Anda di halaman 1dari 20

ILMU BANTU SEJARAH

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pengantar Ilmu Sejarah
Yang dibina oleh Bapak Prof. Dr. Hariyono, M.Pd. dan
Ibu Indah W.P. Utami, S.Pd., S.Hum., M.Pd.

Oleh
Affan Rizqyawan Yafi 160731614945
Devi Retno Nur Aini 160731614910
Grahandy Yulia Fadlika 160731614877
Rica Filasari 160731614846

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
September 2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Ilmu
Bantu Sejarah ini tepat pada waktunya. Makalah ini diajukan guna memenuhi
tugas matakuliah Pengantar Ilmu Sejarah yang diampu oleh Bapak Prof. Dr.
Hariyono, M.Pd./Ibu Indah W.P. Utami,S.Pd., S.Hum., M.Pd.
Dalam makalah ini memuat materi tentang keterkaitan sejarah dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi, berbagai ilmu bantu sejarah beserta dengan contoh
penerapan ilmu bantu dalam pengkajian sejarah.
Segala upaya telah kami dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini,
namun bukan tidak mungkin dalam penulisan makalah ini masih terdapat
kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
yang dapat dijadikan masukan dalam menyempurnakan makalah lain di masa yang
akan datang.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua, serta menjadi
sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi kami
sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amin.

Malang, 28 September 2016

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Keterkaitan Sejarah Dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi......... 3
2.2 Jenis-Jenis Ilmu Bantu Sejarah........................................................... 4
2.3 Contoh Penerapan Ilmu Bantu Dalam Pengkajian Sejarah .............. 12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................... 16
3.2 Saran................................................................................................ 16
DAFTAR RUJUKAN....................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sumber sejarah adalah sesuatu hal yang sangat penting dalam
merekontruksi peristiwa sejarah. Sumber sejarah merupakan segala jejak yang
ditinggalkan dan tentunya memiliki nilai informasi berharga terkait dengan objek
yang direkonstruksi. Karena sejarawan dihadapkan dengan ragam jejak masa lalu,
maka sulit baginya untuk mengkaji sumber-sumber itu bila hanya mengandalkan
ilmu sejarahnya. Keterbatasan sejarawan menjangkau semua sumber-sumber itu
membuatnya harus mencari alternatif lain yang dapat memudahkan pekerjaan
rekonstruksinya. Oleh karena itu, pada tahap inilah sejarah butuh ilmu lain sebagai
ilmu bantu (Hamid, 2011: 25-26).
Ilmu sejarah mempunyai arti yang sangat luas sehingga para ahli sejarah
juga banyak yang mengemukakan pendapatnya tentang ilmu sejarah. Oleh karena
itu ilmu bantu sejarah sangatlah dibutuhkan untuk membantu perkembangan
sejarah dalam berbagai penelitian atau yang lainnya. Sejarawan tidak dapat bekerja
sendirian, sejarawan juga memerlukan berbagai ilmu-ilmu bantu lain yang
berhubungan dengan penelitiannya, mencakup sejarah dari zaman dahulu sampai
sekarang. Semakin luas perkembangan yang terdapat pada ilmu sejarah, maka ilmu
bantu sejarah dapat membuat wawasan tentang sejarah semakin luas pula.
Tiada ilmu yang bisa berdiri sendiri tanpa bantuan ilmu pengetahuan yang
lain. Jika suatu ilmu yang diciptakan itu dapat berdiri sendiri maka setiap makhluk
hidup akan mendapat kesulitan dalam memahaminya. Dalam hal ini ilmu sejarah
juga sama, tidak bisa dipahami sepenuhnya tanpa ada bantuan dari ilmu-ilmu
pengetahuan lain.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana keterkaitan sejarah dengan ilmu pengetahuan dan teknologi?
2. Bagaimana jenis-jenis ilmu bantu sejarah?
3. Bagaimana contoh penerapan ilmu bantu dalam pengkajian sejarah?

