Makalah Fix
Makalah Fix
PENDAHULUAN
1
berhasil guna dan berdaya guna, maka pemerintah perlu mengatur, membina dan mengawasi
baik upayanya maupun sumber dayanya.
1.2. Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan mampu memahami tentang sejarah ilmu kedokteran.
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan mampu memahami tentang etika kedokteran dan
profesionalisme.
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan mampu memahami tentang komunikasi dokter pasien.
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan mampu memahami tentang teori informed consent
5. Mahasiswa dapat mengetahui dan mampu memahami tentang rekam medis
6. Mahasiswa dapat mengetahui dan mampu memahami tentang konflik antar dokter dengan
pasien.
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah ilmu kedokteran
2. Utuk mengetahui tentang etika kedokteran dan profesionalisme
3. Untuk mengetahui komunikasi dokter dengan pasien
4. Untuk mengetahui teori informed consent
5. Untuk mengetahui tentang rekam medis
6. Untuk mengetahui konflik antara dokter dengan pasien
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Skenario
Skenario 1 keluarga pasien kecewa
Dr. A, merupakan dokter muda yang energik, meskipun masih berusia kurang dari 25
tahun, kewibaan dan kecerdasan terlihat nyata diwajahnya. ke tertarikan dalam ilmu
kedokteran disebabakan sejarah panjang ilmu kedokteran, sejak masa hipokrates dan
avisena yang telah meletakkan pelayanan pada keselamatan pasien. Sehari-hari ia bertugas
dbagian gawat darurat RSCM (rumah sakit ct mutia), dokter A menghadapi seorang pasien
yang didiagnosa sebagai tuberculosis paru berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisisk dan
penunjang (BTA staining dan ro thorax) yang telah dilakukan. Mengingat kondisi pasien
yang sangat lemah, dokter andi menganjurkan pemasangan pipa NGT san IVFD. Saat
pemasangan NGT pasien merasa tercekik dan sulit bernafasa dan terlihat gelisah. Melihat
hal itu keluarga pasien langsung emosional mereka menuding dokter tidak profesional,
memasang NGT saja tidak becus dan lagi mereka mempertanyakan apakah dr. A telah
meminta izin pada keluarga untuk memasang NGT?, dengan marah-marah mereka
menyatakan akan menuntut dr. A dokter andi mersa dia telah memberikan infornet consent
dan prosedur rekam medik dengan baik. Apa sebenarnaya yang terjadi antara dokter ini
denagan pasiennya?
2.2. Terminologi
2.2.1. NGT : adalah nasogastric tube yaitu alat yang digunakan untuk memasukkan
nutrisi cair dengan selang plastik yang di pasang melalui hidung sampai lambung.
2.2.2. IVFD (intervenous fluid drops) / infus : adalah jalur masuk cairan melalui
pembuluh darah yang tujuannya untuk menjamin asupan cairan yang cukup dan
untuk membuat jalur masuk obat.
2.3. Permasalahan
2.3.1. Bagaimana cara melakukan imformed consent dengan keluarga pasien ?
Jawab :
Cara melakukan imformed consen ada 3 :
3
Persetujuan Tertulis, biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang mengandung
resiko besar, sebagaimana ditegaskan dalam PerMenKes No.
585/Men.Kes/Per/IX/1989 Pasal 3 ayat (1) dan SK PB-IDI No. 319/PB/A.4/88
butir 3, yaitu intinya setiap tindakan medis yang mengandung resiko cukup besar,
mengharuskan adanya persetujuan tertulis, setelah sebelumnya pihak pasien
memperoleh informasi yang adekuat tentang perlunya tindakan medis serta resiko
yang berkaitan dengannya (telah terjadi informed consent);
Persetujuan Lisan, biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang bersifat non-
invasif dan tidak mengandung resiko tinggi, yang diberikan oleh pihak pasien;
Persetujuan dengan isyarat, dilakukan pasien melalui isyarat, misalnya pasien
yang akan disuntik atau diperiksa tekanan darahnya, langsung menyodorkan
lengannya sebagai tanda menyetujui tindakan yang akan dilakukan terhadap
dirinya.
Pada kahsus disekenario, dokter A harus melakukan imformed consent tertulis
karena dokter A melakukan pemasangan NGT yang mempunyai resiko dan
ketidak nyamanan pada pasien dan keluarga pasien mengetahui prosedur tindakan
yang akan dilakukan.
