Anda di halaman 1dari 10

KASUS ENRON

Enron adalah perusahaan di Amerika Serikat yang bergerak di bidang energi. Enron
merupakan perusahaan dari penggabungan antara InterNorth (penyalur gas alam melalui
pipa) dengan Houston Natural Gas. Kedua perusahaan ini bergabung pada tahun 1985 oleh
oleh Kenneth Lay. Enron memiliki cakupan bisnis yang luas, di antaranya adalah listrik, gas
alam, pulp , kertas, komunikasi, dll. Sebelumnya kebangkrutan pada akhir tahun 2001, Enron
mempekerjakan sekitar 22.000 staf dan menjadi salah satu pemimpin dunia dalam industri
listrik , gas alam , komunikasi, dan pulp dan kertas.

SKANDAL ENRON
Gambaran Umum
Enron mengumumkan kebangkrutannya pada akhir tahun 2002. kebangkrutan
perusahaan tersebut menimbulkan kehebohan yang luar biasa. Bangkrutnya Enron dianggap
bukan lagi semata-mata sebagai sebuah kegagalan bisnis, melainkan sebuah skandal yang
multidimensional, yang melibatkan politisi dan pemimpin terkemuka di Amerika Serikat. Hal
ini bisa dilihat dari beberapa fakta yang cukup mencengangkan seperti:
Dalam waktu sangat singkat perusahaan yang pada tahun 2001 sebelum kebangkrutannya
masih membukukan pendapatan US$ 100 miliar, ternyata tiba-tiba melaporkan
kebangkrutannya kepada otoritas pasar modal. Sebagai entitas bisnis, nilai kerugian Enron
diperkirakan mencapai US$ 50 miliar. Sementara itu, pelaku pasar modal kehilangan US$ 32
miliar dan ribuan pegawai Enron harus menangisi amblasnya dana pensiun mereka tak
kurang dari US$ 1 miliar.
Saham Enron terjun bebas hingga berharga US$ 45 sen. Padahal sebelumnya pada Agustus
2000 masih berharga US$ 90 per lembar. Oleh karenanya banyak pihak yang mengatakan
kebangkrutan Enron ini sebagai kebangkrutan terbesar dalam sejarah bisnis di Amerika
Serikat dan menjadi bahan pembicaraan dan ulasan di berbagai media bisnis dan ekonomi
terkemuka seperti Majalah Time, Fortune, dan Business Week.
Dalam proses pengusutan sebab-sebab kebangkrutan itu Enron dicurigai telah
melakukan praktek window dressing yaitu dengan cara penundaan pencatatan piutang karena
kasnya digunakan untuk kepentingan pribadi, misal ada piutang dari pihak A, pihak B, pihak
C. Pelunasan dari pihak A ditunda pencatatannya sampai terjadi pelunasan dari pihak B. Baru
kemudian piutang piutang pihak A dicatat di rekening perusahaan. Begitu seterusnya sampai
terbongkar penipuan tersebut. Manajemen Enron telah menggelembungkan (mark up)
pendapatannya US$ 600 juta. dan menyembunyikan utangnya sejumlah US$ 1,2 miliar.
Menggelembungkan nilai pendapatan dan menyembunyikan utang senilai itu tentulah tidak
bisa dilakukan sembarang orang. Diperlukan keahlian khusus dari para profesional yang
bekerja pada atau disewa oleh Enron untuk menyulap angka-angka, sehingga selama
bertahun-tahun kinerja keuangan perusahaan ini tampak tetap mencorong. Dengan kata lain,
telah terjadi sebuah kolusi tingkat tinggi antara manajemen Enron, analis keuangan, para
penasihat hukum, dan auditornya. Belakangan diketahui bahwa auditor Enron, Arthur
Andersen kantor Hudson, telah ikut membantu proses rekayasa keuangan tingkat tinggi itu.
Kontroversi lainnya adalah mundurnya beberapa eksekutif terkemuka Enron dan
dipecatnya sejumlah partner Andersen. Terbongkar juga kisah pemusnahan ribuan surat
elektronik dan dokumen lainnya yang berhubungan dengan audit Enron oleh petinggi di firma
audit Arthur Andersen. Kini, Arthur Andersen sedang berjuang keras menghadapi serangan
bertubi-tubi, bahkan berbagai tuntutan di pengadilan. Diperkirakan tidak kurang dari $32
miliar harus disediakan Arthur Andersen untuk dibayarkan kepada para pemegang saham
Enron yang merasa dirugikan karena auditnya yang tidak benar. Belakangan, salah satu
mantan petinggi Enron tewas bunuh diri karena tak tahan menghadapi tekanan yang bertubi-
tubi.
