Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

KODE ETIK KEPERAWATAN


Dosen : Ns Richlany Mamonto S.Kep MARS

Disusun Oleh

Nama : Dewi Juniarty Baluwo

Nim :-

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES GRAHA MEDIKA KOTAMOBAGU
T.A 2016/2017
KODE ETIK DALAM KEPERAWATAN

A. Pengertian Kode Etik


Kode etik merupakan persyaratan profesi yang memberikan penentuan
dalam mempertahankan dan meningkatkan standar profesi. Kode etik menunjukan
bahwa tanggung jawab terhadap kepercayaan masyarakat telah diterima oleh
profesi(Kelly, 1987). Jika anggota profesi melakukan suatu pelanggaran terhadap
kode etik tersebut, maka pihak organisasi berhak memberikan sanksi bahkan bisa
mengeluarkan pihak tersebut dari organisasi tersebut. Dalam keperawatan kode
etik tersebut bertujuan sebagai penghubung antara perawat dengan tenaga medis,
klien, dan tenaga kesehatan lainnya, sehingga tercipta kolaborasi yang maksimal.

B. Latar Belakang Lahirnya Pelanggaran Kode Etik Keperawatan


Perawat professional tentu saja memahami kode etik atau aturan yang
harus dilakukan, sehingga dalam melakukan suatu tindakan keperawatan mampu
berpikir kritis untuk memberikan pelayanan asuhan keperawatan sesuai prosedur
yang benar tanpa ada kelalaian. Namun mengapa masih banyak terjadi berbagai
bentuk kelalaian tanpa tanggung jawab dan tanggung gugat? Hal ini dikarenakan
oleh kurangnya pengetahuan perawat dalam memahami kode etik itu sendiri.
Sehingga tindakan yang dilakukan adakalanya akan berdampak pada keselamatan
pasien. Oleh sebab itu, banyak perawat dimata masyarakat di anggap kurang
berpotensi dalam melakukan asuhan keperawatan yang pada akhirnya berdampak
pada persepsi masyarakat pada seluruh tenaga keperawatan. Oleh karena itu,
sebagai calon perawat maupun para perawat harus mampu memahami dengan
baik dan benar tentang kode etik dan salah satu kuncinya yaitu banyak membaca
dan memahami pentingnya keselamatan pasien sehingga keinginan untuk
mempelajari kode etik sebagai landasan tindakan bisa lebih bermanfaat.
KODE ETIK DALAM KEPERAWATAN

A. Kode Etik dalam Keperawatan


Dalam ilmu keperawatan terdapat suatu standar yang akan menjadi
pedoman bagi perawat dalam melakukan tindakan atau praktik keperawatan
profesional. Standar tersebut adalah kode etik keperawatan. Dengan kode etik
tersebut, perawat dapat bertindak sesuai hukum atau aspek legal perawat. Selain
itu, kode etik juga dapat membantu perawat ketika mengalami masalah yang tidak
adil. Karena kode etik adalah pernyataan standar profesional yang digunakan
sebagai pedoman perilaku yang menjadi kerangka kerja dalam membuat
keputusan. Kode Etik juga memberikan pemahaman kepada perawat untuk
melakukan tindakan sesuai etika dan moral serta akan menghindarkan dari
tindakan kelalaian yang akan menyebabkan klien tidak nyaman atau bahkan
menyebabkan nyawa klien terancam.