2.3.3. Apakah benar jika diagnosa pada skenario dilakukan NGT dan IVFD ?
Jawab :
Pada kahsus disekenario sebenarnya tidak perlu dilakukan pemasangan NGT,
karena pasien kemungkinan masih dalam keadaan sadar dan bisa diberikan
makanan-makanan yang lunak yang memungkinkan bisa untuk dimakan oleh
4
pasien. Sedangkan pemasangan IVFD bisa dilakukan melihat kondisi pasien yang
sangat lemah.
5
Kemudian pada abad pertengahan dari evolusi penting yurisprudensi (ilmu
hukum), Hippocrates dan pengikutnya mempelajari tentang lamanya kehamilan,
viabilitas bayi lahir prematur, Superfetation (kemungkinan terbentuknya lagi fetus yang
kedua pada wanita yg sedang hamil yang biasa ditemukan pada hewan mamalia), anak
yang pura-pura sakit, hubungan antara luka yang fatal dengan bagian tubuh lainnya.
Dan perhatian yang besar pada ilmu mengenai racun. Yang termasuk di dalam Sumpah
Hippocrates yaitu sumpah untuk tidak menggunakan dan menyarankan penggunaan
racun.
Sama seperti di mesir, praktek medis di india dibatasi hanya untuk anggota dari
kastakasta pilihan. Pendidikan ilmu kedokterannya juga diatur. Dokter secara formal
menyimpulkan waktu kehamilan seharusnya antara 9 hingga 12 bulan. Dan ilmu yang
mempelajari racun dan antidotumnya mendapatkan proritas utama.
Meskipun hanya sedikit, medikolegal juga berkembang pada masa romawi.
Investigasi dilakukan karena kematian yang mencurigakan, dari Julius Caesar yang
diakibatkan oleh 23 luka. 1 orang tabib yang cukup berpengalaman melaporkan bahwa
hanya 1 luka fatal yang menyebabkan kematian dari 2 luka yang ada. Antara 529 dan
564, Justinian Code (Kitab Justinian) dijadikan undang-undang hukum untuk mengatur
praktek dokter, pembedahan dan kebidanan, standar malpraktek, tanggung jawab ahli
medis, dan batas jumlah dokter yang ada di setiap kota dengan jelas ditetapkan.
Sepanjang abad pertengahan medikolegal mengalami perkembangan untuk
masalah yang dilatar belakangi masalah impotensi, sterilitas, kehamilan, aborsi,
penyimpangan seksual, keracunan, dan perceraian. Untuk kasus pembunuhan dan luka
perorangan, diserahkan pada prosedur investigasi tingkat lanjut. Pada tahun 925 inggris
mendirikan Office of Coroner (kantor pemeriksa mayat). Kantor ini bertanggung jawab
untuk memperkirakan sebab kematian yang mencurigakanuntuk membantu proses
penyelidikan.
Kontribusi Cina pada kedokteran forensik tidak pernah muncul ke permukaan
sampai pertengahan awal abad ke 13. Nampaknya ilmu pengetahuan medikolegal
diturunkan secara diam-diam dari generasi ke generasi lainnya. Xi Juan Lu
(Pembersihan ketidak benaran ) pengaruhnya masih dikenal hingga sekarang karena
isinya yang sangat komprehensif, dan merupakan acuan untuk melakukan prosedur-
6
prosedur penanganan kematian yang tidak wajar secara detail, dan menekankan pada
langkahlangkah penting yang harus dilakukan dalam investigasi secara teliti. Ditambah
lagi, pada buku ini juga dicantumkan kesulitan-kesulitan pemeriksaan akibat
pembusukan, luka palsu, luka antemortem, luka postmortem, dan cara membedakan
antara jasad yang ditenggelamkan setelah dibunuh atau mati karena tenggelam. Pada
setiap kasus wajib dilakukan pemeriksaan terhadap jasad walaupun keadaan tubuhnya
sudah membusuk Pada akhir abad ke-15 Justinian code sudah ditinggalkan dan hanya
menjadi barang peninggalan bersejarah saja.
Dan dimulailah era baru ilmu kedokteran forensik Eropa yang diambil dari dua
kitab hukum Jerman. Yaitu pada tahun 1507 dari Bamberger code (Coda Bambergensis)
dan pada tahun 1553 dari Caroline code ( Constitutio Criminalis Carolina ). Caroline
code yang berdasarakan Bamberger code mengharuskan adanya kesaksian dari ahli
medis pada setiap persidangan kasus pembunuhan, keracunan, luka, gantung diri,
tenggelam pembunuhan terhadap bayi, aborsi dan setiap keadaan yang disertai
perlukaan pada manusia.
