I - Vicky Purba
I - Vicky Purba
NIM : 155040201111097
Kelas : I
Lokasi Survey : Desa Sumbersekar, Kecamatan Dau, Kota Malang, Kabupaten Malang
1
Foto Kondisi Lahan yang di survey:
2
Jawaban Soal no 1. Sketsa jaringan sistem irrigasi aktual dengan komponen sistem irrigasi
Tanaman
J
Saluran A
Primer
L
A
N
Pintu
Air
SUNGAI
3
Jawaban Soal no 2. Komponen system irrigasi dan fungsinya
4
Jawaban Soal no 3. Audit Jaringan sistem irrigasi dan Audit Sistem Irrigasi di Lahan
Pertanaman
Jumlah air irigasi yang diterapkan pada tanaman tomat tidak merata ke seluruh tanaman akibat
adanya factor penghambat seperti sampah organic dan anorganik
Pengaplikasian air irigasi di lakukan sebanyak 2 kali dalam seminggu dan dilakukan pada siang
hari
Tidak adanya keseragaman dalam pemberian air irigasi akibat penghambat fisik seperti sampah
organic dan anorganik
5
Jawaban Soal no 4. Lima kondisi / penyebab utama bahwa sistem irigasi yang saudara survey
tidak efektif dan tidak efisien
No Kondisi Penyebab
1 Banyak tumpukan sampah Masih rendahnya kesadaran masyarakat sekitar dalam
menjaga kebersihan air
2 Penghambat vegetasi Banyaknya Gulma dan semak pada saluran irigasi sehingga
dapat menghambat irigasi
3 Pintu Air Bermasalah Pintu Air tidak dapat bekerja dengan baik dikarenakan
banyak tumpukan sampah dan Gulma di saluran irigasi
4 Tidak Ada Filter Tidak Ada filter pada saluran irigasi sehingga dapat
menyebabkan banjir pada saat hujan deras dan air kotor
karena tumpukan sampah
5 Kebersihan Air Kebersihan Air sangat rendah karena terdapat banyak
tumpukan sampah organic dan anorganik
Jawaban Soal no 5. Tujuan dan sasaran inovasi irrigasi di lokasi yang anda survey
Tujuan:
a. Menganalisis penggunaan irigasi dalam budidaya tanaman tomat yang terletak di daerah di
daerah Desa Sumbersekar, Kecamatan Dau, Kota Malang, Kabupaten Malang.
b. Memperbaiki penggunaan irigasi agar efisien dan tidak terjadi kehilangan air yang berlebih
c. Memperbaiki system irigasi dan penjadwalan pengunaan air irigasi yang terletak di daerah
Desa Sumbersekar, Kecamatan Dau, Kota Malang, Kabupaten Malang
d. Menghitung Debit Air pada sistem irigasi di desa Sumbersekar
Sasaran:
Lahan Pertanian yang terletak di daerah Desa Sumbersekar, Kecamatan Dau, Kota Malang,
Kabupaten Malang
Jawaban Soal No 6:
6
b. Membuat saluran pipa yang dibuat dengan pipa paralon di setiap tanaman budidaya.
Pipa ini nantinya akan memberi air kepada tanaman sehingga air yang di berikan ke
tanaman merata dan seragam
Pertimbangan Seleksi Irrigasi
Peritimbangan biofisik:
a. Ketersediaan air
Ketersediaan air di daerah Desa Sumbersekar cukup baik, namun memiliki banyak kendala
terutama kebersihan air yang kurang terjaga dan tidak ada kemerataan pemberian air irigasi pada
tanaman budidaya di karenakan adanya penghambat fisik seperti samapah organik dan anorganik.
