Anda di halaman 1dari 10

TUGAS TEKNIK EKSPLORASI MINERAL DAN BATUBARA

LUKMAN
C1A214091

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

2016
TUGAS TEKNIK EKSPLORASI MINERAL DAN BATU BATUBARA

1. Metode Spektrofotometri Serapan Atom (AAS)

Spektrofotometri Serapan Atom (AAS) adalah suatu metode analisis yang


didasarkan pada proses penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang berada pada
tingkat energi dasar (ground state). Penyerapan tersebut menyebabkan tereksitasinya
elektron dalam kulit atom ke tingkat energi yang lebih tinggi. Keadaan ini bersifat labil,
elektron akan kembali ke tingkat energi dasar sambil mengeluarkan energi yang
berbentuk radiasi. Dalam AAS, atom bebas berinteraksi dengan berbagai bentuk energi
seperti energi panas, energi elektromagnetik, energi kimia dan energi listrik. Interaksi ini
menimbulkan proses-proses dalam atom bebas yang menghasilkan absorpsi dan emisi
(pancaran) radiasi dan panas. Radiasi yang dipancarkan bersifat khas karena mempunyai
panjang gelombang yang karakteristik untuk setiap atom bebas (Basset, 1994).

Spektrrofotometer serapan atom (AAS) merupakan teknik analisis kuantitatif dari


unsur-unsur yang pemakaiannya sangat luas, diberbagai bidang karena prosedurnya
selektif, spesifik, biaya analisa relatif murah, sensitif tinggi (ppm-ppb), dapat dengan
mudah membuat matriks yang sesuai dengan standar, waktu analisa sangat cepat dan
mudah dilakukan. Analisis AAS pada umumnya digunakan untuk analisa unsur, teknik
AAS menjadi alat yang canggih dalam analisis.ini disebabkan karena sebelum
pengukuran tidak selalu memerluka pemisahan unsur yang ditetukan karena
kemungkinan penentuan satu logam unsur dengan kehadiran unsur lain dapat dilakukan,
asalkan katoda berongga yang diperlukan tersedia. AAS dapat digunakan untuk
mengukur logam sebanyak 61 logam. Sember cahaya pada AAS adalah sumber cahaya
dari lampu katoda yang berasal dari elemen yang sedang diukur kemudian dilewatkan ke
dalam nyala api yang berisi sampel yang telah terakomisasi, kemudian radiasi tersebut
diteruskan ke detektor melalui monokromator. Chopper digunakan untuk membedakan
radiasi yang berasal dari nyala api. Detektor akan menolak arah searah arus ( DC ) dari
emisi nyala dan hanya mnegukur arus bolak-balik dari sumber radiasi atau sampel. Atom
dari suatu unsur padakeadaan dasar akan dikenai radiasi maka atom tersebut akan
menyerap energi dan mengakibatkan elektron pada kulit terluar naik ke tingkat energi
yang lebih tingi atau tereksitasi. Atom-atom dari sampel akan menyerpa sebagian sinar
yang dipancarkan oleh sumber cahaya. Penyerapan energi cahaya terjadi pada panjang
gelombang tertentu sesuai dengan energi yang dibutuhkan oleh atom tersebut (Basset,
1994). Alat ini biasa di gunakan untuk menentukan konsentrasi Timbal (Pb) dalam
sampel dengan menggunakan metode AAS.

2. Kolorimetri

Kolorimetri adalah metode perbandingan menggunakan perbedaan warna. Metode


kolorimetri mengukur warna suatu zat sebagai perbandingan. Biasanya cahaya putih
digunakan sebagai sumber cahaya untuk membandingkan absorpsi cahaya relatif
terhadap suatu zat. Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur perbandingan warna
yang tampak adalah kolorimeter. Selain kolorimetri, metode lain yang menggunakan
warna sebagai pembanding adalah spektofotometri. Kelebihan metode kolorimetri adalah
kemudahannya dalam menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil Metode kolorimetri
biasa digunakan dalam analisis kimia. Metode kolorimetri memiliki batas atas pada
penetapan konstituen yang ada dalam kuantitas yang kurang dari satu atau dua persen.
Salah satu faktor utama dalam metode kolorimetri adalah intensitas warna yang harus
proporsional dengan konsentrasinya. Alat kolorimetri yang menggunakan sensor atau sel
fotolistrik disebut kolorimetri fotolistrik. Kolorimetri fotolistrik digunakan sebagai
pengurangan sesatan yang disebabkan oleh pribadi pengamat. Kolorimetri fotolistrik
menggunakan prinsip panjang gelombang cahaya menggunakan filter yang berbentuk
lempengan. Filter dalam kolorimetri fotolistrik terbuat dari berbagai macam bahan, antara
lain kaca dan gelatin. Bias any digunakan untuk menggambarkan stratigrafi lapisan tanah
atau mengambarkan penyebaran arah biji pada vein.
3. Inductively Coupled Plasma (ICP)

