Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. Pengolahan Individual
Pengolahan individual adalah pengolahan air limbah yang dilakukan secara sendiri-
sendiri pada masing-masing rumah terhadap air limbah yang dihasilkan, dengan diagram system
penanganannya sebagai berikut :
Pengolahan air limbah domestik secara individu pada lingkungan terbatas dilakukan
terpadu dalam wilayah yang kecil/terbatas, seperti hotel, rumah sakit, bandar udara, pelabuhan
dan fasilitas umum, dengan diagram system penanganannya sebagai berikut :
C. Pengolahan Komunal
Pengolahan air limbah komunal adalah pengolahan air limbah yang dilakukan pada suatu
kawasan pemukiman, industri, perdagangan seperti kota-kota besar, yang pada umumnya
dilayani/dibuang melalui jaringan riool kota untuk kemudian dialirkan menuju ke suatu Instalasi
Pengolahan Air Limbah dengan kapasitas besar (Kota Yogyakarta: 170 lt/dt atau 15.500 m3/hari
untuk melayani jumlah penduduk sekitar 110.000 orang pada tahun 2002). Diagram sistem
penanganannya adalah sebagai berikut :
Penanganan air limbah domestik secara komunal diperlukan saluran air limbah yang
dapat mengalirkan air limbah dari tempat sumbernya hingga ke Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL). Saluran air limbah tersebut berupa jaringan pipa (riool) yang ditanam di bawah
permukaan tanah. Bagi kota yang memiliki jaringan riool kota maka masyarakatnya dapat
memanfaatkan jaringan riool kota tersebut sebagai tempat pembuangan air limbah yang
dihasilkan dengan membayar sejumlah tertentu sesuai dengan tarif yang ditentukan (berdasarkan
Perda)
1. Pengolahan Individu
Bangunan pengolahan air limbah domestik yang dilakukan secara individu terdiri atas Tangki
Septik dan Bangunan Peresapan.
Tangki Septik
Tangki Septik merupakan bangunan yang berfungsi sebagai penampung air kotor/tinja yang
merupakan bahan organic, langsung dari WC atau Urinoir. Proses yang terjadi di dalam tangki
septik tersebut adalah proses pembusukan/penguraian/perombakan bahan organik oleh
mikroorganisme yang memerlukan waktu minimum 3 hari. Proses tersebut meliputi aerobik
dan anaerobic
Bangunan Peresapan
Ada 2 jenis bangunan peresapan yang sering digunakan, yaitu peresapan memanjang dan
peresapan melintang.
1. Air Limbah
Limbah merupakan bahan buangan yang berbentuk cair, gas dan padat yang mengandung
bahan kimia yang sukar untuk dihilangkan dan berbahaya sehingga air limbah tersebut harus
diolah agar tidak mencemari dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan.
Air limbah yaitu air dari suatu daerah permukiman yang telah dipergunakan untuk
berbagai keperluan, harus dikumpulkan dan dibuang untuk menjaga lingkungan hidup yang sehat
dan baik.
Unsur unsur dari suatu sistem pengolahan air limbah yang modern terdiri dari :
Dan dua faktor yang penting yang harus diperhatikan dalam sistem pengolahan air limbah yaitu
jumlah dan mutu.
Disamping kotoran yang biasanya terkandung dalam persediaan air bersih air limbah
mengandung tambahan kotoran akibat pemakaian untuk keperluan rumah tangga, komersial dan
industri. Beberapa analisis yang dipakai untuk penentuan ciri ciri fisik, kimiawi, dan biologis
dari kotoran yang terdapat dari air limbah.
Ciri-ciri fisik
Ciri ciri fisik utama air limbah adalah kandungan padat, warna, bau, dan suhunya.
Bahan padat total terdiri dari bahan padat tak terlarut atau bahan padat yang terapung
serta senyawa senyawa yang larut dalam air. Kandungan bahan padat terlarut ditentukan
dengan mengeringkan serta menimbang residu yang didapat dari pengeringan.
Warna adalah ciri kualitatif yang dapat dipakai untuk mengkaji kondisi umum air limbah.
Jika warnanya coklat muda, maka umur air kurang dari 6 jam. Warna abu abu muda sampai
setengah tua merupakan tanda bahwa air limbah sedang mengalami pembusukanatau telah ada
dalam sistem pengumpul untuk beberapa lama. Bila warnanya abu abu tua atau hitam, air
limbah sudah membusuk setelah mengalami pembusukan oleh bakteri dengan kondisi anaerobik.
Penentuan bau menjadi semakin penting bila masyarakat sangat mempunyai kepentingan
langsung atas terjadinya operasi yang baik pada sarana pengolahan air limbah. Senyawa utama
yang berbau adalah hidrogen sulfida, senyawa senyawa lain seperti indol skatol, cadaverin dan
mercaptan yang terbentuk pada kondisi anaerobik dan menyebabkan bau yang sangat
merangsang dari pada bau hidrogen sulfida.
Suhu air limbah biasanya lebih tinggi dari pada air bersih karena adanya tambahan air
hangat dari pemakaian perkotaan. Suhu air limbah biasanya bervariasi dari musim ke musim, dan
juga tergantung pada letak geografisnya.
Ciri-ciri kimia
Selain pengukuran BOD, COD dan TOC pengujian kimia yang utama adalah yang
bersangkutan dengan Amonia bebas, Nitrogen organik, Nitrit, Nitrat, Fosfor organik dan Fosfor
anorganik. Nitrogen dan fosfor sangat penting karena kedua nutrien ini telah sangat umum
diidentifikasikan sebagai bahan untuk pertumbuhan gulma air. Pengujian pengujian lain seperti
Klorida, Sulfat, pH serta alkalinitas diperlukan untuk mengkaji dapat tidaknya air limbah yang
sudah diolah dipakai kembali serta untuk mengendalikan berbagai proses pengolahan.
(Linsley.K.R. 1995).
3. Jenis Limbah
1. Limbah cair
2. Limbah padat
3. Limbah gas dan partikel
4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
Limbah cair
Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair (PP 82 thn
2001).
Limbah padat
Limbah padat berasal dari kegiatan industri dan domestik. Limbah domestik pada umumnya
berbentuk limbah padat rumah tangga, limbah padat kegiatan perdagangan, perkantoran,
peternakan, pertanian serta dari tempat-tempat umum. Jenis-jenis limbah padat: kertas, kayu,
kain, karet/kulit tiruan, plastik, metal, gelas/kaca, organik, bakteri, kulit telur, dll
Limbah gas dan partikel
Polusi udara adalah tercemarnya udara oleh berberapa partikulat zat (limbah) yang
mengandung partikel (asap dan jelaga), hidrokarbon, sulfur dioksida, nitrogen oksida, ozon (asap
kabut fotokimiawi), karbon monoksida dan timah.
Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau
beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak
atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia.Yang termasuk
limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi
karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan
penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah
satu atau lebih karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun,
menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat
diketahui termasuk limbah B3.
Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada pemisahan awal dan
banyak mengandung biomassa senyawa organik yang stabil dan mudah menguap.
Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi
Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dengan lumpur aktif
sehingga banyak mengandung padatan organik berupa lumpur dari hasil proses tersebut.
Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan digested aerobic
maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan cukup stabil dan banyak
mengandung padatan organik.
Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi kimia dapat menghasilkan gas
dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan.
Limbah mudah terbakar adalah limbah yang bila berdekatan dengan api, percikan api, gesekan
atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau terbakar dan bila telah menyala akan terus
terbakar hebat dalam waktu lama.
Limbah reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepaskan atau menerima
oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun yang berbahaya bagi manusia dan
lingkungan. Limbah B3 dapat menimbulkan kematian atau sakit bila masuk ke dalam tubuh
melalui pernapasan, kulit atau mulut.
Limbah yang menyebabkan infeksi adalah limbah laboratorium yang terinfeksi penyakit atau
limbah yang mengandung kuman penyakit, seperti bagian tubuh manusia yang diamputasi dan
cairan tubuh manusia yang terkena infeksi.
Limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang menyebabkan iritasi pada kulit atau
mengkorosikan baja, yaitu memiliki pH sama atau kurang dari 2,0 untuk limbah yang bersifat
asam dan lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.
4. Volume Limbah
Semakin besar volume limbah, pada umumnya, bahan pencemarnya semakin banyak.
Hubungan ini biasanya terjadi secara linier. Oleh sebab itu dalam pengendalian limbah sering
juga diupayakan pengurangan volume limbah. Kaitan antara volume limbah dengan volume
badan penerima juga sering digunakan sebagai indikasi pencemaran. Perbandingan yang
mencolok jumlahnya antara volume limbah dan volume penerima limbah juga menjadi ukuran
tingkat pencemaran yang ditimbulkan terhadap lingkungan. Misalnya limbah sebanyak 100 m3
air per 8 jam mempunyai konsentrasi plumbum 4 mg/hari dialirkan ke suatu sungai. Yang
mempunyai debit 8.000 m3 perjam.
Tujuan utama dari tahap ini adalah usaha untuk melindungi alat-alat yang ada pada instalasi
pengolahan air limbah. Pada tahap ini dilakukan penyaringan, penghancuran atau pemisahan air
dari partikel-partikel yang dapat merusak alat-alat pengolahan air limba, seperti pasir, kayu,
sampah, plastik dan lain-lain.
Tujuan pengolahan yang dilakukan pada tahap ini adalah menghilangkan partikel-artikel
padat organik dan organik melalui proses fisika, yakni sedimentasi dan flotasi. Sehingga partikel
padat akan mengendap (disebut sludge) sedangkan partikel lemak dan minyak akan berada di
atas / permukaan (disebut grease). cara pengolahan limbah cair yang dilakukan secara fisika. Tahap
proses pengolahan air limbah dalam pengolahan primer adalah sebagai berikut.
- Limbah yang mengalir melalui saluran pembuangan disaring menggunakan jeruji baring (bar screen).
Metode ini disebut penyaringan (screening). Metode penyaringan merupakan cara efisien dan murah
untuk menyisihkan bahan-bahan padat berukuran besar dari air limbah.
- Limbah yang telah disaring kemudian disalurkan ke suatu tangki atau bak yang berfungsi untuk
memisahkan pasir dan partikel padat tersuspensi lain yang berukuran relatif besar. Tangki ini dalam
bahasa Inggris disebut grit chamber dan cara kerjanya adalah dengan memperlambat aliran limbah
sehingga partikel-partikel pasir jauh ke dasar tangki sementara air limbah terus dialiri untuk prose
selanjutnya. Kedua proses yang dijelaskan di atas disebut juga sebagai tahap pengolahan awal
(pretreatment).
- Limbah cair akan dialirkan ke tangki atau bak pengendapan. Metode pengendapan adalah metode
pengolahan utama dan yang paling banyak digunakan pada proses pengolahan primer limbah cair. Di
tangki pengendapan, limbah cair didiamkan agar partikel-partikel padat yang tersuspensi dalam air limbah
dapat mengendap ke dasar tangki. Endapan partilkel tersebut akan membentuk lumpur yang kemudian
akan dipisahkan dari air limbah ke saluran lain untuk diolah lebih lanjut.
Apabila limbah cair yang diolah tersebut hanya mengandung polutan yang telah disingkirkan melalui
proses pengolahan primer, maka limbah yang tersebut dapat dibuang langsung ke lingkungan (perairan).
Namun, apabila limbah tersebut mengandung polutan lain yang sulit dihilangkan melalui proses di atas,
maka limbah tersebut perlu silarutkan ke prosesnya.
Pada tahap ini air limbah diberi mikroorganisme dengan tujuan untuk menghancurkan
atau menghilangkan material organik yang masih ada pada air limbah. Tiga buah pendekatan
yang umum digunakan pada tahap ini adalah fixed film, suspended film dan lagoon system.
Pengolahan sekunder (secara biologis) pada prinsipnya adalah pemanfaatan aktivitas
mikroorganisme seperti bakteri dan protozoa. Mikroba tersebut mengkonsumsi polutan organik
biodegradable dan mengkonversi polutan organik tersebut menjadi karbondioksida, air dan
energi untuk pertumbuhan dan reproduksinya. Oleh karena itu, sistem pengolahan limbah cair
secara biologis harus mampu memberikan kondisi yang optimum bagi mikroorganisme, sehingga
mikroorganisme tersebut dapat menstabilkan polutan organik biodegradable secara optimum.
Upaya yang dilakukan untuk mempertahankan agar mikroorganisme tetap aktif dan
produktif, mikroorganisme tersebut harus dipasok dengan oksigen yang cukup, cukup waktu
untuk kontak dengan polutan organik, temperatur dan komposisi medium yang sesuai.
Perbandingan BOD5 : N : P juga harus seimbang. BOD5 : N : P juga = 100 : 5 : I dianggap
optimum untuk proses pengolahan limbah cair secara aerobik. Sistem pengolahan limbah cair
yang dapat diterapkan untuk pengolahan sekunder limbah cair industri pangan skala antara lain
adalah sistem lumpur aktif (activated sludge), trickling filter, Biodisc atau Rotating Biological
Contactor (RBC), dan Kolam Oksidasi.
Mikroorganisme anaerobik telah dapat juga diterapkan untuk pengolahan limbah cair
dengan kandungan padatan organik tersuspensi tinggi. Pengolahan limbah cair dengan sistem ini
memiliki berbagai keuntungan seperti rendahnya produksi lumpur (Sludge), rendahnya konsumsi
energi, dan dihasilkannya gas metana (gas bio) sebagai produk samping yang bermanfaat. Sistem
anaerobik untuk pengolahan limbah cair industri pangan skala kecil, antara lain sistem septik dan
UASB (Up-flow Anaerobic Sludge Blanket).
Pengolahan limbah secara sekunder dapat mengurangi BOD dan TSS secara signifikan,
tetapi efluen masih mengandung amonium atau nitrat, dan fosfor dalam bentuk terlarut. Kedua
bahan ini merupakan unsur hara (nutrien) bagi tanaman akuatik. Jika unsur nutrien ini dibuang
ke perairan (sungai atau danau), akan menyebabkan pertumbuhan biota air dan pertumbuhan
yang berlebih dapat mengakibatkan eutrofikasi dan pendangkalan badan air tersebut. Oleh karena
itu, unsur hara tersebut perlu dieliminasi dari efluen.
Nitrogen dalam efluen instalasi pengolahan sekunder kebanyakan dalam bentuk senyawa
amonia atau ammonium, tergantung pada nilai pH. Senyawa amonia ini bersifat toksik jika
konsentrasinva cukup tinggi. Permasalahan lain yang berkaitan dengan amonia adalah
penggunaan oksigen terlarut selama proses konversi dari amonia menjadi nitrat oleh
mikroorganisme (nitfifikasi). Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas efluen dibutuhkan
pengolahan tambahan atau pengolahan tersier (advanced waste waten treatment) untuk
mengurangi atau menghilangkan konsentrasi BOD, TSS dan nutrien (N,P).
Fokus dari pengolahan akhir (Final Treatment) adalah menghilangkan organisme penyebab
penyakit yang ada pada air. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menambahkan khlorin ataupun
dengan menggunakan sinar ultraviolet
Pengolahan lanjutan diperlukan untuk membuat komposisi air limbah sesuai dengan yang
dikehendaki. Misalnya untuk menghilangkan kandungan fosfor ataupun amonia dari air limbah.
mikroorganisme baru, sehingga populasi mikroorganisme pada permukaan media filter semakin
banyak dan membentuk lapisan seperti lendir (slyme).
Pompa air baku yang digunakan jenis setrifugal dengan kapasitas maksimum yang
dibutuhkan untuk unit pengolahan (daya tarik minimal 9 meter dan daya dorong 40 meter). Air
baku yang dipompa berasal dari bak akhir dari proses pengendapan pada hasil buangan limbah
industri pelapisan logam.
Merupakan peralatan untuk mengijeksi bahan kimia (ferrosulfat dan PAC) dengan
pengaturan laju alir dan konsentrasi tertentu untuk mengatur dosis bahan kimia tersebut. Tujuan
dari pemberian bahan kimia ini adalah sebagai oksidator.
.
Pencampur Statik (Static mixer)
Dalam peralatan ini bahan-bahan kimia dicampur sampai homogen dengan kecepatan
pengadukan tertentu untuk menghindari pecah flok.
Bak Koagulasi-Flokulasi
Dalam unit ini terjadi pemisahan padatan tersuspensi yang terkumpul dalam bentuk-bentuk
flok dan mengendap, sedangkan air mengalir overflow menuju proses berikutnya
Pompa Filter
Pompa yang digunakan mirip dengan pompa air baku. Pompa ini harus dapat melalui
saringan multimedia, saringan karbon aktif, dan saringan penukar ion.
DISUSUN OLEH :
NPM : 201413015
PADANGSIDIMPUAN
2016