1
1.3. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui keterkaitan sejarah denga ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Mengetahui jenis-jenis ilmu bantu sejarah.
3. Mengetahui contoh penerapan ilmu bantu dalam pengkajian sejarah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Keterkaitan Sejarah dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Perkataan sejarah dalam bahasa Indonesia adalah sama dengan history
(Inggris), Geschichte (Jerman), atau geschiedenis (Belanda) (Ali, 2005: 11). Maka
dengan singkat dapat ditegaskan bahwa sejarah itu berarti: (1) jumlah perubahan-
perubahan, kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa dalam kenyataan sekitar kita;
(2) cerita tentang perubahan-perubahan itu dan sebagainya; (3) ilmu yang bertugas
menyelidiki perubahan dan sebagainya tersebut itu (Ali, 2005: 12).
Saat ini perkembangan ilmu pengetahuan telah berkembang pesat yang
diikuti oleh perkembangan teknologi. Berbicara mengenai ilmu pengetahuan,
pendidikan terhadap ilmu telah ada sejak dahulu dan tidak dapat terlepas dengan
kehidupan manusia. Metode pembelajaran juga terus mengalami perkembangan
dari yang sangat sederhana hingga kompleks. Majunya pendidikan juga diikuti oleh
majunya teknologi. Dapat diketahui bahwa teknologi memiliki peran yang sangat
besar dalam segala aspek kehidupan manusia, termasuk dalam pendidikan.
Teknologi akan semakin membantu dalam penyampaian ilmu pengetahuan agar
semakin mudah dipahami. Dapat diambil contoh dari teknologi yang membantu
pengajaran, yaitu pembelajaran sejarah berbasis internet.
Merujuk pada sejarah, ilmu tersebut ialah ilmu yang mempelajari tentang
masa lampau, yang memiliki arti penting sebagai pengingat manusia akan
sejarahnya dan menjadi sumber tolak ukur untuk merancang atau menentukan
kehidupan yang lebih baik di masa sekarang maupun masa yang akan datang. Meski
yang dipelajari adalah masa lampau, namun sejarah mampu berjalan seiring
berkembangnya zaman yang ditandai dengan majunya teknologi. Sehingga
pembelajaran sejarah dikembangkan dengan berbasis internet.
Untuk memposisikan sejarah dengan internet dapat mengembangkan
penggunaan internet sebagai salah satu media pembelajaran sejarah dimana seorang
pendidik atau masyarakat umum yang mempelajari sejarah mengembangkan situs-
situs pembelajaran yang ada pada internet. Kemudian menggunakan sumber-
sumber tertulis atau artikel sebagai sumber belajar sejarah. Dapat pula mengakses
suatu jurnal karya seseorang yang ahli dalam sejarah, buku sejarah elektronik,

3
hingga video atau film-film yang mengangkat kisah sejarah sebagai sumbernya.
Dalam konteks mengankses internet, sumber tersebut terkupul dalam WWW
(World Wide Web). Tampilan yang menarik juga mampu menarik perhatian
masyarakat dunia untuk mengakses dan menngali informasi yang terdapat di
dalamnya. Perkembangan situs yang semakin menarik dan memiliki banyak
fasilitas menjadikan metode belajar sejarah yang lebih sederhana dan
menyenangkan.

2.2 Jenis-jenis Ilmu Bantu Sejarah


2.2.1 Paleontologi
Ilmu yang mengkaji bentuk-bentuk kehidupan purba yang pernah ada
di muka bumi, terutama fosil-fosil disebut paleontologi. Adanya kata fosil
berasal dari kata Yunani fissilis yang artinya apa yang digali atau dikeluarkan
dari dalam tanah. Kemudian kata ini mempunyai arti khusus mengenai semua
sisa-sisa binatang dan tumbuhan-tumbuhan yang pernah hidup dalam
periode-periode geologi Palaeozoikum dan Mesozoikum. Relik-relik (sisa-
sisa) binatang dan tumbuh-tumbuhan itu tetap terpelihara karena telah
membatu serta tersimpan selama ratusan juta tahun.
Kajian paleontologi erat hubungannya dengan geologi, fisika, botani
(tumbuhan), zoologi (ilmu hewan). Fosil-fosil itu dapat diketahui usianya
dengan menggunakan metode radiokarbon untuk menentukan usia fosil-fosil
sampai ratusan juta tahun. Dari temuan-temuan itu dapat disusun evolusi
perkembangan hewan dan tumbuh-tumbuhan yang dikaitkan dengan lapisan
geologi pada waktu hidupnya. Bagi ilmu sejarah, paleontologi merupakan
periode prasejarah dalam arti luas, yakni ketika manusia dianggap belum ada
di muka bumi ini. Bantuannya bagi sejarah ialah kajian ini dapat
menunjukkan secara hipotesis pada lapisan geologi mana atau kira-kira kapan
manusia mulai ada dalam evolusi geologi (Sjamsuddin & Ismaun, 1996: 77-
78).
2.2.2 Paleoantropologi
Paleoantropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia-manusia
purba sehingga disebut juga antropologi ragawi. Obyek yang dipelajari ialah
fosil-fosil manusia purba. Ilmu ini bertujuan merekonstruksi asal-usul

