Anda di halaman 1dari 13

1. Jelaskan Anatomi dan Fisiologi Organ Terkait !

a. Anatomi Jantung (Cor)

Jantung (cor) merupakan organ utama dalam system kardiovaskuler.


Jantung merupakan organ muscular yang berbentuk conus atau buah pir
sebesar kepalan tangan tinju, bertumpu pada diaphragm thoracis. Jantung
terletak dalam mediastinum di rongga dada, yaitu di antara kedua paru-paru
bagian caudalis. Duapertiga bagian jantung terletak di sebelah kiri tulang dada
dan sepertiga pada bagia kanan. Letak jantung sedemikian rupa sehingga
puncaknya (apex cordis) menghadap ke arah caudoventral kiri. Pada orang
dewasa, ukuran cor adalah panjang 12 cm, lebar 8-9 cm, dan tebal 6 cm. Pada
laki-laki berat jantung adalah 280-340 gram dan pada wanita 230-280 gram.
Dalam keadaan patologis, ukuran jantung bisa melampaui ukuran normal.

Proyeksi jantung pada dinding ventral thorax adalah sebagai berikut :

Tepi kiri di sebelah cranial berada pada tepi caudal pars pars
cartilaginis costa sinister, yaitu 1 cm di sebelah lateral tepi sternum.
Tepi kiri di sebelah caudal berada pada ruang intercostalis 5, yaitu
kira-kira 9 cm di sebelah kiri linea mediana atau 2 cm di sebelah medial linea
medioclavicularis sinistra
Tepi kanan di sebelah cranial berada pada tepi cranialis pars
cartilaginis costa III dextra, kira-kira 1 cm dari tepi lateral sternum.
Tepi kanan di sebelah caudal berada pada pars cartilaginis costa VI
dextra, kira-kira 1 cm di lateral tepi sternum.
Jantung dibungkus oleh suatu selaput yang disebut pericardium.
Pericardium terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan fibrosa, yang terletak di
sebelah luar membentuk kantong fibrosa dan lapisan serosa yang terletak di
sebelah profunda membentuk kantong serosa. Lapisan atau membrane serosa
yang meliputi permukaan jantung membentuk epicardium disebut pericardium
viseralis dan lapisan serosa yang terdapat pada permukaan lapisan fibrosa
membentuk pericardium parietalis. Kedua lapisan tersebut membatasi suatu
rongga yang dinamakan cavitas pericardialis. Peralihan antara pericardium
visceral menjadi pericardium parietale disebut reflexi pericardii. Cavitas
pericardii berisi cairan pelumas yang disebut cairan sereus yang membasahi
permukaan membrane serosa, yang berfungsi mengurangi gesekan dan
membuat jantung bebas bergerak pada waktu systole dan diastol. Pericardium
parietalis melekat pada tulang dada di sebelah depan, dan pada kolumna
vertebralis di sebelah belakang, sedangkan ke bawah pada diafragma.
Pericardium viseralis langsung melekat pada permukaan jantung. Dinding
jantung terdiri atas tiga lapisan, yaitu :
Lapisan supeficial disebut epcardium
Lapisan intermedia disebut myocardium
Lapisan profunda disebut rndicardium
Jantung terdiri dari empat ruangan, yaitu atrium kanan dan kiri serta
ventrikel kanan dan kiri. Atria merupakan ruangan yang terletak di bagian atas
menerima darah dari seluruh tubuh dan paru. Ventrikel merupakan ruang
jantung yang terletak di bagian bawah. Ventrikel kanan memompa darah ke
paru sedangkan ventrikel kiri memompa darah ke seluruh tubuh. Ruangan
jantung bagian atas, atrium, secara anatomi terpisah dari ruangan jantung
sebelah bawah, atau ventrikel, oleh suatu annulus fibrosus.
Atrium Kanan
Atrium kanan yang tipis dindingnya ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan darah, dan sebagai penyalur darah dari vena-vena sirkulasi
sistemik ke dalam ventrikel kanan dan kemudian ke paru-paru. Darah yang
berasal dari pembuluh vena ini masuk ke dalam atrium kanan melalui vena
kava superior, inferior, dan sinus koronarius. Dalam muara vena kava tidak
ada katup-katup sejati. Yang memisahkan vena kava dari atrium jantung ini
