Anda di halaman 1dari 7

KEMAS 9 (2) (2014) 167-173

Jurnal Kesehatan Masyarakat


http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas

HYGIENE SANITASI DAN JUMLAH COLIFORM AIR MINUM

Muhammad Navis Mirza

Pusat Layanan Kesehatan Unnes, Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Jumlah penyediaan air selalu meningkat sejalan dengan kemajuan dan peningkatan taraf
Diterima 7 Oktober 2013 kehidupan. Tumbuhnya depot air minum isi ulang tidak diimbangi dengan perijinan
Disetujui 29 November 2013 pembinaan pengawasan dan peredarannya. Dampaknya adalah rendahnya jaminan
Dipublikasikan Januari 2014
kualitas air minum yang berpotensi menimbulkan kerugian bagi kesehatan. Masalah
Keywords: penelitian adalah bagaimana hubungan hygiene sanitasi depot air minum isi ulang
Hygiene; dengan jumlah Coliform air minum. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan
Sanitation; hygiene sanitasi depot air minum isi ulang dengan jumlah Coliform air minum. Metode
Coliform; penelitian adalah explanatory research dengan desain cross sectional. Populasi adalah
Drinking water. seluruh depot air minum di Kabupaten Demak yang berjumlah 136 depot. Jumlah
sampel sebanyak 38 depot dengan teknik simple random sampling. Instrumen yang
digunakan adalah lembar observasi dan pemeriksaan laboratorium. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan jumlah coliform dalam air
minum adalah hygiene operator (p=0.001) dan variabel yang tidak berhubungan dengan
jumlah coliform dalam air minum adalah sanitasi depot air minum isi ulang (p=0.05).
Simpulan penelitian, ada hubungan antara hygiene operator dengan jumlah coliform
dalam air minum.

HYGIENE SANITATION AND TOTAL COLIFORM OF DRINKING WATER

Abstract
Total water supply is increasing in line with the progress and improvement of living stand-
ards. Growing depot refill drinking water is not matched with the supervision and guidance
of licensing its circulation. The impact is low drinking water quality assurance that could
potentially cause diseases. The research problem was how relation of hygiene sanitation
depot refill with the total Coliform of drinking water. Research purpose to determine the
relationship of hygiene sanitation depot refill with the total Coliform of drinking water. The
method of research was explanatory research with cross sectional design. Whole population
were drinking water depot in Demak, amounts to 136 depots. The total samples as 38 depots
by simple random sampling. The instrument used were observation sheets and laboratory
examinations. The results showed that the variable related to amount of coliform in drink-
ing water was hygiene operator (p=0.001) and the variable that has not related to amount
of coliform in drinking water was sanitary depot (p=0.05). The conclusions, there was a
relationship between the hygiene of operators with total coliform in drinking water.

2014 Universitas Negeri Semarang

Alamat korespondensi: ISSN 1858-1196


Jl. Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
E-mail: navismirza32@gmail.com
Dyah Suryani / KEMAS 9 (2) (2014) 167-173

