Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ANALISIS FARMASI CARA KROMATOGRAFI LEMPENG


KLT
Mata Kuliah: Kimia Farmasi

Oleh
Nama : Atin Suryatin
Kelas : B RPL
Jurusan : Farmasi

POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG


Jalan Prof. Eyckman No. 24 Bandung 40161
2017
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berbagai metode kromatografi memberikan cara pemisahan paling kuat
di laboratorium kimia. Gagasan dasarnya sederhana untuk dipahami, caranya
beragam, mulai dari cara sederhana sampai yang agak rumit dari segi kerja
dan peralatan, dan metode ini dipakai untuk setiap jenis senyawa. Metode ini
pemanfaatannya secara luas untuk pemisahan analitik dan preparatif.
Kromatografi lapis tipis adalah suatu teknik pemisahan cara lama,
digunakan secara luas, terutama dalam analisis campuran yang rumit dari
sumber alam. Kromatografi lapis tipis lebih unggul bila sejumlah kondisi
pemisahan yang berbeda-beda diperlukan untuk menangani penetapan kadar
seluruh cuplikan, karena sejumlah bejana pengembang yang berisi berbagai
sistem pelarut dapat lebih hemat dipakai. Keuntungan lain, tidak adanya
gangguan pelarut pada penyelidikan secara fotometri karena pelarut sebagai
fase gerak telah diuapkan.
Pemisahan secara kromatografi dilakukan dengan cara mengotak-atik
langsung beberapa sifat fisika umum dari molekul, pada sistem kromatografi,
campuran yang akan dipisahkan ditempatkan dalam keadaan sedemikian rupa
sehingga komponen-komponennya harus menunjukkan dua dari ketiga sifat
tersebut yaitu kelarutan, adsorbsi, dan keatsirian.
Kromatografi digunakan sebagai untuk memisahakan substansi
campuran menjadi komponen. Komponennya, misalnya senyawa flavonoida
yang terdapat pada tahu, tempe, bubuk isovlafon yang potensi bagi kesehatan
manusia, diantaranya adalah sebagai antioksidan, anti tumor/anti kanker,
antikolestrol, anti virus, anti alergi, dan dapat mencegah osteoporosis. Dan
semua kromatografi bekerja berdasarkan metode kromatografi.
Kromatografi telah didefinisikan terutama sebagai suatu proses
pemisahan yang digunakan untuk pemisahan campuran yang pada hakekatnya
Molekuler. Kromatografi bergantung pada pembagian ulang molekul.
Molekul campuran antara dua fase atau lebih. Dalam tiap kasus terjadi
distribusi antara fase cair yang terserap secara stasioner dan zat. Air
bergerak yang kontak secara karib dengan fase cai itu, dalam kromatografi
lapis tipis absorbennya disalutkan pada lempeng kaca atau lembaran plastik.

1.2 Maksud Praktikum


Untuk mengetahui metode penentuan kimia secara kromatografi lapis
tipis.

1.3 Tujuan Praktikum


Memisahkan campuran senyawa fase dengan metode kromatografi lapis
tipis dan untuk mengetahui nilai Rf.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum


Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan
perbedaan kecepatan perambatankomponen dalam medium tertentu. Pada
kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkanantara dua buah fase
yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen
campuransedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran.
Komponen yang mudah tertahanpada fase diam akan tertinggal. Sedangkan
komponen yang mudah larut dalam fase gerak akanbergerak lebih cepat. (
Imam Haqiqi, Sohibul,2008 )
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran yang berdasarkan
kecepatan perambatankomponen dalam medium tertentu. Uraian mengenai
kromatografi pertama kali dijelaskan oleh Michael Tswett, seorang ahli
biotani Rusia yang bekerja di Universitas Warsawa Pada saat itu,Michael
Tswett melakukan pemisahan klorofil dari pigmen- pigmen lain dari ekstrak
tanamanmenggunakan kromatografi kolom yang berisi dengan kalsium
karbonat. Pada kromatografi,komponen- komponen yang akan dipisahkan
berada diantara dua fase yaitu fase diam (stationary) dan fase bergerak
(mobile). Fase diam adalah fase yang akan menahan komponen
campuransedangkan fase gerak adalah fase yang akan melarutkan zat
komponen campuran. Komponen yangmudah tertahan pada fase diam akan
tertinggal atau tidak bergerak sedangkan komponen yangmudah larut dalam
fase gerak akan bergerak lebih cepat.
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah suatu tehnik yang sederhana dan
banyak digunakan. Metode inimenggunakan lempeng kaca atau lembaran
plastik yang ditutupi penyerap untuk lapisan tipis dankering bentuk silika gel,
alomina, selulosa dan polianida. Untuk menotolkan larutan cuplikan
padalempeng kaca, pada dasarnya dgunakan mikro pipet/ pipa kapiler.
Setelah itu, bagian bawah darilempeng dicelup dalam larutan pengulsi di
dalam wadah yang tertutup.
Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmailoff dan
Schraiber pada tahun 1938. KLTmerupakan bentuk kromatografi planar,
selain kromatografi kertas dan elektroforesis. Berbedadebgan kromatografi
kolom yang mana fase diamnya diisikan atau dikemas di dalamnya,
padakromatografi lapis tipis, fase diamnya berupa lapisan yang seragam
(uniform) pada permukaanbidang datar yang didukung oleh lempeng kaca,
pelat aluminium atau pelat plastik. Meskipundemikian, kromatografi planar
ini dapat dikatakan sebagai bentuk terbuka dari kromatografi kolom.
Kromatografi digunakan sebagai untuk memisahkan substansi
campuran menjadi komponen-komponennya, misalnya senyawa Flavonoida
dan isoflavonoida yang terdapat pada tahu, tempe,bubuk kedelai dan tauco
serta Scoparia dulcis, Lindernia anagalis, dan Torenia violacea. Yang
padasenyawa isoflavon memiliki banyak manfaat. Beberapa kelebihan
senyawa isoflavon yang potensialbagi kesehatan manusia, di antaranya adalah
sebagai antioksidan, antitumor / antikanker,antikolesterol, antivirus,
antialergi, dan dapat mencegah osteoporosis. Fase gerak yang dikenalsebagai
pelarut pengembang akan bergerak sepanjang fase diam karena pengaruh
kapiler padapengembangan secara menaik (ascending) atau karena pengaruh
gravitasi pada pengembangansecara menurun (descending). Kromatografi
lapis tipis dalam pelaksanaannya lebih mudah dan lebihmurah dibandingkan
dengan kromatografi kolom. Demikian juga peralatan yang digunakan.
Dalamkromatografi lapis tipis, peralatan yang digunakan lebih sederhana dan
dapat dikatakan hampirsemua laboratorium dapat melaksanakan setiap saat
secara cepat (Rohman, 2007).
Kromatografi lapis tipis digunakan untuk memisahkan komponen-
komponen atas dasar perbedaanadsorpsi atau partisi oleh pase diam dibawah
gerakan pelarut pengembang. Pada dasarnya KLT sangat mirip dengan
kromatografi kertas , terutama pada cara pelaksanaannya. Perbedaan
nyatanyaterlihat pada fase diamnya atau media pemisahnya, yakni digunakan
lapisan tipis adsorben sebagaipengganti kertas. Bahan adsorben sebagai fasa
diam dapat digunakan silika gel, alumina dan serbukselulosa. Partikel selika
gel mengandung gugus hidroksil pada permukaannya yang akan
membentukikatan hidrogen dengan molekul polar air. Fase diam untuk
kromatografi lapis tipis seringkali jugamengandung substansi yang mana
dapat berpendarflour dalam sinar ultra violet. Fase gerakmerupakan pelarut
atau campuran pelarut yang sesuai. (Rudi, 2010)
Penentuan jumlah komponen senyawa dapat dideteksi dengan
kromatografi lapis tipis (KLT) dengan menggunakan plat KLT yang sudah
siap pakai. Terjadinya pemisahan komponen-komponen pada KLTdengan Rf
tertentu dapat dijadikan sebagai panduan untuk memisahkan komponen kimia
tersebutdengan menggunakan kolom kromatografi dan sebagai fasa diam
dapat digunakan silika gel daneluen yang digunakan berdasarkan basil yang
diperoleh dari KLT dan akan lebih baik kalaukepolaraan eluen pada kolom
kromatografi sedikit dibawah kepolaran eluen pada KLT.
Pada hakekatnya KLT merupakan metoda kromatografi cair yang
melibatkan dua fasa yaitu fasa diamdan fasa gerak. Fasa geraknya berupa
campuran pelarut pengembang dan fasa diamnya dapat berupa serbuk halus
yang berfungsi sebagai permukaan penyerap (kromatografi cair-padat)
atauberfungsi sebagai penyangga untuk lapisan zat cair (kromatografi cair-
cair). Fasa diam pada KLTsering disebut penyerap walaupun berfungsi
sebagai penyangga untuk zat cair di dalam sistemkromatografi cair-cair.
Hampir segala macam serbuk dapat dipakai sebagai penyerap pada
KLT,contohnya silika gel (asam silikat), alumina (aluminium oksida),
kiselgur (tanah diatomae) danselulosa. Silika gel merupakan penyerap paling
banyak dipakai dalam KLT.

