Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari hari kita mungkin sering mendengar kata filsafat. Lalu apakah kita
sudah mengetahui pengertian dari filsafat tersebut? Banyak juga orang yang belum
mengetahui makna sesungguhnya dari filsafat padahal filsafat adalah ilmu yang penting
karena filsafat adalah induk dari segala ilmu pengetahuan. Selain itu banyak pula yang belum
mengetahui ruang lingkup dari filsafat. Sesungguhnya ruang lingkup filsafat saling
berhubungan dengan pengertian filsafat itu sendiri.

Maka dari itulah kami menyusun makalah ini untuk memberi penjelasan sedikit
tentang Pengertian Filsafat sertaRuang Lingkup Filsafat. Selain itu, makalah ini juga
ditujukan sebagai tugas mata kuliah Filsafat Umum.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Filsafat?

2. Bagaimana Ruang Lingkup dan Objek Kajian Filsafat?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Filsafat dan ilmu pengetahuan serta

2. Untuk mengetahui Ruang Lingkup dan Objek Kajian Filsafat


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat

Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara
kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan
eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah
secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk
solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika.
Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa. Logika merupakan
sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu membuat
filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa
khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan ketertarikan. Filsafat juga bisa
berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh
oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal.

Secara harfiyah atau etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan dan kebenaran. Istilah ini
berasal dari bahasa Yunani, yang merupakan katan majemuk
dari Philia dan Sophia. MenurutPoedjawijatna filsafat berasal dari kata Arab yang erat
hubungannya dengan bahasa Yunani, bahkan asalnya memang dari kata Yunani,
yaitu philosophia, yang merupakan bentuk kata majemuk dari philodan sophia. Philo berarti
cinta atau keinginan dan karenanya berusaha untuk mencapai yang diinginkan itu. Sedangkan
sophia berarti kebijakan (hikmah) atau kepandaian. Jadi filsafat adalah keinginan yang
mendalam untuk mendapatkan kepandaian atau cinta pada kebijakan. Harun Nasution juga
mengatakan bahwa filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafa dengan wazan atau
timbanganfalala, falalah dan filal. Kalimat isim atau kata benda dari katafalsafa ini
adalah falsafah dan filsaf. Dalam bahasa Indonesia, lanjut Harun banyak terpakai kata
filsafat, padahal bukan dari kata falsafah(Arab) dan bukan pula dari philosophy (Inggris),
bahkan juga bukan merupakan gabungan dari dua kata fill (mengisi atau menempati)dalam
bahasa Inggris dengan safah (jahil atau tidak berilmu) dalam bahasa Arab sehingga
membentuk istilah filsafat. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang
falsafah disebut"filsuf".

Secara terminologi pengertian filsafat memang sangat beragam, baik dalam ungkapan
maupun titik tekannya. Menurut Poedjawijatna, filsafat adalah sejenis pengetahuan yang
berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya tentang segala sesuatu berdasarkan pikiran
belaka. Sementara Hasbullah Bakry, mengatakan bahwa filsafat adalah sejenis pengetahuan
yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan
manusia. Plato mendefinisikan filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai
kebenaran asli (hakiki), dan kata Aristoteles filsafat adalah peengetahuan yang meliputi
kebenaran yang tergabung di dalamnya metafisika, logika, retorika, ekonomi, politik dan
estetika. Selanjutnya, menurut Immanuel Kant filsafat adalah pengetahuan yang menjadi
pokok pangkal segala pengetahuan yang tercakup di dalamnya empat persoalan, yaitu : (a)
apa yang dapat diketahui, jawabannya adalah metafisika, (b) apa yang seharusnya diketahui,
jawabannya adalah etika, (c) sampai di mana harapan kita, jawabannya adalah agama dan (d)
apa itu manusia, jawabannya adalah antropologi.

B. Definisi Ilmu Pengetahuan

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil Tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang mana penginderaan ini terjadi melalui panca
indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang
sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan adalah
informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk,
tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara
Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah
berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi.
Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk
mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan
sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan
mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut. Pengetahuan
yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan
empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan
pengamatan dan observasi yang dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris
tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat
melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris
tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia
yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin
organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen organisasi.
Selain pengetahuan empiris, ada pula pengetahuan yang didapatkan melalui akal budi yang
kemudian dikenal sebagai rasionalisme. Rasionalisme lebih menekankan pengetahuan yang
bersifat apriori; tidak menekankan pada pengalaman. Misalnya pengetahuan tentang
matematika. Dalam matematika, hasil 1 + 1 = 2 bukan didapatkan melalui pengalaman atau
pengamatan empiris, melainkan melalui sebuah pemikiran logis akal budi.
CIRI CIRI PENGETAHUAN:

Ilmu boleh dipertuturkan

Ciri ini membedakan pengetahuan dengan perasaan dan pengalaman. Contohnya, sesetengah
pengalaman diri seperti mimpi adalah sukar dipertuturkan melalui bahasa. Tetapi bagi ilmu,
ia haruslah sesuatu yang dapat dipertuturkan melalui bahasa.