Pendahuluan masyarakat memerlukan informasi yang jelas


terutama tentang keamanan konsumsi air
Air minum adalah air yang kualitasnya minum ini. Tingginya minat masyarakat dalam
memenuhi syarat kesehatan dan dapat lang- mengkonsumsi AMDK dan mahalnya harga
sung diminum, syarat kesehatan yang dimak- AMDK yang diproduksi industri besar men-
sud adalah mikrobiologi, kimia fisika dan radio dorong tumbuhnya depot air minum isi ulang
aktif (Amber, 2009; Cronin, 2006; Abrischam- (DAMIU) diberbagai tempat terutama di kota-
chi, 2005).Air di dalam tubuh manusia,berkisar kota besar. Dilihat dari segi harganya, DAMIU
antara 50-70% dari seluruh berat badan. ini lebih murah yaitu sekitar 1/3 dari harga air
Pentingnya air bagi kesehatan dapat dilihat minum dalam kemasan yang diproduksi resmi
dari jumlah air yang ada dalam organ, seperti industri besar akan tetapi masyarakat masih
80% dari darah adalah air, kehilangan 15% dari ragu dalam menentukan kualitas-nya sehingga
berat badan dapat mengakibatkan kematian aman untuk dikonsumsi (Athena, dkk, 2004:
(Shyamala, 2008; Momba, 2006; Eshcol, 2009). 148).
Sejalan dengan kemajuan dan pening- Dampak positif adanya depot air minum
katan taraf kehidupan, maka jumlah penye- adalah, menyediakan air yang kualitasnya aman
diaan air selalu meningkat untuk setiap saat. dan sehat bagi pemakainya, individu maupun
Akibatnya kegiatan untuk pengadaan sumber- masyarakat, menyediakan air yang memenuhi
sumber air baru setiap saat terus dilakukan kuantitas menyediakan air secara kontinyu,
seperti mencari sumber air baru dalam bentuk mudah dan murah untuk menunjang hygiene
air tanah air sungai air danau, mengolah atau perorangan maupun rumah tangga. Disisi
menawarkan air laut, mengolah dan menyehat- lain perkembangan depot air minum isi ulang
kan kembali sumber air kotor yang telah terce- berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi
mar (Widiyanti, dkk, 2004: 64; Tattit, 2011). kesehatan konsumen, bila tidak adanya regu-
Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten lasi yang efektif .Isu yang mengemuka saat ini
Demak periode tahun 2000-2001 menunjukan adalah rendahnya jaminan kualitas terhadap
bahwa pertumbuhan ekonomi tahun 2010 air minum yang dihasilkan. Jika tidak dikenda-
berdasarkan penghitungan tahun dasar 2000 likan dengan maksimal depot air minum ber-
adalah 4,12 %, lebih tinggi jika dibandingkan potensi menimbulkan kerugian bagi kesehatan
pertumbuhan tahun 2009 yang sebesar 4, 08%. misalnya keracunan zat kimia persisten mau-
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pun penyebaran penyakit melalui air atau water
perkapita merupakan salah satu indikator borne disease (Ramakrishnaiah, 2009; Trevett,
yang biasa digunakan untuk mengukur tingkat 2005; Tommy, 2007; Luuk, 2008).
kemakmuran penduduk suatu daerah. PDRB Golongan Eschericia coli merupakan
perkapita Kabupaten Demak atas dasar harga kuman oportunis yang banyak ditemukan di
berlaku pada tahun 2010 meningkat sebesar dalam usus besar manusia sebagai flora nor-
5,62 juta rupiah atau tumbuh sebesar 10,56 % mal. Sifatnya unik karena dapat menyebabkan
dari tahun sebelumnya, sedangkan menurut infeksi primer pada usus misalnya diare pada
harga konstan meningkat sebesar 3,02 juta ru- anak dan juga kemampuannya menimbulkan
pai atau naik 3,51 persen dari tahun sebelumnya. infeksi pada jaringan tubuh lain di luar usus.
Usaha air minum dalam kemasan Namun, adanya bakteri Eschericia coli dalam
(AMDK) dari perusahaan air minum dalam makanan tidak selalu menunjukkan kontami-
kemasan karena air minum sangat dibutuhkan nasi yang berasal dari kotoran manusia atau
dan pada umumnya telah mendapat ijin usaha hewan, melainkan juga dikarenakan kondisi
industri. Produksi, peredaran dan pengawasan sanitasi dan penanganan yang kurang baik dari
AMDK yang diproduksi industri besar telah penjamah makanan (Badan Pengawas Obat
mendapat izin dari instansi terkait sebelum dan Makanan RI, 2008:3).
diedarkan, sedangkan untuk depot air minum Masalah yang muncul akibat rendahnya
isi ulang (DAMIU) perizinan, pembinaan, mutu pengawasan adalah banyaknya DAMIU
pengawasan dan peredarannya belum dapat yang tidak memenuhi syarat kesehatan seperti
dilakukan sebagai mana mestinya padahal yang diatur dalam Peraturan Menteri kesehatan