Sumber air irigasinya terletak sangat jauh dari lahan budidaya yakni terletak di daerah Pegunungan
Panderman.
b. Topografi lahan
Desa Sumbersekar memiliki topografi yang terletak di dataran tinggi sehingga masyarakat di
daerah tersebut menggunakan sumber air yang berasal dari Pengunungan Panderman untuk
memenenuhi kebutuhan air tanaman budidaya.
c. Jenis tanaman
Jenis tanaman yang ditanam bapak supeno adalah tomat yang membutuhkan air yang cukup
untuk meningkatkan produktivitas tanaman
d. Iklim
i. Tomat dapat tumbuh dengan baik sesuai dengan tipe tanah, tanah yang baik adalah
tanah berpasir hinggah liat bertesktur halus dengan kandungan bahan organik tinggi
dengan keasaman tanah berkisar 5,5 - 7 (Wiryanta, 2002).
ii. Tanaman rampai memerlukan sinar matahari yang cukup selama penyinaran dengan
suhu optimun berkisar antara 20 - 250C. Pada daerah tropis dengan suhu 260C dengan
curah yg tinggi akan menyebabkan pertumbuhan vegetatif terganggu dan cepat
terserangp penyakit. Sedangkan pada daerah kering atau dataran rendah dengan
kelembapan suhu dan suhu tinggi, pertumbuhan rampai akan menjadi terganggu pada
saat fase pembungaan dan fase pembentukan buah serta fase kematangan biji.
7
Peritimbangan ekonomi
a. Modal awal untuk pembangunan irigasi
b. Ketersediaan Biaya untuk pemeliharaan sistem irigasi
c. Ketersediaan tenaga kerja
Peritimbangan sosial
a. Sumber daya manusia yang memadai
b. Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja
c. Pengetahuan dan keterampilan Petani yang memadai
8
7.1.2. Solusi terhadap masalah dari petani:
Solusi yang dapat di tawarkan saat ini yaitu pembersihan saluran irigasi terutama di saluran
primer agar tidak menghambat pemberian air ke tanaman
bentuk petak lahan pertanian: Terdapat bedengan pada lahan tomat dengan jarak
tanam 30 x 30 cm
hambatan vegetasi: Banyaknya gulma dan semak semak belukar pada sistem irigasi
9
Isu-isu daerah tangkapan air: Sering terjadi kekeringan bila musim kemarau dan
banjir bila musim hujan
7.2.3. Kinerja sistem irigasi: Peluang dan hambatan untuk perbaikan atau mengganti
sistem irigasi yang baru
Kebutuhan air tanaman: Cukup dikarenakan pemberian air irigasi yang tidak merata
Kontribusi air hujan terhadap kebutuhan air tanaman: Sangat baik untuk memenuhi
kebutuhan air tanaman
Kebutuhan air irrigasi: cukup
Kecukupan air terhadap lahan yang tersedia: cukup
Efisensi: pemanfaatan air irrigasi : cukup baik
Saran perbaikan kinerja irrigasi: Pemasangan filter pada saluran irigasi, perbaikan pintu air
agar tidak terjadi banjir pada musim hujan, dan menjaga kebersihan air irigasi agar
tercapainya kemerataan pemberian air irigasi pada semua tanaman
10
pemberian air ke seluruh tanaman khususnya tanaman tomat, jagung, dan bawang dibandingkan
dengan metode irigasi permukaan lainnya (Wiryanta, 2002).
Faktor kunci yang perlu dipertimbangkan Pilihan 1 Pilihan 2 Pilihan 3 Komntar Kebutuhan
(.) () () informasi
lanjutan
Pertimbangan Managemen -
- Asesibilitas lahan pertanian
11
- Irrigation scheduling -
-
- Ketersediaan tenaga Kerja -
- Manajemen Tanaman
-
Pertimbangan biaya -
- Biaya Modal
- Biaya operasional
-
- Ketersediaan Finansial untuk audit -
irgigasi
Keputusan sistem irrigasi yang dipilih: Irigasi furrow(alur) yang memiliki alur kontur
7.4 Kebutuhan dalam Perencanaan, Perancangan dan Manajemen sistem Irigasi, dan
etsimasi Biayanya terhadap irrigasi yang terpilih
Prosedur Irigasi Furrow
Jarak antar alur tergantung pada jenis tanaman yang akan ditanam, tekstur tanah, dan tipe
alat atau mesin pertanian yang akan digunakan. Pola pembasahan pada tekstur pasir cenderung ke
arah vertikal, sedangkan pada teksturliat cenderung ke arah horizontal. Dengan demikian lebar
spasing antar alur sangat tergantung pada karakteristik akar dan tekstur tanah. memperlihatkan
jarak spasing terlalu lebar, sedangkan memperlihatkan jarak spasing yang tepat.