4
manusia, evolusinya, persebarannya, lingkungan, cara hidup dan budayanya
(menurut Teuku Jakob, 1990: 65-66 dalam Sjamsuddin & Ismaun, 1996: 80).
2.2.3 Arkeologi
Arkeologi adalah ilmu kajian ilmiah, mula-mula mengenai hasil
artefak dan ekofak kebudayaan prasejarah dengan cara penggalian
(ekskavasi) dan pemerian (deskripsi) sisa-sisa peninggalan prasejarah
tersebut. Kemudian dikaji juga hasil-hasil kebudayaan atau peninggalan
manusia setelah memasuki periode sejarah yang ditemukan melalui
ekskavasi-ekskavasi di situs-situs arkeologi yaitu tempat-tempat yang
dianggap menyimpan bukti-bukti arkeologis.
Bukti-bukti arkeologi itu dapat dibagi atas tiga kelompok:
1. Artefak ialah semua benda yang dibuat oleh manusia dengan tujuan untuk
dipergunakan bagi segala kepentingan manusia sendiri. Benda-benda ini
dapat dipindah-pindahkan tanpa merusak bentuknya seperti tembikar.
2. Bekas tempat pemukiman yang berupa bangunan-bangunan yang sukar
dipindah-pindahkan. Termasuk kedalam kelompok ini misalnya kota-kota
lama, rumah atau gedung tua, makaam, saluran irigasi, candi-candi,
mesjid-mesjid lama, benteng-benteng kuno.
3. Ekofak yaitu objek alamiah yang tertimbun bersama-sama dengan artefak
dan bekas-bekas pemukiman seperti sisa-sisa makanan kulit kerang,
tulang-tulang binatang buruan, tanaman-tanaman budi-daya (menurut cf.
Haryono & Wardani, 1989: 257-259 dalam Sjamsuddin & Ismaun, 1996:
82-83).
2.2.4 Paleografi
Kajian tentang tulisan-tulisan kuno, termasuk ilmu membaca,
menetukan waktu (tanggal), dan menganalisis tulisan-tulisan kuno yang
ditulis di atas papirus, tablet-tablet tanah liat, tembikar, kayu, perkamen
(vellum), kertas daun lontar disebut paleografi.
Para ahli tentang Mesir (Egyptologists) berhasil membaca,
menentukan waktu, atau mengungkapkan arti dari tulisan-tulisan hieroglyph
pada papirus-papirus Mesir zaman para Firaun setelah pakar Perancis Jean
Champillion berhasil membaca tulisan-tulisan batu Rosetta tahun 1799.

5
Dengan pengetahuan itu maka Mesir purba banyak yang dapat diungkap.
Begitu pula tulisan-tulisan paku (cuneiform) dari Mesopotamia yang terdapat
pada tablet-tablet tanah liat yang berhasil dibaca oleh Sir Henry Rawlinson
tahun 1846, dapat mengungkapkan tentang kehidupan bangsa Sumeria Kuno
(menurut Hoaglind, 1960: 12-15 dalam Sjamsuddin & Ismaun, 1996: 84).
2.2.5 Epigrafi
Sebanarnya tidak ada perbedaan mencolok antara paleografi dan
epigrafi kecuali pada materi yang dipakai untuk menulis. Epigrafi adalah
pengetahuan mengenai cara membaca, menentukan tanggal atau waktu, dan
menganalisis tulisan atau inskripsi kuno pada benda-benda yang dapat
bertahan lama seperti batu, logam, atau gading. Inskripsi atau prasasti itu
dimaksudkan untuk memberikan informasi, atau catatan mengenai kejadian-
kejadian penting. Kajian atas inskripsi atau prasasti ini acapkali merupakan
satu-satunya sumber informasi pertama atau pengetahuan kita tentang masa-
masa awal sejarah (Sjamsuddin & Ismaun, 1996: 84-85).
2.2.6 Ikonografi
Ilmu tentang arca-arca atau patung-patung kuno dari zaman
prasejarah dan atau sejarah disebut ikonografi. Arca-arca atau patung-patung
ini dapat berdiri sendiri atau merupakan bagian dari bangunan-bangunan
keagamaan seperti kuil, gereja, atau candi (Sjamsuddin H. & Ismaun, 1996:
85-86).
2.2.7 Numismatik
Ilmu yang memepelajari mata-uang-mata-uang (coins), asal-usul,
tehnik pembuatan, sejarah, mitologi, dan seninya disebut numismatik. Mata-
uang atau koin itu ialah sepotong logam yang diberi bentuk dan berat tertentu,
yang membuat tanda-tanda yang dicapkan di atasnya oleh pejabat pemerintah
sehingga menjadi jaminan sah mengenai nilai dan beratnya sebagai alat tukar
resmi. Mata uang itu ada yang berupa kertas tapi umumnya dari logam yang
bisa bertahan lama. Mata uang logam terbuat dari tembaga, perunggu, perak,
dan emas (Sjamsuddin & Ismaun, 1996: 86).
2.2.8 Ilmu keramik