1. Fungsi Kode Etik Perawat


Kode etik perawat yang berlaku saat ini berfungsi sebagai landasan atau
pedoman bagi status perawat profesional yaitu dengan cara:
a. Menunjukkan kepada masyarakat bahwa perawat diharuskan memahami
dan menerima kepercayaan dan tanggungjawab yang diberikan kepada
perawat oleh masyarakat
b. Menjadi pedoman bagi perawat dalam berperilaku dan menjalin hubungan
keprofesian sebagai landasan dalam penerapan praktek etikal
c. Menetapkan hubungan-hubungan profesional yang harus dipatuhi yaitu
hubungan perawat dengan pasien/klien sebagai advokator, perawat dengan
tenaga profesional kesehatan lain sebagai teman sejawat, dengan profesi
keperawatan sebagai seorang kontributor dan dengan masyarakat sebagai
perwakilan dari asuhan kesehatan
d. Memberikan sarana pengaturan diri sebagai profesi. INDONESIAN
NATIONAL NURSING ASSOCIATION (INNA) BANJAR DISTRI.
2. Kode Etik Keperawatan Indonesia
Dalam profesi perawat, seorang perawat harus mampu memahami dan
menerapkan berbagai kode etik yang menjadi dasar mereka bertindak
khususnya dalam tindakan asuhan keperawtan. Beberapa kode etik yang ada di
Indonesia yang harus di miliki oleh seorang perawat professional yaitu: .
a. Tanggungjawab Perawat terhadap Individu, Keluarga, dan Masyarakat
1) Perawat berpedoman kepada tanggungjawab dari kebutuhan akan
keperawatan individu, keluarga dan masyarakat.
2) Perawat memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-
nilai budaya, adat-istiadat, dan kelangsungan hidup beragama dari
individu, keluarga, dan masyarakat.
3) Perawat senantiasa dilandasi dengan rasa tulus ikhlas sesuai dengan
martabat dan tradisi luhur keperawatan.
4) Menjalin hubungan kerja sama dengan individu, keluarga, dan
masyarakat dalam mengambil prakarsa dan mengadakan upaya
kesehatan.
b. Tanggungjawab terhadap Tugas
1) Memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai
kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta
ketrampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu, keluarga
dan masyarakat.
2) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui
sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika
diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum
yang berlaku.
3) Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan
keperawatan untuk tujuan yang bertentangan dengan norma-norma
kemanusiaan.
4) Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa
berusaha dengan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh
pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis
kelamin, aliran politik, dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.
5) Perawat senantiasa mengutamakan perlindungan dan keselamatan
klien dalam melaksanakan tugas keperawatan serta matang dalam
mempertimbangkan kemampuan jika menerima atau
mengalihtugaskan tanggungjawab yang ada hubungannya dengan
keperawatan.
c. Tanggungjawab terhadap Sesama Perawat dan Profesi Kesehatan Lainnya
1) Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat
dan dengan tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara
kerahasiaan suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
2) Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan, dan
pengalamannya kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan
dan pengalaman dari profesi lain dalam rangka meningkatkan
kemampuannya.
d. Tanggungjawab terhadap Profesi Keperawatan
1) Perawat senantiasa berupaya meningkatkan kemampuan profesional
secara mandiri dan bersama-sama dengan jalan menambah ilmu
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang bermanfaat bagi
perkembangan keperawatan.
2) Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan
dengan menunjukkan perilaku dan sifat pribadi yang luhur.
3) Perawat senantiasa berperan dalam menentukan pembakuan
pendidikan dan pelayanan keperawatan serta menerapkan dalam
kegiatan dan pendidikan keperawatan.
4) Perawat secara bersama-sama membina dan memelihara mutu
organisasi profesi keperawatan sebagai sarana pengabdiannya.
e. Tanggungjawab terhadap Pemerintah, Bangsa, dan Negara
1) Perawat senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai
kebijaksanaan yang diharuskan oleh pemerintah dalam bidang
kesehatan dan keperawatan.
2) Perawat senantiasa berperan secara aktif dalam menyumbangkan
pikiran kepada pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan
dan keperawatan kepada masyarakat.

Secara umum, tujuan kode etik keperawatan adalah sebagai berikut(kozier,


Erb. 1990):
1. Sebagai aturan dasar terhadap hubungan perawat dengan perawat, pasien, dan
anggota tenaga kesehatan lainnya.
2. Sebagai standar dasar untuk mengeluarkan perawat jika terdapat perawat yang
melakukan pelanggaran berkaitan kode etik dan untuk membantu perawat
yang tertuduh suatu permasalahan secara tidak adil.
3. Sebagai dasar pengembangan kurikulum pendidikan keperawatan dan untuk
mengorientasikan lulusan keperawatan dalam memasuki jajaran praktik
keperawatan profesional.
4. Membantu masyarakat dalam memahami perilaku keperawatan professional.