Pengetahuan mempunyai nilai kebenaran

Sesuatu yang digelar sebagai pengetahuan biasanya dianggap benar. Ciri ini membezakan
pengucapan ilmu dengan pengucapan sasastera yang biasanya mengandungi unsur-unsur
tahayul.

Pengetahuan adalah objektif

Ciri ini bermaksud bahawa pengetahuan adalah sesuatu yang tidak dapat diubah menurut
keinginan ataupun kesukaan seseorang individu.

Pengetahuan diperolehi melalui kajian

Pengetahuan adalah hasil daripada kajian. Ia bukanlah sesuatu rekaan. Ilmu mengenai cara
memeroleh ilmu itu dikenali sebagai perkaedahan penyelidikan ilmiah

Pengetahuan Sentiasa berkembang

Pengetahuan adalah sentiasa berada dalam proses pertambahan, pemantapan dan


penyempurnaan.

Ada 2 cara pokok mendapatkan pengetahuan dengan benar: pertama, mendasarkan diri
dengan rasio. Kedua, mendasarkan diri dengan pengalaman. Kaum rasionalis
mengembangkan rasionalisme, dan pengalaman mengembangkan empirisme. Kaum
rasionalis mengembangkan metode deduktif dalam menyusun pengetahuannya. Premis yang
dipakai dari ide yang diangapnya jelas dan dapat diterima. Ide ini menurut mereka bukan
ciptaan pikiran manusia. Prinsip itu sudah ada, jauh sebelum manusia memikirkannya
(idelisme). Di samping rasionalisme dan pengalaman masih ada cara lain yakni intuisi atau
wahyu. Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkantanpa melalui proses penalaran,
bersifat personal dan tak bisa diramalkan. Sedangkan wahyu merupakan pengetahuan yang
disampaikan oleh Tuhan kepada manusia.
2. ILMU

Ilmu (Bahasa Inggeris:Knowledge)merujuk kepada kepahaman manusia terhadap sesuatu


perkara, yang mana ia merupakan kepahaman yang sistematik dan diusahakan secara sedar.
Pada umumnya, ilmu mempunyai potensi untuk dimanfaatkan demi kebaikan manusia.
Biasanya, ilmu adalah hasil daripada kajian trhadap sesuatu perkara. Dalam hal ini, ilmu
sendiri juga boleh menjadi sasaran kajian dan menghasilkan apa yang dikenali sebagai ilmu
mengenai ilmu, yakni epistemologi.

Ciri-ciri Ilmu adalah sebagian daripada aspek kognitif yang terdapat dalam diri manusia.
Maka dengan itu ilmu adalah berkaitan dengan aspek kognitif manusia yang lain seperti
pengetahuan, pengalaman, dan juga perasaan. Tetapi pada masa yang sama, ilmu adalah
berbeda dengan perkara-perkara ini dan ciri-cirinya adalah seperti berikut: Ciri ini
membedakan ilmu dengan perasaan dan pengalaman. Contohnya, sesetengah pengalaman
diri seperti mimpi adalah sukar dipertuturkan melalui bahasa. Tetapi bagi ilmu, ia haruslah
sesuatu yang dapat dipertuturkan melalui bahasa. Ilmu mempunyai nilai kebenaran Sesuatu
yang digelar sebagai ilmu biasanya dianggap benar. Ciri ini membedakan pengucapan ilmu
dengan pengucapan sasastera yang biasanya mengandungi unsur-unsur tahayul.

Ilmu pengetahuan adalah objektif. Ciri ini bermaksud bahawa ilmu adalah sesuatu yang
tidak dapat diubah menurut keinginan ataupun kesukaan seseorang individu. Ilmu diperolehi
melalui kajian. Ilmu adalah hasil daripada kajian. Ia bukanlah sesuatu rekaan. Ilmu mengenai
cara memeroleh ilmu itu dikenali sebagai perkaedahan penyelidikan ilmiah Kandungan Ilmu
sentiasa bertambah Ilmu adalah sentiasa berada dalam proses pertemabahan, pemantapan dan
penyempurnaan. ilmu adalah sesuatu yang membedakan kita dengan mahluk tuhan lainnya
seperti tumbuhan dan hewan. Dengan ilmu kita dapat melakukan,membuat,menciptakan
sesuatu yang dapat membawa perbedaan yang lebih baik bagi diri kita sendiri.

Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus dimana seseorang


mengetahui apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat
disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma
ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.

1. Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang
sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat
bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji
objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, dan
karenanya disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau
subjek penunjang penelitian.
2. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan
terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus
terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari kata Yunani
Metodos yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang
digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.

3. Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu
harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk
suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , mampu menjelaskan rangkaian
sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam
rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.

4. Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum
(tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180. Karenanya universal
merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-
umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat
objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam
ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.

