Oleh :
1. Adi Ageng 942016001
2. Kartini 942016012
3. Nur Khotimah 942016015
4. Sabilla Labaika 942016025
5. Yuni Selvia 942016029
2 TB 1
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui nilai pada sampel (bahan) yang akan disajikan berdasarkan penampakan,
rasa, dan warna.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uji Afeksi
Metode uji afeksi adalah metode yang digunakan untuk mengukur sifat subjektif
konsumen terhadap produk berdasarkan sifat-sifat sensori. Hasil yang diperoleh adalah
penerimaan ( diterima atau ditolak ). Kesukaan ( tingkat suka atu tidak suka ), dan pilihan ( pilih
satu dari yang lain ) terhadap produk. Yang perlu ditekankan dalam uji afeksi adalah bahwa
pilihan ( preferensi ) tidak sama dengan penerimaan, bisa jadi panelis lebih memilih contoh A
dibanding cotnto B, akan tetapi kedua contoh dapat diterima (Setyaningsih, D., 2010).
Terdapat tiga metode yang dapat dilakukan dalam penyajian contoh pada uji afeksi yaitu
monadic, squential monadic, dan penyajian berpasangan (paired presentation) semua contoh
disajikan dalam satu waktu. Pada squential monadic, contoh disajikan dalam satu rangkaian
untuk disajikan pada waktu yang sama. Sementara itu, pada penyajian berpasangan, contoh yang
disajikan sebanyak dua buah atau satu pasang pada satu waktu yang sama (Setyaningsih, D.,
2010).
Tujuan utama uji afeksi adalah untuk mengetahui respon induvidual berupa penerimaan
atau kesukaan dari konsumen terhadap produk yang sudah ada, produk yang baru atau pun hanya
digunakan untuk produsen pangan, tetapi juga oleh penyedia jasa seperti rumah sakit dan bank.
Uji afeksi dapat bersifat kualitatif dan kuantitatif. Uji afeksi kuantitatif digunakan untuk
mengukur respon subjektif dari sebuah contoh oleh konsumen sesuai karakteristik sensori
dengan cara membuat konsumen menyampaiakn apa yang dirasakannya dalam sebuah
wawancara atau diskusi kelompok. Pada uji kualitatif, moderator ataupun pewawancara akan
berinteraksi secara langsung dengan konsumen (panelis), sehingga pewawancara atau moderator
harus belajar cara menginvestigasi, teknik untuk tampil netral, cara meringkas serta melaporkan
secara jelas dan memilih keahlian menjaga kelompok diskusi agar dinamis (Setyaningsih, D.,
2010).
Uji penerimaan lebih subjektif dari pada uji pembeda, karena sifatnya yang sangat subjektif
itu beberapa panelis yang mempunyai kecendrungan ekstrim senang atau benci terhadap suatu
komoditas atau bahan yang dapat digunakan untuk melakukan uji penerimaan. Dalam kelompok
ini penerimaan ini termasuk uji kesukaan, uji mutu hedonik dan uji mutu skalar (Setyaningsih,
D., 2010).
2.2 Uji Kesukaan ( Uji Hedonik )
Uji kesukaan disebut juga uji hedonik, dilakukan apabila uji dari desain untuk memilih
satu produk diantara produk lain secara langsung. Uji ini dapat diaplikasikan pada saat
pengembangan produk atau pembanding produk dengan produk pesaing. Uji kesuakaan meminta
penelis untuk harus memilih satu pilihan diantara yang lain. Maka dari itu, produk yang tidak
dipilih dapat menujukkan bahwa produk tersebut disukai atau tidak disukai. Panelis diminta
tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya (ketidaksukaan). Disamping panelis
mengemukakan tanggapan senang, suka atau kebalikannya, mereka juga mengemukakan tingkat
kesukaannya. Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik. Skala hedonik dapat juga
direntangkan atau dialirkan menurut rentangan skala yang akan dikehendakinya. Skala hedonik
juga dapat diubah menjadi skala numerik dengan angka mutu menurut tingkat kesukaan. Dengan
data numerik dapat dilakukan analisis secara parameterik (Soekarto, 1985).