hanyalah lipatan katup atau pita otot yang rudimenter. Karena itu peningkatan
tekanan atrium kanan akibat bendungan darah di bagian kanan jantung akan
dibalikkan kembali ke dalam vena sirkulasi sistemik.
Ventrikel Kanan
Pada kontraksi ventrikel, maka tiap ventrikel harus menghasilkan
kekuatan yang cukup besar untuk dapat memompakan darah yang diterimanya
dari atrium ke sirkulasi pulmoner atau ataupun sirkulasi sistemik. Ventrikel
kanan berbentuk bulan sabit yang unik, guna menghasilkan kontraksi
bertekanan rendah, yang cukup untuk mengalirkan darah ke dalam arteri
pulmonalis. Sirkulasi pulmoner merupakan sistem aliran darah bertekanan
rendah dengan resistensi yang jauh lebih kecil terhadap aliran darah dari
ventrikel kanan, dibandingkan tekanan tinggi sirkulasi sistemik terhadap
aliran darah dari ventrikel kiri. Karena itu, beban kerja dari ventrikel kanan
jauh lebih ringan daripada ventrikel kiri. Akibatnya, tebal dinding ventrikel
kanan hanya sepertiga dari tebal dinding ventrikel kiri.
Atrium Kiri
Atrium kiri menerima darah yang sudah dioksigenasi dari paru-paru
melalui ke empat vena pulmonalis. Antara vena pulmonalis dan atrium kiri
tidak ada katup sejati. Karena itu, perubahan tekanan dalam atrium kiri mudah
sekali membalik retrogard ke dalam pembuluh paru-paru. Peningkatan
tekanan atrium kiri yang akut akan menyebabkan bendungan paru-paru.
Ventrikel Kiri
Ventrikel kiri harus menghasilkan tekanan yang cukup tinggi untuk
mengatasi tahanan sirkulasi sistemik, dan mempertahankan aliran darah ke
jaringan-jaringan perifer. Ventrikel kiri mempunyai otot-otot yang tebal dan
bentuknya yang menyerupai lingkaran, mempermudah pembentukan tekanan
yang tinggi selama ventrikel berkontraksi. Bahkan sekat pembatas kedua
ventrikel juga membantu memperkuat tekanan yang ditimbulkan oleh seluruh
ventrikel pada kontraksi.
Di dalam jantung terdapat katup-katup yang berfungsi mengarahkan
aliran darah ke arah yang sesuai. Katup tersebut terbuka pada saat jantung
berkontraksi dan menutup untuk mencegah aliran darah balik pada saat
relaksasi. Di antara atrium dan ventrikel terdapat katup atrioventrikuler dan di
antara ventrikel dan pembuluh darah besar terdapat (aorta dan arteri
pulmonal) terdapat katup semilunar.
Katup Atrioventrikularis
Daun-daun katup atrioventrikularis halus tetapi tahan lama. Katup
trikuspidalis yang terletak antara atrium dan ventrikel kanan mempunyai tiga
buah daun katup. Katup mitralis memisahkan atrium dan ventrikel kiri,
merupakan katup bikuspidalis dengan dua buah daun katup.
Katup Semilunaris
Kedua katup semilunaris sama bentuknya; terdiri dari tiga daun katup
simetris menyerupai corong, yang tertambat dengan kuat pada annulus
fibrosus. Katup aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta, sedangkan katup
pulmonalis terletak antara ventrikel kanan dan arteria pulmonalis. Katup
semilunaris mencegah aliran kembali darah dari aorta atau arteria pulmonalis
ke dalam ventrikel, sewaktu ventrikel dalam keadaan istirahat.
Efisiensi jantung sebagai pompa tergantung dari nutrisi dan
oksigenisasi otot jantung. Sirkulasi koroner meliputi seluruh permukaan
jantung, membawa oksigen dan nutrisi ke miokardium melalui cabang-cabang
intramiokardial yang kecil-kecil. Arteri koronaria adalah cabang pertama dari
sirkulasi sistemik. Muara arteri koronaria ini terdapat di dalam sinus valsava
dalam aorta, tepat di atas katup aorta. Sirkulasi koroner terdiri dari arteria
koronaria kanan dan kiri. Arteria koronaria kiri mempunyai dua cabang besar,
arteria desendens anterior kiri dan arteria sirkumfleksa kiri.
b. Anatomi Paru (Pulmo)
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri
dari gelembung-gelembung (gelembung hawa = alveoli). Gelembung