Dari hasil itu semua negara-negara lainnya mulai mempermasalahkan penilaian
hukum yang masih dipengaruhi oleh tahayul seperti Trial by Ordeal (salah atau tidak
bersalah ditentukan dengan cara menjalankan siksaan, jika tidak terluka atau luka yang
ada cepat sembuh dinyatakan tidak bersalah). Terjadilah perubahan undang-undang,
khususnya di prancis. Dan isi dari medikolegal diterbitkan di seluruh eropa. Buku yang
perlu mendapatkan perhatian khusus adalah buku adari Ambroise Pare (1575) yang
membahas masalah monstrous birth, sakit palsu, dan metode-metode yang dipakai
dalam menyiapkan laporan medikolegal.
Pada tahun 1602 informasi medikolegal semakin bertambah hingga penerbit
Fortunato Fidele menerbitkannya menjadi empat buah volume. Bahkan sekitar tahun
1621 atau 1635 dokter pribadi dari Paus paulus, Paul Zacchia berkontribusi
menambahkan pembahasan mengenai kematian sewaktu persalinan, pemalsuan
penyakit, kemiripan anak dan orang tuanya, keajaiban, keperawanan, pemerkosaan,
umur,impotensi, tahayul, moles pada seri Questiones Medico Legales yang semakin
bertambah. Karena keterbatasan pengetahuan mengenai anatomi dan fisiologi tubuh,
buku ini kurang akurat walaupun demikian buku ini dipakai sebagai sumber yang cukup
7
berpengaruh diri keputusan medikolegal yang berlaku pada saat itu. Pada tahun 1650
Michaelis memberikan kuliah pertama mengenai hukum kedokteran di Leipzig ,
pengajar yang menggantikannya menyusun De Officio Medici Duplici Clinici Mimirum
ac Forensis yang diterbitkan pada tahun 1704 diikuti textbook selanjutnya Corpus Juris
Medico-Legal yang ditulis oleh valenti pada tahun 1722.
German secara signifikan menstimulasi penyebaran ilmu kedokteran forensik,
namun setelah terjadinya revolusi prancis sistem pendidikan kedokteran prancis dan
pengangkatan ahli medis, secara nyata memajukan parameter bidang ini. Namun harus
diingat juga bahwa witch mania yang berasal dari tahun 1484 yang dimulai oleh papal
edict masih dianut secara luas sepanjang abad 18. Dengan persetujuan dari komunitas
medikolegal, ribuan orang yang dianggap sebagai penyihir dipancung dan dibakar
hiduphidup. Walaupun hukum ini telah dihapuskan oleh inggris pada tahun 1736,
mereka yang dicurigai sebagai penyihir dihakimi dan dibunuh oleh massa hingga akhir
tahun 1760.
Dan perlu diketahui juga bahwa prancis juga pernah mengadakan pengadilan
untuk penyihir pada tahun 18181, dan dijelaskan dengan sangat akurat pada Chaille.
Namun di inggris hukum kedokteran terus mengalami kemajuan yang menghasilkan
dasar-dasar dari informasi secara mendalam yang kita pakai hingga sekarang ini. Di
inggris pada tahun 1788 diterbitkan buku medikolegal pertama yang cukup dikenal.
Sepanjang tahun itu Profesor Andrew Duncan dari Edinburg memberikan instruksi yang
sistematis mengenai hukum kedokteran pada setiap universitas yang berbahasa inggris.
Sebagai tanda penghargaan dari kerajaan diberikan Regius Chair yang pertama kali
pada ilmu kedokteran forensik yang didirikan pada tahun 1807.
Delapan tahun kemudian undang-undang pemeriksaan mayat menjelaskan tugas-
tugas dan dasar hukum dari pemeriksa mayat (Coroner) terus berkembang, yang
termasuk kewajibannya adalah :
1. Menginvestigasi pada setiap kasus kematian mendadak,kematian akibat
kekerasan, dan kematian yang yidak wajar.