Kentang, jagung dan kapas umumnya ditanam pada alur dengan jarak antar alur sekitar 60
~ 90 cm. Tanaman seperti wortel, tomat dan bawang ditanam di atas alur pada jarak 30 ~ 40 cm.
Jarak yang lebih lebar biasanya digunakan untuk tanaman buah-buahan (mangga, jeruk, jambu,
dll). Untuk mendapatkan pembasahan sedalam 1 ~ 1.5 m pada tanah berpasir, spasing harus tidak
lebih dari 50 ~ 60 cm. Pada tanah liat kedalaman pembasahan tersebut dicapai dengan spasing 1
m atau lebih. Kedalaman alur (guludan) umumnya antara 0,15 m ~ 0,4 m, tergantung pada
alat/mesin pembuat alur (furrower).
Pada irigasi furrow(alur) terdapat 2 jenis alur yakni alur lurus (straight furrow) dan alur
kontur (contour furrow). Menurut hasil yang saya survey di lahan tersebut system irigasi furrow
yang tepat untuk meningkatkan penggunaan efisiensi air irigasi adalah system irigasi furrow
dengan alur kontur di karenakan pada alur kontur, alur di letak melintang kemiringan lahan. Sesuai
untuk lahan yang berkemiringan kurang dari 8%. Untuk daerah dengan hujan tinggi, panjang alur
harus cukup pendek untuk menghindari terjadinya luapan air permukaan yang dapat merusak tubuh
alur itu sendiri. Pengaliran air ke alur dapat menggunakan pipa fleksibel (siphon) atau pipa
12
berpintu yang dapat digeser (slide gated pipe). Selain itu system irigasi ini cocok di karenakan
harganya yang terjangkau dan alat yang di gunakan tidak terlalu sulit dicari.
7.5. Argumen keputusan sistem irigasi yang ditetapkan merupakan pilihan yang terbaik
untuk mencapai tujuan irrigasi yang telah ditetapkan
- Penerapan sistem irigasi yang cocok untuk lahan Sumbersekar adalah sistem irigasi
furrow menggunakan alur kontur dikarenakan penerapannya yang sesuai dengan kondisi
lahan, tidak menggunakan biaya yang besar serta pembuatan system irgasinya yang tidak
terlalu sulit untuk di buat
Pipa Fleksibel
T T T T
a a a a
n n n n
a a a a
m m m m
a a a a
n n n n
13
Jawaban Soal No 9:macam komponen sistem irrigasi dan kegunaan komponen irigasi tersebut
yang sebaiknya petani gunakan untuk mengambil air (diverting)dari sumber air.
14
Jawaban Soal No 10:macam komponen sistem irrigasi dan kegunaan komponen irigasi tersebut
yang sebaiknya petani membawa/mengalirkan air dari sumber ke lahan pertanian (conveying)
Jawaban Soal No 11:macam komponen sistem irrigasi dan kegunaan komponen irigasi tersebut
untuk mendistribusikan air kepada tanaman (distributing)
Komponen Kegunaan komponen sistem
No Gambar
system irrigasi irrigasi
1 Outlet Komponen irigasi untuk
mengalirkan air dari kanal ke
pembatas irigasi
15
Jawaban Soal No 12: Petani sebaiknya mengatur dan mengukur aliran air (regulating and
measuring) yang telah ditetapkan kebutuhan airnya.