B. Standar Etik dan Legal dalam Keperawatan


Setiap saat bekerja dan berhubungan dengan klien, rekan kerja, dan
seluruh komunitas tentu saja perawat selalu dihadapkan dengan pengambilan
keputusan dalam setiap tindakan yang dilakukan berkaitan dengan etika dan
moral. Terdapat dua aturan yang harus ditaati oleh perawat professional dalam
mengambil tindakan yaitu:
1. Standar etik
Panduan perilaku moral yaitu seseorang yang memberikan layanan kesehatan
harus bersedia secara sukarela dalam mengikuti standar etik.
2. Hukum legal
Panduan berperilaku sesuai hukum yang sah. Jika aturan tersebut tidak
dipatuhi maka perawat wajib menerima tanggung gugatnya.

PERILAKU ETIK DALAM TINDAKAN KEPERAWATAN


PROFESSIONAL

A. Perilaku Etik
Dua perilaku etik yang harus dimiliki oleh perawat profesional yaitu:
1. Etik yang Berorientasi pada Kewajiban
Dalam hal ini, pedoman perawat adalah apa saja yang harus wajib dilakukan
dan kewajibannya dalam bertindak.
2. Etik yang Berorientasi pada Larangan
Pedoman yang digunakan adalah apa saja yang dilarang yang tidak boleh
dilakukan oleh perawat sesuai kewajiban dan kebajikan.

Asas Etik dalam Keperawatan


Terdapat enam asas etik dalam keperawatan yaitu:
1. Asas menghormati otonomy klien( autonomy)
2. Asas manfaat( beneficence)
3. Asas tidak merugikan (non maleficence)
4. Asas kejujuran( veracity)
5. Asas kerahasiaan ( confidentiality)
6. Asas keadilan( justice)
7. Autonomy yaitu klien memiliki hak untuk memutuskan sesuatu dalam
pengambilan tindakan terhadapnya. Seorang perawat tidak boleh memaksakan
suatu tindakan pengobatan kepada klien.
8. Beneficence yaitu semua tindakan dan pengobatan harus bermanfaat bagi
klien. Oleh karena itu, perlu kesadaran perawat dalam bertindak agar
tindakannya dapat bermanfaat dalam menolong klien.
9. Non- maleficence yaitu setiap tindakan harus berpedoman pada prinsip
primum non nocere ( yang paling utama jangan merugikan). Resiko fisik,
psikologis, dan sosial hendaknya diminimalisir semaksimal mungkin.
10. Veracity yaitu dokter maupun perawat hendaknya mengatakan sejujur-
jujurnya tentang apa yang dialami klien serta akibat yang akan dirasakan oleh
klien. Informasi yang diberikan hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan
klien agar klien mudah memahaminya.
11. Confidentiality yaitu perawat maupun dokter harus mampu menjaga privasi
klien meskipun klien telah meninggal dunia.
12. Justice yaitu seorang perawat profesional maupun dokter harus mampu
berlaku adil terhadap klien meskipun dari segi status sosial, fisik, budaya, dan
lain sebagainya.

