Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh :
Kelompok 4
Winda Safittri (1601104010035)
Lely Suryani Purba (1601104010032)
Reza Fahmi (1601104010029)
Ovi Nadia (1601104010033)
Dosen Pembimbing:
Ridwan Nurdin, SE., MA.
2017
Kata Pengantar
Tak lupa pula ucapan terima kasih kami kepada Dosen dan orang-orang yang
telah berpartisipasi atas terselesaikannya makalah ini.
Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan pengetahuan yang
lebih bagi kita semua.
Kelompok IV
Daftar Isi
2
Kata Pengantar......................................................................................................ii
BAB PEMBAHASAN............................................................................................1
Kesimpulan.......................................................................................................24
3
BAB
PEMBAHASAN
Produksi merupakan mata rantai konsumsi, yaitu menyediakan barang dan jasa
yang merupakan kebutuhan konsumen. Sebagaimana produsen juga sebagaimana
halnya konsumen, memiliki tujuan untuk memperoleh Maslahah maksimum
melalui aktivitasnya. Jadi, produsen dalam perspektif ekonomi Islam bukanlah
seorang pemburu laba maksimal melainkan memburu Maslahah. Ekspresi
maslahah dalam kegiatan produksi adalah keuntungan dan juga keberkahan
sehingga produsen akan menentukan kombinasi di antara keuntungan dan
keberkahan yang didapat sehingga dapat menghasilkan/memberikan maslahah
yang maksimal. Oleh karena itu tujuan produsen dalam perspektif islam bukan
hanya mencari laba, maka pertimbangan produsen juga bukan hanya semata pada
hal yang bersifat sumber daya yang memiliki hubungan teknis dengan aspek
produksi semisal output (barang/jasa yang dihasilkan) namun juga
mempertimbangkan kandungan berkah (non-teknis) yang ada pada sumber daya
maupun output.
1
memanfaatkan barang tersebut nilai barang ini dapat bersumber dari citra atau
merk barang tersebut, sejarah, kelangkaan, reputasi, produsen, kelangkaan, dan
lain-lain.
Dua barang yang memiliki atribut fisik yang sama belum tentu juga akan sama
dari segi nilai barang tersebut. Dikarenakan ada hal-hal lain yang membuat nilai
barang menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan barang lain yang juga memiliki
atribut fisik yang sema seperti contoh raket yang pernah dipake oleh petenis
profesional tentu harganya akan lebih tinggi jika dijual maupun dilelang bilamana
dibandingkan dengan raket yang baru dengan atribut fisik maupun merk yang
sama,. Barang tersebut menjadi lebih tinggi dikarenakan nilai-nilai yang
terkandung pada raket tersebut baik dari segi sejarah maupun prestice-nya karena
pernah digunakan oleh pemain yang profesional yang mencapai puncak
kesuksesan pada saat dimiliki oleh pemilk sebelumnya.
Atribut fisik dari suatu barang biasanya bersifat Objektif, dapat dibandingkan
dengan satu sama lain, akan tetapi nilai yang melekat pada suatu barang itu
bersifat subjectif. Dalam perspektif Ekonomi Islam produk juga merupakan
kombinasi antara atribt fisik dan nilai (value).
Konsep ekonomi islam tentang hal atribut fisik dan nilai ini tidaklah jauh
berbeda dengan pandangan pada umumnya, akan tetapi pada konsep ekonomi
islam ada konsep nilai yang harus ada dalam setiap barang adalah nilai-nilai
keislaman (islamic values).
Dengan adanya nilai islam tersebut pada akhirnya dapat memberikan berkah
pada suatu barang tersebut. Setiap barang dan jasa yang tidak mengandung berkah
tidak dapat dikatakan sebagai barang/jasa yang memberikan maslahah, sebab
berkah merupakan elemen penting dalam konsep maslahah.
Jadi jelaslah bahwa suatu produk harus memiliki atribut fisik sekaligus
berkah agar membawa maslahah. Dengan cara pandang seperi ini maka kuantitas
produk diekspresika sebagai berikut :
Q m = qF + qB
. Di mana
2
Qm adalah barang yang memiliki maslahah.