168
Dyah Suryani / KEMAS 9 (2) (2014) 167-173

No. 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang per- sementara dinas kesehatan hanya sebagai pem-
syaratan air minum, yang dalam salah satu ba- beri rekomendasi. Produksi, peredaran dan
giannya menyebutkan bahwa dalam air minum pengawasan AMDK yang diproduksi industri
tidak boleh ada kandungan coliform. Ada besar telah mendapat izin dari instansi terkait
beberapa penyebab DAMIU terkontaminasi sebelum diedarkan, sedangkan untuk DAMIU
diantaranya sumber air baku, wadah tempat proses perizinan, pembinaan, pengawasan dan
distribusi tidak memenuhi standard hygiene peredarannya belum dilakukan sebagai mana
dan sanitasi DAMIU, juga proses filtrasi dan mestinya padahal masyarakat memerlukan in-
desinfektan dengan teknologi yang rendah. formasi yang jelas terutama tentang keamanan
Hygiene sanitasi adalah upaya kesehatan konsumsi airminum ini (Athenaa, dkk., 2004:
untuk mengurangi atau dapat menghilangkan 148).
faktor-faktor yang menjadi sebab terjadinya Masyarakat sebagai konsumen air minum
pencemaran terhadap air minum dan sarana perlu dilindungi haknya, seperti yang tertulis
yang digunakan untuk proses pengolahan, pe- dalam UU Republik Indonesia Nomor 8 Tahun
nyimpanan, dan pembagian air minum. Tu- 1999 tentang perlindungan kosumen. Bahwa
juan hygiene sanitasi adalah terlindunginya konsumen memiliki hak atas kenyamanan, kea-
masyarakat dari potensi pengaruh buruk akibat manan dan keselamatan dalam mengkonsumsi
konsumsi air minum yang berasal dari depot barang atau jasa dan hak atas informasi yang
air minum. Dengan demikian masyarakat akan benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
terhindar dari kemungkinan terkena resiko jaminan barang atau jasa.
penyakit bawaan air. Disamping itu upaya Berdasarkan uraian diatas, maka perlu
pembinaan dan pengawasan terhadap usaha dilakukan kajian tentang hubungan antara
depot air minum yang baik akan mendorong hygiene sanitasi dengan jumlah coliform air
pertumbuhan ekonomi nasional membuka minum pada DAMIU di Kabupaten Demak.
lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeta-
masyarakat (Direktorat Jenderal Pemberan- hui hubungan antara hygiene sanitasi dengan
tasan Penyakit Menular dan Penyehatan Ling- jumlah coliform air minum pada depot air
kungan Pemukiman, 2010: 3). minum isi ulang (DAMIU) di Kabupaten De-
Penelitian dilakukan dengan purposive mak.
sampling terhadap populasi DAMIU di Sema-
rang ditemukan 34% depot tercemar bakteri Metode
(Ferawaty, 2004) demikian juga dengan hasil
penelitian di Kota Bogor terhadap 27 depot Penelitian ini merupakan explanatory
ditemukan 2 (7%) depot tercemar bakteri research dengan metode survey dengan meng-
(Pratiwi, 2007). Hasil Sidak Dinas Kesehatan gunakan pendekatan cross sectional. Variabel
Jakarta Barat pada Januari 2009 yang lalu yang diteliti adalah higiene operator dan sani-
menemukan 384 sampel dari DAMIU yang tasi depot air minum kemudian dihubungkan
tercemar E. Coli. Hasil Pengujian kualitas 120 dengan jumlah Coliform dalam air minum isi
sampel DAMIU dari 10 kota besar (Jakarta, Bo- ulang. Variabel penganggu dalam penelitian
gor, Tangerang, Bekasi, Cikampek, Semarang, ini adalah sumber air baku, jenis filtrasi, jenis
Yogyakarta, Surabaya, Medan dan Denpasar). disinfektan.
Sekitar 16% persen dari sampel tersebut terkon- Populasi dalam penelitian ini sebanyak
taminasi bakteri coliform hal ini menunjukkan 136 DAMIU di Kabupaten Demak. Jumlah
buruknya kualitas depot air minum isi ulang. sampel yang diambil dalam penelitian ini ada-
Usaha depot air minum harus dia- lah 38 DAMIU. Sampel dalam penelitian ini
wasi dibina dan diawasi kualitasnya agar selalu adalah sejumlah depot air minum isi ulang yang
aman dan sehat untuk dikonsumsi masyarakat. pengambilan sampel minimal diambil dengan
dinas kesehatan kesulitan untuk melaksanakan menggunakan rumus Stanley Lemeshow.
pengawasan DAMIU desebabkan instansi ini Teknik sampling ini digunakan melalui
bukan sebagai pemberi izin. perizinan dikelu- dua tahap yaitu tahap pertama menentukan
arkan oleh dinas perindustrian dan perdagangan, sampel minimal dan tahap berikutnya menen-