B. Tindakan Perawat Profesional


Tindakan praktik keperawatan profesional adalah suatu proses ketika
perawat berkaitan langsung dengan klien dan dalam tindakan ini masalah klien
dapat di identifikasi dan di atasi.
1. Karakteristik Perawat Profesional
a. Otoriter yaitu memiliki kewenangan sesuai keahliannya yang akan
mempengaruhi proses asuhan melalui peran profesional.
b. Accountability yaitu tanggung gugat terhadap apa yang dilakukan sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku dan bertanggung jawab terhadap
klien, diri sendiri, dan profesi serta mengambil keputusan sesuai dengan
asuhan. Jika perawat profesional dalam melakukan tindakan atau praktik
keperawatan tidak sesuai etik, maka kita dapat menyelesaikannya dengan:
D= Define the problem
E= Ethical review
C= Consider the option
I= Investigate outcome
D= Decide on action
E= Evaluate result
Contoh Kasus Kasus Jari Bayi Tergunting
Seorang perawat tidak sengaja menggunting jari bayi. Dan konyolnya,
perawat itu tidak meminta pertolongan dokter tetapi membuang jari tersebut ke
bak sampah. Kejadian tersebut mungkin tidak akan segera diketahui jika tidak ada
seorang staf RS anak di Inggris salford yang melihat tangan bayi tersebut
berdarah. Bayi tersebut baru berusia tiga minggu. Pencarian masih tetap dilakukan
dan beruntung jari bayi tersebut masih ditemukan di bak sampah. (Keterangan
juru bicara rumah sakit Inggris Salford )
Cara penyelesaian:
1. Define the problem/ memperjelas masalah yaitu mengkaji prosedur
keperawatan yang seharusnya dilakukan, dokumentasi keperawatan, serta
rekam medis.
2. Ethical review/ identifikasi komponen etik perawat harus mampu
menggambarkan komponen-komponen etik yang terlibat. Komponen etik dan
hukum dalam masalah ini berkaitan dengan kelalaian dan malpraktik
3. Identifikasi orang yang terlibat karena yang menjadi korban adalah bayi maka
yang berhak memberikan sanksi adalah orang tua bayi. Sedangkan yang
terlibat adalah perawat, staf rumah sakit dan dokter yang melihat tangan bayi
tersebut berdarah.

Identifikasi alternatif yang terlibat yaitu:


1. Menjelaskan dengan jalan damai dan kekeluargaan
2. Jika perawat tidak mau bertanggung jawab maka jalan terakhir adalah
pengadilan hukum.
3. Terapkan prinsip-prinsip etik yaitu nonmaleficence, beneficence, dan justice.
4. Memutuskan tindakan yaitu pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan
prinsip-prinsip etik.
MASALAH LEGAL DALAM ETIK KEPERAWATAN

Hukum dikeluarkan oleh badan pemerintah dan harus dipatuhi oleh setiap
warganya. Jika tidak mematuhi hukum maka setiap orang akan terikat denda atau
bahkan hukuman penjara. Namun secara hukum, kita tidak perlu takut akan terikat
denda atau hukuman penjara jika:

1. Hanya melakukan hal-hal yang diajarkan dan hanya ada pada cakupan
pelatihan anda.
2. Selalu memiliki keterampilan dan pengetahuan yang terbaru.
3. Menempatkan keselamatan dan kesejahteraan pasien sebagai hal yang
terpenting.

A. Bentuk Kelalaian Perawat dalam Melakukan Tindakan Asuhan


Keperawatan
Pada dasarnya, bentuk kelalaian yang dilakukan perawat tersebut dapat
diketahui dari hasil kerjanya. Untuk lebih jelasnya, 2 bentuk kelalaian tersebut
adalah:
1. Tidak melakukan pekerjaan maupun tindakan sesuai yang diharapkan,
misalnya: pasien terbakar karena cairan enema yang disiapkan terlalu panas.
2. Tidak melakukan tugas dengan hati-hati, misalnya: pasien terjatuh dan cedera
karena perawat tidak memperhatikan penghalang tempat tidur klien.

B. Contoh Pelanggaran Kode Ktik Perawat


Berbagai macam pelanggaran kode etik perawat yaitu:
1. Tindakan Aborsi adalah menggugurkan kandungan
2. Euthanasia adalah keinginan pasien untuk mati dengan bantuan tenaga medis,
karena nyawa pasien tersebut akan mati beberapa waktu kemudian.
3. Diskriminasi pasien HIV yaitu membedakan pasien terkena HIV
4. Diskriminasi SARA yaitu membedakan pasien dari segi status, budaya,ras dan
agama.
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINDAKAN MEDIK
PERAWAT

A. Karakteristik Perawat
1. Tingkat Pengetahuan
Menurut hasil penelitian Sudiro (2005), banyaknya kasus tindakan medik yang
dilakukan oleh perawat khususnya perawat yang berada di daerah pedesaan,
disebabkan oleh rendahnya tingkat pengetahuan perawat terhadap fungsi dan
peranannya.
2. Tingkat Pendapatan
Banyak perawat bergaji di bawah Upah Minimum Regional (UMR). Sebagai
gambaran, gaji perawat pemerintah di Indonesia antara Rp 300.000,-
Rp1.000.000,- per bulan tergantung golongan, sementara perawat di Filipina
tak kurang dari Rp 3.500.000,-. Wajar jika para perawat melakukan tindakan
medik mandiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Kompas, 2007).
3. Lama kerja
Lama kerja juga dapat memberikan implikasi yang berbeda terhadap
kemungkinan berbagai tindakan keperawatan lainnya. Semakin lama seorang
perawat menjalankan tugasnya, maka semakin banyak juga tindakan medik
yang mampu untuk dilakukan.