Inductively Coupled Plasma (ICP) adalah sebuah teknik analisis yang digunakan
untuk deteksi dari trace metals dalam sampel lingkungan pada umumnya. Prinsip utama
ICP dalam penentuan elemen adalah pengatomisasian elemen sehingga memancarkan
cahaya panjang gelombang tertentu yang kemudian dapat diukur. Teknologi dengan
metode ICP yang digunakan pertama kali pada awal tahun 1960 dengan tujuan
meningkatkan pekembangan teknik analisis. Sejak itu, ICP telah disempurnakan dan
digunakan bersama-sama dengan prosedur preparasi sampel untuk beragam matriks
untuk analisis kuantitatif. Berikut adalah penjelasan komponen, fungsi, cara kerja hingga
menghasilkan data dari instrumentasi ICP dan aplikasinya dalam analisis sampel
lingkungan

a. ICP Mass Spectrometry

Prinsip Kerja dan Komponen ICP-MS

Efisiensi dari ICP dalam memproduksi singly-charged positive ions bagi sebagian
besar elemen menjadikannya sumber yang efektif untuk ionisasi spectrometry massa.
ICP-spectrometry massa memiliki kemampuan untuk membedakan antara massa dari
berbagai isotopes elemen yang mana lebih dari satu isotop stabil terjadi.

Aplikasi ICP-MS dalam Kimia Lingkungan

Matriks sampel lingkungan, yang mungkin berisi konsentrasi rendah dan


mengandung unsur campur, sehingga pada sejarahnya ada kesulitan dalam
menentukan analit dalam sampel yang dianalisis. ICP-MS dikembangkan di tahun
1980-an dan telah digunakan dalam bidang lingkungan karena sensitivitas yang tinggi
dan kemampuan multi unsur. ICP-MS menawarkan penetapan langsung dari beberapa
elemen di tanah, seperti boraks, fosfor, dan molybdenum, pada tingkat tidak dapat
diakses oleh metode lain
4. ANALISA PIMA (PORTABLE INFRARED MINERAL ANALYSER)

Pemetaan mineral alterasi dengan cara konvensional mungkin tidak dapat


mengidentifikasi mineral-mineral yang halus atau menentukan variasi komposisi
yang penting.Untuk itu dibutuhkan suatu alat yang dapat mengidentifikasi mineral yang
halus tersebut secara cepat dan efisien. Alat tersebut dinamakan PIMA Portable
Infrared Mineral Analyser).PIMA telah digunakan secara sukses dalam berbagai tipe
mineralisasi epitermal high sulfidation, epitermal low sulfidation, sulfide massif
volkanic (VMS) dan lingkungan yang berhubungan dengan intrusi.PIMAmerupakan
spektrometerinfra merah yang bekerja pada kisaran panjang gelombang dari 1300
nmsampai dengan 2500 nm. Dalam panjang gelombang ini mineral-mineral yang
mengandung radikal hidroksil seperti lempung, amfibol, beberapa mineral karbonat
menyerap radiasi pada panjang gelombang tertentu dengan intensitas penyerapan yang
berbeda pada setiap mineral. Hasil pantulan tembakan sinar infra merah menunjukkan
gelombang yang diserap mineral dengan intensitasnya (lampiran c) dengan cara inilah
PIMA menganalisa mineral seperti yang disebutakan sebelumnya, PIMA ini memiliki
keterbatasan hanya dapat menganalisa mineral dalam kondisi memiliki ikatan CO2 dan
OH, mineral dalam kondisi anhydrous tidak dapat dianalisa melalyi PIMA kecuali ia
terlapukkan dahulu menjadi mineral hydrous. Instrument PIMA menghasilakan spectra
reflektansi yang disimpan sebagai biner individu. Spectra dapat diinterpretasi secara
manual atau di computer secara otomatis untuk menghasilkan mineral-mineral yang
mengandung hydroksil dan karbonat 36. Pada penelitian ini, analisa PIMA digunakan
sebagai data tambahan untuk jenis alterasi di daerah penelitian. Analisa ini dilakukan
pada 15 contoh batuan. Berdasarkan dari kandungan mineralnya maka diinterpretasi jenis
alterasinya dan lingkungan mineralisasinya. Mineral yang ditemukan pada analisa PIMA
ini adalah paragonit, montmorilonit, illit kaolinit, hallosit, epidot, muskovit, klorit,
gypsum, dickite. Dari hasil penemuan mineral-mineral tersebut diinterpretasi jenis
alterasinya yang pada umumnya adalah argilik dan berada pada lingkungan minerlisasi
High Sulfidation Epithermal
5. Teori Dasar X-Ray Diffraction (XRD)

Proses analisis menggunakan X-ray diffraction (XRD) merupakan salah satu


metoda karakterisasi material yang paling tua dan paling sering digunakan hingga
sekarang. Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi fasa kristalin dalam material
dengan cara menentukan parameter struktur kisi serta untuk mendapatkan ukuran
partikel. Sinar X merupakan radiasi elektromagnetik yang memiliki energi tinggi sekitar
200 eV sampai 1 MeV. Sinar X dihasilkan oleh interaksi antara berkas elektron eksternal
dengan elektron pada kulit atom. Spektrum sinar X memilki panjang gelombang 10-10 s/d
5-10 nm, berfrekuensi 1017-1020 Hz dan memiliki energi 103-106 eV. Panjang
gelombang sinar X memiliki orde yang sama dengan jarak antar atom sehingga dapat
digunakan sebagai sumber difraksi kristal. SinarX dihasilkan dari tumbukan elektron
berkecepatan tinggi dengan logam sasaran. Olehk arena itu, suatu tabung sinar X harus
mempunyai suatu sumber elektron, voltase tinggi, dan logam sasaran. Selanjutnya
elektron elektron yang ditumbukan ini mengalami pengurangan kecepatan dengan cepat
dan energinya diubah menjadi foton.
Sinar X ditemukan pertama kali oleh Wilhelm Conrad Rontgen pada tahun 1895, di
Universitas Wurtzburg, Jerman. Karena asalnya tidak diketahui waktu itu maka disebut
sinar X. Untuk penemuan ini Rontgen mendapat hadiah nobel pada tahun 1901, yang
merupakan hadiah nobel pertama di bidang fisika. Sejak ditemukannya, sinar-X telah
umum digunakan untuk tujuan pemeriksaan tidak merusak pada material maupun
manusia. Disamping itu, sinar-X dapat juga digunakan untuk menghasilkan pola difraksi
tertentu yang dapat digunakan dalam analisis kualitatif dan kuantitatif material. Pengujian
dengan menggunakan sinar X disebut dengan pengujian XRD (X-Ray Diffraction).
XRD digunakan untuk analisis komposisi fasa atau senyawa pada material dan juga
karakterisasi kristal. Prinsip dasar XRD adalah mendifraksi cahaya yang melalui celah
kristal. Difraksi cahaya oleh kisi-kisi atau kristal ini dapat terjadi apabila difraksi tersebut
berasal dari radius yang memiliki panjang gelombang yang setara dengan jarak antar
atom, yaitu sekitar 1 Angstrom. Radiasi yang digunakan berupa radiasi sinar-X, elektron,
dan neutron. Sinar-X merupakan foton dengan energi tinggi yang memiliki panjang
gelombang berkisar antara 0.5 sampai 2.5 Angstrom. Ketika berkas sinar-X berinteraksi
dengan suatu material, maka sebagian berkas akan diabsorbsi, ditransmisikan, dan
sebagian lagi dihamburkan terdifraksi. Hamburan terdifraksi inilah yang dideteksi oleh
XRD. Berkas sinar X yang dihamburkan tersebut ada yang saling menghilangkan karena
fasanya berbeda dan ada juga yang saling menguatkan karena fasanya sama. Berkas sinar
X yang saling menguatkan itulah yang disebut sebagai berkas difraksi. Hukum Bragg
merumuskan tentang persyaratan yang harus dipenuhi agar berkas sinar X yang
dihamburkan tersebut merupakan berkas difraksi. Ilustrasi difraksi sinar-X pada XRD
6. Pengertian XRF

XRF merupakan alat yang digunakan untuk menganalisis komposisi kimia beserta
konsentrasi unsur-unsur yang terkandung dalam suatu sample dengan menggunakan
metode spektrometri. XRF umumnya digunakan untuk menganalisa unsur dalam mineral
atau batuan. Analisis unsur di lakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis
kualitatif dilakukan untuk menganalisi jenis unsur yang terkandung dalam bahan dan
analisis kuantitatif dilakukan untuk menentukan konsentrasi unsur dalam bahan.
Analisis menggunakan XRF dilakukan berdasarkan identifikasi dan pencacahan karakteristik
sinar-X yang terjadi akibat efek fotolistrik. Efek fotolistrik terjadi karena electron dalam atom
target pada sample terkena sinar berenergi tinggi (radiasi gamma, sinar-X).

7. METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS

Metode geolistrik merupakan salah satu metode dalam survey geofisika yang
memanfaatkan perbedaan sifat kelistrikan berupa hambatan-jenis dalam batuan.
Berdasarkan sumber energinya, sebenarnya metode geolistrik dapat diklasifikasikan lagi,
menjadi :

1. Geolistrik Aktif (berdasarkan sumber energi buatan);

IP (Induced Potential)
Geolistrik resistivitas sounding
Geolistrik resistivitas mapping
Geoelectrical borehole tomography
Mise a la masse
2. Geolistrik Pasif (berdasarkan sumber energi alami bumi);

SP (Spontaneous Potential)

Hambatan-jenis/resistivitas adalah sifat/kemampuan suatu bahan untuk


menghambat arus listrik yang melaluinya. Suatu bahan yang memiliki resistivitas yang
semakin besar akan menjadikan arus listrik semakin sulit untuk mengalir. Resistivitas
bertolak belakang dengan konduktivitas, dimana bila resistivitas besar maka
konduktivitas akan kecil, begitu pula sebaliknya.

Batuan, sebagai suatu medium juga memiliki sifat resistivitas, yang beragam
sesuai dengan jenis-jenis batuan. Oleh karena itu, dengan memanfaatkan perbedaan-
perbedaan sifat resistivitas batuan tersebut, dengan metode geofisika ini kemudian dapat
disediliki bagaimana kondisi geologis bawah permukaan. Variasi resistivitas batuan
tersebut tergantung pada jenis batuan dan mineral, porositas batuan, kandungan fluida
dalam pori-pori batuan (dapat berupa minyak bumi, gas, atau air). Metode ini di gunakan
untuk menggambarkan stratigrafi lapisan bumi biasanya di terapkan pada eksplorasi bijih
atau pengeboran air.

8. Metode Self Potential (SP)

Merupakan salah satu metode geofisika yang prinsip kerjanya adalah mengukur
tegangan statis alam (static natural voltage) yang berada pada titik - titik di permukaan
tanah. Metode Self Potential (SP) merupakan metode dalam Geofisika yang paling
sederhana dilakukan, karena hanya memerlukan alat ukur tegangan yang peka dan dua
elektroda khusus (Porous Pot Electroda). Metode Self Potential merupakan metode pasif
dalam bidang geofisika karena untuk mendapatkan informasi bawah tanah melalui
pengukuran tanpa menginjeksi arus listrik melalui permukaan tanah.

Prinsip kerja pada percobaan metode self potensial yaitu dengan memanfaatkan empat
elektroda, dimana dua elektroda dihubungkan dengan voltmeter melalui kabel sebagai
base (elektroda tetap), dan elektroda lainnya dihubungkan dengan voltmeter sebagai
rover (elektroda bergerak). Rover dipindah ke titik-titik pengukuran secara berurutan
sepanjang lintasan yang telah ditentukan dengan jarak perpindahan elektroda konstan,
sehingga panjang lintasan akan mempengaruhi besarnya nilai rover.

Metode Self Potensial banyak diaplikasikan sebagai surver air geothermal dan digunakan
untuk membantu pemetaan geologi, misalnya melihat delineasi zona geser, patahan dekat
permukaan dan anomali dibawah permukaan tanah. Mengetahui sumber yang dapat
menyebabkan terjadinya perbedaan potensial sangat penting untuk mengurangi noise.
Pengolahan data biasanya dilakukan dengan membuat peta potensial dengan antara
elektroda base dengan elektroda rover.

9. Metode resistivitas IP

Metode resistivitas IP ini dibagi menjadi dua yakni mapping dan sounding.
Metode resistivitas mapping merupakan metode resistivitas yang bertujuan mempelajari
variasi resistivitas lapisan bawah permukaan secara horizontal, metode yang biasa
digunakan adalah metode IP dengan konfigurasi dipole-dipole. Sedangkan metode
resistivitas sounding bertujuan mempelajari variasi resistivitas batuan di bawah
permukaan bumi secara vertikal, metode yang biasa dilakukan adalah metode VES
dengan konfigurasi Schlumberger.

Pengukuran dengan metode IP biasa digunakan untuk keperluan pemetaan, sehingga


digunakan konfigurasi dipoledipole. Dalam konfigurasi dipole-dipole, elektroda arus dan
elektroda potensial bergerak bersama-sama, sehingga diperoleh harga tahanan jenis semu
secara lateral (horizontal). Dengan konfigurasi dipole-dipole akan diperoleh
pseudosection dari parameter resistivitas, metal factor dan chargaebility pada setiap
lintasannya. Metode IP (Induced Polarization) dilakukan pertama kali oleh Conrad
Schlumberger, 1960 dan disebut sebagai provoked polarization.

Metode IP mengukur adanya polarisasi didalam suatu medium karena pengaruh arus
listrik yang melewatinya, dimana polarisasi banyak terjadi pada medium yang
mengandung mineral logam. Metode IP mengamati beda potensial yang terjadi setelah
arus listrik yang kita alirkan dihentikan. Sehingga metode IP sangat cocok digunakan
untuk eksplorasi mineral logam karena keberadaan mineral logam dapat dideteksi sesuai
dengan sifat fisika yang dimiliki, misalnya nilai Chargeability yang besar.

Anda mungkin juga menyukai