Jika
belum sanggup, lebih baik tunda dulu berutang kalau tak ingin repot di kemudian hari. Hal ini
penting agar di tengah jalan tidak mengalami kredit macet!
Kredit macet rentan terjadi kepada mereka yang mengalami kemampuan bayar yang rendah.
Sedangkan di saat bersamaan, utang terus bertambah lantaran ada bunga. Entah itu kredit
pemilikan rumah (KPR), kartu kredit, kredit tanpa agunan (KTA), kredit pemilikan kendaraan,
dan lain sebagainya.
Kredit macet biasanya terjadi lantaran debitur saat pengajuan kredit terlalu memaksakan dengan
plafon yang tinggi maupun salah urus dalam penggunaan fasilitas kredit. Tak heran kalau debitur
bakal merasa tertekan sehingga sulit mencari jalan keluar.
Dont be panic! Itulah langkah pertama saat mengalami kredit macet. Tetap tenang menghadapi
masalah ini. [Baca: Jangan Stres Kalau Terlilit Utang]
Menunjukkan sikap kooperatif ke bank merupakan modal utama untuk menyelesaikan kredit
macet. Sebaiknya menghindari membawa pihak dari luar dalam penyelesaiannya agar bank
memandang kita punya itikad baik menuntaskan masalah. Ada kok langkah-langkah yang bisa
diambil dalam menyelesaikan kredit macet.
Langkah pertama yang sebaiknya dilakukan adalah mendatangi bank untuk mengajukan
restrukturisasi kredit bermasalah. Pada intinya, semua utang di bank bisa diselesaikan dengan
cara demikian.
Restrukturisasi kredit adalah upaya perbaikan yang dilakukan bank dalam kegiatan perkreditan
terhadap debitur yang mengalami kesulitan memenuhi kewajibannya. Restrukturisasi itu
dilakukan melalui:
Contohnya Budi yang mendapatkan fasilitas rescheduling tenor kredit dari 6 bulan menjadi satu
tahun sehingga si debitur punya waktu lebih lama untuk mengembalikan.
Ajak ngobrol bank yuk pas keuangan lagi sempit. Tapi jangan malah curhat drama Korea ya.
Maksudnya, yakni perubahan sebagian atau seluruh persyaratan kredit yang tidak terbatas pada:
jangka waktu,
Tapi camkan bahwa perubahan ini bisa dilakukan sepanjang tidak menyangkut perubahan
maksimum plafon kredit.
Intinya, di sini bank bisa mengubah struktur kredit, katakanlah dari kredit berjangka menjadi
kredit angsuran dengan besarannya disesuaikan kemampuan nasabah. Dengan cara ini
diharapkan pokok kredit bisa lunas.
Misalnya si Budi yang diputuskan mendapatkan restructuring di mana bank menganggap usaha
yang bersangkutan masih berprospek lagi bila ditambahkan modal. Dengan penambahan modal
usaha, Budi diharapkan bisa mendapatkan omset yang lebih besar lagi.
Bahasa sederhananya, bank akan mengupayakan untuk mengubah kondisi kredit lebih
meringankan beban angsuran.
Contohnya dengan menurunkan suku bunga kredit dari awalnya 20 persen per tahun menjadi 18
persen. Atau bisa juga dengan pembebasan bunga dengan pertimbangan nasabah tidak mampu
bayar kredit itu tapi tetap membayar pokok pinjaman sampai lunas.
Tentunya pengajuan restrukturisasi kredit ini tak sembarangan. Ada kriteria yang mesti dipenuhi
agar bisa memperoleh fasilitas tersebut, yang adalah:
-Debitur sebenarnya memiliki prospek usaha yang baik dan diperkirakan mampu memenuhi
kewajiban setelah kredit direstrukturisasi
Bank nanti akan mengevaluasi nasabah apakah layak mendapat fasilitas restrukturisasi kredit.
Entah dalam bentuk potongan bunga atau utang pokok.
Hanya yang menjadi catatan penting, sekali mengajukan fasilitas ini maka nama nasabah bakal
tercatat dalam Sistem Informasi Debitur (SID) Bank Indonesia.
Bicarakan sama bank buat pastikan masalah ini masuk Blacklist BI enggak?
Lagi pula mesti diketahui sejak awal, nama nasabah sudah tercatat lebih dulu dalam SID Bank
Indonesia itu karena sudah masuk kategori kredit non lancar. Di situ ada 5 kolektibilitas (level
kelancaran pembayaran kewajiban ke bank), yakni:
Ketika sudah masuk kategori kolektibiltasnya kurang lancar, diragukan, dan macet, maka
masuklah ke SID Bank Indonesia. Begitu nama sudah masuk dalam SID atau istilah lainnya
Black List Bank Indonesia, biasanya bank akan berpikir dua kali untuk memberikan kredit lagi
kepada mereka yang pernah ikut program restrukturisasi.
Pendek kata, kalau mau ajukan kredit lagi di masa depan, pastikan sudah pegang surat lunas
kredit sebelumnya meski pernah masuk program restrukturisasi. Hanya perlu diingat, surat lunas
itu enggak sepenuhnya menghilangkan rekam jejak sebelumnya kalau pernah gagal melunas
kredit.
Pasalnya, bank bakal mikir-mikir lagi kasih utang mengingat pernah dikasih fasilitas
restrukturisasi. Maka itu, camkan baik-baik konsekuensi ini sebelum mengajukan restrukturisasi
kredit.
Sebelum mengambil kredit, entah itu KPR, KPM, KTA, kartu kredit, dan lain sebagainya,
besarannya utang idealnya masih sepertiga dari penghasilan. Ketika sudah melewati batas itu
bakalan rentan mengalami kesulitan di kemudian hari.
Contohnya bila punya pendapatan Rp 10 juta, pastikan maksimal total utang sebesar 30% alias di
kisaran Rp 3 jutaan. Entah itu kredit motor atau tagihan kartu kredit, jangan sampai tembus Rp 3
juta.
Perhitungkan dengan masak-masak apa akibatnya jika utang untuk kepentingan konsumtif,
khususnya utang kartu kredit. Camkan dalam hati kalau uang itu bukanlah milik sendiri
melainkan dari pinjaman.
Ketika kredit sudah menjadi masalah dan sulit untuk diselesaikan sendiri, segera bicarakan
dengan bank. Ajak pihak bank mendiskusikan jalan terbaik agar utang tetap lunas tapi tak
memberatkan keuangan keluarga.
Di sinilah pentingnya sikap untuk tak memusuhi bank ketika mengalami masalah dengan kredit.
Jangan malah kabur.
Perlu diingat, hubungan antara bank dan nasabah dalam urusan kredit adalah saling
menguntungkan. Bank dituntut untuk terus menjaga kualitas kucuran kreditnya agar tetap lancar
dan nasabah memerlukan dana untuk kebutuhan finansial.