169
Dyah Suryani / KEMAS 9 (2) (2014) 167-173

tukan sampel per kecamatan secara proposion- syarat higiene sanitasi. Hal yang perlu diper-
al dibanding banyaknya DAMIU di kecamatan hatikan adalah tidak adanya operator yang
tersebut. Perhitungan sampel selanjutnya di- memiliki sertifikat pelatihan operator DAMIU,
lakukan menggunakan rumus : operator cenderung tidak menjaga higiene
Jumlah DAMIU perorangan dan sanitasi DAMIU (Sri Malem :
Per Kecamatan 2008).
x sampel minimal Hasil penelitian untuk kondisi sanitasi
Jumlah Populasi DAMIU
disajikan dalam Tabel 2.
di Kabupaten Demak
Berdasarkan hasil observasi mengenai
kondisi sanitasi depot air minum isi ulang
Instrumen dalam penelitian ini adalah
menyatakan bahwa dari 38 DAMIU terdapat
check list higiene sanitasi depot air minum isi
16 DAMIU (42,1%) dengan kondisi sanitasi
ulang dan untuk pemeriksaan jumlah coliform tidak baik dan 22 DAMIU (57,9%) dengan
dalam air minum menggunakan metode tabung kondisi sanitasi yang baik.
ganda (Direktorat Jenderal Pemberantasan Kondisi sanitasi lingkungan sebagaimana
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan yang dikemukakan bahwa pengawasan ling-
Pemukiman, 1993). Pelaksanaan observasi di- kungan fisik, biologis, sosial dan ekonomi dapat
lakukan dengan check list berkelompok, dengan mempengaruhi kesehatan manusia, dimana ling-
memasukkan beberapa variabel ke dalam satu kungan yang berguna ditingkatkan dan diper-
instrumen check list. Analisis data dilakukan banyak sedangkan yang merugikan diperbaiki
menggunakan teknik analisis univariat dan atau dihilangkan. Hal ini dapat menimbulkan
bivariat, dengan uji chi-square. risiko yang merugikan kesehatan masyarakat.
Hasil penelitian untuk jumlah coliform
Hasil dan Pembahasan disajikan dalam Tabel 3.
Dari data pada Tabel 3 menyatakan
Hasil penelitian untuk kondisi higiene bahwa dari 38 depot air minum isi ulang (DA-
operator disajikan dalam Tabel 1. MIU), 8 DAMIU (21,1%) tidak memenuhi
Berdasarkan hasil observasi mengenai persyaratan jumlah coliform dalam air minum.
perilaku higiene operator depot air minum isi Dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium,
ulang diketahui bahwa dari 38 DAMIU ter- jumlah coliform beragam antara 2-10/100ml.
dapat 8 DAMIU (21,1%) dengan perilaku hi- kontaminasi bakteri coliform hal ini mengindi-
giene yang tidak baik dan 30 DAMIU (78,9%) kasikan buruknya kualitas depot air minum isi
dengan perilaku higiene yang tidak baik. ulang.
Penelitian sejenis juga menunjukan di Pengujian hipotesis mengenai hubungan
daerah lain belum semua DAMIU menerap- antara higiene operator dan jumlah coliform
kan higiene sanitasi seperti pada penelitian Sri tersaji dalam Tabel 4.
Malem (2008) di Kota Medan 20% DAMIU dan Berdasarkan hasil uji statistik pada Ta-
di Wonogiri 22,2% DAMIU tidak memenuhi bel 4 diketahui bahwa dari 4 DAMIU dengan

Tabel 1. Higiene Operator Depot Air Minum Isi Ulang


No. Higiene Operator Depot Air Minum Isi Ulang Frekuensi Persentase (%)
1. Tidak Baik 8 21,1
2. Baik 30 78,9
Jumlah 38 100

Tabel 2. Sanitasi Depot Air Minum Isi Ulang


No. Sanitasi Depot Air Minum Isi Ulang Frekuensi Persentase (%)
1. Tidak Baik 16 42,1
2. Baik 22 57,9
Jumlah 38 100

170
Dyah Suryani / KEMAS 9 (2) (2014) 167-173

Tabel 3. Jumlah Coliform


No. Jumlah coliform Jumlah Prosentase %
1 Tidak memenuhi syarat 8 21,1
2 Memenuhi syarat 30 78,9
Jumlah 38 100

Tabel 4. Hubungan antara Higiene Operator DAMIU dengan Jumlah Coliform


Jumlah Coliform
Nilai
Tidak Total %
% Memenuhi % P
Memenuhi
Tidak Baik 4 100 0 0 4 100
Higiene .001
Baik 4 11,8 30 88,2 34 100

Tabel 5. Hubungan antara Sanitasi DAMIU dengan Jumlah Coliform Air Minum
Jumlah Coliform
Nilai
Tidak Total %
% Memenuhi % P
Memenuhi
Tidak Baik 6 37,5 10 62,5 16 100
Sanitasi 0,05
Baik 2 9,1 20 90,9 22 100

higiene operator yang tidak baik, seluruhnya menjaga agar DAMIU tetap menjaga higiene
tidak memenuhi syarat jumlah coliform air sanitasinya agar selalu memenuhi persyaratan
minum, sedangkan dari 34 DAMIU dengan yang ada. Hal lain yang perlu diperhatikan
higiene operator yang baik, terdapat 4 DAMIU adalah tidak adanya operator yang memiliki
(11,8%) yang tidak memenuhi syarat dan 30 sertifikat pelatihan operator DAMIU, operator
DAMIU (88,2%) yang memenuhi syarat jum- cenderung tidak menjaga higiene perorangan
lah coliform air minum. dan sanitasi DAMIU (Sri Malem : 2008).
Dari uji chi square yang dilakukan terha- Sumber pencemaran terjadi dalam be-
dap higiene operator DAMIU dengan jumlah berapa hal yaitu perilaku pekerja depot air
coliform tidak memenuhi syarat karena ada 2 sel minum isi ulang karena tangan yang kotor.
(50%) nilai harapan yang kurang dari 5, maka Kebersihan tangan sangat penting bagi setiap
dilakukan uji alternatif yaitu uji fisher exact test orang terutama bagi pekerja depot air minum
dan didapatkan p value sebesar 0,001. Hal ini isi ulang, dengan kebiasaan mencuci tangan,
dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan sangat membantu dalam pencegahan penularan
antara higiene operator DAMIU dengan jum- bakteri dari tangan. Pada prinsipnya pencucian
lah coliform air minum pada depot air minum tangan dilakukan setiap saat setelah menyentuh
isi ulang di Kabupaten Demak. benda-benda yang dapat menjadi sumber kon-
Penelitian sejenis juga menunjukan di taminasi atau cemaran (Asfawi, 2004).
daerah lain belum semua DAMIU menerap- Pengujian dari hipotesis mengenai hu-
kan higiene sanitasi seperti pada penelitian Sri bungan antara sanitasi DAMIU dan jumlah
Malem (2008) di Kota Medan 20% DAMIU dan coliformtersaji dalam Tabel 5.
di Wonogiri 22,2% DAMIU tidak memenuhi Berdasarkan hasil uji statistik pada Tabel
syarat higiene sanitasi. Di kedua daerah terse- 5, diketahui bahwa dari 16 DAMIU dengan
but memiliki kesamaan dengan lokasi pe- kondisi sanitasi tidak baik, terdapat 16 DAMIU
nelitian yaitu belum ada peraturan daerah yang (37,5%) tidak memenuhi syarat dan 10 DAMIU
mewajibkan higiene sanitasi menjadi salah satu (62,5%) memenuhi syarat jumlah coliform air
syarat dalam mendirikan usaha DAMIU dan minum. Selanjutnya, dari 22 DAMIU dengan
tidak ada pengawasan dari dinas terkait dalam kondisi sanitasi yang baik, terdapat 2 DAMIU