2. Menginvestigasi kematian yang terjadi pada tahanan.
Dan juga ditetapkan adanya kualifikasi minimum yang harus dipunyai untuk
menjadi pemeriksa mayat dan secarasangat hati-hati hal ini diuraikan pada hukum
8
kedokteran dalam masalah kriminal. Tidak sampai tahun 1953 perundang-undangan
sipil pemeriksa mayat telah dijelaskan. Koloni Amerika awal, membawa sistem
pemeriksa jenazah secara utuh ke Amerika. Di amerika profesi ini diangkat atas dasar
politik. Dan hampir semuanya kurang mendapat pelatihan medis, menyebabkan
penentuan sebab kematian hanya berdasarkan opini personal. Pada tahun 1877 masalah
ini memicu Massachuset untuk mengganti semua pemeriksa jenazah. Dan dengan cepat
diikuti oleh New york yang mendirikan pelatihan untuk melatih profesi ini agar
menghasilkan pemeriksa jenazah yang ahli dan berkualitas sehingga dapat memecahkan
misteri dibalik kematian akibat kekerasan yang semakin bertambah dari tahun ke tahun
sejalan dengan meningkatnya populasi manusia. Pemeriksa jenazah diberikan
kekuasaan untuk memberikan perintah otopsi. Selama akhir pertengahan abad ke dua
puluh, ilmu kedokteran forensik semakin mengalami peningkatan. Dengan adanya
perbaikan di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan yang menyediakan bahan baru dan
dasar kerja untuk perkembangan yurisprudensi.
Program pengajaran medikolegal sekarang sudah terdapat pada banyak
universitas, sekolah kedokteran dan sekolah hukum. Program ini secara sederhana
menjadi dasar dasar teori. dan forum pembahasannya harus berasal dari akademi
sampai ke ahli di di bidang ini.
9
Pengertian profesi
adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah
hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian
Pengertian Profesionalisme, Profesional dan Profesi Profesionalisme
adalah suatu paham yang mencitakan dilakukannya kegiatan-kegiatan kerja tertentu
dalam masyarakat, berbekalkan keahlian yang tinggi dan berdasarkan rasa
keterpanggilan serta ikrar (fateri/profiteri) untuk menerima panggilan tersebut untuk
dengan semangat pengabdian selalu siap memberikan pertolongan kepada sesama yang
tengah dirundung kesulitan ditengah gelapnya kehidupan (Wignjosoebroto, 1999).
Profesi:
- Mengandalkan suatu keterampilan atau keahlian khusus.
- Dilaksanakan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama (purna waktu).
- Dilaksanakan sebagai sumber utama nafkah hidup.
- Dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam
Profesional :
- Orang yang tahu akan keahlian dan keterampilannya.
- Meluangkan seluruh waktunya untuk pekerjaan atau kegiatannya itu.
- Hidup dari situ.
- Bangga akan pekerjaannya
Ciri-ciri profesi :
1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki
berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap pelaku
profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus
meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu
berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa
keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk
menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.
5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi
10
Prinsip-prinsip etika profesi
1. Tanggung jawab
- Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
- Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat
pada umumnya.
2. Keadilan. Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang
menjadi haknya.
3. Otonomi. Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan di beri
kebebasan dalam menjalankan profesinya.
Etik kedokteran
Tata perilaku kelompok profesional dibidang medis (para dokter), yang mengandung
studi nilai-nilai, moral para dokter, serta sesuai dengan prinsip dan pokok prilaku
profesi seorang dokter.
Tujuan etika kedokteran
Mengutamakan keselamatan dan kepentingan penderita
Melindungi profesi dokter itu sendiri
Landasan Etik diindonesia
Sumpah Hipocrates
Konferensi Genewa
Lafal Sumpah Dokter
KODEKI ( Kode Etik kedokteran Indonesia )
KODEKI (Kode Etik Kedokteran Indonesia)
Merupakan pedoman bagi dokter Indonesia anggota IDI dalam melaksanakan
praktek kedokteran. Tertuang dalam SK PB IDI no 221/PB/A.4/04/2002 tanggal 19
April 2002 tentang penerapan Kode Etik Kedokteran Indonesia. Kode Etik
Kedokteran Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1969 dalam Musyawarah
Kerja Susila Kedokteran Indonesia. Dan sebagai bahan rujukan yang dipergunakan
pada saat itu adalah Kode Etik Kedokteran Internadional yang telah disempurnakan
pada tahun 1968 melalui Muktamar Ikatan Dokter Sedunia ke 22, yang kemudian
disempurnakan lagi pada MuKerNas IDI XIII, tahun 1983.
KEWAJIBAN UMUM
11
Pasal1
Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah Dokter.
Pasal2
Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standard
profesi yang tertinggi.
Pasal3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu
yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.
Pasal4
Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.
Pasal5
Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik hanya
diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh persetujuan pasien.