1. Manusia adalah faktor produksi yang memiliki peran paling penting dalam
keseluruhan faktor produksi. Dalam hal ini manusia dapat dikatakan sebagai
3
faktor produksi yang utama (main input), sedangkan input nonmasnusia adalah
sebagai faktor pendukungnya (supporting input). Dikarenakan manusialah yang
mempunyai ide, mengorganisasi, memproses, dan meminpin semua faktor
produksi sehingga dapat menghsilkan suatu barang atau jasa yang bermanfaat
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Karena tanpa adanya manusia segala
sumber daya yang masih berupa bahan mentah (baku) tidak akan dapat
dimanfaatkan dengan semestinya, dapat dimisalkan dengan minyak bumi yang
masih dalam kedaan mentah tidak akan dapat dimanfaatkan dengan semestinya,di
sinilah peran manusia untuk mengolahnya menjadi barang yang bermanfaat.
Karena-nya, tidaklah mengherankan bahwa ibnu khaldun (1263-1328)
menganggap manusia sebagai faktor yang terpenting dalam faktor produksi.
2. Manusia adalah makhluk hidup yang tentu saja memiliki berbagai
kharakterisktik yang berbeda dengan faktor produksi lainnya. Manusia adalah
ciptaan Allah yang diberi kedudukan yang palin mulia di antara makhluk-makhluk
lain atau dengan mahkluk tidak hidup lainnya seperti sumber daya alam, uang,
gedung, dan segala faktor produksi lainnya.
Begitu pula dalam hal keberkahan suatu produk, jika suatu produk
diproduksi dengan input keberkahan yang rendah juga akan menghasilkan output
yang rendah pula dibandingkan dengan yang menggunakan input berkah yang
4
tinggi. Akibatnya maslahah yang dihasilkan dari barang tersebut rendah dan akan
dianggap sebagai barang yang bernilai rendah pula, begitu pula sebaliknya.
Substitusi antara manusia atau tenaga kerja dengan capital pada dasarnya dapat di
bagi menjadi dua jenis yaitu :
5
1.Substitusi yang bersifat alamiah (natural substitution); dan
Dengan kualifikasi manusia yang sudah tinggi, maka menjadi tidak bijaksana
jika manusia manusia dengan kualifikasi tinggi di gunakan untuk memprouksi
barang barang yang remeh, bernilai rendah. Mereka tentu akan di harapkan untuk
memproduksi barang barang yang mempunyai nilai tinggi sehingga bisa
meningkatkan harkat hidup dan kemanusiaan manusia. Kalau kita melihat pada
titik terakhir saja tanpa melihat proses yang terjadi di belakangnya, maka kita
hanya bisa melihat bahwa telah terjadi substitusi dari capital untuk manusia
(tenaga kerja). Namun, jika kita lihat dalam perspektif yang panjang sebagaimana
yang di paparkan dimuka maka sebenarnya yang tampak sebagai substitusi ini
hanyalah equipping. Dalam hal ini manusia di lengkapi dengan peralatan agar bisa
mengatasi masalah yang di hadapi dalam rangka menciptakan nilai mashlahat
yang lebih tinggi. Tanpa adanya equipping maka bisa di pastikan akan terjadi
pemborosan sumber daya. Sumber daya manusia yang bernilai sangat tinggi
dalam contoh terpaksa harus menjalankan produksi barang barang yang remeh
(meskipun remeh tetapi tetap menjadi kebutuhan manusia sehingga tetap harus di
produksi). Equipping tersebut sebagai substitusi yang natural.
