiak Iuar ncgcr.i tersebut bertrbah stafus
mcrrjarli Wajib Pajak tlalarn rregcri.

BAB VIII

TARIF PEI\4OTONCAN PPh PASAL 2t Br\GI pENERIMA pENGI-tAStLAN


YANG TIDAK NIE]VIPUNYAI NO\IOR POKOK WAIIB PAIAK

Pasal 20

(1) Bagi Pe'ncrima Pcrrghasilan varlg Dipotorrg PPh pasal 21 yang ticlak memiliki
Nomol Pokok Wajitr Payak, clikenakan pcnrotongan PPIr Ptrsal 21 clengan tarif
Iebih tinggi 20% (dua puluh pcrsen) clarip;rtla tarif I'ang riite'rapkan terhaclap
Wajib Pajak yanl; memiliki Nomor Pokok \\ralib Pajak.
(2) Jumlah PPh Pasal 21 yang harus clipotorrg sclragaimana ciimaksurl pacla ayat
(1) adalah sebesar 1209'" (seratus clua puluh pe.rse'n) clari jurnlah pph pasal 21
yang seharusnya dipotong tlalam lral yarrg bersangkutan memiliki Nomor
Pokok lVajib Paiak.

(3) Pernototrgan PI)h ['asnl ? I sclragirinun.t r]inr;tksrrrl parla al,at (l ) hanya


[.erlakr-r u'tuk l'rr'nr.t.rrg.. PPlr Pasal 2] r'a.1', lrt,rsif;rt tirlak final.
MENI'ERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
(4) Dalam hal penerima perrghasilan \,.rnll telah elipotong P['h Pasal 21 dengan
tarif yang lebih tinggi sebagaimana elimaksucl pada ayat (1), mendaftarkan
diri unbuk memperoleh Norror Pokok Wajib Pajak, PPh Pasal 2t yang telah
cli;rotong terselrut tlapat diperhitungkan det.rgan PPh Pasal 21' yang terutang
untuk bulan-bulan selaniutnya setelah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.

BAI] IX

SAAT TERUTANG PPh I,ASAL 2I DAN/ATAU PI,IT PASAL 26

Pasal 21

(1) PPh Pasal 21 clan/atau PPlr Pasal 26 te'rutang bagi Per.rerima Penghasilan
pada saat clilakukan pembavaran atau patla saat terLrtangn)/a Penghasilan
1'an11 l.crsangku tarr.
()\ PPli Pastrl 2'1 clarr/atau PPh Pasal ?6 tcrutarlg lr;rgi Pemotorrg PPh Pasal 21
dan :rtau PPh Pa-rsal 26 ulrtuk setiap masa pajak.
(3) ayat (2)
Saat tr:rutang untuk setiap n.rasa Pajak sclragaimana r'limaksucl pada
adalah akhir [rr-rlarr clilakukannya Pembavaran atau pada akhir bulan
terutangnya pcnghasilan yang bersangkutan.