6
Keramik adalah nama umum untuk tembikar, Cina (China) dan
porselin. Pengetahuan tentang keramik merupakan ilmubantu sejarah dan
kesenian yang penting. Hasil kajian tentang benda-benda ini merupakan
bahan penting untuk penyusunan sejarah, baik untuk periode prasejarah
maupun periode sejarah. Dari kajian-kajian tentang keramik maka dapat
diketahui tentang ancer-ancer waktu, pemilik atau pendukung budaya
pemakaian keramik, lalu-lintas perdagangan dan interaksi antar daerah atau
bangsa.
Tembikar adalah sebutan umum untuk semua alat-alat dapur yang
terbuat dari tanah liat yang dibakar, misalnya belanga, periuk, piring, dan
kendi. Benda-benda rumah tangga ini telah merupakan pecahan-pecahan
ketika ditemukan dalam ekskavasi untuk direkonstruski dan diteliti sebagai
sumber sejarah. Pecahan-pecahan tembikar telah ditemukan pada masa
mesolithicum (zaman batu tengah) di tumpukan apa yang disebut sampah
dapur (kjokkenmoddinger) yang dahulu terdapat di batas pantai Sumatra
Timur Laut. Dari masa neolithicum (zaman batu baru) beberapa pecahan
tembikar menunjukan telah dihias sehingga bagi sejarah kesenian penting
untuk mengetahui tingkat perkembangan ragam hiasnya (menurut Soekmono,
1984: 39-40; 55-56 dalam Sjamsuddin & Ismaun, 1996: 88).
2.2.9 Genealogi
Pengetahuan mengenai asal-usul nenek moyang atau keturunan
keluarga seseorang atau orang-orang disebut genealogi. Dahulu kaisar-kaisar,
atau orang-orang terkemuka biasa membuat pohon-silsilah (family tree)
untuk menunjukan asal-usul leluhurnya.sekarang penelusuran riwayat hidup
(biografi) dari orang-orang tertentu yang menjadi objek penelitian dapat
dilakukan melalui bio-data atau curriculum vitaenya. Penulisan sejarah
keluarga (family history) umumnya menggunakan genealogi sebagai
dasarnya (Sjamsuddin & Ismaun, 1996: 93).
2.2.10 Fisiologi
Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari naskah-naskah kuno.
Naskah-naskah itu ditulis dalam bahasa-bahasa Jawa Kuno, Sunda Kuno, atau
Melayu. Naskah-naskah itu ada yang penting untuk sejarah Indonesia pada

7
umumnya, tetapi ada pula untuk sejarah local khususnya. Beberapa contoh
naskah-naskah itu ialah:
1. Negarakrtagama
Negarakrtagama berupa sebuah naskah lontar yang ditemukan dan
dirampas Belanda di Puri Cakranegara, Lombok, ketika pecah
perang Lombok tahun 1894. Naskah ini berbahasa Jawa Kuno,
beraksara Bali, berbentuk puisi (kakawin). Penulisnya adalah
Prapanca, seorang pujangga keraton Majapahit. Naskah ini selesai
ditulis tahun 1365 (bulan Asywina tahun Saka 1287, atau 1 oktober
1365), setahun setelah Gajah Mada meninggal tahun 1364.
2. Pararaton
Naskah ini tidak diketahui siapa penulisnya, akan tetapi ditulis
dalam bahasa Jawa Kuno berbentuk prosa kira-kira abad ke-16 di
Icasada, Bali, dimana naskah ini ditemukan. Judul naskah Serat
Pararaton atau Katuturanira Ken Angrok yang artinya kitab
kerajaan atau riwayat Ken Arok.
3. Kidung Sundayana
Kidung Sundayana, atau kidung sejarah Sunda ditulis dalam
bahasa Jawa Kuno, ditemukan di Bali. Pengarangnya tidak dikenal.
Isinya semacam roman sejarah, menceritakan tentang keinginan
Hayam Wuruk mencari seorang pemaisuri.
4. Babad Tanah Jawi
Babad Tanah Jawi ditulis dalam bahasa dan huruf Jawa.
Pengarangnya tidak diketahui. Terdapat beberapa naskah asli yang
berbeda. Sesudah Perang Dunia ke II diterbitkan dalam huruf Latin.
Naskah ini menguraikan pasang-surutnya sejarah di Jawa yang
meliputi periode sesudah runtuhnya Majapahit tahun 1525 sampai
dengan perjanjian Giyanti 1755 ketika kerajaan Mataram dibagi
dua menjadi Surakarta dan Yogyakarta. Isinya antara lain tentang
keturunan raja Majapahit Brawijaya, tentang kerajaan-kerajaan
Demak, Bintara, Mataram, tentang wali songo (wali sembilan)