6
Sebaliknya Islam tidak merekomendasikan adanya substitusi yang di
paksakan. Hal ini di sebabkan karena substitusi yang di paksakan akan
menimbulkan kesengsaraan hidup manusia yang justru menurunkan harkat
kemanusiaan manusia, yang tentu saja bertentangan dengan tujuan Islam itu
sendiri. Pandangan konvensional tentang tenaga kerja adalah substitusi sempurna,
merupakan contoh substitusi yang di paksakan. Ketika ketersediaan tenaga kerja
masih cukup banyak, tingkat upah yang manusiawi juga masih bisa di jangkau,
dan perusahaan tidak dalam kondisi darurat, maka penggunaan capital untuk
mensubstitusi tenaga kerja adalah merupakan substitusi yang di paksakan.
Substitusi narural prosesnya terjadi dalam jangka waktu yang sangat panjang.
Oleh sebab itu, konsep produksi yang menunjukkan adanya substitusi natural
antara capital dan manusia (tenaga kerja) adalah merupakan konsep dengan
horizon waktu jangka sangat panjang. Paradigma berproduksi sebenarnya adalah
paradigma jangka pendek atu bahkan sangat pendek. Dengan demikian, menjadi
tidak tepat jika konsep produksi jangka sangat panjang di gunakan untuk
menggambarkan perilaku yang sebenarnya jangka pendek.
7
harus dikerjakan dengan baik, karenanya setiap urusan harus diserahkan kepada
ahlinya.
c. Pembelajaran sepanjang waktu untuk efisiensi
Setiap tenaga kerja sudah memenuhi standar minimum dalam melaksanakan
produksi, namun ia harus selalu belajar terus untuk meningkatkan kemampuannya
dalam hal-hal yang terkait dengan produksi. Pembelanjaran ini merupakan amanat
sepanjang hidup (long life learning) dari ajaran islam, artinya bahwa setiap agen
muslim perlu terus-menerus belanjar.
Kurva Isoinput
Kurva yang menggambarkan alternatif produk yang yang bisa dihasilkan (X
dan Y) dengan input yang tertentu. Dimana sumbu vertikal menunjukkan jumlah
barang Y, dan sumbu horizontal untuk jumlah barang X.
8
X
Gambar 1.2
Suatu titik kombinasi didalam kurva yang belum menggunakan semua input
yang tersedia untuk berproduksi sehingga masih ada sisa input yang belum
digunakan sehingga dia tidak mencapai mashlahah yang maksimum. Atau
kombinasi produk yang berada diluar kurva isoinput, merupakan kombinasi yang
tidak mungkin dicapai oleh produsen karena jumlah input yang tersedia untuk
memproduksi tidak mencukupi.
A D
C B
Gambar 1.3
9
b. Output yang lebih besar memerlukan input yang lebih besar
Secara intuisi dikatakan bahwa jumlah input yang lebih banyak yang
dimasukkan kedalam produksi akan menghasilkan jumlah output yang lebih
banyak. Sebaliknya juga bisa dikatakan dangan sama benarnya jika dikehendaki
jumlah output yang lebih besar, maka pasti memerlukan jumlah input yang lebih
besar pula.
d. Transformasi Input
Pada gambar kurva isoinput sebelumnya, dapat dilihat bahwa kurva isoinput
mempunyai slope yang negative yang memberikan makna adanya substitusi antara
barang X dan Y yang telihat pada pergerakan dari titik A ke titik B.
10
ditunjukkan oleh besarnya slope dari kurva isoinput. Secara aljabar, slope dari kurva
isoinput bisa dilihat pada penurunan dibawah ini:
dY
Slope IT = =MRIT
dx
Jika mengambil derivative total dari fungsi isoinput diatas maka diperoleh:
I I
dI = dX+ dY
X Y
Deritative total diatas menunjukkan perubahan yang terjadi pada input sepanjang
kurva isoinput. Padahal perubahan input sepanjang kurva isoinput adalah sebesar nol,
karena jumlah input yang tersedia adalah sama disemua titik pada kurva tesebut. Dengan
demikian, lanjutan dari penurunan tersebut menjadi:
I I
0=dI = dX + dY
X Y
I I
dY = dX
Y X
dY I / X
=
dX I / Y
dY
=slope IT =Input marginal X / Input marginal Y
dX
Peubahan slope jika jumlah produksi barang X meningkat seperti pada gambar dibawah
ini:
11
X
Gambar 1.4
Gambar anak tangga menunjukkan besarnya slope dari kurva isoinput. Pada saat
posisi Y menurui anak tangga terlihat bahwa semakin lama semakin landai dan rendah,
menunjukkan bahwa jumlah input yang diambil dari produksi barang Y sebesar satu unit
semakin menurun. Hal ini menunjukkan adanya efek learning curve dari input
menunjukkan adanya efisiensi penggunaan input. Namun, karena keterbatasan
kemampuan manusia maka efeknya pada jumlah produksi semakin menurun.
12
Efisiensi terjadi pada rentang produksi dimana tenaga kerja masih bisa
meningkatkan kemampuan mereka. Tingkat efisiensi ditunjukkan oleh adanya
penghematan input oleh menurunnya tingkat penggunaan input pada masing-
masing unit produksi terakhir. Hal ini ditunjukkan dalam aljabar berikut:
d 2 I d dI
= <0
dx 2 dX dX
M = f(X,Y)
I = i(X,Y)
13
dengan jumlah oupput yang tersedia dengan jumlah input yang tersedia. Jumlah
input yang tersedia sudah tertentu besarnya yang ditujukan oleh kurva isoinput.
Dengan demikian pilihan untuk berproduksi pada kombinasi output D merupakan
pilihan yang tidak realistis karena pilihan tersebut tidak bisa tercapai.
Dalam keadaan seperti ini, alternatifnya pada kombinasi B tepat berada pada
kurva isoinput. Meskipun sama-sama berada pada kurva isoinput yang sama
dengan kombinasi B, kombinasi A, dan C bukan merupakan kombinasi yang tepat
karena keduanya berasal dari kurva iso-maslahah yang lebih rendah yang berarti
menawarkan jumlah maslahah yang lebih rendah dibanding dengan jumlah
maslahah yang ada pada kombinasi B. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa
untuk memperoleh mashlahah yang optimum, maka teknik yang perlu dipakai
adalah mencari titik singgung antara kurva iso-maslhahah dan kurva isoinput.
Pada titik singgung ini slope (gradient) dari kedua kurva adalah sama. Sifat inilah
yang nantinya bisa dikembangkan untuk memperoleh rumusan prilaku produsen.
14
Gambar 1.5
Untuk memperoleh nilai mashlahah yang maksimum, maka fungsi tujuan dan
fungsi kendalan perlu dipadukan dalam satu fungsi lagrangian berikut ini:
L=m ( X ,Y )+ [ I i ( X , Y ) ] (1.1)
L
=m' ( X ) i ' ( X ) =0 (1.2)
X
L
=m' ( Y ) i ' ( Y ) =0 (1.3)
Y
L
=I i ( X ,Y )=0
(1.4)
'
m (X)
= (1.5)
i' ( X )
m' ( Y )
= (1.6)
i' ( Y )
m' ( X ) m' ( Y )
=
i' ( X ) i' ( Y )
(1.7)
atau
15
m' ( X ) i' ( X )
=
m' ( Y ) i' ( Y )
(1.8)
Nilai-nilai m(X) dan m(Y) adalah nilai mashlahah marginal yang diperoleh
dari memproduksi barang X dan Y berturut-turut. Adapun terma-terma
' dI ' dI
i ( X )= dan i ( Y )= adalah nilai-nilai input marginal dari barang X
dX dY
dan barang Y berturut-turut.
Penafsiran hasil dari yang disajikan pada persamaan (1.8) diubah menjadi:
i ' ( X ) dI /dX
=
i ' ( Y ) dI /dY
'
i ( X ) dY
=
i ' ( Y ) dX
Penafsiran yang bisa diberikan kepada persamaan (1.9) diatas adalah jika
perusahaan ingin ingin mencapai maslahah yang maksimum maka mereka harus
menetapkan tambahan maslahah yang dihasilkan dari tambahan satu unit input
terakhir untuk memproduksi masing-masing barang harus sama. Dengan kata lain,
satu unit input terakhir harus menghasilkan maslahah yang baik jika digunakan
untuk memproduksi barang X ataupun Y.
16
F. PRODUKSI DENGAN MODAL TETAP
1. Fungsi Produksi
Fungsi produksi menunjukkan berapa besar output, dengan kandungan berkah
tertentu, bisa diproduksi dengan input-input yang disuplai ke dalam proses
produksi dan dengan jumlah modal/kapital yang tertentu. Fungsi produksi seperti
ini dapat dilihat di bawah ini:
Mengingat bahwa human capital melekat pada tenaga kerja, maka ekspresi di
atas dapat ditulis dalam bentuk sebagai berikut:
Q = T f (K, L, B) (1.12)
Sedangkan mengingat bahwa berkah melekat pada setiap input yang lain, maka
fungsi produksi bisa ditulis menjadi:
Manusia mempunyai sifat yang sangat berbeda dengan input-input yang lain.
Tidak terpakainya input produksi yang berupa modal/kapital, misalnya alat-alat
produksi, tidak akan menimbulkan permasalahan yang serius.
17
dipaksakan (forced substitution) antara tenaga kerja dengan input/factor produksi
yang lain tidak semestinya terjadi pada kondisi seperti ini. Dalam situasi seperti
ini maka kontruksi dari foresubscript BK dalam fungsi produksi di atas menjadi
sebagai berikut:
B
K = Y *BL (1.14)
Ekspresi di atas menunjukkan bahwa hubungan antara kapital (K) dan tenaga
kerja (L) adalah hubungan yang komplementer yang tidak saling menggantikan
satu sama lain.
2. Produktivitas Rata-rata
Produktivitas rata-rata biasanya selalu terkait dengan produktivitas dari suatu
input.Produktivitas rata-rata input inimenunjukkan kemampuan satu unit tertentu
dalam menghasilkan output, secara rata-rata. Definisi dari produktivitas rata-rata
adalah sebagai berikut:
Q
APi = APi =
Ii
(1.15)
Perlu dilihat di sini bahwa peningkatan jumlah tenaga kerja secara langsung
akan meningkatkan ataupun menurunkan nilai produktifitas rata-rata dari tenaga
tergantung pada tahab mana produksi berada. Sementara di pihak kapital hal ini
justru meningkatkan nilai produktivitas kapital rata-rata. Untuk mengetahui hal ini
marilah kita ambil lagi persamaan (1.12):
Q = f (K , L) (1.16)
18
Dengan ekspresi seperti persamaan di atas, maka bisa diperoleh nilai
produktivitas rata-rata tenaga kerja. Hal ini bisa dilihat pada pemaparan berikut
ini.
1 1
AP1 K = Q= f (K , L)
K K
L 1 1
AP1 = Q = f (K , L)
L L
(1.17)
Sekarang kita telusuri akibat yang ditimbulkan dari peningkatan tenaga kerja
pada nilai produktivitas rata-rata tenaga kerja. Hal ini bisa dilihat pada pemaparan
berikut ini.
d f L ( K , L) L f ( K , L)
APL =
dL L2
d 1 K,L
dL
APL =
L (
f L ( K , L )f
L )
d 1
APL = (f ( K , L ) AP L )
dL L L
(1.18)
Dari ekspresi dari persamaan (1.25) diatas terlihat bahwa setiap kenaikan dari
tenaga kerja satu unit akan menambah nilai produk sebesar nilai produk marginal
fisik di satu pihak sebagaima dijelaskan oleh terma pertama dalam ruas kanan.