Pasal6
Setiap dokter harus senantiasa berhati hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap
penemuan tehnik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan hal hal yang dapat
menimbulkan keresahan masyarakat.
Pasal7
Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri
kebenarannya.
Pasal7a
Seorang dokter harus, dalam setiappraktek medisnya, memberikan pelayanan medis yang
kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang
(compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.
Pasal7b
Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya, dan
berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter
atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan, dalam menangani pasien.
Pasal7c
Seorang dokter harus menghormati hak hak pasien, hak hak sejawatnya, dan hak tenaga
kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien.
12
Pasal7d
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup mahluk insani.
Pasal8
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan kepentingan masyarakat
dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh (promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif ), baik fisik maupun psiko-sosial, serta berusaha menjadi pendidik dan
pengabdi masyarakat yang sebenar benarnya.
Pasal9
setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat dibidang kesehatan dan bidang lainnya
serta masyarakat, harus saling menghormati.
13
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali dengan persetujuan
atau berdasarkan prosedur yang etis.
14
menjadi kenyataan. Dalam hubungan dokter-pasien ada otonomi klinik atau kebebasan
professional dari dokter dan kebebasan terapetik yang merupakan hak pasien untuk
menentukan yang terbaik bagi dirinya, setelah mendapatkan informasi selengkap-
lengkapnya
4. Prinsip keadilan (justice), berupa perlakuan yang sama untuk orang-orang dalam situasi
yang sama, artinya menekankan persamaan dan kebutuhan, bukannya kekayaan dan
kedudukan sosial
15
Kurtz (1998) menyatakan bahwa komunikasi efektif justru tidak memerlukan
waktu lama. Komunikasi efektif terbukti memerlukan lebih sedikit waktu karena dokter
terampil mengenali kebutuhan pasien (tidak hanya ingin sembuh). Dalam pemberian
pelayanan medis, adanya komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien merupakan
kondisi yang diharapkan sehingga dokter dapat melakukan manajemen pengelolaan
masalah kesehatan bersama pasien, berdasarkan kebutuhan pasien. Namun disadari
bahwa dokter dan dokter gigi di Indonesia belum disiapkan untukmelakukannya. Dalam
kurikulum kedokteran dan kedokteran gigi, membangun komunikasi efektif dokter-
pasien belum menjadi prioritas. Untuk itu dirasakan perlunya memberikan pedoman
(guidance) untuk dokter guna memudahkan berkomunikasi dengan pasien dan atau
keluarganya. Melalui pemahaman tentang hal-hal penting dalam pengembangan
komunikasi dokter-pasien diharapkan terjadi perubahan sikap dalam hubungan dokter-
pasien.
Tujuan dari komunikasi efektif antara dokter dan pasiennya adalah untuk
mengarahkan proses penggalian riwayat penyakit lebih akurat untuk dokter, lebih
memberikan dukungan pada pasien, dengan demikian lebih efektif dan efisien bagi
keduanya (Kurtz, 1998)
Menurut Kurzt (1998), dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan komunikasi
yang digunakan:
Disease centered communication style atau doctor centered communication style,
yaitu komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha menegakkan
diagnosis, termasuk penyelidikan dan penalaran klinik mengenai tanda dan gejala-
gejala.
Illness centered communication style atau patient centered communication style,
yaitu komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang penyakitnya yang
secara individu merupakan pengalaman unik. Di sini termasuk pendapat pasien,
kekhawatirannya, harapannya, apa yang menjadi kepentingannya serta apa yang
dipikirkannya.
Dengan kemampuan dokter memahami harapan, kepentingan, kecemasan, serta
kebutuhan pasien, patient centered communication style sebenarnya tidak memerlukan
waktu lebih lama dari pada doctor centered communication style. Keberhasilan
16
komunikasi antara dokter dan pasien pada umumnya akan melahirkan kenyamanan dan
kepuasan bagi kedua belah pihak, khususnya menciptakan satu kata tambahan bagi
pasien yaitu empati. Empati itu sendiri dapat dikembangkan apabila dokter memiliki
ketrampilan mendengar dan berbicara yang keduanya dapat dipelajari dan dilatih.