171
Dyah Suryani / KEMAS 9 (2) (2014) 167-173

(9,1%) yang tidak memenuhi syarat dan 20 DA- terlihat dari pemilik usaha DAMIU yang ingin
MIU (90,9%) yang memenuhi syarat jumlah mengajukan rekomendasi hanya diwajibkan
coliform air minum. melakukan uji air baku dan air minum di Labo-
Dari uji chi square yang dilakukan ter- ratorium Kesehatan Kabupaten Demak, namun
hadap kondisi sanitasi DAMIU dengan jumlah tidak diwajibkan untuk lolos inspeksi higiene
coliform tidak memenuhi syarat karena ada sanitasi isi ulang.
2 sel (50%) nilai harapan yang kurang dari 5,
maka dilakukan uji alternatif yaitu uji fisher ex- Penutup
act test dan didapatkan p value sebesar 0,05. Hal
ini dapat dinyatakan bahwa tidak ada hubungan Jumlah coliform air minum pada depot
antara kondisi sanitasi DAMIU dengan jumlah air minum isi ulang berhubungan dengan hy-
coliform air minum pada depot air minum isi giene operator. Sedangkan jumlah coliform air
ulang di Kabupaten Demak tahun 2012. minum pada depot air minum isi ulang tidak
Dari hasil penelitian di lapangan, kom- terbukti berhubungan dengan sanitasi depot air
pleksitas proses dari depot air minum isi ulang minum isi ulang. Sumber pencemaran terjadi
mulai kondisis tangki, filtrasi dengan pasir karena perilaku pekerja yang tidak higienis,
silica dan karbon aktif, filtrasi dengan mikro terutama berkaitan dengan kebersihan tangan.
filter kemudian disinfeksi dengan sinar UV dan Kebiasaan mencuci tangan sangat membantu
ozon, ternyata tidak seluruh bagian dari proses dalam pencegahan penularan bakteri, atau
tersebut berpengaruh terhadap jumlah coli- kontaminasi dan pencemaran bakteri.
form dalam air minum. Sehingga kondisis sani-
tasi dari peralatan yang terdapat dalam lembar Daftar Pustaka
observasi tidak semua peralatan berhubungan
dengan kualitas bakteriologis air minum khu- Abrishamchi, A., Ebrahimian, A., Tajrishi, M., and
susnya jumlah coliform . Mario, M. (2005). Case Study: Application
Jumlah coliform dalam air disebabkan of Multicriteria Decision Making to Urban
Water Supply. J Water Resour. Plann. Manage,
oleh desinfeksi yang tidak sempurna serta
131(4), 326335
pencucian dan pembilasan galon yang rawan Amber, Farooqui. 2009. Investigation of a commu-
pencemaran. Faktor lain yang dapat mem- nity outbreak of typhoid fever associated with
pengaruhi kualitas air hasil produksi adalah air drinking water. BMC Public Health, 9:476
baku, jenis peralatan yang digunakan, pemeli- Asfawi, S. 2004. Analisis Faktor-Faktor Yang Ber-
haraan peralatan dan penanganan pengolahan hubungan dengan Kualitas Bakteriologis Air
dan pendistribusian air, sesuai dengan hasil Minum Isi Ulang pada Tingkat Produsen di
penelitian yang dilakukan oleh Athena tentang Kota Semarang. Universitas Diponegoro
kandungan bakteri total Coliform dan E. Coli Athena, dkk. 2004. Kandungan, Pb, Cd,Hg dalam
air minum dari depot air minum isi ulang di Ja- Air Minum dari Depot Air Minum Isi Ulang
di Jakarta, Tangerang, Dan Bekasi. Jurnal
karta, Tangerang, dan Bekasi pada tahun 2004.
Ekologi Kesehatan, 3(3): 148-152
Selain belum adanya pelatihan atau serti- Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2008. Pen-
fikasi untuk operator DAMIU, izin mendirikan gujian Mikrobiologi Pangan. Infopom, 9(2): 3
usaha DAMIU sementara ini hanya meng- Cronin, Aidan A. 2006. Monitoring source and do-
isyaratkan pemeriksaan kualitas air baku dan mestic water quality in parallel with sanitary
air hasil produksi. Melihat pentingnya sani- risk identification in Northern Mozambique
tasi DAMIU sebagai jaminan kualitas air hasil to prioritise protection interventions. J Water
produksi perlu adanya peraturan daerah yang Health, 4: 333-345
mewajibkan higiene sanitasi menjadi salah satu Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menu-
syarat dalam mendirikan usaha DAMIU dan lar Dan Penyehatan Lingkungan Pemuki-
man. 2010. Pedoman Pelaksanaan Penyeleng-
pengawasan dari dinas terkait dalam menjaga
garaan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum.
agar DAMIU tetap menjaga higiene sanitasinya Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
agar selalu memenuhi persyaratan yang ada. Indonesia
Di Kabupaten Demak inspeksi higiene sani- Eshcol, Jayasheel. 2009. Is fecal contamination of
tasi air minum masih jarang dilakukan. Hal ini drinking water after collection associated