Rekomendasi:
Dalam Sistem irigasi, hal yang penting diketahui adalah mengetahui Jumlah Debit air pada system
irigasi tersebut. Cara mengetahui Jumlah debit air dilakukan dengan banyak metode seperti metode
current meter, pelampung, five point method, six point method dll. Dari metode tersebut yang
paling mudah dilakukan oleh petani/praktisi di system irigasi adalah Six Point Method, alat yang
digunakan untuk metode ini hanyalah pelampung(barang apapun yang bisa mengapung di air),
penggaris, dan stopatch. Cara Melakukannya cukup mudah yakni :
1. Mengukur Saluran Irigasi
2. Mengukur kedalaman air agar dapat menetukan titik pengamatan
3. Ambil 4 titik pengamatan dengan kedalaman 0.2, 0.4, 0.6, 0.8
4. Letakkan Pelampung di setiap titik pengamatan dengan jarak 5 m
5. Hitunglah kecepatan air dengan menggunakan stopwatch hingga menemukan rata rata
konstan
6. Catat hasil pengamatan dan dokumentasikan
Jawaban Soal No 13:Penjelasan empat prinsip praktek irrigasi yang baik! dan masing masing
prinsip direkomendasi cara mengaudit kinerjanya dalam system irrigasi!
a. Prinsip 1: Jumlah air yang diterapkan adalah sesuai kebutuhan tanaman dan kondisi tanah.
Cara mengauditnya dengan menyesuaikan dengan aplikasi Cropwat untuk
kebutuhan air tanaman dan data-data tanah seperti jenis, tipe tanah dan lainnya untuk
kondisi tanah.
b. Prinsip 2: Waktu aplikasi air sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kondisi cuaca.
Cara mengauditnya dengan menyesuaikan waktu pada aplikasi Cropwat yang
sesuai dengan komoditas yang ditanam dan iklim di sekitar lahan, untuk kondisi cuaca
yaitu menyesuaikan dengan data yang di hasilkan oleh stasiun klimatologi BMKG
c. Prinsip 3: Air diterapkan secara seragam dan efektif.
Cara mengauditnya dengan menggunakan system irigasi yang sesuai dengan tipe
komoditas yang di tanam serta menggunakan perhitungan distribusi keragamannya dengan
16
rumus DU (%) = (dlq/dz) x 100, dimana dz adalah nilai rata rata tingkat curahan air dari
sistem irigasi (mm) dan dlq adalah rata rata terendah 25% dari pembacaan (mm).
d. Prinsip 4: Air diterapkan pada zona akar tanaman tanpa kehilangan akibat limpasan
permukaan, drainase dalam, kurang efektifnya cakupan irrigasi dan penyebab lainnya.
Cara mengauditnya dengan menggunakan perhitungan efisiensi yaitu dengan
rumus EA = dn/dg, dimana dn= jumlah air yang digunakan tanaman dan dg = total air yang
diberikan. Selain itu cara meng auditnya dengan menghitung kecukupan (Es). Kecukupan
seringkali didekati dengan efisiensi simpanan dan dihitung dengan rumus Es = (Srz/Sfc) x
100%.
Jawaban Soal No 14 :Penjelasan 10 aspek yang perlu di perhatikan dalam manajemen irigasi
agar dicapai prinsip praktek irrigasi yang baik
1. Aspek Kepemilikan
Hak Kepemilikan (Water Rights). Aspek ini mengandung muatan social yang
diatur hukum, adat dan tradisi, atau kesepakatan antar anggota masyarakat dalam hal
kepentingannya terhadap sumber daya (air). Implikasinya adalah: hak individu merupakan
kewajiban orang lain, dan kepemilikan yang jelas dapat memudahkan
individu/masyarakat untuk akses dan kontrol terhadap sumber daya. Hak akan air pada
kelembagaan irigasi dapat merefleksikan hak yang diterima petani, yaitu memperoleh
air pada saat dibutuhkan dengan jumlah dan kualitas tertentu, serta membayar kewajiban
yang telah disepakati (Rachman, 2009).