Carma L. Bylund & Gregory Makoul dalam tulisannya tentang Emphatic
Communication in Physician-Patient Encounter (2002), menyatakan betapa pentingnya
empati ini dikomunikasikan. Dalam konteks ini empati disusun dalam batasan definisi
berikut:
(1) kemampuan kognitif seorang dokter dalam mengerti kebutuhan pasien (a
physician cognitive capacity to understand patients needs),
(2) menunjukkan afektifitas/sensitifitas dokter terhadap perasaan pasien (an affective
sensitivity to patients feelings),
(3) kemampuan perilaku dokter dalam memperlihatkan/menyampaikan empatinya
kepada pasien (a behavioral ability to convey empathy to patient).
17
atau institusi pelayanan medis.
(2) Meningkatkan kepercayaan pasien kepada dokter yang merupakan dasar
hubungan dokter-pasien yang baik.
(3) Meningkatkan keberhasilan diagnosis terapi dan tindakan medis.
(4) Meningkatkan kepercayaan diri dan ketegaran pada pasien fase terminal dalam
menghadapi penyakitnya.
Ada empat langkah yang terangkum dalam satu kata untuk melakukan
komunikasi, yaitu SAJI (Poernomo, Ieda SS, Program Family Health Nutrition, Depkes
RI, 1999).
S = Salam
A = Ajak Bicara
J = Jelaskan
I = Ingatkan
Secara rinci penjelasan mengenai SAJI adalah sebagai berikut :
Salam: Beri salam, sapa dia, tunjukkan bahwa Anda bersedia meluangkan waktu
untuk berbicara dengannya.
Ajak Bicara: Usahakan berkomunikasi secara dua arah. Jangan bicara sendiri.
Dorong agar pasienmau dan dapat mengemukakan pikiran dan perasaannya.
Tunjukkan bahwa dokter menghargai pendapatnya, dapat memahami kecemasannya,
serta mengerti perasaannya. Dokter dapat menggunakan pertanyaan terbuka maupun
tertutup dalam usaha menggali informasi.
Jelaskan: Beri penjelasan mengenai hal-hal yang menjadi perhatiannya, yang ingin
diketahuinya, dan yang akan dijalani/dihadapinya agar ia tidak terjebak oleh
pikirannya sendiri. Luruskan persepsi yang keliru. Berikan penjelasan mengenai
penyakit, terapi, atau apapun secara jelas dan detil.
Ingatkan: Percakapan yang dokter lakukan bersama pasien mungkin memasukkan
berbagai materi secara luas, yang tidak mudah diingatnya kembali. Di bagian akhir
percakapan, ingatkan dia untuk hal-hal yang penting dan koreksi untuk persepsi yang
keliru. Selalu melakukan klarifikasi apakah pasien telah mengerti benar, maupun
18
klarifikasi terhadap hal-hal yang masih belum jelas bagi kedua belah pihak serta
mengulang kembali akan pesan-pesan kesehatan yang penting.
Informed consent adalah suatu proses yang menunjukkan komunikasi yang efektif
antara dokter dengan pasien, dan bertemunya pemikiran tentang apa yang akan dan apa
yang tidak akan dilakukan terhadap pasien. Informed consent dilihat dari aspek hukum
bukanlah sebagai perjanjian antara dua pihak, melainkan lebih ke arah persetujuan
sepihak atas layanan yang ditawarkan pihak lain.
Definisi operasionalnya adalah suatu pernyataan sepihak dari orang yang berhak (yaitu
pasien, keluarga atau walinya) yang isinya berupa izin atau persetujuan kepada dokter
untuk melakukan tindakan medik sesudah orang yang berhak tersebut diberi informasi
secukupnya.
1. THRESHOLD ELEMENTS
Elemen ini sebenarnya tidak tepat dianggap sebagai elemen, oleh karena
sifatnya lebih ke arah syarat, yaitu pemberi consent haruslah seseorang yang
kompeten (cakap). Kompeten disini diartikan sebagai kapasitas untuk membuat
keputusan medis. Kompetensi manusia untuk membuat keputusan sebenarnya
merupakan suaut kontinuum, dari sama sekali tidak memiliki kompetensi hingga
memiliki kompetensi yang penuh. Diantaranya terdapat berbagai tingkat
kompetensi membuat keputusan tertentu (keputusan yang reasonable berdasarkan
alasan yang reasonable).
Secara hukum seseorang dianggap cakap (kompeten) apabila telah dewasa,
sadar dan berada dalam keadaan mental yang tidak di bawah pengampuan. Dewasa
diartikan sebagai usia telah mencapai 21 tahun atau telah pernah menikah.
Sedangkan keadaan mental yang dianggap tidak kompeten adalah apabila
19
mempunyai penyakit mental sedemikian rupa sehingga kemampuan membuat
keputusan menjadi terganggu.