172
Dyah Suryani / KEMAS 9 (2) (2014) 167-173

with household water handling and hygiene Area in Coimbatore District, Tamilnadu,
practices? A study of urban slum households India. E-Journal of Chemistry, 5(4): 924-929
in Hyderabad, India. Journal of Water and Sri Malem. Indirawati. 2008. Analisis Hygiene
Health, 7(1): 145-154 Sanitasi dan Kualitas Air Minumisi Ulang
Ferawaty, E. 2003, Study Identifikasi Eschericia Coli (AMIU) Berdasarkan Sumber Air Baku pada
pada Air Minum Isi Ulang Tingkat Produsen Depot Air Minum di Kota Medan, Tesis : Uni-
di Kota Semarang. Universitas Diponegoro versitas Sumatera Utara
Luuk, Rietveld. 2008. Integrated simulation of Tattit, K., Eram T.P. 2011. Kualitas Bakteriologis Air
drinking water treatment. Journal of Water Sumur Gali. Jurnal Kemas, 7 (1): 63-72
Supply, 57(3): 133-141 Tommy, K.K. 2007. Design for sustainable develop-
Momba, Maggy N. B. 2006. Abundance of pathogen- mentHousehold drinking water filter for
ic Escherichia coli, Salmonella typhimurium arsenic and pathogen treatment in Nepal.
and Vibrio cholerae in Nkonkobe drinking Journal of Environmental Science and Health,
water sources. J Water Health, 04: 289-296 42(12): 1879-1888
Pratiwi, AW. 2007. Kualitas Bakteriologis Air Trevett, Andrew Francis. 2005. The importance of
Minum Isi Ulang di Wilayah Kota Bogor. domestic water quality management in the
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 2(2) context of faecal-oral disease transmission. J
Ramakrishnaiah, C R. 2009. Assessment of Water Water Health, 3: 259-270
Quality Index for the Groundwater in Tum- Widiyanti, Ni Luh Putu Manik., Ni Putu Ristiati.
kur Taluk, Karnataka State, India. E-Journal 2004 Analisis Kualitatif Bakteri Koliform
of Chemistry, 6(2): 523-530 pada Depo Air Minum Isi Ulang di Kota Sin-
Shyamala, R. 2008. Physicochemical Analysis of garaja Bali. Jurnal Ekologi Kesehatan, 3(1):
Borewell Water Samples of Telungu palayam 64-73

173

Anda mungkin juga menyukai