gelebung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan
luas permukaannya lebih kurang 90 m2 pada lapisan inilah terjadi pertukaran
udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Banyaknya
gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan
kanan).
Paru-paru terletak pada rongga dada, datarannya menghadap ke tengah
rongga dada/kavum mediastinum. Pada bagian tengah itu terdapat tampuk
paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung.
Paru-paru sendiri dibagi menjadi dua, yakni
Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belah paru)
a. Lobus superior pulmo dekstra
b. Lobus medial pulmo dekstra
c. Lobus inferior pulmo dekstra
Paru-paru kiri, terdiri dari 2 lobus
a. lobus superior pulmo sinister
b. lobus inferior pulmo sinister
Tiap-tiap lobus terdiri atas belahan-belahan yang lebih kecil bernama
segment.
Paru-paru kiri mempunyai 10 segment yaitu:
a. 5 buah segment pada lobus superior
b. 5 buah segment pada inferior
Paru-paru kanan mempunyai 10 segmet yakni :
1. 5 buah segment pada lobus inferior
2. 2 buah segment pada lobus mediali
3. 3 buah segment pada lobus inferior
Tiap-tiap segment ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang
bernama lobulus. Diantara lobulus yang satu dengan yang lainnya dibatasi
oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh-pembuluh darah geteh bening dan
saraf-saraf, dalam tiap-tiap lobulus terdapat sebuah bronkiolus. Di dalam
lobulus, bronkiolus ini bercabang=cabang banyak sekali, cabang-cabang ini
disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus
yang diameternya antara 0,2 0,3 mm.
Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida.
Pada pernafasan melalui paru-paru atau pernapasan Externa, oksigen diambil
melalui hidung dan mulut, pada waktu pernafasan, oksigen masuk melalui
trakea dan bronchial ke alveoli, dan dapat erat hubungan dengan darah di
dalam kapiler pulmonaris.
Hanya satu lapis membran, yaitu membran alveoli-kapiler,
memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membrane ini dan di
ambil oleh hemoglobin sel darah merah dan di bawa ke jantung. Dari sini
dipompa di dalam arteri kesemua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-
paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95
persen jenuh oksigen.
c. Fisiologi Jantung (Cor)
Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh melalui
pembuluh aorta dan arteri pulmonalis. Kemampuan otot jantung untuk
memompa darah ke seluruh tubuh dimungkinkan oleh dinding ruang jantung
yang terdiri dari sel otot jantung (miokardium). Aktivitas kontraksi jantung
untuk memompa darah ke seluruh tubuh selalu didahului oleh aktivitas listrik.
Aktivitas listrik ini dimulai pada nodus sinoatrial (nodus SA) yang terletak
pada celah di antara vena cava superior dan atrium kanan. Sel-sel pemacu
(pacemaker) pada nodus SA mengawali gelombang depolarisasi secara
spontan, sehingga menyebabkan timbulnya potensial aksi yang disebarkan
melalui sel-sel otot atria, nodus atrioventrikuler (nodus AV) berkas His,
serabut Purkinje dan akhirnya ke seluruh otot ventrikel. Oleh karena itu nodus
SA disebut sebagai pacu jantung yang utama.
Aktivitas listrik ini disebut potensial aksi. Potensial aksi pada otot
jantung terdiri dari lima fase, yaitu :
Fase 0 (upstroke, fast depolarization)
Fase depolarisasi cepat ini terjadi karena adanya arus ion Na+ kedalam sel
(INa) melalui activation gate (m gate). Pada saat potensial membran (Vm)
mencapai 30 mV-40 mV terjadi proses inaktifasi saluran Na+, inactivation
gate (h gate) mulai tertutup. Proses inaktifasi saluran Na+ ini mendasari
terjadinya masa refrakter.
Fase 1 (early repolarization)