2. INFORMATION ELEMENTS
Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu, disclosure (pengungkapan)
dan understanding (pemahaman).
Pengertian berdasarkan pemahaman yang adekuat membawa konsekuensi kepada
tenaga medis untuk memberikan informasi (disclosure) sedemikian rupa sehingga
pasien dapat mencapai pemahaman yang adekuat. Dalam hal ini, seberapa baik
informasi harus diberikan kepada pasien, dapat dilihat dari 3 standar, yaitu :
Standar Praktik Profesi
Standar Subyektif
Bahwa keputusan harus didasarkan atas nilai-nilai yang dianut oleh pasien
secara pribadi, sehingga informasi yang diberikan harus memadai untuk pasien
tersebut dalam membuat keputusan. Kesulitannya adalah mustahil (dalam hal
waktu/kesempatan) bagi profesional medis memahami nilai-nilai yang secara
individual dianut oleh pasien.
Standar ini merupakan hasil kompromi dari kedua standar sebelumnya, yaitu
dianggap cukup apabila informasi yang diberikan telah memenuhi kebutuhan
umumnya orang awam.
20
3. CONSENT ELEMENTS
Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu, voluntariness (kesukarelaan, kebebasan)
danauthorization (persetujuan).
a. Dinyatakan (expressed)
Dinyatakan secara lisan
Dinyatakan secara tertulis. Pernyataan tertulis diperlukan apabila
dibutuhkan bukti di kemudian hari, umumnya pada tindakan yang invasif
atau yang beresiko mempengaruhi kesehatan penderita secara bermakna.
Permenkes tentang persetujuan tindakan medis menyatakan bahwa semua
jenis tindakan operatif harus memperoleh persetujuan tertulis.
b. Tidak dinyatakan (implied)
Pasien tidak menyatakannya, baik secara lisan maupun tertulis, namun
melakukan tingkah laku (gerakan) yang menunjukkan jawabannya. Meskipun
consent jenis ini tidak memiliki bukti, namun consent jenis inilah yang paling
banyak dilakukan dalam praktik sehari-hari. Misalnya adalah seseorang yang
menggulung lengan bajunya dan mengulurkan lengannya ketika akan diambil
darahnya.
Proxy Consent
Adalah consent yang diberikan oelh orang yang bukan si pasien itu
sendiri, dengan syarat bahwa pasien tidak mampu memberikan consent secara
21
pribadi, dan consent tersebut harus mendekati apa yang sekiranya akan diberikan
oleh pasien, bukan baik buat orang banyak).
Umumnya urutan orang yang dapat memberikan proxy consent adalah
suami/istri, anak, orang tua, saudara kandung, dst. Proxy consent hanya boleh
dilakukan dengan pertimbangan yang matang dan ketat.
22
Pasien sedang dalam keadaan stress emosional sehingga tidak mampu
mencerna informasi
Pasien dalam keadaan tidak sadar atau mengantuk.
a. Identitas Pasien
23
b. Tanggal dan waktu
e. Diagnosis
f. Rencana penatalaksanaan
a. Identitas Pasien
b. Tanggal dan waktu.
c. Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit.
d. Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang medis.
e. Diagnosis
f. Rencana penatalaksanaan
g. Pengobatan dan atau tindakan
h. Persetujuan tindakan bila perlu
i. Catatan obsservasi klinis dan hasil pengobatan
j. Ringkasan pulang (discharge summary)
k. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang
memberikan pelayanan ksehatan.
l. Pelayanan lain yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan tertentu.
m. Untuk kasus gigi dan dilengkapi dengan odontogram klinik
24
3. Ruang Gawat Darurat
Data pasien rawat inap yang harus dimasukkan dalam medical record sekurang-
kurangnya antara lain:
a. Identitas Pasien
b. Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan
c. Identitas pengantar pasien
d. Tanggal dan waktu.
e. Hasil Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit.
f. Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang medis.
g. Diagnosis
h. Pengobatan dan/atau tindakan
i. Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan unit gawat darurat
dan rencana tindak lanjut.
j. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang
memberikan pelayanan kesehatan.
k. Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan dipindahkan ke sarana
pelayanan kesehatan lain dan
l. Pelayanan lain yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan tertentu
25
3. Konflik menyangkut kebutuhan dokter untuk membuat keseimbangan antara
kepentingan pasien di masa kini dan kepentingannya di masa depan. Kesulitan yang
muncul dalam hal ini seperti yang digambarkan dalam studi Duff dan Hollingshead
di New Heaven Connecticut, bahwa pasien yang diagnoisnya tidak dilakukan
dengan teliti seringkali diobati dengan mengorbankan seluruh kepentingan masa
depan mereka.