17
3. Aspek Batas Yurisdiksi
Direktorat Jendral Sumber Daya Air (2011), mendefinisikan alokasi air sebagai
upaya pengaturan air untuk berbagai keperluan dari waktu ke waktu dengan
memperhatikan jumlah dan mutu air pada lokasi tertentu. Penyelenggaraan alokasi air
adalah rangkaian kegiatan pengaturan air yang mencakup perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan dan pengendalian, pemantuan-evaluasi serta koordinasi
5. Aspek Pemeliharaan
6. Aspek Sosial
Aspek sosial merupakan aspek yang paling menentukan karakteristik dan sifat dari
sistem jaringan. Aspek ini tidak hanya berkaitan dengan masalah teknis tetapi seringkali
berkaitan dengan masalah tradisi atau bahkan religi/keyakinan. Seperti halnya di daerah
Bali yang terkenal dengan sistem irigasi Subak, aturan mengenai hak dan kewajiban
anggota didasarkan pada keyakinan mereka serta tidak hanya berkaitan dengan pembagian
air irigasi.Akan tetapi juga mengenai upacara-upacara adat yang sudah menjadi kebiasaan
atau tradisi turun temurun masyarakat setempat (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).
18
7. Aspek Lingkungan
8. Aspek Ekonomi
Selain aspek sosial masyarakat setempat, aspek yang tidak bisa lepas dari sistem
irigasi adalah aspek ekonomi. Seperti aspek sosial, aspek ini lebih ditekankan pada
ekonomi seperti mata pencaharian masyarakat setempat, pendapatan masyarakat serta
kebiasaan masyarakat setempat dalam menilai suatu materi, nilai lahan. (Direktorat
Pengelolaan Air, 2010).
9. Aspek Budaya
Sumberdaya manusia merupakan modal dasar yang dimiliki setiap individu petani
untuk mengoperasikan dan pemeliharaan komponen sistem irigasi. Apabila sumberdaya
manusianya tinggi maka sistem operasi dan pemeliharaan irigasi dapat berjalan dengan
baik sehingga tidak mudah terjadi kerusakan dan vandalisme pada sistem irigasi.
(Direktorat Pengelolaan Air, 2010).
Jawaban Soal No 15 : Hasil kajian kondisi drainase dari lahan yang saudara observasi dengan
pertimbangan kemanfaatan bagi lahan yang diobservasi,
19
Dari hasil survey didapatkan bahwa kondisi drainase di lahan cukup baik karena mampu
mengurangi kelebihan air di lahan. Fungsi dari drainase tersebut adalah untuk mengurangi
kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehigga lahan dapat difungsikan secara optimal
Jawaban Soal No 16 : Gambar desain system drainase yang tepat bagi lahan yang diobservasi
dengan mempertimbangkan kondisi relief mikro lahan melalui upaya land levelling dan
pembangunan serta penempatan field drain dan collector drain yang tepat,
Gambar Design 30 cm 30 cm
50 cm 50 cm
35 cm 45 cm 35 cm
Penjelasan Gambar
Dari gambar di atas dapat di lihat bahwa irigasi yang cocok pada lahan tersebut adalah
drainase menggunakan parit / selokan untuk mengurangi kelebihan air di lahan. Drainase tersebut
dapat dibuat dengan mudah dengan hanya mengandalakan alat seperti bor tanah / cangkul. Untuk
membuat drainase tersebut terlebih dahulu mengukur titik yang akan di buat drainase sepanjang
115 cm. Buat jarak antar tepi saluran sepanjang 35 cm dan ukur kedalaman parit sedalam 50 cm.
Setelah di ukur cangkullah titik tersebut hingga menjadi saluran dan buatlah lubang kecil di saluran
tersebut untuk mempercepat pembuangan air yang berlebih.
20
Jawaban Soal No 17 :Analisa kemungkinan penggunaan air bawah tanah untuk sumber irigasi
dengan mempertimbangkan kemungkinan kedalaman water tabel, sifat akuifer, serta recharge
capacitynya.
Hasil Analisis:
Pada hasil survey yang didapat bahwa masyarakat di desa Sumbersekar tidak menggunakan
irigasi air tanah, hal ini terbukti tidak ada sumur sebagai sumber air, pompa air, pipa pvc.