Fase ini merupakan repolarisasi awal yang berlangsung singkat. Fase ini
terjadi akibat inaktifasi saluran Na+ dan aktifasi saluran K+. Akifasi saluran K+
menyebabkan terjadinya pergerakan K+ keluar sel yang berlangsung singkat
(Ito, transient outward current). Fase ini sangat menonjol pada potensial aksi
di serabut Purkinje

Fase 2 (plateau)

Fase ini merupakan fase yang paling panjang. Fase ini terjadi akibat INa,
ICa dan IK, IK1 dan Ito. ICa masuk melalui saluran Ca2+ tipe L dan T. ICa
berperan dalam proses kontraksi jantung dengan memicu pelepasan Ca2+
intrasel di retikulum sarkoplasma (Ca2+-induced Ca2+ release). Modifikasi ICa
melalui saluran Ca2+ dengan obat-obatan dapat mengurangi atau
meningkatkan kontraksi jantung

Fase 3 (fast repolarization)

Fase ini terjadi bila arus K+ keluar sel melebihi masuknya arus Ca2+ (ICa).
Ito menentukan lamanya fase 2 atau awal fase 3, terutama pada atria. IK1
(inwardly rectified), memegang peranan paling penting pada proses
repolarisasi.

Fase 4 (resting membrane potential)

Pada fase ini potensial aksi kembali ke potensial membran istirahat


berkisar antara -80 mV sampai -90 mV pada otot ventrikel, lebih positif pada
otot atrium, nodus AV dan nodus SA. Fase ini ditentukan oleh pergerakan ion
K+ keluar sel, dan aktifitas pompa Na+-K+ (Na+-K+ pump).

Pada otot jantung, seperti halnya pada otot rangka mekanisme kontraksi
dan relaksasi terdiri dari lima tahap, yaitu : 1) potensial aksi pada membrane
sel membuka saluran Ca sehingga tejadi peningkatan arus Ca2+ masuk ke
dalam sitoplasma dengan konsekuensi konsentrasi Ca2+ ; 2) terikatnya Ca2+
dengan TnC yang akan mengubah konfirmasi troponin- tropomiosin kompleks
dengan aktin ; 3) perubahan konfirmasi ini menyebabkan crossridge sehingga
menimbulkan kontraksi ; 4) bila tidak ada stimulus, Ca2+ akan di re-uptake ke
dalam reticulum sarkoplasma dan teradi pemisahan antara Ca2+ dengan TnC ;
5) filamen tipis akan kembali ke konfgurasi awal dimana Tnl akan menutupi
bagian aktin yang akan berinteraksi dengan kepala miosin. Keseluruhan
mekanisme ini dikenal sebagai perangkai eksitasi-kontraksi atau excitation-
contraction coupling.