4. Konflik menyangkut ketelibatan dokter dalam mmperhatikan kesejahteraan pasien,
namun mungkin kurang memperhatikan akibat tindakannya bagi rumah tangga
pasien dan kerabatnya.
5. Konflik menyangkut situasi disaat dokter tidak dapat menolong pasien sehingga ia
terpaksa berpegang pada pandangan sendiri tentang perannya sebagai penyembuh
penyakit. Hal ini bisa terjadi karena dokter kurang memiliki kemampuan teknis
untuk mengatasinya atau karena pasien mengharapkan terlalu banyak hal-hal yang
berada diluar wewenang dokter.
6. Konflik antara kewajibannya untuk menolong pasien dan kewajibannya sebagai
seorang petugas medis dari suatu badan atau instansi.
7. Konflik antara tanggung jawab dokter terhadap pasiennya dan kariernya sendiri.
Masalah ini terdapat pada setiap jenis pekerjaan.
8. Konflik antara peranan tertentu dengan peran lainnya misalnya antara peranan seagai
dokter, ayah, suami, pemain tennis dan sebagainya. Konflik seperti ini sangat
menentukan dalam bidang kedokteran karena sakit dan kematian tidak mengenal
malam minggu atau liburan. Dokter mungkin terpaksa menangani keadaan gawat
darurat setiap saat.
Sesuai dengan Bab VII Penyelenggaraan Praktik Kedokteran pada bagian Ketiga yaitu :
Pasal 50 dikatakan bahwa dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik
kedokteran mempunyai hak : Memperoleh perlindungan hukum sepanjang
melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional.
Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur
26
operasional. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya
dan menerima imbalan jasa.
Pasal 51 dikatakan bahwa dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik
kedokteran mempunyai kewajiban : Memberikan pelayanan medis sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien merujuk
pasien ke dokter atau dokter gigi yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih
baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan merahasiakan
segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu
meninggal dunia melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali
bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; dan menambah
ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau kedokteran gigi
27
Hak mengakhiri pengobatan dan rawat inap atas tanggung jawab sendiri.
Hak untuk menjalankan ritual agama dan kepercayaannya di Rumah Sakit, selama
tidak mengganggu pengobatan dan pasien yang lain.
28
BAB III
KESIMPULAN
Profesi yang dianggap membanggakan pada sebagian besar masyarakat yaitu seorang
dokter. Namun, pada pelaksanaannya dokter memiliki tanggung jawab besar yang harus
ditunaikan dimana hal ini tak semudah yang dipikirkan oleh masyarakat.
Selain itu, terlepas dari profesinya sebagai seorang dokter, ia harus melaksanakan
hak dan kewajibannya seperti warga Negara pada umumnya, karena Ia juga merupakan
bagian dari warga Negara. Maka dari itu, dokter dituntut untuk selalu professional dalam
menjalankan profesinya.
Pentingnya perstujuan (inform consent) dalam memulai tindakan yang bersifat gawat
darurat dan non gawat darurat untuk tetap menjaga profesionalisme dokter kepada pasien
demi kenyamanan bersama.
Informed consent disini adalah suatu proses yang menunjukkan komunikasi yang
efektif antara dokter dengan pasien, dan bertemunya pemikiran tentang apa yang akan dan
apa yang tidak akan dilakukan terhadap pasien. Informed consent dilihat dari aspek hukum
bukanlah sebagai perjanjian antara dua pihak, melainkan lebih ke arah persetujuan sepihak
atas layanan yang ditawarkan pihak lain.
29
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Hanafiah, M. Jusuf., dkk. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan : edisi 4. Jakarta. EGC
Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia. 2002. Kode Etik Kedokteran Indonesia dan
Pedoman Pelaksanaan Kode Etik Kedokteran Indonesia. Jakarata : MKEK Pusat
Sahim, Asnil. 2010. Etika Kedokteran. Panitia Etik RS M Djamil.Setyobudy, Irwan. 2010.
Materi Ajar Etika dan Profesionalisme. Mataram: Fakultas Kedokteran Unizar
Wasisto, Broto., dkk . 2006. Komunikasi Efektif Dokter Pasien. Jakarat: Konsil Kedokteran
Indonesia.
30