Namun, kenaikan tersebut berjalan dengan tingkat kenaikan yang menurun. Di
lain pihak peningkatan jumlah tenaga kerja ini akan menurunkan nilai
produktivitas rata-rata tenaga kerja sebagaimana terlihat pada terma kedua dalam
ruas yang sama. Tanda negatif yang ada pada terma tersebut menunjukkan
penurunan nilai. Ekspresi di atas menunjukkan bahwa sebagai akibat dari
tambahan jumlah tenaga kerja maka perilaku dari nilai produktivitas rata-rata
tenaga kerja akan mengalami kenaikan pada awalnya dan kemudian akan
19
mengalami penurunan sebagaimana disebutkan di depan. Secara grafis hal ini
dapat dipaparkkan dalam gambar berikut ini
AP
MP
Gambar 1.6 L
Produktivitas rata-rata (AP) dan Marginal (MP)
Untuk melihat hal ini marilah kita ambil derivitive total dari persamaan (1.10)
di atas sebagai berikut:
f f f f f f
dQ = dK + dHK + dL+ dE+ + dB
K HK L e M B
(1.19)
Anggap bahwa hanya tenaga saja yang mengalami perubahan sementara yang
lain jumlahnya tetap. Dengan situasi yang seperti ini maka ekspresi di atas akan
menjadi:
f
dQ = dL
L
20
dQ f
=
dL L
Dengan cara yang sama kita bisa memperoleh ekspresi dari nilai produk fisik
marginal sebagai berikut:
dQ f
=
dK k
dQ f
=
dHK HK
dQ f
=
dL L
dQ f
=
dE E
dQ f
=
dM M
(1.20)
Nilai produk marginal fisik dari suatu input akan mengalami penurunan
sebagai akibat dari penambahan jumlah input tersebut ke dalam produksi. Dengan
menambah satu unit (orang) tenaga kerja, maka pekerja I tidak bisa lagi sebebas
sebagaimana pada waktu sebelumnya dalam hal menggunakan peralatan yang ada.
Adakalanya bahwa ia harus menunggu sebentar untuk menggunakan peralatan
yang ada karena peralatan yang bersangkutan masih dalam pemakaian oleh
pekerja lainnya. Munculnya waktu tunggu inilah yang menyebabkan jumlah
output fisik menurun. Jika jumlah pekerja ditambah lebih banyak lagi, makan
akan menyebabkan semakin panjangnya waktu tunggu tersebut. Hal ini akan
21
menyebabkan output per kepala menurun dan secara praktis bisa dikatakan bahwa
tambahan tenaga kerja yang terakhir dalam proses produksi menyumbangkan
tambahan jumlah produksi yang semakin sedikit. Inilah yang menjadi latar
belakang menurunnya nilai produk marginal fisik hal ini bisa ditunjukkan melalui
ekspresi berikut ini:
Q
>0
Ii
2 Q
< 0
I2
(1.21)
Q = f (K , L) (1.22)
22
K I I
AP I = Q= f (K , L)
K K
(1.23)
f f
dQ = dK + dL
K L
(1.24)
Dalam kasus ini tenaga kerja bertambah sementara jumlah kapital dikekang
untuk tidak bertambah (dK =0) sehingga persamaan (1.24) akan berubah menjadi:
f
dQ = dL
L
(1.25)
Q = Q + dQ
f
Q = Q + dL
L
(1.26)
Dari persamaan (1.26) diatas bisa diperoleh nilai produksivitas rata-rata dari
kapital yang baru yaitu:
I ' I f
K
Q = Q+
K (
L
dL )
I ' I I f
Q = Q+ dL (1.27)
K K K L
23
1 f
AP2K =AP KI + dL
K L
(1.28)
24
BAB
PENUTUP
Kesimpulan
1. Setiap produk menjadi berharga atau bernilai bukan semata karena adanya
berbagai atribut fisik dari produk tersebut, tetapi juga karena adanya nilai
(value) yang dipandang berharga oleh konsumen.
4. Konsep produksi yang sesuai dengan nilai Islam adalah konsep teknologi
berproduksi kostan, dalam arti bahwa teknologi yang digunakan adalah
teknologi yang memanfaatkan sumber daya manusia sedemikian rupa
sehingga manusia-manusia tersebut mampu meningkatkan harkat
kemanusiannya.
25