Mekanisme eksitasi

Secara singkat, bila terjadi proses depolarisasi pada sel otot jantung,
dengan cepat gelombang eksitasi akan disebarkan ke seluruh otot jantung
melalui gap junction. Eksitasi akas disebarkan ke bagian dalam sel melalui
tubulus-T yang melakukan invaginasi ke serat otot jantung pada garis Z. Pada
frase 2 proses depolarisasi, saluran Ca2+ pada membran sel dan tubulus-T
akan terbuka dan Ca2+ masuk ke dalam sel akibat perbedaan konsentrasi. Ca2+
yang masuk ke dalam sel akan merangsang pelepasan Ca2+ dari reticulum
sarcoplasma. Mekanisme ini dikenal sebagai Ca2+ induced-Ca2+ released.
Konsentrasi Ca2+ bebas intrasel akan meningkat dari 10-7 M ke 10-6 sampai 10-
5
M selama proses eksitasi, dan Ca2+ akan terikat dengan TnC. Walaupun pada
dasarnya mekanisme eksitasi-kontraksi kopling pada otot jantung sama
dengan otot rangka, terdapat perbedaan dalam hal pengaruh Ca2+ pada proses
kontraksi. Tubulus T pada otot jantung mempunyai volume 25 kali lebih besar
dari otot rangka. Selain itu, pada tubulus T juga ditemukan sejumlah
mukopolisakarida yang mempunyai muatan negative dan mengikat cadangan
Ca2+ yang lebih banyak. Hal ini untuk menjaga agar selalu tersedia Ca2+
dalam jumlah cukup yang akan berdifusi ke bagian dalam serat otot jantung
pada saat terjadi potensial aksi. Karena struktur tubulus T pada otot jantung
mempunyai ujung yang terbuka ke arah luar, sehingga terjadi hubungan antara
ruang ekstrasel. Akibatnya, konsentrasi Ca2+ untuk kontraksi sangat
dipengaruhi oleh konsentrasi Ca2+ pada cairan ekstrasel.

Mekanisme apapun yang meningkatkan konsentrasi Ca2+ akan


meningkatkan kontraksi otot jantung, dan yang menurunkan konsentrasi Ca2+
akan menurunkan kontraksi jantung. Misalnya, katekolamin yang terikat
dengan reseptor adrenergic beta akan memfosforilasi saluran Ca2+ melalui
cAMP-dependent protein kinase A. Fosforilasi ini akan membuka saluran Ca2+
sehingga banyak Ca2+ yang masuk ke dalam sel. Peningkatan Ca2+ intrasel
juga dapat dilakukan dengan menghambat pompa Na+- K+ oleh digitalis.
Digitalis akan menghambat pengeluaran Na+ sehingga terjadi akumulasi Na+
intrasel. Peningkatan Na+ intrasel akan menghambat pertukaran Na+ dan Ca2+,
artinya kurang Ca2+ yang dikeluarkan dari dalam sel. Hal ini menyebabkan
terjadinya akumulasi Ca2+ intrasel sehingga kontraksi meningkat.

Perubahan kompleks troponin-tropomiosin dan aktin


Interaksi antara Ca2+ dengan kompleks troponin-tropomiosin akan
menggeser posisi tropomiosin dari aktin. TnC satu-satunya tempat terikatnya
Ca2+ dari kompleks troponin-tropomiosin. Bila konsentrasi Ca2+ mencapai
tingkat yang cukup tinggi, terjadi interaksi alosterik antara Ca2+-TnC dan
tropomiosin akan menyebabkan tropomiosin akan bergeser -10 lebih dalam
ke lekukan aktin. Pergerakan ini akan membuka tempat interaksi antara aktin
dan myosin memungkinkan terbentuknya cross-bridge, dan dengan demikian
kontraksi otot.
Siklus Cross-Bridge
Dalam keadaan istirahat, kepala S1 miosin berikatan dengan ATP.
Aktivitas ATP-ase kepala S1 miosin ini menghidrolisa ATP menjadi ADP dan
P. Dalam keadaan istirahat juga, myosin tidak berikatan dengan aktin dan
orientasi kepala miosin tegak lurus terhadap aktin. Bila otot dirangsang,
peningkatan Ca2+ intrasel akan menyebabkan perubahan konformasi kompleks
troponin-tropomiosin dan selanjutnya memungkan terjadinya cross-bridge.
Ikatan antara kepala myosin dan aktin pada proses ini menyebabkan
perubahan kedudukan kepala myosin miring akibat peubahan konformasi dari
90o menjadi 45o. Perubahan konformasi ini meminimalkan kebutuhan energy.
Perubahan ini menyebabkan hidrolisis ATP menjadi ADP dan P. Energi yang
lepas ditangkap dan menimbulkan kekuatan untuk menarik aktin. Pada tempat
pelepasan ADP, terikat molekul ATP yang baru, dimana ATP ini
dipergunakan untuk melepaskan aktin dari kepala myosin. Suatu keadaan
yang dikenal sebagai rigor mortis atau kekakuan otot pada orang yang telah
meningal akibat kekurangan ATP sehingga cross-bridge bersifat menetap.
Re-uptake Ca2+ oleh Reticulum Sarkoplasma