Masyarakat desa Sumbersekar hanya mengandalkan air sungai sebagai sumber air untuk
memenuhi kebutuhan air tanaman
Rekomendasi:
Sebaiknya penggunaan air tanah di terapkan di desa tersebut untuk mengatasi kekurangan
air tanaman, keseragaman dalam pemberian air tanaman, untuk menghemat penggunaan air, dan
untuk mengatur jumlah volume air yang masuk ke dalam lahan supaya lahan tidak tergenang akibat
kelebihan air.
Jawaban Soal No 18 : Hasil wawancara tentang kelembagaan irrigasi dan rekomendasi agar
kelembagaan irrigasi di lokasi survey menjadi lebih baik.
Hasil Wawancara
Dari hasil wawancara di dapat dari bapak Supeno bahwa Lembaga irigasi yang mengatur
irigasi tidak optimal dalam bekerja. Lembaga ini sangat penting agar masyarakat di desa tersebut
mengetahui pentingnya irigasi.
Rekomendasi
21
Rekomendasi untuk lembaga pemerintahan yang bergerak di bidang irigasi, sebaiknya
lembaga tersebut lebih selektif dalam memilih anggota agar dapat bekerja optimal di lapang
sehingga masyarakat di desa tersebut mengetahui pentingnya irigasi..
1. Padi
a. persemaian + pengolahan tanah 4.50 65 292,5
b. pertumbuhan I 4.00 0 0
c. pertumbuhan II 2.5 0 0
d. pemasakan biji -
2. Tebu 3.00 15 45
a. pengolahan tanah + tanam 2.00 0 0
b. tebu muda 0.50 0 0
c. tebu tua
3. palawija 1.00 10 10
a. yang perlu banyak air 0.50 10 5
b. yang perlu sedikit air
Jumlah 100 352,5
22
Tahap 2: Kehilangan air di petak Tersier dan Sekunder serta di lahan
Luas Palawija Relatif (LPR) = luas palawija relatif kotor di pintu pengambilan
bendung saluran sekunder II = 1212,229 ha pal rel., LPR di Sekunder I = 920
ha pal rel. dan di Sekunder III = 330 ha pal rel.
(luas pal.rel SS I + luas pal.rel SS II + luas pal.rel SS III) x 1,11 = (920 + 1212,229
ha pal rel + 330 ) x 1,53 = 3767,211 ha pal rel.
Di saluran Induk= 542,307 * 100/65 = 834,318 Pal rel
23
Tahap 4: Perhitungan FPR
Air tersedia dari jatah irigasi 446,4 l/det dibagi dengan jumlah luas palawija relatif di pintu
bendung >> FPR ( faktor palawija relatif)
FPR = (Air tersedia)/ (luas palawija relatif (LPR) di pintu bendung) = liter/detik/ha
palawija,
Atau FPR = Q / LPR, maka
Pemberian air untuk tiap saluran tersier dalam saluran Sekunder II sbb :
Rekomendasi penyaluran air : Penyaluran air pada pintu air pada saluran primer
tidak sesuai dengan kebutuhan lahan yang ada, hal ini dapat menyebabkan pemnerian
air ke tanaman tidak merata dan seragam. Hal ini dapat kita lihat dengan perhitungan
di atas, contohnya pada saluran sekunder di atas dapat dilihat debit air terus mengalami
penurunan pada setiap saluran sekunder, hal ini yang menyebabkan pemberian ar tidak
merata. Solusi untuk masalah ini adalah dengan Manajemen pemberian air irigasi
terutama pada pintu air.
24
DAFTAR PUSTAKA
Bernardinus T. Wahyu Wiryanta. Bertanam Tomat. 2002. Jakarta : Agromedia
Pustaka. Halaman 6.
Direktorat Jendral Sumber Daya Air. 1997. Standar Perencanaan Irigasi Kriteria
Perencanaan. Badan Penerbit Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.
Rachman W., 2009. Hubungan Dinamika Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Dengan
Tindakan Perbaikan Infrastruktur Irigasi. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Suripin., 2004. Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan, Penerbit Andi, Direktorat
Jenderal Pengairan, Yogyakarta.
25