B. Karakteristik Pasien
Menurut Dever (1984) yang dikutip Ulina (2004) dalam Determinants of Health
Service Utilization, faktor karakteristik pasien atau masyarakat merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan disamping
faktor-faktor lain. Lebih jelas Dever menjelaskan faktor-faktor tersebut adalah:
1. Faktor Sosio Kultural
Ada 2 macam yaitu:
a. Norma dan Nilai
Seorang wanita hamil cenderung akan memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ditangani oleh seorang wanita. Hal ini menyebabkan banyak wanita
tidak nyaman untuk bersalin pada fasilitas kesehatan yang ditangani oleh
dokter atau perawat laki-laki.
b. Teknologi
Kemajuan teknologi dapat menurunkan pemanfaatan pelayanan kesehatan,
sebagai contoh dengan ditemukannya berbagai macam vaksin pencegahan
penyakit menular yang dapat mengurangi angka penyakit.

2. Faktor Organisasional
a. Ketersediaan sumber daya yaitu suatu pelayanan hanya bisa digunakan
apabila jasa tersebut tersedia.
b. Keterjangkauan lokasi yaitu peningkatan akses yang dipengaruhi oleh
berkurangnya jarak, waktu tempuh, maupun biaya tempuh yang
mengakibatkan peningkatan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
c. Keterjangkauan sosial, konsumen memperhitungkan sikap dan
karakteristik provider terhadap konsumen seperti etnis, jenis kelamin,
umur, ras, dan hubungan keagamaan.
d. Karakteristik struktur organisasi pelayanan dan proses, berbagai macam
bentuk praktik pelayanan kesehatan dan cara memberikan pelayanan
kesehatan mengakibatkan pola pemanfaatan yang berbeda-beda.
3. Faktor Interaksi Konsumen dan Provider (penyedia pelayanan)
a. Faktor yang berhubungan dengan konsumen, dipengaruhi oleh:
1) Faktor sosio demografi, meliputi: umur, seks, ras, bangsa, status
perkawinan, jumlah anggota keluarga, status sosial ekonomi
(pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan).
2) Faktor sosio psikologi, meliputi: persepsi sakit, gejala sakit, dan
keyakinan terhadap perawatan medis/dokter, dan
3) Faktor epidemiologis, meliputi mortalitas, morbilitas, disability, dan
faktor resiko.
b. Faktor yang berhubungan dengan provider, dipengaruhi oleh:
1) Faktor ekonomi, yaitu adanya keterbatasan konsumen untuk
mengakses pelayanan kesehatan.
2) Faktor karakteristik provider, meliputi tiga tipe pelayanan kesehatan,
sikap petugas, keahlian petugas, dan fasilitas yang dimiliki oleh
pelayanan kesehatan tersebut.

C. Landasan Teori
1. Tindakan medik adalah tindakan pemberian suatu substansi yang digunakan
untuk mendiagnosa, menyembuhkan, mengatasi, membebaskan, atau
mencegah penyakit (Priharjo, 2005).
2. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 1239/Menkes/Sk/XI/2001 tentang
Registrasi dan Praktik Keperawatan, pasal 15 (d) dinyatakan bahwa perawat
tidak dapat melakukan tindakan medik. Tindakan medik hanya dapat
dilakukan berdasarkan permintaan tertulis dari dokter. Dalam hal ini perawat
bekerja secara kolaboratif dengan dokter. Namun dalam kenyataanya, banyak
ditemukan kasus tindakan medik yang dilakukan oleh perawat tanpa
kolaboratif (Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 2008).

Anda mungkin juga menyukai