8
yang menjadi penyiar-penyiar Islam, terutama Sunan Kalijaga,
sampai perpecahan Mataram.
5. Carita Parahiyangan
Naskah Sunda ini ditulis pada daun lontar pada akhir abad-16,
menggunakan bahasa dan aksara Sunda Kuno. Isinya tentang para
leluhur raja-raja Sunda, para hiyang, dimulai dari kerajaan Galuh
(Ciamis sekarang) sampai dengan keruntuhan kerajaan Pajajaran
karena serangan Islam.
6. Hikayat Raja-raja Pasai
Naskah ini ditulis dalam bahasa Melayu, sebagai mana judulnya
naskah ini menceritakan tentang kerajaan Pasai (sekarang di Aceh).
Periodenya meliputi antara abad ke-13 sampai dengan abad ke-16.
Isinya antara lain tentang raja Pasai pertama yang memeluk Islam
yaitu Raja Ahmad dan saudaranya Raja Muhammad, tentang raja
pertama Samudra yang memeluk Islam Merah Silu yang bergelar
Malik-as-Saleh.
7. Sejarah melayu
Naskah melayu yang menggunakan aksara Arab-Melayu ini ditulis
oleh Tun Sri Lanang (1565-1642), bendahara kesultanan Johor. Isi
naskah ini antara lain berawal dari Sang Tri Buana yang turun dari
bukit Singuntang di Palembang sampai direbutnya Bandar Malaka
oleh Portugis tahun 1511. Sang Tri Buana dianggap menjadi
pangkal empat keluarga raja yang memerintah di Palembang,
Majapahit, Semenanjung Melayu, dan Minangkabau. Kemudian
seperti halnya Hikayat raja-raja Pasai yang menceritakan tentang
raja Samudra yang pertama memeluk Islam, maka sejarah Melayu
juga menceritakan tentang pengIslaman raja Malaka (Sjamsuddin
& Ismaun, 1996: 93-98).
2.2.11 Bahasa
Dokumen-dokuen sebagai sumber pertama sejarah (primary
sources) yang disimpan di arsip-arsip ditulis dalam bahasa-bahasa daerah
atau bahasa-bahasa asing tertentu. Jika ingin melakukan penelitian sejarah

9
Indonesia mengenai periode pertengahan pertama abad ke-20 atau abad-
abad sebelumnya, maka selain bahasa daerah, atau bahasa Melayu, atau
bahasa Indonesia, maka sejarawan harus mengetahui juga bahasa Belanda
karena dokumen-dokumen sebagian besar ditulis dalam bahasa Belanda
(Sjamsuddin & Ismaun, 1996: 99).
2.2.12 Statistik
Croxton dan Cowden mendefinisikan statistik itu sebagai koleksi,
presentasi, analisis, dan interpretasi data angka. (Wilson Gee, 1950: 253).
Statistik digunakan sebagai metode ilmiah dalam ilmu-ilmu sosial seperti
antropologi, sosiologi, psikologi sosial, ekonomi, politik, dan sejarah.
Khusus untuk sejarah, statistik membuat ilmu sejarah lebih ilmiah karena
menggunakan fakta atau data kuantitatif masa lampau dalam pengumpulan,
penyajian, pembahasan, dan penafsirannya. Statistik ini sudah umum
digunakan untuk sejarah tematis, sejarah sosial, atau sejarah ekonomi
(Sjamsuddin & Ismaun, 1996: 100).
2.2.13 Etnografi
Etnografi merupakan salah satu cabang dari antropologi. Kajian ini
memberikan dekripsi dan analisis tentang kebudayaan suatu masyarakat
atau kelompok suku bangsa (ethnic group) tertentu. Uraian rincian
mengenai seluruh unsur kebudayaan kelompok masyarakat atau suku itu
seperti bahasa, mata pencaharian, sistem pengetahuan dan teknologi,
organisasi social, kesenian, dan religinya.
Pengetahuan etnografi timbul pada abad ke-16 ketika orang-orang
Eropa menaruh perhatian kepada Afrika, Asia, Amerika, Australia, Oceania.
Mereka tertarik kepada keanehan-keanehan tertentu dari sistem
kebudayaan suku-suku yang mereka temukan yang berbeda dengan yang
mereka miliki. Sehubungan dengan itu mereka tulis apa yang mereka lihat
dan alami dalam bentuk-bentuk laporan. Hasil-hasilnya tidak saja berupa
tulisan-tulisan, tetapi juga disertai gambar-gambar (sketsa-sketsa), bahkan
kemudian berupa foto-foto dan film-film dokumentasi.
Di Indonesia tulisan-tulisan etnografi itu dibuat oleh para musafir,
pendeta penyiar agama Kristen, sarjana-sarjana bahasa-bahasa Indonesia

