Anda di halaman 1dari 9

3.

INFORMED CONSENT

Informed consent adalah suatu proses yang menunjukkan komunikasi yang efektif antara
dokter dengan pasien, dan bertemunya pemikiran tentang apa yang akan dan apa yang tidak
akan dilakukan terhadap pasien. Informed consent dilihat dari aspek hukum bukanlah sebagai
perjanjian antara dua pihak, melainkan lebih ke arah persetujuan sepihak atas layanan yang
ditawarkan pihak lain.

Definisi operasionalnya adalah suatu pernyataan sepihak dari orang yang berhak (yaitu
pasien, keluarga atau walinya) yang isinya berupa izin atau persetujuan kepada dokter untuk
melakukan tindakan medik sesudah orang yang berhak tersebut diberi informasi secukupnya.

Tiga elemen Informed consent

1. THRESHOLD ELEMENTS

Elemen ini sebenarnya tidak tepat dianggap sebagai elemen, oleh karena sifatnya lebih ke
arah syarat, yaitu pemberi consent haruslah seseorang yang kompeten (cakap). Kompeten
disini diartikan sebagai kapasitas untuk membuat keputusan medis. Kompetensi manusia
untuk membuat keputusan sebenarnya merupakan suaut kontinuum, dari sama sekali tidak
memiliki kompetensi hingga memiliki kompetensi yang penuh. Diantaranya terdapat berbagai
tingkat kompetensi membuat keputusan tertentu (keputusan yang reasonable berdasarkan
alasan yang reasonable).

Secara hukum seseorang dianggap cakap (kompeten) apabila telah dewasa, sadar dan berada
dalam keadaan mental yang tidak di bawah pengampuan. Dewasa diartikan sebagai usia telah
mencapai 21 tahun atau telah pernah menikah. Sedangkan keadaan mental yang dianggap
tidak kompeten adalah apabila mempunyai penyakit mental sedemikian rupa sehingga
kemampuan membuat keputusan menjadi terganggu.

2. INFORMATION ELEMENTS

Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu, disclosure (pengungkapan)


dan understanding(pemahaman).
Pengertian berdasarkan pemahaman yang adekuat membawa konsekuensi kepada tenaga
medis untuk memberikan informasi (disclosure) sedemikian rupa sehingga pasien dapat
mencapai pemahaman yang adekuat.

Dalam hal ini, seberapa baik informasi harus diberikan kepada pasien, dapat dilihat dari 3
standar, yaitu :

o Standar Praktik Profesi

Bahwa kewajiban memberikan informasi dan kriteria ke-adekuat-an informasi ditentukan


bagaimana BIASANYA dilakukan dalam komunitas tenaga medis.

Dalam standar ini ada kemungkinan bahwa kebiasaan tersebut di atas tidak sesuai dengan
nilai-nilai sosial setempat, misalnya resiko yang tidak bermakna (menurut medis) tidak
diinformasikan, padahal mungkin bermakna dari sisi sosial pasien.

o Standar Subyektif

Bahwa keputusan harus didasarkan atas nilai-nilai yang dianut oleh pasien secara pribadi,
sehingga informasi yang diberikan harus memadai untuk pasien tersebut dalam membuat
keputusan. Kesulitannya adalah mustahil (dalam hal waktu/kesempatan) bagi profesional
medis memahami nilai-nilai yang secara individual dianut oleh pasien.

o Standar pada reasonable person

Standar ini merupakan hasil kompromi dari kedua standar sebelumnya, yaitu dianggap cukup
apabila informasi yang diberikan telah memenuhi kebutuhan umumnya orang awam.

3. CONSENT ELEMENTS

Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu, voluntariness (kesukarelaan, kebebasan)
danauthorization (persetujuan).

Kesukarelaan mengharuskan tidak ada tipuan, misrepresentasi ataupun paksaan. Pasien juga
harus bebas dari tekanan yang dilakukan tenaga medis yang bersikap seolah-olah akan
dibiarkan apabila tidak menyetujui tawarannya.
Consent dapat diberikan :

a. Dinyatakan (expressed)

o Dinyatakan secara lisan

o Dinyatakan secara tertulis. Pernyataan tertulis diperlukan apabila dibutuhkan


bukti di kemudian hari, umumnya pada tindakan yang invasif atau yang beresiko
mempengaruhi kesehatan penderita secara bermakna. Permenkes tentang
persetujuan tindakan medis menyatakan bahwa semua jenis tindakan operatif
harus memperoleh persetujuan tertulis.

b. Tidak dinyatakan (implied)

Pasien tidak menyatakannya, baik secara lisan maupun tertulis, namun


melakukan tingkah laku (gerakan) yang menunjukkan jawabannya. Meskipun
consent jenis ini tidak memiliki bukti, namun consent jenis inilah yang paling
banyak dilakukan dalam praktik sehari-hari. Misalnya adalah seseorang yang
menggulung lengan bajunya dan mengulurkan lengannya ketika akan diambil
darahnya.