Ilmu pengetahuan adalah pengumpulan pengertian tentang suatu hal yang kita dapat karena
tahu. Tahu berarti :

menyerap perangsang indera

berkesan, dan

mengerti kesan itu.

Proses dari menerima perangsang indera bisa kita alami melalui :

Melihat indera penglihat.

Mendengar indera pendengar.

Mencium indera pencium.

Meraba indera perasa dan.

Merasa indera pengecap.


Banyak orang mencapai sukses dengan pengetahuan yang dimilikinya. Orang yang memiliki
pengetahuan bisa mengelola sumber daya alam, menciptkan teknologi yang berguna untuk
menusia dan sebagainya.

3. ILMU PENGETAHUAN

Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan
meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-
segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian
dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari
keterbatasannya. lmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum
sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik
diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari
sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai
pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.

C. Ruang Lingkup Pembahasan Filsafat ( teologi, cosmologi, epistemologi, logika, etika,


dan estetika )

1. Teologi

Mengkaji persoalan-persoalan tentang eksistensi Tuhan yang dibahas secara terlepas dari
keprcayaan agama. Eksistensi Tuhan hendak dipahami secara rasional. Konsekwensinya,
Tuhan menjadi sistem filsafat yang perlu dianalisis dan dipecahkan lewat metode ilmiah.
Apabila Tuhan dilepaskan dari kepercayaan agama, maka hasil analisis dan pembahasan yang
diperoleh bisa berupa satu dari beberapa kemungkinan sebagai berikut :

(a). Tuhan tidak ada.

(b). Tidak dapat dipastikan apakah Tuhan ada atau tidak.

(c). Tuhan ada tanpa dapat dibuktikan secara rasional.

(d). Tuhan ada, dengan bukti rasional

Para filsuf terkenal seperti Anselmus, Descartes, Thomas Aquinas dan Immanuel Kant
telah mebuktikan bahwa Tuhan itu benar-benar ada. Bukti-bukti rasional yang diutarakan
adalah :

- Argumen Ontologis. Semua manusia memiliki ide tentang Tuhan. Sementara itu,
diketahui pula bahwa kenyataan atau realitas senantiasa lebih sempurna daripada ide. Dengan
demikian, Tuhan pasti ada dan realitas adaNya pasti lebih sempurna daripada ide manusia
tentang Tuhan.

- Argumen Kosmologi. Setiap akibat pasti ada sebab. Dunia (kosmos) adalah akibat,
karena itu pasti memiliki sebab di luar dirinya sendiri. Penyebab adanya dunia itulah Tuhan.

- Argumen Teleologis. Segala sesuatu ada tujuannya. Sebagai contoh, mata untuk
melihat, telinga untuk mendengar dan kaki untuk berjalan. Karena segala sesuatu memiliki
tujuan, itu berarti seluruh realitas tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan dijadikan oleh
yang mengatur tujuan itu. Pengatur tujuan itu adalah Tuhan.

- Argumen Moral. Manusia bermoral karena dapat membedakan yang baik dan yang
buruk, yang benar dan yang salah, dan seterusnya. Itu menunjukkan bahwa ada dasar dan
sumber moralitas. Dasar dan sumber moralitas itu adalah Tuhan.

Skeptisisme secara umum meragukan segala keyakinan yang telah digenggam selama ini.
Menurut aliran ini sesungguhnya tak dapat dipastikan apakah Tuhan itu benar-benar ada atau
tidak mungkin saja ada tapi mungkin juga tidak ada. Skepteisisme merupakan pintu yang
terbuka lebar ke arah ateisme (dalam arti teoritis), yaitu suatu paham yang berupaya
mempertanggungjawabkan secara falsafati keyakinan bahwa Tuhan tidak ada.

Karena itu, David Hume menegaskan bahwa tidak ada bukti yang benar-benar shahih
tentang adanya Tuhan dan bahwa Dia menyelenggarakan dunia ini. Hume menolak eksistensi
Tuhan dan kebenaran agama, bahkan menolak gagasan tentang Tuhan serta menganggap
bahwa moralitas semata-mata hanya perasaan manusia belaka. Terhadap perasaan sendiri,
akal sehat tidak memiliki wewenang untuk mengendalikan atau mengawasinya.

Sigmund Freud (1856-1939) menyatakan bahwa Tuhan memiliki tiga fungsi utama
bagi kehidupan praktis manusia di dunia, yaitu :

- Tuhan dianggap penguasa alam. Oleh karena itu dengan menyembahNya, manusia
akan dapat mengatasi kecemasannya terhadap alam yang begitu dahsyat.

- Keyakinan agama memperdamaikan manusia dengan nasibnya yang mengerikan,


terutama setelah kematian

- Tuhan memelihara dan menjaga agar ketentuan dan peraturan kultur akan
dilaksanakan.

