Disusun Oleh
Nim :-
A. Perilaku Etik
Dua perilaku etik yang harus dimiliki oleh perawat profesional yaitu:
1. Etik yang Berorientasi pada Kewajiban
Dalam hal ini, pedoman perawat adalah apa saja yang harus wajib dilakukan
dan kewajibannya dalam bertindak.
2. Etik yang Berorientasi pada Larangan
Pedoman yang digunakan adalah apa saja yang dilarang yang tidak boleh
dilakukan oleh perawat sesuai kewajiban dan kebajikan.
Hukum dikeluarkan oleh badan pemerintah dan harus dipatuhi oleh setiap
warganya. Jika tidak mematuhi hukum maka setiap orang akan terikat denda atau
bahkan hukuman penjara. Namun secara hukum, kita tidak perlu takut akan terikat
denda atau hukuman penjara jika:
1. Hanya melakukan hal-hal yang diajarkan dan hanya ada pada cakupan
pelatihan anda.
2. Selalu memiliki keterampilan dan pengetahuan yang terbaru.
3. Menempatkan keselamatan dan kesejahteraan pasien sebagai hal yang
terpenting.
A. Karakteristik Perawat
1. Tingkat Pengetahuan
Menurut hasil penelitian Sudiro (2005), banyaknya kasus tindakan medik yang
dilakukan oleh perawat khususnya perawat yang berada di daerah pedesaan,
disebabkan oleh rendahnya tingkat pengetahuan perawat terhadap fungsi dan
peranannya.
2. Tingkat Pendapatan
Banyak perawat bergaji di bawah Upah Minimum Regional (UMR). Sebagai
gambaran, gaji perawat pemerintah di Indonesia antara Rp 300.000,-
Rp1.000.000,- per bulan tergantung golongan, sementara perawat di Filipina
tak kurang dari Rp 3.500.000,-. Wajar jika para perawat melakukan tindakan
medik mandiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Kompas, 2007).
3. Lama kerja
Lama kerja juga dapat memberikan implikasi yang berbeda terhadap
kemungkinan berbagai tindakan keperawatan lainnya. Semakin lama seorang
perawat menjalankan tugasnya, maka semakin banyak juga tindakan medik
yang mampu untuk dilakukan.
B. Karakteristik Pasien
Menurut Dever (1984) yang dikutip Ulina (2004) dalam Determinants of Health
Service Utilization, faktor karakteristik pasien atau masyarakat merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan disamping
faktor-faktor lain. Lebih jelas Dever menjelaskan faktor-faktor tersebut adalah:
1. Faktor Sosio Kultural
Ada 2 macam yaitu:
a. Norma dan Nilai
Seorang wanita hamil cenderung akan memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ditangani oleh seorang wanita. Hal ini menyebabkan banyak wanita
tidak nyaman untuk bersalin pada fasilitas kesehatan yang ditangani oleh
dokter atau perawat laki-laki.
b. Teknologi
Kemajuan teknologi dapat menurunkan pemanfaatan pelayanan kesehatan,
sebagai contoh dengan ditemukannya berbagai macam vaksin pencegahan
penyakit menular yang dapat mengurangi angka penyakit.
2. Faktor Organisasional
a. Ketersediaan sumber daya yaitu suatu pelayanan hanya bisa digunakan
apabila jasa tersebut tersedia.
b. Keterjangkauan lokasi yaitu peningkatan akses yang dipengaruhi oleh
berkurangnya jarak, waktu tempuh, maupun biaya tempuh yang
mengakibatkan peningkatan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
c. Keterjangkauan sosial, konsumen memperhitungkan sikap dan
karakteristik provider terhadap konsumen seperti etnis, jenis kelamin,
umur, ras, dan hubungan keagamaan.
d. Karakteristik struktur organisasi pelayanan dan proses, berbagai macam
bentuk praktik pelayanan kesehatan dan cara memberikan pelayanan
kesehatan mengakibatkan pola pemanfaatan yang berbeda-beda.
3. Faktor Interaksi Konsumen dan Provider (penyedia pelayanan)
a. Faktor yang berhubungan dengan konsumen, dipengaruhi oleh:
1) Faktor sosio demografi, meliputi: umur, seks, ras, bangsa, status
perkawinan, jumlah anggota keluarga, status sosial ekonomi
(pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan).
2) Faktor sosio psikologi, meliputi: persepsi sakit, gejala sakit, dan
keyakinan terhadap perawatan medis/dokter, dan
3) Faktor epidemiologis, meliputi mortalitas, morbilitas, disability, dan
faktor resiko.
b. Faktor yang berhubungan dengan provider, dipengaruhi oleh:
1) Faktor ekonomi, yaitu adanya keterbatasan konsumen untuk
mengakses pelayanan kesehatan.
2) Faktor karakteristik provider, meliputi tiga tipe pelayanan kesehatan,
sikap petugas, keahlian petugas, dan fasilitas yang dimiliki oleh
pelayanan kesehatan tersebut.
C. Landasan Teori
1. Tindakan medik adalah tindakan pemberian suatu substansi yang digunakan
untuk mendiagnosa, menyembuhkan, mengatasi, membebaskan, atau
mencegah penyakit (Priharjo, 2005).
2. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 1239/Menkes/Sk/XI/2001 tentang
Registrasi dan Praktik Keperawatan, pasal 15 (d) dinyatakan bahwa perawat
tidak dapat melakukan tindakan medik. Tindakan medik hanya dapat
dilakukan berdasarkan permintaan tertulis dari dokter. Dalam hal ini perawat
bekerja secara kolaboratif dengan dokter. Namun dalam kenyataanya, banyak
ditemukan kasus tindakan medik yang dilakukan oleh perawat tanpa
kolaboratif (Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 2008).