Proxy Consent

Adalah consent yang diberikan oelh orang yang bukan si pasien itu sendiri, dengan
syarat bahwa pasien tidak mampu memberikan consent secara pribadi, dan consent tersebut
harus mendekati apa yang sekiranya akan diberikan oleh pasien, bukan baik buat orang
banyak).

Umumnya urutan orang yang dapat memberikan proxy consent adalah suami/istri,
anak, orang tua, saudara kandung, dst. Proxy consent hanya boleh dilakukan dengan
pertimbangan yang matang dan ketat.

Konteks dan Informed Consent

Doktrin Informed Consent tidak berlaku pada 5 keadaan :

1. Keadaan darurat medis


2. Ancaman terhadap kesehatan masyarakat

3. Pelepasan hak memberikan consent (waiver)

4. Clinical privilege (penggunaan clinical privilege hanya dapat dilakukan pada


pasien yang melepaskan haknya memberikan consent.

5. Pasien yang tidak kompeten dalam memberikan consent.

Contextual circumstances juga seringkali mempengaruhi pola perolehan informed


consent. Seorang yang dianggap sudah pikun, orang yang dianggap memiliki mental lemah
untuk dapat menerima kenyataan, dan orang dalam keadaan terminal seringkali tidak
dianggap cakap menerima informasi yang benar apalagi membuat keputusan medis.
Banyak keluarga pasien melarang para dokter untuk berkata benar kepada pasien tentang
keadaan sakitnya.

Keluhan pasien tentang proses informed consent :

o Bahasa yang digunakan untuk menjelaskan terlalu teknis

o Perilaku dokter yang terlihat terburu-buru atau tidak perhatian, atau tidak ada waktu untuk
tanya jawab.

o Pasien sedang dalam keadaan stress emosional sehingga tidak mampu mencerna informasi

o Pasien dalam keadaan tidak sadar atau mengantuk.

Keluhan dokter tentang informed consent

o Pasien tidak mau diberitahu.

o Pasien tak mampu memahami.

o Resiko terlalu umum atau terlalu jarang terjadi.

o Situasi gawat darurat atau waktu yang sempit.

4. REKAM MEDIS
Menurut PERMENKES No: 269/MENKES/PER/III/2008 yang dimaksud rekam medis
adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen antara lain identitas pasien, hasil
pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien. Catatan merupakan tulisan-tulisan yang dibuat oleh dokter atau
dokter gigi mengenai tindakan-tindakan yang dilakukan kepada pasien dalam rangka
palayanan kesehatan.

Rekam medis terdiri dari catatan-catatan data pasien yang dilakukan dalam pelayanan
kesehatan. Catatan-catatan tersebut sangat penting untuk pelayanan bagi pasien karena
dengan data yang lengkap dapat memberikan informasi dalam menentukan keputusan baik
pengobatan, penanganan, tindakan medis dan lainnya. Dokter atau dokter gigi diwajibkan
membuat rekam medis sesuai aturan yang berlaku.

Menurut PERMENKES No: 269/MENKES/PER/III/2008 data-data yang harus dimasukkan


dalam Medical Record dibedakan untuk pasien yang diperiksa di unit rawat jalan dan rawat
inap dan gawat darurat. Setiap pelayanan baik di rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat
dapat membuat rekam medis dengan data-data sebagai berikut:

1. Pasien Rawat Jalan

Data pasien rawat jalan yang dimasukkan dalam medical record sekurang-kurangnya antara
lain

a. Identitas Pasien

b. Tanggal dan waktu

c. Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit)

d. Hasil Pemeriksaan fisik dan penunjang medis

e. Diagnosis

f. Rencana penatalaksanaan

j. Persetujuan tindakan bila perlu

h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien

i. Untuk kasus gigi dan dilengkapi dengan odontogram klinik dan


g. Pengobatan dan atau tindakan

2. Pasien Rawat Inap

Data pasien rawat inap yang dimasukkan dalam medical record sekurang-kurangnya antara
lain:

a. Identitas Pasien
b. Tanggal dan waktu.
c. Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit.
d. Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang medis.
e. Diagnosis
f. Rencana penatalaksanaan
g. Pengobatan dan atau tindakan
h. Persetujuan tindakan bila perlu
i. Catatan obsservasi klinis dan hasil pengobatan
j. Ringkasan pulang (discharge summary)
k. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang
memberikan pelayanan ksehatan.
l. Pelayanan lain yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan tertentu.
m. Untuk kasus gigi dan dilengkapi dengan odontogram klinik

3. Ruang Gawat Darurat


Data pasien rawat inap yang harus dimasukkan dalam medical record sekurang-kurangnya
antara lain:

a. Identitas Pasien
b. Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan
c. Identitas pengantar pasien
d. Tanggal dan waktu.
e. Hasil Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit.
f. Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang medis.
g. Diagnosis
h. Pengobatan dan/atau tindakan
i. Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan unit gawat darurat dan rencana
tindak lanjut.
j. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan
pelayanan kesehatan.
k. Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan dipindahkan ke sarana
pelayanan kesehatan lain dan
l. Pelayanan lain yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan tertentu