BAB X

I-{AK DAN KI]IVAJIBAN PEIVIOTONG P,,\JAK SERTA PENERIMA


PENGHASILAN YANC DIPOTONG PAIAK
Pasal 22

(r) Pemotorrg PPlr Pasal 2] tlan/atiru PPh Pas.rl 26 clarr Pe'nerima Pcnghasilan
yang Dipotong PI,h Pasal 21 n'ajib r.r.renclaftarkarr cliri ke' Kantor Pelayanan
Pajak sesuai tlengau keteutuan vanl; be Iaku.
(2) Pegarvai, Penerinta pensiurr bel'kala, serta bukan pegawai sebagaimana
elimaksud claiam Pasal 9 avat (1) huruf a angka 4 u'aiil. membuat surat
pernlrataan yang bcrisi jumlah tanggungar.r kc'luarga pacla awal tahun
kalencler atau parla saat mulai meniadi Subjek Pajak clalam negeri sebagai
ciasar penentuan PTKP dan rvajib nlerl\/erallkann1,a kepada Pemotong Pajak
pacla saat mr.rlai bckerja atau rnulai pensiun.
(3) Dalam l-ral te Ijacli perul-)ahan tarlggtrngan keluarga, pcgawai, penerima
pensiun berkala cian bukan pegart'ai sebagairnarla climaksuel clalarn Pasal 9
ayat (1) huruf a arrgka 4 s';1iif mcmbuat sulat Pernyataan baru dan
menvcrahkannya kcpacla Pr'rnoton1] PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26
paling lama sebelum mulai tahun kalende'r berikutnya.
(4) Pemotong PPh Pasal ?L dan/atau PPh Pasal 26 wajib menghitung, memotong,
menyetorkan dan melaporkan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 yang
terutang unfuk setiap bulan kalender.
MENTERI KEUANGAN
r]EPUBLIK INDONESIA
r5\ Pemotong PPh Pasal 21 clan/atau PPh Pasal 26 r.vajib mcmbuat catatan atzru
kertas kerja perhitungan PPh Pasal 21 rlan/atau PPh Pasal 26 untuk masing-
masing penerima penghasilan, vang menja(li clasar pelaporan PPh Pasal 21
dan/atau PPh Pasal 26 yang terutarrg untuk setiap masa pajak clan wajib
menyimpan catatan atau kertas kerja perhitungan tcrsebut sesuai clengan
ketentuan yang berlaku.
(6) Ketentuan mengcnai keu'ajiban untuk nrelaporkan pcmotongan PPh Pasal 21
cian/atau PPh Pasal 26 untuk setiap btrlan kaletrrlc'r sebagaimana climaksud
pada ayat (4) tetap berlaku, clalam hal jurnlah pajak yang dipotonp; pacla bulan
yang Lrersangkutan nihil.
(7) Dalam hal dalam suafu Lrulan tr'rjacli kr-'lcbihan pctrl'etoran pajak atas PPh
Pasal 21 clan/;rtau PPh Pasal 26 r'ang tcrutang, kclt:frihan lrenvetoran tersebut
clapat diperhiturrgkan cltrrgan PPh Ptrsrrl 21 elar.r/atau PPh Pasal 26 yang
tenltang pacla bulan berikuhrl'a me-lalui Sur;rt Penrberitahu:rn Masa PPh Pasal
21 clan/atau PPh Pasal 26.

(8) Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 u,ajlb rnembuat bukti
pemotongan PPli Pasal 21 clan/atau PPh Pas;rl 26 clan memtrerikan Lrukhi
pcnl()tontlarl tc'rsclrut kcpli1 pctlerinra pcnghasilarr ),ang difok)ng pajak.
(e) Be'nhrk folmulir pcmotongarl PPh Pasril 2l clan/atau PPh Pasal 26
sebagairnana climaksurl pacla avat (7) ditetapkan clengan Pcraturan Direkbur
Jenderal Pajak.

Pasal 23

(r) Jurnlah PPh Pasal 21 r'ang tlipotorrg merupakarl kreclit paiirk ba1;i pcnerima
penghasilan )rang clikenakarr l.renrottlngatr ultuk tahr,tl pajak ),ang
bersanl3kutar-r, kecuali PPh Pasal 21 r'an11 lrersifat final.

(2) Dalam hal Wajitr Pajak yang telirl'r tiipotong PPh Pasal 2l cicngan tarif yang
le'bih tinggi sebal;.rinrnntr clinraksucl clalarn Pasal 20 ar1'n1 (l)mendaftarkan cliri
untuk nrcmpcrolclr Nomor Pokok \{a1ib I'ajak, PPh Pasal 21 yang telah
diprotong tt:rscbrrt rlapat tiikrcciitkan cialam Surat Pemberitahuan Tahurran
Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribar-li.

BAB XI
KETENTUAN PENU'IUP

I'asal ?-l

Kctentuarr nrerrgenai lrecloman tcknis tata cara Lrcmotongan, petlyetoran clatr


pelaporan PPh Pasal 21 clan/atau PPh Pasal 26 sehubungan clengan pekerjaan,
jasa, dan kegiatan orang pribadi, dan contoh pcrhitungan dan pemotongan PPh
Pasal 21 dan,/atau PPh Pasal 26 diatur lcbih lanjut clengan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK TNDONESIA
Pasal 25

Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal l Januari2009.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan


Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik
Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
padatanggal 3l Desember 2008
MENTERI KEUANGAN
ud.
SRIMULYAMINDRAWATI

pf-R\
as
Salinan sesuai dengan
Kepala Biro Umum
u.b.
KepalQagian T' rarEmen
\E
Anton,

Anda mungkin juga menyukai