Beberapa metode kromatografi


1) Kromatografi kertas, dinamakan berdasarkan bahan yang digunakan untuk
fiksasi stationer
2) Kromatografi lapis tipis, mendapatkan namanya dari bentuk luar adsorbs
yang digunakan sebagai fase stationer yang difiksasi sebagai lapis tipis
pada penyangga seperti kaca atau gelas atau lembar aluminium.
3) Kromatografi kolom bahan sorpsi dapat diisikan ke dalam kolom gelas.
4) Kromatografi gas, membutuhkan kolom khusus yang diisi bahan sorpsi,
sedangkan fase mobil yang digunakan adalah gas
5) Kromatografi tekanan tinggi, berbeda dengan kromatografi gas, sebagai
ganti gas adalah suatu cairan yang dimasukkan dengan tekana tinggi
kedalam kolom yang berisi
6) Kromatografi penuh terion, menggunakan harsa sintetik sebagai fase
stationer yang bertindakk sebagai penukar kation atau anion
7) Kromatografi afinitas, sebagai fase stationer digunakan pengembang
makromolekul dengan gugus fungsi yang mempunyai afinitas yang jelas
atau mempunyai kemampuan bereaksi terhadap molekul yang hendak
ditentukan.
8) Kromatografi gel, menggunakan gel untuk pemisah yang terdiri dari
partikel berpori yang menggelembung.

2.2 Prosedur Kerja

1. Sejumlah larutan yang mengandung logam diasamkan dengan asam


asetat sehingga pH 5. Kemudian ditambahkan sejumlah volume sama
larutan dithizone dalam kloroform kemudian kocok di dalam corong
pisah. Pisahkan lapisan kloroformnya dan cuci dengan larutan asam nitrat
untuk menghilangkan kelebihan dithizonenya.
2. Totolkan sebanyak 10 mikro liter ekstrak kloroform di atas keeping
kromatografi lapis tipis yang telah diaktivir. Sejulah 2 cm ujung bawah
dan jarak antara titik totolan kira-kira 1,5 cm satu sama lainnya.
3. Camber kromatografi telah dijenuhkan dengan pelarut selama 2 jam.
Penjenuhan dapat dipercepat dengan menggunakan kertas saring yang
dimasukkan kedalam chamber.
4. Masukkan kromatografi yang telah ditotoli zat, biarkan selama bebrapa
menit sehingga larutan mencapai kira-kira 20 cm dari bawah. Angkat dan
keringkan.
5. Hitung Rf tiap-tiap totolan dengan membagi jarak yang ditempuh oleh
zat dengan jarak yang ditempuh pelarut. Kemudian bandingkan dengan
Rf pembanding.
BAB 3 METODE KERJA

3.1 Alat
Adapun alat yang dipakai dalam praktikum ini yaitu batang pengaduk,
chamber, corong, gelas kimia 100 mL, gelas ukur 5 mL, lampu sinar UV 254,
lempeng, kertas saring, pinset, pipa kapiler, dan pipet tetes.

3.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu sampel Alpara, aluminium foil,
Etanol 10 mL, Etil asetat, lempeng silika gel F254, dan Metanol.

3.3 Cara Kerja


Siapkan alat dan bahan, masukkan sampel Alpara kedalam gelas kimia
dan tambahkan 10 mL Etanol. Kemudian saring di gelas kimia. Ambil pipa
kapiler lalu totolkan sampel ke lempeng dengan ukuran panjang 5 cm dan
lebar 10 cm. Pada bagian bawah diukur 1,5 cm kemudian diberi titik disetiap
1 cm. Dibagian atas diukur 0,5 cm kemudian digaris.
Masukkan Metanol kedalam chamber dan tambahkan Etil asetat (3 : 1),
kemudian jenuhkan dengan kertas saring kedalam chamber yang telah
ditentukan ukurannya. Diamkan beberapa menit dan lihat yang terjadi setelah
itu keluarkan kertas saring dari chamber dengan menggunakan pinset.
Masukkan lempeng yang tadi kedalam chamber dengan menggunakan pinset
sampai noda naik keatas.. Setelah sampai batas, lempeng diangkat dari
chamber dengan memakai pingset lalu keringkan. Kemudian lempeng itu
dilihat dibawah lampu sinar UV 254 dan 366 lalu amati yang terjadi,berikan
tanda pada hasilnya. Setelah itu, hitung nilai Rfnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2015, Penuntun Praktikum Kimia Organik, Fakultas Farmasi


Universitas Muslim Indonesia : Makassar.

Haqiqi, Sohibul Himam. 2008. Kromatografi Lapis Tipis.


nadjeeb.files.wordpress .com/2009/10/kromatografi.pd

Ditjen POM. Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan


RI. 1979
LAMPIRAN
1. Skema Kerja
Masukkan sampel kedalam gelas kimia + 10 mL etanol

Disaring di gelas kimia

Ambil pipa kapiler lalu totolkan ke lempeng

Masukkan metanol kedalam chamber + etil asetat (3 :1)

Jenuhkan dengan kertas saring

Masukkan lempemg kedalam chamber sampai noda naik ke atas

Angkat lempeng dan keringkan

Dilihat dibawah lampu sinar UV 254 dan 366

Amati noda

Hitung Rf
2. Perhitungan

Rf =
3,5
= 5,5

= 0,6 cm

Anda mungkin juga menyukai