Pada akhir sistol, pemasukan Ca2+ berkurang, dan tidak ada lagi
rangsangan untuk melepaskan Ca2+ intrasel dari reticulum sarkoplasma. Bila
konsentrasi Ca2+ intrasel menurun akibat re-uptake Ca2+ ke dalam reticulum
sarkoplasma akan terjadi relaksasi. Membran reticulum sarkoplasma
mengandung banyak pompa Ca2+ yang mekanisme kerjanya dipacu oleh
fosfolamban yang telah mengalami fosforilasi. Melalui pompa ini, dua mol
Ca2+ akan ditransport ke reticulum sarkoplasma untuk setiap satu mol ATP
yang hidrolisis. Pompa ini mempertahankan konsentrasi Ca2+ rendah dalam
sel. Selain itu, konsentrasi Ca2+ yang rendah di dalam sel juga dipengaruhi
oleh pompa Ca yang terdapat pada membrane sel otot jantung dan aktivitas
Na-Ca exchanger yang mempertukarkan 3 Na+ untuk satu Ca2+.

d. Fisiologi Paru (Pulmo)


Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner atau
pernapasan externa :
1. Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar udara dalam
alveoli dengan udara luar.
2. Arus darah melalui paru-paru
3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga jumlah tepat
dari setiapnya dapat mencapai semua bgian tubuh
4. Difusi gas yang menembusi membrane pemisah alveoli dan kapiler.CO2
lebih mudah berdifusi dari pada oksigen.
Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang
meninggalkan paru-paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu
gerak badan lebih banyak darah datang di paru-paru membawa terlalu bayak
CO2 dan terlampau sedikit O2; jumlah CO2 itu tidak dapat dikeluarkan, maka
konsentrasinya dalam darah arteri bertambah. Hal ini merangsang pusat
pernapasan dalam otak untuk memperbesar kecepatan dan dalamnya
pernapasan. Penambahan ventilasi yang dengan demikian terjadi
mengeluarkan CO2 dan memungut lebih banyak O2.
Pernapasan Jaringan atau Pernapasan Interna
Darah yang telah menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksigen
(oxihemoglobin), mengitari seluruh tubuh dan akhirnya mncapai kapiler ,
dimana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan memungut oksigen dari
hemoglobin untuk memungkinkan oksigen berlangsung, dan darah menerima,
sebagai gantinya, hasil buangan oksigenasi, yaitu karbon di oksida.
Perubahan-perubahan berikut terjadi dalam komposisi udara dalam
alveoli, yang disebabkan pernapasan externa dan pernapasan interna atau
pernapasan jaringan.
Udara yang di hembuskan jenuh dengan uap air dan mempunyai suhu
yang sama dengan badan (20 persen panas badan hilang untuk pemanasan
udara yang dikeluarkan).
Daya Muat Udara oleh Paru-paru.
Besar daya muat udara oleh paru-paru ialah 4.500 ml sampai 5.000 ml
atau 4 sampai 5 liter udara. Hanya sebagian kecil dari udara ini, kira-kira
1/10nya atau 500 ml adalah udara pasang surut (tidal air). Yaitu yang dihirup
masuk dan dihembuskan ke luar pada pernapasan biasa dengan tenang.
Kapasitas vital. Volume udara yang dapat dicapai masuk dan keluar
paru-paru pada penarikan napas dan pengeluaran napas paling kuat , disebut
kapasitas vital paru-paru. Diukurnya dengan alat spirometer. Pada seorang
laki-laki, normal 4-5 liter dan seorang perempuan, 3-4 liter. Kapasitas itu
berkurang pada penyakit paru-paru, pada peyakit jantung (yang menimbulkan
kongesti paru) dan kelemahan otot pernapasan.
Sumber :
1. Paulsen F & Waschke J. 2010. Sobotta Atlas Anatomi Manusia, Jilid 2,
Edisi 23. Jakarta: EGC.
2. Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke system, Edisi 8.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai