Tugas Kom 3
Tugas Kom 3
PENDAHULUAN
Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan nama penyakit darah tinggi merupakan suatu
keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah diatas ambang batas normal yaitu 120/80
mmHg. Menurut World Health Organization (WHO), batas tekanan darah yang masih dianggap
normal adalah kurang dari 130/85 mmHg. Bila tekanan darah sudah lebih dari 140/90 mmHg
dinyatakan hipertensi (batasan tersebut untuk orang dewasa diatas 18 tahun) (Bruner & Suddart.
2001).
Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak di Indonesia.
Hipertensi penyakit yang bisa menyerang siapa saja baik muda maupun tua, entah orang kaya
maupun miskin. Hipertensi merupakan penyakit yang dikategorikan sebagai the silent killer
diasease karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi. Hipertensi tidak dapat
secara langsung membunuh penderitanya melainkan hipertensi memicu terjadinya penyakit lain
yang tergolong kelas berat alias mematikan padahal bila terjadi hipertensi terus menerus bisa
memicu stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan merupakan penyebab utama gagal ginjal
kronik. (Wahdah, 2011).
Daun alpukat (Persea gratissima gaerth) merupakan alternatif yang baik mengingat daun
alpukat mudah didapatkan oleh masyarakat. Daun alpukat telah diuji dalam penelitian sebelumnya
mengenai kandungan zat aktif didalamnya yang terbukti memiliki kandungan flavonoid, saponin
dan alkaloid. Zat zat yang terkandung dalam daun alpukat bersifat sebagai peluruh kencing
(deuritika), anti radang (anti inflamasi) dan pereda rasa sakit (analgetik). Pada tanaman ini bersifat
analgesic yang juga berfungsi untuk mengobati atau meredakan gejala akibat hipertensi seperti
sakit kepala, nyeri saraf dan rasa pegal (Afdal,2012,12).
Daun alpukat memiliki rasa yang sedikit pahit jika diseduh, namun rasa pahitnya tidak
terlalu melekat dilidah dan dapat dihilangkan dengan meminum sedikit air putih (Rachdian, 2011).
Rebusan daun alpukat memiliki manfaat untuk menurunkan tekanan darah. Dari penelitian
yang dilakukan oleh Dosen dan peneliti Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Azizahwati, penggunaan rebusan daun alpukat 200 ml
setiap hari secara teratur dapat menurunkan tekanan darah, karena daun alpukat mengandung zat
flavonoid yang berkhasiat sebagai diuretik yang salah satu kerjanya yaitu dengan mengeluarkan
sejumlah cairan dan elektrolit maupun zat-zat yang bersifat toksik. Dengan berkurangnya jumlah
air dan garam dalam tubuh maka pembuluh darah akan longgar sehingga tekanan darah perlahan-
lahan mengalami penurunan (Utami, Indah W. 2008).
Terapi komplementer adalah terapi yang digunakan sebagai tambahan untuk terapi
konvensional yang direkomendasikan oleh penyelenggaraan pelayanan kesehatan individu (Potter
& Perry, 2009). Terapi dengan tanaman herbal merupakan salah satu bagian dari terapi
komplementer yang telah dikembangkan dan dipergunakan secara luas di seluruh dunia
(Tusilawati, 2010).
Daun alpukat (Persea americana Mill.) adalah salah satu tanaman yang dapat
dimanfaatkan untuk menurunkan tekanan darah (Nessbit, Stein & Kamas, 2010; Talha, Priyanka
& Akanksha, 2011).
Daun alpukat mengandung flavonoid, saponin dan alkaloid (Mardiyaningsih & Ismiyati,
2014). Zat flavonoid berkhasiat sebagai diuretik yang mengeluarkan sejumlah cairan dan elektrolit
maupun zat-at yang bersifat toksik (Utami, 2008 dalam Faridah, 2014). Sebagai antioksidan
eksogen, flavonoid bermanfaat dalam mencegah kerusakan sel akibat stres oksidatif (Sulistyowati,
2006).
BAB II
A. TUJUAN UMUM
Tujuan umum untuk mengetahui pengruh pemberian seduhan daun alpukat terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi
B. TUJUAN KHUSUS
1. Untuk mengetahui pengertian pemberian seduha daun alpukat terhadap penurunan tekanan
darah pada lansia dengan hipertensi.
2. Untuk mengetahui komponen dasar pemberian seduhan daun alpukat terhadap penurunan
tekanan darah pada lansia dengan hipertensi.
3. Untuk mengetahi penanganan pemberian seduhan daun alpukat terhadap penurunan
tekanan darah pada lansia dengan hipertensi
BAB III
STRATEGI PERINCIAN LITERATUR
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Daun alpukat adalah daun dengan nama simplisia Folium perseae (Dalimartha, 2008:3).
Morfologi tanaman alpukat menurut Yuniarti (2008) pohon alpukat berakar tunggang, batang
berkayu, berbentuk bulat, dan berwarna cokelat kotor yang ketinggiannya dapat mencapai 3-10 m.
pohon alpukat memiliki banyak cabang dan ranting yang berambut halus. Daun alpukat merupakan
daun tunggal. Daun alpukat muda berwarna kemerahan dan berambut rapat. Daun alpukat tua
berwarna hijau dan gundul. Daun alpuat berbentuk jorong sampai bundar telur memanjang.