3. KONFLIK DOKTER DAN PASIEN

Dalam peranan sosial dokter terdapat sejumlah konflik yang berkaitan dengan peranan
tersebut, namun hal itu merupakan bagian dari ketentuan yang harus dilaksanakan pelakunya.
Konflik tersebut adalah sebagai berikut:

1. Konflik antara kepentingan pasien sebagai perorangan dengan kepentingan pasien-pasien


kelompok. Masalah ini muncul dalam pembhasan tentang pasien yang sekarat atau akan
meninggal.
2. Konflik menyangkut masalah pengelolaan sumberdaya seperti waktu, keahlian dan
material untuk setiap pasien. Jika suatu rumah sakit mengalami kekurangan sumberdaya
untuk mengobati semua pasien maka dokter harus memilih pasien yang mengalami
keadaan kritis dan menanganinya sesuai dengan prosedur yang berlaku dan peralatan
yang ada.
3. Konflik menyangkut kebutuhan dokter untuk membuat keseimbangan antara kepentingan
pasien di masa kini dan kepentingannya di masa depan. Kesulitan yang muncul dalam hal
ini seperti yang digambarkan dalam studi Duff dan Hollingshead di New Heaven
Connecticut, bahwa pasien yang diagnoisnya tidak dilakukan dengan teliti seringkali
diobati dengan mengorbankan seluruh kepentingan masa depan mereka.
4. Konflik menyangkut ketelibatan dokter dalam mmperhatikan kesejahteraan pasien, namun
mungkin kurang memperhatikan akibat tindakannya bagi rumah tangga pasien dan
kerabatnya.
5. Konflik menyangkut situasi disaat dokter tidak dapat menolong pasien sehingga ia terpaksa
berpegang pada pandangan sendiri tentang perannya sebagai penyembuh penyakit. Hal ini
bisa terjadi karena dokter kurang memiliki kemampuan teknis untuk mengatasinya atau
karena pasien mengharapkan terlalu banyak hal-hal yang berada diluar wewenang dokter.
6. Konflik antara kewajibannya untuk menolong pasien dan kewajibannya sebagai seorang
petugas medis dari suatu badan atau instansi.
7. Konflik antara tanggung jawab dokter terhadap pasiennya dan kariernya sendiri. Masalah
ini terdapat pada setiap jenis pekerjaan.
8. Konflik antara peranan tertentu dengan peran lainnya misalnya antara peranan seagai
dokter, ayah, suami, pemain tennis dan sebagainya. Konflik seperti ini sangat menentukan
dalam bidang kedokteran karena sakit dan kematian tidak mengenal malam minggu atau
liburan. Dokter mungkin terpaksa menangani keadaan gawat darurat setiap saat.

Hak dan Kewajiban Dokter

Sesuai dengan Bab VII Penyelenggaraan Praktik Kedokteran pada bagian Ketiga yaitu :

Pasal 50 dikatakan bahwa dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran
mempunyai hak : Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai
dengan standar profesi dan standar prosedur operasional.
Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur operasional.
Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya dan menerima
imbalan jasa.
Pasal 51 dikatakan bahwa dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran
mempunyai kewajiban : Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien merujuk pasien ke dokter atau
dokter gigi yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu
melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan merahasiakan segala sesuatu yang
diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia melakukan
pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang
bertugas dan mampu melakukannya; dan menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti
perkembangan ilmu kedokteran atau kedokteran gigi

Hak dan Kewajiban Pasien

Hak-hak pasien tersebut di antaranya:


o Hak untuk mendapatkan pelayanan yang manusiawi.
o Hak memperoleh asuhan perawatan yang bermutu baik.
o Hak untuk memilih dokter yang merawat.
o Hak untuk meminta dokter yang merawat agar mengadakan konsultasi dengan dokter lain.
o Hak atas privacy dan kerahasiaan berkenaan penyakit yang diderita.
o Hak untuk mendapatkan informasi yang jelas tentang: penyakit yang diderita; tindakan
medis apa yang akan dilakukan dan kemungkinan timbulnya penyulit sebagai akibat
tindakan tersebut; alternatif pengobatan lain; prognosis atau perjalanan penyakit; serta
perkiraan biaya pengobatan.
o Hak meminta untuk tidak diinformasikan tentang penyakitnya kepada orang atau pihak lain.
o Hak untuk menolak tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya.
o Hak untuk mengajukan keluhan-keluhan dan memperoleh tanggapan segera.
o Hak untuk didampingi keluarga pada saat kondisi kritis.
o Hak mengakhiri pengobatan dan rawat inap atas tanggung jawab sendiri.
o Hak untuk menjalankan ritual agama dan kepercayaannya di Rumah Sakit, selama tidak
mengganggu pengobatan dan pasien yang lain.
Kewajiban-kewajiban pasien yaitu antara lain:
o Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan dan tata tertib di
Rumah Sakit.
o Pasien wajib untuk menceritakan secara jujur tentang segala sesuatu mengenai penyakit
yang dideritanya.
o Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter dalam rangka pengobatannya.
o Pasien dan/atau penanggungnya berkewajiban untuk memenuhi segala perjanjian yang
ditandatanganinya.

Anda mungkin juga menyukai