Kehidupan moral merupakan tempat bagi Tuhan untuk berperan. Segala perbuatan yang
baik akan memperoleh ganjaran dan segala perbuatan yang jahat akan dihukum. Hukuman itu
akan berlangsung nanti setelah kematian, karena di sanalah segala ganti rugi terhadap
kesusahan dan penderitaan akan diperoleh dan kejahatan akan dibalas setimpal dengan
perbuatn manusia. Freud kemudian menyimpulkan bahwa religi adalah suatu ilusi yang
berasal dari semacam infantilisme atau sifat kekanak-kanakan. Dengan demikian, bagi Freud,
Tuhan hanyalah ilusi.

2. Kosmologi

Kosmologi berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari kata kosmos dan logos. Kosmos berarti
dunia, alam atau ketertiban (lawan dari chaos = kacau balau) dan logos berarti kata atau
ilmu. Jadi kosmologi berarti pembicaraan atau ilmu tentang alam semesta dan ketertiban yang
paling fundamental dari seluruh realitas. Kosmologi memandang alam semesta sebagai suatu
totalitas dari fenomena dan berupaya untuk memadukan spekulasi metafisika dengan evidensi
ilmiah di dalam suatu kerangka yang koheran. Hal-hal yang biasa disoroti dan dipersoalkan
adalah mengenai ruang dan waktu, perubahan, kebutuhan, kemungkinan-kemungkinan dan
keabadian. Metode yang digunakan bersifat rasional dan justru hal itulah yang
membedakannya dari berbagai kisah asal mula struktur alam.

3. Epistemologi

Istilah Epistemologi berasal dari bahasa Yunani yaitu episteme


yang berarti pengetahuan dan logos berarti perkataan, pikiran, atau ilmu. Kataepisteme
dalam bahasa Yunani berasal dari kata kerja epistamai, artinya menundukan, menempatkan,
atau meletakkan. Maka, secara harfiah episteme berarti pengetahuan sebagai upaya
intelektual untuk menempatkan sesuatu dalamkedudukan setepatnya. Bagi suatu ilmu
pertanyaan yang mengenai definisi ilmuitu, jenis pengetahuannya, pembagian ruang
lingkupnya, dan kebenaranilmiahnya, merupakan bahan-bahan pembahasan dari
epistemologinya.

Epistemologi sering juga disebut teori pengetahuan (theory of


knowledge).Epistemologi lebih memfokuskan kepada makna pengetahuan yang berhubungan
dengan konsep, sumber, dan kriteria pengetahuan, jenis pengetahuan, dan lainsebagainya.
Beberapa ahli yang mencoba mengungkapkan definisi dari pada epistemologi adalah P.
Hardono Hadi. Menurut beliau epistemologi adalah cabangfilsafat yang mempelajari dan
mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan, pengandaian-
pengandaian dan dasarnya, serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai
pengetahuan yang dimiliki. Tokoh lain yang mencoba mendefinisikan epistemologi adalah
D.W Hamlyin, beliau mengatakan bahwa epistemologi sebagai cabang filsafat yang
berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, dasar dan pengandaian-pengandaian
serta secara umum hal itu dapat di andalkannya sebagai penegas bahwa orang memiliki
pengetahuan.

Runes dalam kamusnya menjelaskan bahwa epistemologiy is the branch


of philosophy which invetigates the origin, structure, methods and validity ofknowledge.
Itulah sebabnya kita sering menyebutnya dengan istilah epistemologi untuk pertama kalinya
muncul dan digunakan oleh J.F Ferrier pada tahun 1854(Runes, 1971-1994).
Aliran-aliran EpistemologiAda beberapa aliran yang berbicara tentang ini, diantaranya:

a. Empirisme

Kata empiris berasal dari kata Yunani empieriskos yang berasaldari kata empiria, yang
artinya pengalaman. Menurut aliran inimanusia memperoleh pengetahuan melalui
pengalamannya. Dan biladikembalikan kepada kata Yunaninya, pengalaman yang
dimaksudadalah pengalaman inderawi. Manusia tahu es dingin karena
manusiamenyentuhnya, gula manis karena manusia mencicipinya.John Locke (1632-1704)
bapak aliran ini pada zaman modernmengemukakan teori tabula rusa yang secara bahasa
berarti meja lilin.

Maksudnya adalah bahwa manusia itu pada mulanya kosong


dari pengetahuan, lantas pengalamannya mengisi jiwa yang kosong itu,lantas ia memiliki
pengetahuan. Mula-mula tangkapan indera yangmasuk itu sederhana, lama-lama sulit, lalu
tersusunlah pengetahuan. Berarti, bagaimanapun kompleks (sulit) pengetahuan manusia,
iaselalu dapat dicari ujungnya pada pengalaman indera. Sesuatu yang tidak dapat diamati
dengan indera bukan pengetahuan yang benar.Jadi, pengalaman indera itulah sumber
pengetahuan yang benar.Karena itulah metode penelitian yang menjadi tumpuan aliran ini
adalah metode eksperimen. Kesimpulannya bahwa aliran empirisme lemah karena
keterbatasan indera manusia. Misalnya benda yang jauh kelihatan kecil, sebenarnya benda itu
kecil ketika dilihat dari jauh, sedangkan kalau dilihat dari dekat benda itu besar.