Permukaan daun alpukat tebal seperti kulit, ujung dan pangkal daun runcing dan agak menggulung
ke atas. Daun alpukat memiliki tangkai yang panjang tangkainya 1-1.5 cm dan letaknya berdesakan
di ujung ranting.
Menurut United Nation (2003) asal mula tanaman alpukat adalah di dataran tinggi Meksiko
dan Guatemala. Saat ini alpukat banyak didistribusikan di daerah tropis dan subtropis. Tanaman
alpukat biasanya ditanam di taman rumah, bisa juga sebagai peneduh di taman kota. Alpukat
popular di berapa Negara seperti Meksiko, Amerika Tengah, Chili, Spanyol, Israel, Afrika Selatan,
Sri Lanka, India, Indonesia, Philipines, Thailand, dan di negara lainnya.
Menurut Waluyo (2009) daun alpukat mengandung zat kimia alkaloid, saponin, flavonoid,
polifenol, kuersetin, dan gula alkohol persiit. Daun alpukat memiliki kadar air sebesar 5,0%, kadar
abu total 7,03%, kadar sari larut air 6,48%, dan kadar sari larut etanol 1,53%. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Maryati, dkk. (2007) mengenai telaah kandungan kimia daun alpukat menunjukan
bahwa simplisia daun alpukat mengandung flavonoid, saponin, dan steroid atau triterpenoid.
Daun alpukat mengandung senyawa flavonoid yang tinggi. Senyawa flavonoid ini dapat
berfungsi dalam menurunkan kadar kolesterol darah. Hal tersebut disebabkan senyawa flavonoid
dapat mencegah oksidasi Low Densiry Lippoprotein (LDL) sehingga pembentukan sel-sel busa
dan kerusakan lipid tidak terjadi (Astawan, 2008).
Pada lansia terjadi pula penurunan fungsi organ dan perubahan anatomi tubuh. Penyakit
pada lansia berbeda dengan penyakit pada usia dewasa atau muda. Ketika usia masih muda (usia
dewasa), tubuh masih memiliki cadangan sehingga organ masih memberikan reaksi secara
mandiri. Bertanggungjawab terhadap masalah kesehatan keluarga. Koordinator , diperlukan pada
perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang komprehansif dapat tercapai. Koordinasi koordinasi
juga sangat diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu
agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan. Pelaksana, perawat yang bekerja dengan klien
dan keluarga baik di rumah, klinik maupu dirumah sakit bertanggungjawab dalam memberikan
perawatan langsung. Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui anggota keluarga yang
sakit.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah salah satu penyakit paling sering
menyerang lansia. Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian nomor satu secara global.
Komplikasi pembuluh darah yang disebabkan hipertensi dapat menyebabkan penyakit jantung
koroner, infark ( penyumbatan pembuluh darah yang menyebabkan kerusakan jaringan) jantung
(54%), stroke (36%) gagal ginjal (32%). Komplikasi pada organ tubuh menyebabkan angka
kematian tinggi selain penderita itu sendiri keluarga juga harus mengeluarkan biaya lebh banyak
untuk pengobatan dan perawatan bagi anggota keluarga (Sustrani,2006 dalam Utami,2009,2).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan, sebagian besar kasus hipertensi di
masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini terlihat dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18
tahun ke atas ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%, dimana hanya 7,2%
penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang minum obat
hipertensi. Hal ini menunjukkan, 76% kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis atau 76%
masyarakat belum mengetahui bahwa mereka menderita hipertensi (yoga, 2012 , 5).
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap lansia penderita hipertensi Di Dukuh
Peniten Dan Sinom Desa Karanganom Weleri Kendal diperoleh simpulan sebagai berikut :
Berdasarkan hasil penelitian pada lansia di Dukuh Peniten dan Sinom Desa Karanganom
Keleri Kendal sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yang berjumlah 17 orang.
Berdasarkan hasil penelitian pada lansia didukuh peniten dan sinom desa karanganom weleri
kendal sebagian besar berusia 60 64 berjumlah 10 orang. Lansia di di dukuh peniten dan sinom
desa karanganom weleri kendal sebagian besar mengalami tekanan darah sistole hipertensi stage
2 sebelum diberikan seduhan daun alpukat sejumlah 22 orang , tekanan darah systole lansia
sesudah pemberian seduhan daun alpukat, responden yang mengalami pre hipertensi sejumlah 5
orang.
B. SARAN
Berdasarkan hasil simpulan kesimpulan diatas maka saran-saran yang dapat disampaikan
antara lain sebagai berikut:
1. Bagi peneliti
Peneliti hendaknya terus meningkatkan pengetahuan peneliti dibidang keperawatan
komunitas dan menambah pengetahuan tentang pemanfaatan sumberdaya alam yang ada serta
sebagai dasar penelitian lain guna mengembangkan ilmu pengetahuan.
2. Bagi Masyarakat
Masyarakat hendaknya terus mencari informasi tentang upaya non farmakologis dalam
menurunkan tekanan darah dengan memanfaatkan seduhan daun alpukat bisa dijadikan sebagai
salah satu cara yang bisa diterapkan oleh masyarakat dalam merawat lansia hipertensi.
Memberikan alternatif pengobatan hipertensi dengan memanfaatkan sumberdaya alam yang ada
di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
STUDI LITERATUR
Oleh
Anak Agung Gede Dwityo Ari Wibwo
010113a009
Fakultas Keperawatan
Universitas Ngudi Waluyo
Ungaran
2016/2017