Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia,
tapi juga di seluruh dunia. Virus dan bakteri adalah factor utama dalam menyebabkan penyakit
infeksi. Penyakit infeksi bakteri yang sering menyebabkan penyakit pada manusia adalah
penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi seperti penyakit demam tifoid,
enterokolitis dan dapat terjadi bekteremia dengan lesi fokal.
Salmonella Typhi merupakan patogen fakultatif intraseluler yang memerlukan faktor
virulensi untuk dapat hidup di dalam sel dan melakukan replikasi agar berhasil berkolonisasi
masuk ke dalam jaringan (Burrows, 2005). Setelah melewati mulut, Salmonella Typhi menembus
ke epitel intestinal melalui sel M dan berkolonisasi pada Peyers patches (PPs). Salmonella Typhi
kemudian menyebar melalui aliran darah untuk berkolonisasi dalam hati, limfa, dan tetap hidup
serta melakukan replikasi dalam vakuola fagosit intraseluler (Khanum et al., 2006 ; Cheminay et
al. 2005)
Data WHO tahun 2003 memperkirakan terdapat 17 juta kasus demam tifoid di seluruh
dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian tiap tahunnya (World Health Organisation,
2003). Demam tifoid masih menjadi masalah kesehatan di negara-negara berkembang terutama
Indonesia. Prevalensi demam typhoid di Indonesia termasuk tertinggi dibandingkan dengan
negara-negara lain di dunia. Di Indonesia, demam tifoid merupakan masalah kesehatan
masyarakat dengan kejadian antara 350-810 kasus per 100.000 penduduk setiap tahun. Hasil riset
kesehatan dasar tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi demam tifoid sebesar 1,6%. Propinsi
NAD merupakan propinsi dengan demam tifoid tertinggi yaitu 2,96% (www.digilib.its.ac.id.
3/03/2013).
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik dan salah satu dari foodborne
disease yang banyak ditemukan di semua Negara. Demamtifoid juga dikenali Majority Typhus
abdominalis, Typhoid fever dan Enteric Fever. Demam tifoid masih merupakan salah satun
penyebab penting morbiditas dan mortalitas diseluruh dunia, terutama di daerah endemic seperti
Meksiko, Amerika Latin, Asia, dan India.

Salmonella typhi merupakan bakteri batang gram negatif dan tidak membentuk spora, serta
memiliki kapsul. Bakteri ini juga bersifat fakultatif, dan sering disebut sebagai facultative intra-
cellular parasites. Dinding selnya terdiri atas murein, lipoprotein, fosfolipid, protein, dan
lipopolisakarida (LPS) dan tersusun sebagai lapisan-lapisan. Ukuran panjangnya bervariasi,
dansebagian besar memiliki peritrichous flagellasehingga bersifat motil. Salmonella typhi
membentuk asam dan gas dari glukosa dan mannosa. Organisme inijuga menghasilkan gas H2S,
namun hanya sedikit

Untuk pemeriksaan Salmonella sp digunakan media Selenith Enrichmen Broth dan


Salmonella Shigella Agar (SSA). Sampel ditanam pada media Selenith Enrichmen Broth lalu
diinkubasi selama 24 jam. Hasil perbanyakan ditanam pada media SSA lalu diinkubasi kembali
selama 24 jam. Selanjutnya koloni tersangka ditanam ke media biokimia yang terdiri atas
glukosa, laktosa, manitol, maltosa, sukrosa, TSIA, SCA, SIM , MRVP lalu diinkubasi 24 jam.
Setelah itu dilakukan pembacaan hasil.