b. Rasionalisme

Secara singkat aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan.
Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia, menurut aliran ini,
memperoleh pengetahuan melalui kegiatan akal menangkap objek. Bapak aliran ini adalah
Descartes (1596-1650). Descartes seorang filosof yang tidak puas dengan filsafat scholastik
yang pandangannya bertentangan, dan tidak ada kepastian disebabkan oleh kurangnya
metode berpikir yang tepat. Dan ia juga mengemukakan metode baru, yaitu metode keragu-
raguan. Jika orang ragu terhadap segala sesuatu, dalam keragu-raguanitu jelas ia sedang
berpikir. Sebab, yang sedang berpikir itu tentu ada dan jelas ia sedang terang menderang.
Cogito Ergo Sun (saya berpikir,maka saya ada). Rasio merupakan sumber kebenaran. Hanya
rasio sajalah yang dapat membawa orang kepada kebenaran. Yang benar hanya tindakan akal
yang terang benderang yang disebut Ideas Claires el Distictes (pikiran yang terang benderang
dan terpilah-pilah).

Ide terang benderang inilah pemberian tuhan kepada seorang yang dilahirkan (idea
innatae = ide bawaan). Sebagai pemberian tuhan, maka tak mungkin tak benar. Karena rasio
saja yang dianggap sebagai sumber kebenaran, aliran ini disebut rasionalisme. Aliran
rasionalisme ada dua macam, yaitu dalam bidang agama dan dalam bidang filsafat.
Dalam bidang agama, aliran rasionalisme adalah lawan dari otoritas dan biasanya digunakan
untuk mengkritik ajaran agama.
Adapun dalam bidang filsafat, rasionalisme adalah lawan dari empirisme dan sering berguna
dalam menyusun teori pengetahuan.

c. Positivisme

Tokoh aliran ini adalah August Compte (1798-1857). Ia menganut paham empirisme.
Ia berpendapat bahwa indera itu
sangat penting dalam memperoleh pengetahuan. Tetapi harus dipertajam dengan alat bantu
dan diperkuat dengan eksperimen. Kekeliruan indera akan dapat dikoreksi lewat eksperimen.
Eksperimen memerlukan ukuran-ukuran yang jelas. Misalnya untuk
mengukur jarak kita harus menggunakan alat ukur misalnya meteran, untuk mengukur berat
menggunakan neraca atau timbangan misalnya kiloan. Dan dari itulah kemajuan sains benar
benar dimulai. Kebenaran diperoleh dengan akal dan didukung oleh bukti empirisnya. Dan
alat bantu itulah bagian dari aliran positivisme. Jadi, pada dasarnya positivisme bukanlah
suatu aliran yang dapat berdiri sendiri. Aliran ini menyempurnakan empirisme dan
rasionalisme.
d. Intuisionisme

Henri Bergson (1859-1941) adalah tokoh aliran ini. Iamenganggap tidak hanya indera
yang terbatas. Akal juga terbatas.Objek yang selalu berubah, demikian bargson. Jadi,
pengetahuan kitatentangnya tidak pernah tetap. Intelektual atau akal juga terbatas. Akal hanya
dapat memahami suatu objek bila ia mengonsentrasikan
dirinya pada objek itu, jadi dalam hal itu manusia tidak mengetahui keseluruhan (unique),
tidak dapat memahami sifat-sifat yang
tetap pada objek. Misalnya manusia mempunyai pemikiran yang berbeda- beda. Dengan men
yadari kekurangan dari indera dan akal maka Bergson mengembangkan satu kemampuan
tingkat tinggi yangdimiliki manusia, yaitu intuisi.

f. Kritisme

Aliran ini muncul pada abad ke-18 suatu zaman baru dimana seseorang ahli pemikir
yang cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara rasioanalisme dengan empirisme.
Seorang ahli pikir Jerman Immanuel Kant (1724-1804)
mencoba menyelesaikan persoalan diatas, pada awalnya, Kant mengikuti rasionalisme tetapi
terpengaruh oleh aliran empirisme. Akhirnya Kant mengakui peranan akal harus dan
keharusan empiris, kemudian dicoba mengadakan sintesis. Walaupun semua pengetahuan
bersumber pada akal(rasionalisme) tetapi adanya pengertian timbul dari pengalaman
(empirisme). Jadi, metode berpikirnya disebut metode kritis. Walaupun ia mendasarkan diri
dari nilai yang tinggi dari akal, tetapi iatidak mengingkari bahwa adanya persoalan-persoalan
yang melampuiakal.

g. Idealisme

Idealisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya
dapat dipahami dalam kaitan dengan jiwa dan roh.Istilah idealisme diambil dari kata idea
yaitu suatu yang hadir dalam jiwa. Pandangan ini dimiliki oleh Plato pada filsafat modern.
Idealisme mempunyai argumen epistemologi tersendiri. Oleh karena itu, tokoh-tokoh yang
mengajarkan bahwa materi tergantung pada spirit tidak disebut idealisme karena mereka tidak
menggunakan argumen epistemologi yang digunakan oleh idealisme. Idealisme secara umum
berhubungan dengan rasionalisme. Ini adalah madzhab epistemologi yang mengajarkan
bahwa pengetahuan apriori (masa bodoh) atau deduktif dapat diperoleh dari manusia
denganakalnya.

4. Logika
Logika sebagai salah satu cabang filsafat pada dasarnya adalah cara untuk menarik
kesimpulan yang valid.Secara luas logika dapat didefinisikan
sebagai pengkajian untuk berfikir secara sahih. Ada banyak cara menarik kesimpulan. Namun
secara garis besar, semua itu digolongkan menjadi dua cara yaitu logika induktif dan logika
deduktif. Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus
individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Sedangkan logika deduktif
berhubungan dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus yang umum menjadi kesimpulan
yang bersifat khusus atau individual. Baik logika induktif maupun logika deduktif, dalam
proses penalarannya mempergunakan premis-
premis yang berupa pengetahuan yang dianggap benar. Ketepatan penarikan kesimpulan terga
ntung dari tiga hal, yakni kebenaran premis mayor, kebenaran premis minor dan keabsahan
pengambilan keputusan. Sekiranya salah satu dari ketiga unsur tersebut tidak terpenuhi maka
kesimpulan yang ditariknya akan salah.

5. Etika

Etika (dalam Islam dikenal akhlaq) adalah ilmu yang membahas perbuatan baik dan
perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Etika berasal
dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, ethos dan ethikos. Ethos berarti sifat, watak dan
kebiasaan, sedangkan ethikos berarti susila, keadaban atau perbuatan dan kelakuan yang baik.
Adapun istilah moral berasal dari bahasa Latin, yaitu mores merupakan bentuk jamak
dari mos, yang berarti adat istiadat atau kebiasaan, watak, kelakuan, tabiat dan cara hidup.
Mempelajari etika bertujuan untuk mendapatkan konsep yang sama mengenai penilaian baik
dan buruk bagi semua manusia dalam ruang dan waktu tertentu. Etika biasanya disebut ilmu
pengetahuan normatif, sebab etika menetapkan ukuran bagi perbuatan manusia dengan
penggunaan norma tentang baik dan buruk.

Etika merupakan cabang filsafat yang amat berpengaruh sejak zaman Socrates (470-
399 SM). Etika membahas baik dan buruk atau benar tidaknya tingkah laku dan tindakan
manusia serta sekaligus menyoroti kewajiban-kewajiban manusia. Etika tidak
mempersoalkan apa atau siap manusia itu, tetapi bagaimana manusia seharusnya berbuat dan
bertindak.

6. Estetika.

Estetika adalah cabang filsafat yang membicarakan masalah seni (art) dan keindahan
(beauty). Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, aisthesis yang berarti penyerapan inderawi,
pemahaman intelektual atau bisa juga berarti pengamatan spritual. Dengan kata lain, estetika
merupakan studi filsafat yang mempersoalkan atau mengkaji hal-ihwal nilai keindahan.
Keindahan mengandung arti bahwa di dalam diri segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang
tertata secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang utuh dan menyeluruh.
Bagi ilmu pengetahuan yang beraneka ragam itu, filsafat berfungsi sebagai pengikat ke arah
keseragaman dan kesatuan. Keanekaragaman ilmu pengetahuan yang berada secara terpisah-
pisah antara satu dengan yang lain itu terjadi seragam, tertata secara tertib dan harmonis
dalam satu kesatuan hubungan yang utuh menyeluruh di dalam obyek, metode dan teori
kebenaran filsafat (Suparlan Suhartono, 2004: 162).

Estetika dapat dibagi menjadi dua, yaitu estetika deskriptif yang menguraikan dan
melukiskan fenomena-fenomena pengalaman keindahan, dan estetika normatifyang
mempersoalkan dan menyelidiki hakikat, dasar dan ukuran pengalaman keindahan. Ada pula
yang membagi estetika kepada filsafat seni dan filsafat keindahan. Filsafat seni
mempersoalkan status ontologis dari karya seni dan mempertanyakan pengetahuan apakah
yang dihasilkan oleh seni serta apakah yang dapat diberikan oleh seni untuk menghubungkan
manusia dengan realitas. Sedangkan filsafat keindahan membahas apakah keindahan itu dan
apakah nilai indah itu obyektif atau subyektif.

Menurut Plato seni atau art adalah keterampilan untuk mereproduksi sesuatu, baginya
apa yang disebut hasil seni tidak lain dari tiruan (imitation). Contoh, seseorang yang melukis
panorama alam yang indah sesungguhnya hanya meniru panorma alam yang pernah
dilihatnya. Jadi karya-karya seni hanyalah tiruan dari meja, burung, kucing dan sebagainya
dimana benda semua itu juga merupakan tiruan dari bentuk ideal yang ada dalam alam ide.
Aristoteles sependapat dengan Plato tentang seni sebagai tiruan dari berbagai hal yang ada.
Contoh yang dibuat oleh Aristoteles adalah puisi. Dia mengatakan bahwa puisi merupakan
tiruan dari tindakan dan perbuatan manusia yang dinyatakan lewat kata-kata. Apabila Plato
menganggap seni tidak begitu penting, Aristoteles justru menganggap seni itu penting karena
memiliki pengaruh yang besar bagi manusia. Aristoteles mengatakan bahwa puisi lebih
filosofis daripada sejarah.

Pada abad pertengahan, estetika tidak begitu mendapat perhatian dari para filsuf,
karena gereja Kristen semula bersikap memusuhi seni dengan alasan hal itu bersifat duniawi
dan merupakan produk bangsa kafir Yunani dan Romawi. Namun Augustinus (354-430)
memiliki minat cukup besar terhadap seni, dengan mengembangkan suatu filsafat Platonisme
Kristen yang mengajarkan bentuk-bentuk Platonis. Dia mengatakan bahwa bentuk-bentuk
Platonis juga berada dalam pemikiran Tuhan. Menurutnya keindahan merupakan salah satu
bentuk yang ada dalam pemikiran Tuhan, oleh karenanya keindahan dalam seni dan alam
haruslah memiliki pertalian yang erat dengan agama. Kendatipun mengikuti pendapat Plato
tentang keindahan, namun dia membantah pendapatnya yang mengatakan bahwa seni itu
tiruan. Menurut Augustinus, hewan juga meniru tapi tidak dapat menghsilkan karya seni.

Kemudian David Hume mengatakan bahwa keindahan bukanlah suatu kualitas


obyektif yang terletak di dalam obyek-obyek itu sendiri, melainkan berada di dalam pikiran.
Manusia tertarik pada suatu bentuk dan struktur tertentu lalu menyebutnya indah. Dia
mengatakan bahwa apa yang dianggap indah oleh manusia sesungguhnya amat ditentukan
oleh sifat alami manusia, yang dipengaruhi juga oleh kebiasaan dan preferensi individual.
Senada dengan Hume, Immanuel Kant berpendapat bahwa keindahan itu merupakan
penilaian estetis yang semata-mata subyektif. Menurutnya bahwa pertimbangan estetis
memberikan fokus yang amat dibutuhkan untuk menjembatani segi-segi teori dan praktek
dari sifat dasar manusia. Dia menganggap bahwa kesadaran estetis sebagai unsur yang
penting dalam pengalaman manusia pada umumnya.

Seorang filsuf Amerika, George Santayana (1863-1952) mengembangkan estetika


naturalistis. Sama dengan Hume dan Kant, dia menolak obyektivitas keindahan. Menurut dia
keindahan identik dengan kesenangan yang dialami manusia ketika ia mangamati obyek-
obyek tertentu. Filsuf Itali, Benedetto Croce (1866-1952) mengembangkan teori estetika lewat
alam pikiran filsafat idealisme. Croce menyamakan seni dengan intuisi, dan intuisi itu sendiri
adalah gambar yang berada dalam alam pikiran. Dengan demikian, seni berada di alam
pikiran seniman. Karya seniman dalam bentuk fisik sesungguhnya bukan seni, melainkan
semata-mata alat bantu untuk menolong penciptaan kembali seni yang sebenarnya berada di
alam pikiran seniman. Dia juga menyamakan intuisi dengan ekspresi. Karena seni sama
dengan intuisi dan intuisi sama dengan ekspresi, maka seni sama dengan ekspresi. Apa yang
diekspresikan itu tidak lain dari perasaan si seniman.

D. Obyek Kajian Filsafat

Pada dasarnya setiap ilmu memiliki dua macam obyek, yaitu obyek
material dan obyek formal. Obyek material adalah segala sesuatu yang dijadikan sasaran
penyelidikan, baik sesuatu yang bersifat konkret seperti hewan, manusia, pohon, batu, air dan
tanah maupun abstrak seperti nilai-nilai, ide-ide, paham atau aliran dan sebagainya. Contoh,
misalnya tubuh manusia menjadi obyek material bagi ilmu kedokteran. Sedangkan obyek
formal adalah cara pandang tertentu tentang obyek material tersebut, misalnya pendekatan
empiris dan eksperimen dalam ilmu kedokteran.

Filsafat, sebagai sebuah proses berpikir yang sistematis dan radikal juga memiliki
obyek material dan obyek formal. Obyek material filsafat adalah segala yang ada, baik yang
nampak (dunia empiris) maupun yang tidak nampak (abstrak, metafisika). Menurut sebagian
filosof obyek material filsafat itu menyangkut tiga hal, yaitu yang ada dalam kenyataan, yang
ada dalam fikiran dan yang ada dalam kemungkinan. Obyek material filsafat pada umumnya
sama dengan obyek penelitian sains, bedanya terletak pada dua pokok, yaitu :

- Pertama sains menyelidiki obyek material yang empiris, sedangkan filsafat lebih mengarah
kepada yang abstraks.

- Kedua, ada obyek material filsafat yang memang tidak dapat diteliti oleh sains, seperti
Tuhan, hari akhir (obyek materi yang selamanya tidak empiris).
Jadi obyek material filsafat lebih luas ketimbang obyek material sains.

Adapun obyek formal filsafat adalah sifat penyeledikan yang radikal, yakni
keingintahuan tentang hakikat kebenaran sesuatu, dengan cara melakukan penyelidikan
secara mendalam sampai ke akar-akarnya. Dengan kata lain bahwa obyek formal filsafat
adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal dan obyektif tentang sesuatu yang ada untuk
dapat mengetahui hakikat yang sesungguhnya.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Kata filsafat berasal dari kata Yunani filosofia, yang berasal dari kata
kerja filosofein yang berarti mencintai kebijaksanaan. Kata tersebut juga berasal dari kata
Yunani philosophis yang berasal dari kata kerja philein yang berarti mencintai,
atau philia yang berarti cinta, dan sophia yang berarti kearifan. Dari kata tersebut lahirlah
kata Inggris Philosophy yang biasanya diterjemahkan sebagai cinta kearifan.

Ada beberapa definisi yang telah diberikan oleh pemikir atau filosof :

Plato (427 SM 348 SM) Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai
kebenaran yang asli.

Aristoteles (382 SM 322 SM) Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi
kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu ilmu metafisika, logika, retorika, etika,
ekonomi, politik dan estetika.

Al Farabi (870 M 950 M) Filsafat ialah ilmu pengetahuan tentang alam maujud
bagaimana hakekatnya yang sebenarnya.

Descartes (1590 M 1650 M) Filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan di mana


Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikan.

Immanuel Kant (1724 M 1804 M) Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi
pokok dan pangkal dari segala pengetahuan, yang tercakup di dalamnya beberapa persoalan:

- Apakah yang dapat kita ketahui? (Jawabnya : Metafisika)

- Apakah yang harus kita kerjakan? (Jawabnya : Etika)

- Sampai dimanakah harapan kita? (Jawabnya : Agama)

- Apakah yang dinamakan manusia? (jawabnya : Antropologi)

Harun Nasution : Filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dan bebas (tidak
terikat tradisi, agama atau dogma) dan dengan sedalam dalamnya sehingga sampai ke dasar
dasar (akar) persoalan.

Seperti ilmu pengetahuan lainnya, filsafat juga mempunyai objek kajian yang meliputi
objek materi dan objek forma.

1. Objek Materi Filsafat, yaitu hal atau bahan yang diselidiki (hal yang dijadikan sasaran
penyelidikan).

2. Objek Forma Filsafat, yaitu sudut pandang (point of view), dari mana hal atau bahan
tersebut dipandang.

Saran
Makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan olehnya itu kritik yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, PT. Remaja Rosdakarya Bandung, 2000
Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, Cet. II 1999
Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama, Jakarta : 1999
Jan Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat, Yogyakarta : Penerbit Kansius, cet. 6, 2001
Suparlan Suhartono, Dasar-dasar Filsafat, Ar-Ruzz, Jogyakarta, 2004
Miska Muhammad Amien, Epistemologi Islam Pengantar Filsafat Pengetahaun Islam, UI
Press, Jakarta, 1983
MAKALAH
DEFINISI ILMU PENGETAHUAN

SERTA OBJEK DAN SUDUT PANDANGANNYA

Dosen Pembimbing : Iskandar,S.Fil.I.,M.Si.

Oleh Kelompok 4 :

Alif Ryadussolihin R

(30600117081)

A.Rashijid Ashari R

(30600117098)

Muhammad Ari Andipa

(30600117083)

JURUSAN ILMU POLITIK

FAKULTAS USHULUDDIN, FILSAFAT DAN POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2017
Daftar Isi
KATA PENGANTAR

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................

B. Rumusan Masalah...................................................................................

C. Tujuan................................................................................................

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat..................................................................................

B. Definisi Ilmu Pengetahuan ........................................................................

C. Ruang Lingkup Pembahasan Filsafat ( teologi, cosmologi, epistemologi, logika, etika, dan
estetika ) ................................................................................................
D. Obyek Kajian Filsafat..............................................................................

BAB III : PENUTUP

Kesimpulan.............................................................................................

Saran....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas
berkat dan limpahan rahmatnyalah maka saya boleh menyelesaikan sebuah karya tulis dengan
tepat waktu. Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul DEFINISI
ILMU PENGETAHUAN SERTA OBJEK DAN SUDUT PANDANGANNYA Melalui kata
pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi
makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat atau menyinggu
perasaan pembaca. Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa
terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan
manfaat.
,

Anda mungkin juga menyukai