Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kecamatan Sintang merupakan salah satu kecamatan yang berada di jalur


pelayaran Sungai Kapuas dan Sungai Melawi yang menjadi urat nadi kehidupan
perekonomian masyarakat. Kecamatan Sintang mencakup sebagian dari 7 wilayah
kelurahan/desa dari 4 desa, 6 kelurahan, 2 desa IDT (Inpres Desa Tertinggal) dan
15 dusun. Ketujuh wilayah administratif itu adalah Kelurahan Tanjung Puri,
Kapuas Kanan Hulu, Kapuas Kanan Hilir, Kapuas Kiri Hulu, Kapuas Kiri Hilir,
Ladang dan Baning Kota. (Direktori Lokasi di Indonesia, 2016)
Kawasan perairan merupakan salah satu sarana dan wadah yang vital bagi
manusia dari dulu hingga sekarang. Sejarah perkembangan daerah-daerah urban di
daerah di berbagai penjuru dunia menyebutkan bahwa perairan adalah salah satu
sarana tertua dan terpenting dalam kehidupan sosial maupun ekonomi masyarakat.
Fungsinya mulai dari menjadi sarana transportasi, perdagangan dan kegiatan
ekonomi lainnya, interaksi antar bangsa hingga ekspansi wilayah. Ditinjau dari
segi fungsinya yang beraneka ragam itulah, maka kawasan perairan sesungguhnya
adalah kawasan yang sangat dibutuhkan keberadaannya. Berbicara mengenai
kawasan perairan, tentu saja tidak bisa terlepas dari kawasan di sepanjang daerah
aliran sungai tersebut. Kawasan di tepian perairan menjadi pusat kegiatan yang
strategis, ramai dan sangat diminati. Akan tetapi, jika daerah aliran sungai tersebut
terjadi longsor maka menyebabkan kerusakan infrastruktur yang mengakibatkan
terganggunya aktivitas masyarakat di daerah pinggiran sungai.
Kasus tanah longsor merupakan salah satu permasalahan yang rawan timbul
di DAS Kapuas dan sub- DAS Melawi. Longsoran ini mengakibatkan runtuhnya
penyusun daerah aliran sungai yang mengakibatkan terganggunya aktivitas di ruas
tersebut. Untuk menjaga kelancaran aktivitas di DAS Kapuas dan sub- DAS
Melawi, maka perlu adanya penanganan terhadap daerah yang rawan longsor
tersebut.

1
2

1.2. Rumusan Masalah


Mengingat DAS Kapuas dan sub- DAS Melawi di Kecamatan Sintang
merupakan daerah pemukiman dan perdagangan, maka pada penelitian ini lebih
difokuskan pada :
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi longsoran pada DAS Kapuas
dan sub- DAS Melawi, Kecamatan Sintang?
Daerah mana saja di sepanjang DAS Kapuas dan sub- DAS Melawi
Kecamatan Sintang yang dapat diidentifikasi sebagai daerah rawan longsor?
Bagaimana kondisi eksisting longsoran pada DAS Kapuas dan sub- DAS
Melawi, Kecamatan Sintang?

1.3. Pembatasan Masalah


Penelitian ini dibatasi pada:
Pemetaan geologi pada DAS Kapuas dan sub- DAS Melawi, Kecamatan
Sintang.
Penetapan zona kelongsoran berdasarkan aspek geologi yang mengacu pada
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.22/PRT/M/2007.

1.4. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi longsor pada DAS Kapuas
dan sub-DAS Melawi, Kecamatan Sintang.
Mengidentifikasi wilayah rawan longsor pada DAS Kapuas dan sub-DAS
Melawi, Kecamatan Sintang.
Mengevaluasi kondisi eksisting longsor pada DAS Kapuas, dan sub- DAS
Melawi, Kecamatan Sintang.
Melakukan zonasi kawasan longsor pada daerah aliran DAS Kapuas dan
sub-DAS Melawi, Kecamatan Sintang.

1.5. Manfaat Penelitian


Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
3

Mahasiswa
Memberikan edukasi kepada mahasiswa mengenai proses penentuan daerah
rawan longsor serta perancangan penahan longsor.
Masyarakat Sekitar Lokasi
Dapat mengetahui daerah rawan longsor serta rancangan penahan longsor
yang sesuai dengan kebutuhan di DAS Kapuas dan sub- DAS Melawi,
Kecamatan Sintang.
Pemerintah
Sebagai data acuan dalam mengevaluasi longsoran dan dasar pengambilan
kebijakan bagi pemerintah dalam penyelenggaraan perencanaan,
pembangunan, operasi dan pemeliharaan infrastruktur pembenahan
penyediaan dan pelayanan di Kecamatan Sintang.

Anda mungkin juga menyukai