10
(nusantara), penyelidik alam, pegawai pemerintah jajahan. Beberapa contoh
seperti C. Snouck Hurgronje tentang Aceh, A.C. Kruyt tentang Toraja
(menurut Koentjaraningrat, 1958: 15-48; cf. Melatoa & Rosantini, 1989:
216-217 dalam Sjamsuddin & Ismaun, 1996: 102).
2.2.14 Ilmu-ilmu sosial
Dalam perkembangan ilmu sejarah, ilmu-ilmu sosial seperti
sosiologi, psikologi, antropologi, politikologi, ekonomi, dan lain sebagainya
menjadi ilmu-ilmu bantu sejarah. Konsep-konsep dari ilmi-ilmu social ini
membantu atau menjadi alat untuk kajian sejarah yang analistis-kritis serta
ilmiah (Sjamsuddin & Ismaun, 1996: 102).
Sejarah dan ilmu-ilmu sosial memiliki hubungan timbal balik.
Sejarah diuntungkan oleh ilmu-ilmu sosial, dan sebaliknya. Dalam sejarah
baru, yang memang lahir berkat ilmu-ilmu sosial, penjelasan sejarah
didasarkan atas ilmu-ilmu sosial. Belajar sejarah tidak dapat dilepaskan dari
belajar ilmu-ilmu sosial, meskipun sejarah punya cara sendiri menghadapi
objeknya. Sejarah itu diakronis, manjang daalam waktu sedangkan ilmu-
ilmu sosial melebar dalam ruang. Sejarah menekankan proses sementara
ilmu-ilmu sosial menekankan struktur (Kuntowijoyo, 2001:109).
2.2.15 Komputer dan/atau Internet
Filsafat sejarah, teori sejarah dan sejumlah besar tema-tema
historiografi dengan masing-masing jurnalnya yang bisa kita baca atau
peroleh melalui internet. Cakrawala sejarahwan amat terbuka dengan
keberadaan bahan-bahan yang meskipun umum tetapi amat berguna bagi
analisis-analisis interdisiplin dan/atau multidisiplin sejarahwan
(Sjamsuddin, 2007: 271)

2.3 Contoh Penerapan Ilmu Bantu dalam Pengkajian Sejarah


2.3.1 Paleontologi
Bagi ilmu sejarah, paleontologi merupakan periode prasejarah dalam
arti luas, yakni ketika manusia dianggap belum ada di muka bumi ini.
Bantuannya bagi sejarah ialah kajian ini dapat menunjukkan secara hipotesis
pada lapisan geologi mana atau kira-kira kapan manusia mulai ada dalam
evolusi geologi (Sjamsuddin, 2007: 241). Contoh penerapanya seperti

11
mempelajari fosil manusia purba yang ditemukan di Indonesia untuk
mengetahui kehidupannya dimasa lampau.
2.3.2 Paleoantropologi
Fosil-fosil manusia ditemukan di lapisan geologi pleistosen. Di
Indonesia, khususnya di Jawa ditemukan beberapa jenis manusia purba pada
berbagai lapisan pleistosen. Menurut letaknya pada lapisan pleistosen yang
paling bawah sampai kelapisan pleistosen paling atas, maka dapat disusun
fosil-fosil temuan itu menurut evolusinya dari bentuk yang paling sederhana
sampai kepada yang paling maju (Sjamsuddin, 2007: 242).
Contohnya seperti peneliti G.H.R. von Koeningswald dan F.
Weidenreich antara tahun 1931 - 1934 ditemukan sebelas fosil tengkorak
dekat desa Ngandong, di lembah bengawan Solo, ... . menurut penelitian
kedua ahli tersebut makhluk-makhluk ini lebih sempurna dari
Pithecanthropus Erectus, mungkin sudah merupakan manusia sehingga
diberi nama Homo Soloensis (Sjamsuddin, 2007: 243).
2.3.3 Arkeologi
Temuan-temuan arkeologis ini penting sebagai ilmu bantu sejarah
karena dari penelitian-penelitian ilmiah yang dilakukan dapat memberikan
informasi tentang di mana, bilamana, bagaimana kebudayaan atau suatu
peradaban yang tinggi bisa tumbuh, berkembang, dan akhirnya runtuh
(Sjamsuddin, 2007: 245).
2.3.4 Paleografi
Para ahli tentang Mesir berhasil membaca, menentukan waktu, atau
mengungkapkan arti dari tulisan-tulisan hieroglyph pada papirus-papirus
Mesir zaman Firaun setelah pakar Perancis Jean Champollion berhasil
membaca tulisan-tulisan Batu Rosetta tahun 1799 (Sjamsuddin, 2007: 246).
Informasi-informasi yang diberikan oleh tulisan-tulisan kuno itu meskipun
singkat namun dapat menjadi bahan pengetahuan sejarah dari masa-masa
tertentu.
2.3.5 Epigrafi
Epigrafi adalah ilmu yang mempelajari tentang cara membaca,
menentukan tanggal atau waktu, dan menganalisis tulisan pada benda yang

12
dapat bertahan lama. Contohnya seperti pada zaman Mesir Kuno, Batu
Rosetta adalah sebuah lempeng batu hitam yang ditemukan oleh serdadu-
serdadu Napoleon di Rosetta, delta Sungai Nil, tahun 1799 (Sjamsuddin,
2007: 247).
2.3.6 Ikonografi
Arca dan patung itu berasal dari zaman prasejarah maupun sejarah.
Dari zaman prasejarah patung-patung itu menggambarkan wujud nenek
moyang seperti di Pasemah. Dari zaman sejarah arca dan patung itu
menggambarkan orang-orang penting, raja-raja atau ratu. Dari kajian tentang
arca dan patung itu dapat dilihat pengaruh India selain dari pada buatan orang-
orang Indonesia sendiri (Sjamsuddin, 2007: 248).
2.3.7 Numismatik
Bagi sejarah Indonesia khususnya, mata-uang lama merupakan
sumber penting karena menunjukan adanya kegiatan ekonomi, hubungan-
hubungan dagang antara kepulauan Indonesia dan luar Indonesia, hubungan
politik dan kebudayaan. Mata uang dinar emas ditemukan dalam ekskavasi
keraton Ratu Boko, Yogyakarta. Mata uang tersebut digambarkan Candera
Gupta II, seekor burung garuda dan Dewi Laksmi. (Sjamsuddin, 2007: 249)
2.3.8 Ilmu keramik
Dari temuan-temuan keramik,baik yang masih utuh maupun yang
sudah merupakan pecahan-pecahan dapat menjadi sumber-sumber sejarah
yang amat penting. Khusus bagi sejarah Indonesia tentu saja menunjukan
hubungan yang hidup selama berabad-abad antara kepulauan Indonesia
dengan Asia dan Eropa. Hubungan-hubungan itu dapat ditafsirkan sebagai
hubungan dagang, ekonomi, politik, atau kebudayaan (Yamin, 24-25 dalam
Sjamsuddin, 2007: 259).
2.3.9 Geneologi
Contoh penerapannya pada zaman sekarang ini seperti, penelusuran
riwayat hidup (biografi) dari orang-orang tertentu yang menjadi obyek
penelitian dapat dilakukan melalui bio-data atau atau curriculum vitaenya.
Penulisan sejarah keluarga (family history) umumnya menggunakan
genealogi sebagai dasarnya (Sjamsuddin, 2007: 260).

13
2.3.10 Filologi
Sebenarnya masih banyak lagi naskah-naskah kono yang belum
sempat dibicarakan di sini berupa Babad, Kidung, Hikayat, atau Sejarah yang
menjadi bahan-bahan pendukung utama untuk penulisan sejarah Indonesia
atau sejarah local. Begitu pula masih perlu lagi ditambahkan naskah-naskah
kuno lontarak (pada daun lontar) beraksara dan berbahasa Bugis dan
Makassar yang sangat penting untuk historiografi sejarah regional atau local
yang sampai sekarang belum banyak digunakan (Sjamsuddin, 2007: 266).
2.3.11 Bahasa
Pengetahuan sejarahwan tentang bahasa daeran atau bahasa asing
sangat diperlukan dalam melakukan penelitian dan penulisan sejarah karena
menyangkut topik dan subyek yang dipilih. Pengetahuan itu tidak perlu
harus menjaddi ahli, tetapi minimal dapat mengerti apa yang ditulis
((Sjamsuddin, 2007: 268). Seperti halnya jika ingin meneliti dan menulis
sejarah hubungan Indonesia dengan Portugis, maka pengetahuan dan
pemahaman bahasa Portugis sangat diperlukan.
2.3.12 Statistik
Statistik digunakan sebagai metode ilmiah dalam ilmu-ilmu sosial
seperti antropologi, sosiologi, psikologi sosial, ekonomi, politik, dan sejarah.
Khusus untuk sejarah, statistik membuat ilmu sejarah lebih ilmiah karena
menggunakan fakta atau data kuantitatif masa lampau dalam pengumpulan,
penyajian, pembahasan, dan penafsirannya. Statistik ini sudah umum
digunakan untuk sejarah tematis, sejarah sosial, atau sejarah ekonomi
(Sjamsuddin, 2007: 269).
2.3.13 Etnografi
Bagi sejarah, etnografi penting sekali artinya dalam penyusunan dan
penulisan apa yang disebut ethnohistory yakni sejarah dari kelompok-
kelompok etnis (Sjamsuddin, 2007: 267).
2.3.14 Ilmu-ilmu sosial
Ilmu-ilmu bantu yang disebut auxiliary science atau sister
disciplines dapat menjadi sumber-sumber utama bagi para sejarawan dalam
penelitian dan penyususnan kembali (rekonstruksi) sejarah. Ilmu-ilmu bantu

14
digunakan sesuai dengan topik atau periode yang dikaji. Untuk sejarah
Indonesia, paleontologi, arkeologi, paleografi, epigrafi, ikonografi,
numismatic, ilmu keramik, genealogi, filologi, dan bahasa, umumnya
menjadi sumber-sumber utama untuk periode sejarah paling kuno
(prasejarah), zaman pengaruh Hindu-Budha, zaman pengaruh Islam dan
kedatangan bangsa-bangsa Eropa. Bahan-bahan etnografi, statistik, dan
ilmu-ilmu social digunakan untuk periode-periode awal sejarah modern dan
sejarah kontenporer. Terutama konsep-konsep ilmu-ilmu sosial dan statistik
merupakan alat-alat (tools) yang membantu analisis secara kritis dan ilmiah
tema-tema sejarah sosial dan ekonomi (Sjamsuddin & Ismaun, 1996: 103).
2.3.15 Komputer dan/atau Interner
Sejak pertengahan kedua abad ke-20 dan akan terus dilanjutkan pada
abad ke-21 ini peranan komputer dan/atau internet sangat penting untuk
penelitian dan penulisan sejarah. Untuk sejarah kontemporer kita bisa
mendapat banyak bahan dengan cara mendownload dari internet ke
harddisk komputer ((Sjamsuddin, 2007: 271).

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ilmu sejarah mempunyai arti yang sangat luas sehingga para ahli sejarah
juga banyak yang mengemukakan pendapatnya tentang ilmu sejarah. Oleh karena
itu ilmu bantu sejarah sangatlah dibutuhkan untuk membantu perkembangan
sejarah dalam berbagai penelitian atau yang lainnya terutama yang berkaitan
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tiada ilmu yang bisa berdiri sendiri tanpa bantuan ilmu pengetahuan yang
lain. Jika suatu ilmu yang diciptakan itu dapat berdiri sendiri maka setiap makhluk
hidup akan mendapat kesulitan dalam memahaminya. Dalam hal ini ilmu sejarah
juga sama, tidak bisa dipahami sepenuhnya tanpa ada bantuan dari ilmu-ilmu
pengetahuan lain.
Ilmu-ilmu bantu sejarah diantaranya: paleontologi, arkeologi, paleografi,
epigrafi, ikonografi, numismatic, ilmu keramik, genealogi, filologi, bahasa,
etnografi, statistik, dan ilmu-ilmu social serta komputer dan/atau internet. Ilmu-
ilmu bantu sejarah yang digunakan untuk lebih memahami ruang lingkup sejarah
itu sendiri. Karena ilmu-ilmu bantu sejarah tersebut dapat diterapkan dalam
pengkajian sejarah.

3.2 Saran
Dalam mempelajari ilmu sejarah hendaknya kita juga mempelajari ilmu-
ilmu bantu sejarah. Sebab ilmu-ilmu bantu sejarah sangatlah penting dalam
membantu kita dalam mempelajari, memahami, mendalami dan mengembangkan
sejarah. Untuk mengembangkan dan tetap menjaga ilmu-ilmu bantu sejarah
tersebut, maka perlu adanya penerapan dalam pengkajian sejarah. Dengan adanya
pembelajaran ilmu bantu tersebut, harapannya kita semua dapat mengetahui proses
suatu sejarah dan mengetahui asal muasal peninggalan sejarah yang ada.

16
DAFTAR RUJUKAN

Ali, M. 2006. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Lkis

Hamid, A. R. 2011. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Kuntowijoyo. 2001. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang


Budaya.

Sjamsuddin, H. & Ismaun, H. 1996. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Departeman


Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Proyek Pendidikan Tenagaa Akademik.

Sjamsuddin, H. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

17

Anda mungkin juga menyukai