Penilaian dalam uji hedonik ini dilakukan bersifat spontan. Hal ini panelis diminta untuk
menilai suatu produk secara langsung dan pada saat itu juga mencoba tanpa membandingkan
dengan produk sebelum atau sesudahnya (Raharjo, 2000)
(jumlah (X))2
=
452
=
3 5
= 135
((X)2 ) (Y2 )
JK Panelis = ( ) JK Sampel = (
)
893 729
=( ) 135 =( 5
) 135
3
= 162,66 = 10,8
JK Total = Jumlah ((X2)) FK JK Galat = JK Total JK Sampel JK Panelis)
= 374 = 200,54
JK Panelis 162,66
Jk Sampel 10,8
JK Total 374
JK Galat 200,54
F hitung =
10,8
= 200,54
= 0.053
(jumlah (X))2
=
452
=
3 5
= 135
((X)2 ) (Y2 )
JK Panelis = ( ) JK Sampel = (
)
419 806
=( ) 135 =( ) 135
3 5
= 4,66 = 26,2
JK Total = Jumlah ((X2)) FK JK Galat = JK Total JK Sampel JK Panelis)
= 631 = 600,14
JK Panelis 4,66
Jk Sampel 26,2
JK Total 706
JK Galat 600,14
F hitung =
26,2
= 600,14
= 0.043
(jumlah (X))2
=
442
= 3 5
= 129,06
((X)2 ) (Y2 )
JK Panelis = ( ) JK Sampel = (
)
428 680
=( ) 129,06 =( 5
) 129,06
3
= 13,606 = 6.94
JK Total = Jumlah ((X2)) FK JK Galat = JK Total JK Sampel JK Panelis)
= 706 = 694,4
JK Panelis 4,66
Jk Sampel 6,94
JK Total 706
JK Galat 694,4
F hitung =
26,2
=
694,4
= 0,037
(jumlah (X))2
=
472
= 3 5
= 147,26
((X)2 ) (Y2 )
JK Panelis = ( ) JK Sampel = (
)
459 769
=( ) 147,26 =( 5
) 147,26
3
= 5,74 = 6,54
JK Total = Jumlah ((X2)) FK JK Galat = JK Total JK Sampel JK Panelis)
= 458,74 = 466,46
JK Panelis 5,74
Jk Sampel 6,54
JK Total 458,74
JK Galat 466,46
F hitung =
6,54
= 466,46
= 0,014
5.2 Saran
Diharapkan agar uji organoleptik ini dilakukan dengan lebih teliti agar hasil yang didapat
untuk melihat kualitas susu ini dengan maksimal dan juga peralatan dan fasilitas ruangan
sebaiknya lebih dilengkapi seperti pembatas yang dimana antara panelis dibuatnya sekat-sekat
agar pada saat uji organoleptik lebih efisien dan pemberian cahaya yang terang karena pada
proses uji organoleptik diperukannya penerangan, karena terbatasnya alat dan ruangan maka
hasil yang diperoleh kurang maksimal.
LAMPIRAN
Histogram
50
45
40
35
30 175
25 439
20 743
15 JUMLAH
10
5
0
WARNA TEKSTUR AROMA RASA
DAFTAR PUSTAKA
Nuraini, dkk. 2013. Petunjuk Praktikum Evaluasi Sensori. PS Ilmu dan Teknologi Pangan :
Purwokerto
Setyaningsih , Dwi, dkk. 2010. Analisis Evaluasi Sensori Untuk Industri Pangan dan Agro. IPB Press :
Bogor
Soekarto, S. T. 1985. Penilaian Organoleptik. Bharata Karya Aksara : Jakarta
Raharjo. 2001. Penilaian Organoleptik. Bharata Karya Aksara : Jakarta