Pada kasus demam tifoid terapi yang biasanya di berikan berupa antibiotik. Idealnya
antibiotik yang dipakai sebagai pengobatan demam tifoid harus memiliki sifat yaitu, dapat
ditoleransi oleh pasien, dapat mencapai kadar tinggi pada usus, dan memiliki spektrum yang
terbatas untuk beberapa mikrobakeri. Beberapa antibiotic yang biasa digunakan adalah
kloramfenikol, amoksisilin, siprofloksasin, gentamisin, dan kotrimoksazol. Antibiotik yang saat
ini yang masih banyak digunakan dalam pengobatan demam tifoid adalah kloramfenikol,
amoksisilin, siprofloksasin, dan kotrimoksazol.
BAB III

PEMBAHASAN

Salmonella typhi merupakan bakteri penyebab salmonellosis yang merupakan salah satu
penyakit edemis dan menimbulkan kerugian yang serius terutama di Negara berkembang
termasuk Indonesia. Bakteri salmonella ditularkan melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi kotoran atau tinja dari seorang penderita tifoid. Bakteri masuk melalui mulut
bersama makanan dan minuman, kemudian berlanjutkesaluran pencernaan. Jika bakteri yang
masuk dengan jumlah yang banyak maka bakteri akan masuk ke dalam usus halus selanjutnya
masuk kedalam sistem peredaran darah sehingga menyebabkan bakterimia, demam tifoid, dan
komplikasi organ lain.
Salmonella merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang bergerak yang khas
memfermentasikan glukosa dan manosa tanpa membentuk gas tetapi tidak memfermentasikan
laktosa dan sukrosa. Makanan yang terkontaminasi Salmonella typhi dapat menyebabkan
demam tifoid bila dikonsumsi dan jumlahnya melebihi 105 . Menurut Tambayong J, demam
tifoid merupakan demam enterik paling serius dengan masa inkubasi 1-2 minggu.
Terapi pada demam tifoid adalah untuk mencapai keadaan bebas demam dan gejala,
mencegah komplikasi, dan menghindari kematian. Pemilihan antibiotik tergantung pada pola
sensitivitas isolat Salmonella typhi setempat. Antibiotik golongan fluoroquinolone
(ciprofloxacin, ofl oxacin, dan pefloxacin) merupakan terapi yang efektif untuk demam tifoid
yang disebabkan isolat tidak resisten terhadap fluoroquinolone dengan angka kesembuhan klinis
sebesar 98%, waktu penurunan demam 4 hari, dan angka kekambuhan dan fecal carrier kurang
dari 2%.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Penyakit demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik dan salah satu dari
foodborne disease yang banyak ditemukan di semua Negara, yang menyebabkan demam
tifoid yaitu bakteri salmonella thypi. Salmonella typhi merupakan bakteri batang gram
negatif dan tidak membentuk spora, serta memiliki kapsul. Bakteri ini juga bersifat fakultatif,
dan sering disebut sebagai facultative intra-cellular parasites. Pengobatan untuk demam tifoid
disarankan menggunakan antibiotik golongan fluoroquinolone (ciprofloxacin, ofl oxacin, dan
pefloxacin) karena merupakan terapi yang sangat efektif.
B. SARAN
Dari uraian makalah yang telah disajikan maka kami dapat memberikan saran untuk
selalu menjaga kebersih lingkungan , makanan yang dikonsumsi harus higiene dan perlunya
penyuluhan kepada masyarakat tentang demam tifoid.
DAFTAR PUSTAKA

Mirawati Mega et al. 2014. Identifikasi Salmonella Pada Jajanan Yang Dijual Dikantin Dan
Luar Kantin Sekolah Dasar. Bekasi. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol. 1,
Nomor 2, Maret 2014, hlm : 141 147
Kundera I Nengah et al. 2014. Ekspresi Protein ADHF36 Strain Salmonella Thypi Dari
Beberapa Daerah di Indonesia. Palu. Jurnal Kedokteran Hewan Vol. 8 No. 1, Maret 2014
ISSN : 1978-225X

Sandika Jefri et al. 2017. Sensitivitas Salmonella thypi Penyebab Demam Tifoid terhadap
Beberapa Antibiotik. Lampung. 41| Majority | Volume 6 | Nomor 1 | Februari 2017

Anda mungkin juga menyukai