Komplikasi skandal ini bertambah karena belakangan diketahui banyak sekali pejabat
tinggi gedung putih dan politisi di Senat Amerika Serikat yang pernah menerima kucuran
dana politik dari perusahaan ini. 70% senator, baik dari Partai Repubik maupun Partai
Demokrat, pernah menerima dana politik. Dalam komite yang membidangi energi, 19 dari 23
anggotanya juga termasuk yang menerima sumbangan dari perusahaan itu.
Sementara itu, tercatat 35 pejabat penting pemerintahan George W.Bush merupakan
pemegang saham Enron, yang telah lama merupakan perusahaa publik. Dalam daftar
perusahaan penyumbang dana politik, Enron tercatat menempati peringkat ke-36, dan
penyumbang peringkat ke-12 dalam penggalangan dana kampanye Bush. Akibat pertalian
semacam itu, banyak orang curiga pemerintahan Bush dan para politisi telah dan akan
memberikan perlakuan istimewa, baik dalam bisnis Enron selama ini maupun dalam proses
penyelamatan perusahaan itu.
Kronologis Kasus Enron
Adapun Kronologis yang didasarkan pada fakta, data dan informasi dari berbagai sumber
yang berkaitan dengan hancurnya Enron (debacle), dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Board of Director (dewan direktur, direktur eksekutif dan direktur non eksekutif)
membiarkan kegitan-kegitan bisnis tertentu mengandung unsur konflik kepentingan dan
mengijinkan terjadinya transaksi-transaksi berdasarkan informasi yang hanya bisa di akses
oleh Pihak dalam perusahaan (insider trading), termasuk praktek akuntansi dan bisnis tidak
sehat sebelum hal tersebut terungkap kepada publik.
2. Enron merupakan salah satu perusahaan besar pertama yang melakukan out sourcing
secara total atas fungsi internal audit perusahaan.
a) Mantan Chief Audit Executif Enron (Kepala internal audit) semula adalah partner
KAP Andersen yang di tunjuk sebagai akuntan publik perusahaan.
b) Direktur keuangan Enron berasal dari KAP Andersen.
c) Sebagian besar Staf akunting Enron berasal dari KAP Andersen.
3. Pada awal tahun 2001 patner KAP Andersen melakukan evaluasi terhadap kemungkinan
mempertahankan atau melepaskan Enron sebagai klien perusahaan, mengingat resiko yang
sangat tinggi berkaitan dengan praktek akuntansi dan bisnis enron. Dari hasil evaluasi di
putuskan untuk tetap mempertahankan Enron sebagai klien KAP Andersen.
4. Salah seorang eksekutif Enron di laporkan telah mempertanyakan praktek akunting
perusahaan yang dinilai tidak sehat dan mengungkapkan kekhawatiran berkaitan dengan hal
tersebut kepada CEO dan partner KAP Andersen pada pertengahan 2001. CEO Enron
menugaskan penasehat hukum perusahaan untuk melakukan investigasi atas kekhawatiran
tersebut tetapi tidak memperkenankan penasehat hukum untuk mempertanyakan
pertimbangan yang melatarbelakangi akuntansi yang dipersoalkan. Hasil investigasi oleh
penasehat hukum tersebut menyimpulkan bahwa tidak ada hal-hal yang serius yang perlu
diperhatikan.
5. Pada tanggal 16 Oktober 2001, Enron menerbitkan laporan keuangan triwulan ketiga.
Dalam laporan itu disebutkan bahwa laba bersih Enron telah meningkat menjadi $393 juta,
naik $100 juta dibandingkan periode sebelumnya. CEO Enron, Kenneth Lay, menyebutkan
bahwa Enron secara berkesinambungan memberikan prospek yang sangat baik. Ia juga tidak
menjelaskan secara rinci tentang pembebanan biaya akuntansi khusus (special accounting
charge/expense) sebesar $1 miliar yang sesungguhnya menyebabkan hasil aktual pada
periode tersebut menjadi rugi $644 juta. Para analis dan reporter kemudian mencari tahu lebih
jauh mengenai beban $1 miliar tersebut, dan ternyata berasal dari transaksi yang dilakukan
oleh perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh CFO Enron.
6. Pada tanggal 2 Desember 2001 Enron mendaftarkan kebangkrutan perusahaan ke
pengadilan dan memecat 5000 pegawai. Pada saat itu terungkap bahwa terdapat hutang
perusahaan yang tidak dilaporkan senilai lebih dari satu milyar dolar. Dengan pengungkapan
ini nilai investasi dan laba yang di tahan (retained earning) berkurang dalam jumlah yang
sama.
7. Enron dan KAP Andersen dituduh telah melakukan kriminal dalam bentuk penghancuran
dokumen yang berkaitan dengan investigasi atas kebangkrutan Enron (penghambatan
terhadap proses peradilan
8. Dana pensiun Enron sebagian besar diinvestasikan dalam bentuk saham Enron. Sementara
itu harga saham Enron terus menurun sampai hampir tidak ada nilainya.
9. KAP Andersen diberhentikan sebagai auditor enron pada pertengahan juni 2002. sementara
KAP Andersen menyatakan bahwa penugasan Audit oleh Enron telah berakhir pada saat
Enron mengajukan proses kebangkrutan pada 2 Desember 2001.
10. CEO Enron, Kenneth Lay mengundurkan diri pada tanggal 2 Januari 2002 akan tetapi
masih dipertahankan posisinya di dewan direktur perusahaan. Pada tanggal 4 Pebruari Mr.
Lay mengundurkan diri dari dewan direktur perusahaan.
11. Tanggal 28 Pebruari 2002 KAP Andersen menawarkan ganti rugi 750 Juta US dollar
untuk menyelesaikan berbagai gugatan hukum yang diajukan kepada KAP Andersen
12. Pemerintahan Amerika (The US General Services Administration) melarang Enron dan
KAP Andersen untuk melakukan kontrak pekerjaan dengan lembaga pemerintahan di
Amerika.
13. Tanggal 14 Maret 2002 departemen kehakiman Amerika memvonis KAP Andersen
bersalah atas tuduhan melakukan penghambatan dalam proses peradilan karena telah
menghancurkan dokumen-dokumen yang sedang di selidiki.
14. KAP Andersen terus menerima konsekwensi negatif dari kasus Enron berupa kehilangan
klien, pembelotan afiliasi yang bergabung dengan KAP yang lain dan pengungkapan yang
meningkat mengenai keterlibatan pegawai KAP Andersen dalam kasus Enron.
15. Tanggal 22 Maret 2002 mantan ketua Federal Reserve, Paul Volkcer, yang direkrut untuk
melakukan revisi terhadap praktek audit dan meningkatkan kembali citra KAP Andersen
mengusulkan agar manajeman KAP Andersen yang ada diberhentikan dan membentuk suatu
komite yang diketuai oleh Paul sendiri untuk menyusun manajemen baru.
16. Tanggal 26 Maret 2002 CEO Andersen Joseph Berandino mengundurkan diri dari
jabatannya.
17. Tanggal 8 April 2002 seorang partner KAP Andersen, David Duncan, yang bertindak
sebagai penanggungjawab audit Enron mengaku bersalah atas tuduhan melakukan hambatan
proses peradilan dan setuju untuk menjadi saksi kunci dipengadilan bagi kasus KAP
Andersen dan Enron .
18. Tanggal 9 April 2002 Jeffrey McMahon mengumumkan pengunduran diri sebagai
presiden dan Chief Opereting Officer Enron yang berlaku efektif 1 Juni 2002.
19. Tanggal 15 Juni 2002 juri federal di Houston menyatakan KAP Andersen bersalah telah
melakukan hambatan terhadap proses peradilan.

Permasalahan Audit
Skandal Enron, tak bisa dimungkiri, merupakan kejahatan ekonomi multidisiplin.
Segelintir penguasa informasi telah menipu banyak pihak yang sangat awam tentang seluk-
beluk transaksi keuangan perusahaan. Mereka terdiri dari para professional-CEO, akuntan,
auditor, pengacara, bankir, dan analis keuangan yang telah mengkhianati tugas mulianya
sebagai penjaga kepentingan publik yang tak berdosa.
Meskipun bangkrutnya sebuah usaha menjadi tanggung jawab banyak pihak, dalam
kedudukannya sebagai auditor, tanggung jawab Arthur Andersen dalam kasus Enron
sangatlah besar. Berbeda dengan profesi lainnya, auditor independen bertanggung jawab
memberikan assurance services. Sementara manajeman, dibantu pengacara, penasihat
keuangan, dan konsultan, menyajikan informasi keuangan, akuntan publik bertugas menilai
apakah informasi keuangan itu dapat dipercaya atau tidak. Laku tidaknya informasi tentang
kinerja suatu perusahaan sangat bergantung pada hasil penilaian akuntan publik itu. Kata
publik yang menyertai akuntan menunjukkan bahwa otoritasnya diberikan oleh publik dan
karena itu tanggung jawabnya pun kepada publik (guarding public interest). Sementara itu,
kata wajar tanpa pengecualian, yang menjadi pendapat akuntan publik, mengandung makna
bahwa informasi keuangan yang telah diauditnya layak dipercaya, tidak mengandung keragu-
raguan.
Karena itu, dalam menjalankan audit, akuntan wajib mendeteksi kemungkinan
kecurangan dan kekeliruan yang material. Kalau saja auditor Enron bekerja dengan penuh
kehati-hatian (due professional care), niscaya manipulasi yang dilakukan manajemen dapat
dibongkar sejak dulu dan kerugian yang lebih besar dapat dicegah lebih dini. Buktinya,
Watskin dengan mudah dapat
menemukan manipulasi itu. Sebaliknya, hilangnya obyektivitas dan independensi dapat
membuat penglihatan auditor menjadi kabur. Penyimpangan (irregularities) dan kecurangan
(fraud) akan dianggap sebagai kelaziman. Kegagalan untuk bersikap obyektif dan
independensi sama artinya dengan hilangnya eksistensi profesi. Membenarkan, bahkan
menutupi, perilaku manajemen yang manipulatif jelas-jelas merupakan pengkhianatan
terhadap tugas suci profesi akuntan publik. Karena itu, sangat wajar jika, dalam kasus
Enron, auditor paling dipersalahkan karena telah gagal melindungi kepentingan publik-sang
pemberi otoritas.
Dalam hal ini, Arthur Andersen LPP salah satu firma akuntansi di Amerika Serikat
telah melakukan pelanggaran etika dalam pelaksanaan pengauditan. Hal ini dapat dibuktikan
dengan hal hal berikut :
Adanya praktik discrimination of information/unfair discrimination, terlihat dari tindakan
dan perilaku yang tidak sehat dari manajemen yang berperan besar pada kebangkrutan
perusahaan, terjadinya pelanggaran terhadap norma etika corporate governance dan corporate
responsibility oleh manajemen perusahaan, dan perilaku manajemen perusahaan merupakan
pelanggaran besar-besaran terhadap kepercayaan yang diberikan kepada perusahaan.
Adanya penyesatan informasi. Dalam kasus Enron misalnya, pihak manajemen Enron
maupun Arthur Andersen mengetahui tentang praktek akuntansi dan bisnis yang tidak sehat.
Tetapi demi mempertahankan kepercayaan dari investor dan publik kedua belah pihak
merekayasa laporan keuangan mulai dari tahun 1985 sampai dengan Enron menjadi hancur
berantakan. Bahkan CEO Enron saat menjelang kebangkrutannya masih tetap melakukan
Deception dengan menyebutkan bahwa Enron secara berkesinambungan memberikan
prospek yang sangat baik. Andersen tidak mau mengungkapkan apa
sebenarnya terjadi dengan Enron, bahkan awal tahun 2001 berdasarkan hasil evaluasi
Enron tetap dipertahankan.
Arthur Andersen, merupakan kantor akuntan publik tidak hanya melakukan manipulasi
laporan keuangan, Andersen juga telah melakukan tindakan yang tidak etis, dalam kasus
Enron adalah dengan menghancurkan dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan
kasus Enron. Arthur Andersen memusnahkan dokumen pada periode sejak kasus Enron
mulai mencuat ke permukaan, sampai dengan munculnya panggilan pengadilan.
Walaupun penghancuran dokumen tersebut sesuai kebijakan internal Andersen, tetapi
kasus ini dianggap melanggar hukum dan menyebabkan kredibilitas Arthur Andersen
hancur. Disini Andersen telah ingkar dari sikap profesionallisme sebagai akuntan
independen dengan melakukan tindakan menerbitkan laporan audit yang salah dan
meyesatkan.
Ada beberapa poin yang membuktikan bahwa budaya perusahaan berkontribusi terhadap
kejatuhan perusahaan, diantaranya:
Pertumbuhan perusahaan dijadikan prioritas utama dan menekankan pada perekrutran
dan mempertahankan klien-klien besar, namun mutu dan independensi audit
dikorbankan.
Standar-standar profesi akuntansi dan integritas yang menjadi contoh perusahaan-
perusahaan lainnya luntur seiring motivasi meraup keuntungan yang lebih besar.
Perusahaan terlalu fokus terhadap pertumbuhan, sehingga tanpa sadar menghasilkan
perubahan mendasar dalam budaya perusahaan. Perubahan sikap lebih memprioritaskan
mendapatkan bisnis konsultasi yang memiliki pertumbuhan keuntungan lebih besar lebih
tinggi dibanding menyediakan layanan auditing yang obyektif yang merupakan dasar dari
awal mula berdirinya Kantor Akuntan Publik Arthur Andersen. Pada akhirnya ini
menggiring pada kehancuran perusahaan.
Andersen menjadi membatasi pengawasan terhadap tim audit akibat kurangnya check
and balances yang bisa terlihat ketika tim audit telah menyimpang dari kebijakan semula.
Sikap Arthur Andersen yang memusnahkan dokumen pada periode sejak kasus Enron
mulai mencuat ke permukaan, sampai dengan munculnya panggilan pengadilan.
Walaupun penghancuran dokumen tersebut sesuai kebijakan internal Andersen, tetapi
kasus ini dianggap melanggar hokum dan menyebabkan kredibilitas Arthur Andersen
hancur. Akibatnya, banyak klien Andersen yang memutuskan hubungan dan Arthur
Andersen pun ditutup.
Dari kasus ini banyak terjadi perilaku tidak etis. Perilaku tidak etis paling paling
mengemuka disini adalah adalah adanya manipulasi laporan keuangan untuk menunjukkan
seolah-olah kinerja perusahaan baik. Andersen telah menciderai kepercayaan dari pihak stock
holder untuk memberikan suatu informasi yang adil mengenai pertanggungjawaban dari
pihak
agen dalam mengemban amanah.
Faktor tersebut adalah merupakan perilaku tidak etis yang sangat bertentangan dengan nilai-
nilai
keadilan dalam Islam dan dalam bisnis membahayakan. Faktor penyebab kecurangan tersebut
diantaranya dilatarbelakangi oleh sikap tidak etis, tidak jujur, karakter moral yang rendah,
dominasi kepercayaan, dan lemahnya pengendalian. Hal tersebut akan dapat dihindari melalui
meningkatkan moral, akhlak, etika, perilaku, dan lain sebagainya, karena tindakan yang
bermoral
akan memberikan implikasi terhadap kepercayaan publik.
Dalam kasus Andersen diketahui terjadinya perilaku moral hazard diantaranya
manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan padahal perusahaan mengalami
kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap
diminati
investor.
Ini merupakan salah satu contoh kasus pelanggaran etika profesi Auditor yang terjadi di
Amerika Serikat, sebuah negara yang memiliki perangkat Undang-undang bisnis dan pasar
modal yang lebih lengkap. Hal ini terjadi akibat keegoisan satu pihak terhadap pihak lain,
dalam
hal ini pihak-pihak yang selama ini diuntungkan atas penipuan laporan keuangan terhadap
pihak
yang telah tertipu. Hal ini buah dari sebuah ketidakjujuran, kebohongan atau dari praktik
bisnis
yang tidak etis yang berakibat hutang dan sebuah kehancuran yang menyisakan penderitaan
bagi
banyak pihak disamping proses peradilan dan tuntutan hokum
Untuk itulah kode etik profesi harus dibuat untuk menopang praktik yang sehat bebas dari
kecurangan. Kode etik mengatur anggotanya dan menjelaskan hal apa yang baik dan tidak
baik
dan mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan sebagai anggota profesi baik dalam
berhubungan
dengan kolega, klien, publik dan karyawan sendiri.
Yang harus menjadi sebuah pelajaran bahwa sesungguhnya suatu praktik atau perilaku yang
dilandasi dengan ketidakbaikan maka akhirnya akan menuai ketidakbaikan pula termasuk
kerugian bagi banyak pihak.
Dampak Akibat Kasus Enron dan KAP Andersen
Adapun dampak dari kasus ini adalah sebagai berikut :
1. Pemerintah AS menerbitkan Sarbanes-Oxley Act (SOX) untuk melindungi para investor
dengan
cara meningkatkan akurasi dan reabilitas pengungkapan yang dilakukan perusahaan publik.
Selain itu, dibentuk pula PCAOB (Public Company Accounting Oversight Board) yang
bertugas:
Mendaftar KAP yang mengaudit perusahaan publik
Menetapkan atau mengadopsi standar audit, pengendalian
mutu, etika, independensi dan standar lain yang berkaitan dengan audit perusahaan publik.
Menyelidiki KAP dan karyawannya, melakukan disciplinary hearings, dan mengenakan
sanksi
jika perlu.
Melaksanakan kewajiban lain yang diperlukan untuk meningkatkan standar professional di
KAP
Meningkatkan ketaatan terhadap SOX, peraturan-peraturan PCAOB, standar professional,
peraturan pasar modal yang berkaitan dengan audit perusahaan publik.
2. Perubahan-perubahan yang ditentukan dalam Sarbanes-Oxley Act
Untuk menjamin independensi auditor, maka KAP dilarang memberikan jasa non audit
kepada
perusahaan yang diaudit. Berikut ini adalah sejumlah jasa non audit yang dilarang :
a) Pembukuan dan jasa lain yang berkaitan.
b) Desain dan implementasi sistem informasi keuangan.
c) Jasa appraisal dan valuation
d) Opini fairness
e) Fungsi-fungsi berkaitan dengan jasa manajemen
f) Broker, dealer, dan penasihat investasi
Membutuhkan persetujuan dari audit committee perusahaan
sebelum melakukan audit. Setiap perusahaan memiliki audit committee ini karena definisinya
diperluas, yaitu jika tidak ada, maka seluruh dewan komisaris menjadi audit committee.
Melarang KAP memberikan jasa audit jika audit partnernya telah memberikan jasa audit
tersebut
selama lima tahun berturut-turut kepada klien tersebut.
KAP harus segera membuat laporan kepada audit committee yang menunjukkan kebijakan
akuntansi yang penting yang digunakan, alternatif perlakuan-perlakuan akuntansi yang sesuai
standar dan telah dibicarakan dengan manajemen perusahaan, pemilihannya oleh manajemen
dan
preferensi auditor.
KAP dilarang memberikan jasa audit jika CEO, CFO, chief accounting officer, controller
klien
sebelumnya bekerja di KAP tersebut dan mengaudit klien tersebut setahun sebelumnya.
3. SOX melarang pemusnahan atau manipulasi dokumen yang dapat menghalangi investigasi
pemerintah kepada perusahaan yang menyatakan bangkrut. Selain itu, kini CEO dan CFO
harus
membuat surat pernyataan bahwa laporan keuangan yang mereka laporkan adalah sesuai
dengan
peraturan SEC dan semua informasi yang dilaporkan adalah wajar dan tidak ada kesalahan
material. Sebagai tambahan, menjadi semakin banyak ancaman pidana bagi mereka yang
melakukan pelanggaran ini.
4. International Federation Accountants (IFAC), pada akhir tahun 2001 merevisi kode etik
bagi
para akuntan yang bekerja agar menjadi whitstleblower sebagai berikut para profesional
dituntut bukan hanya bersikap profesional dalam kaidah-kaidah aturan profesi saja tetapi
profesional juga dalam menyatakan kebenaran pada saat masyarakat akan dirugikan atau ada
tindakan-tindakan perusahaan yang tidak sesuai dengan hukum yang berlaku.
5. AICPA dan The Big Five KAP di Amerika mendukung inisiatif Reform yang melarang
KAP
untuk menawarkan jasa internal audit dan jasa konsultasi lainnya kepada perusahaan yang
menjadi klien audit KAP yang bersangkutan.
6. Jhon Whitehead dan Ira Millstein, ketua bersama Blue Ribbon Committe
SEC,mengeluarkan
rekomendasi tentang perlunya kongres menyusun Undang-Undang yang mengharuskan
perusahaan Go Public melaksanakan dan melaporkan ketaatanyan terhadap pedoman
corporate
governance.
7. Securities Exchange Commission (SEC) dan New York Stock Exchange (NYSE),
menyerukan
bahwa auditor internal harus lebih mempertajam peran dalam pemeriksaan ketaatan,
mengelola
resiko, dan mengembangkan operasi bisnis, dan setiap perusahaan diwajibkan untuk memiliki
fungsi audit intern (James : 2003).

Anda mungkin juga menyukai