Anda di halaman 1dari 9

PENGANTAR IKONOGRAFI

Oleh :

NAMA : I MADE SUPARMA NETRA

NIM : 1501405004

JURUSAN ARKEOLOGI
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS UDAYANA
2015 / 2016
Buddha Mahayana berasal dari bahasa Sanskerta mahayana yang secara harafiah berarti
Kendaraan Besar. Adalah satu dari dua aliran utama Agama Buddha dan merupakan istilah
pembagian filosofi dan ajaran Sang Buddha. Mahayana, yang dilahirkan di India, digunakan atas
tiga pengertian utama:

1. Sebagai tradisi yang masih berada, Mahayana merupakan kumpulan terbesar dari dua
tradisi Agama Buddha yang ada hari ini, yang lainnya adalah Theravada. Pembagian ini
seringkali diperdebatkan oleh berbagai kelompok.
2. Menurut cara pembagian klasifikasi filosofi Agama Buddha berdasarkan aliran
Mahayana, Mahayana merujuk kepada tingkat motifasi spiritual (yang dikenal juga
dengan sebutan Bodhisattvayana) Berdasarkan pembagian ini, pendekatan pilihan yang
lain disebut Hinayana, atau Shravakayana. Hal ini juga dikenal dalam Ajaran Theravada,
tetapi tidak dianggap sebagai pendekatan yang sesuai.
3. Menurut susunan Ajaran Vajrayana mengenai pembagian jalur pengajaran, Mahayana
merujuk kepada satu dari tiga jalan menuju pencerahan, dua lainnya adalah Hinayana
dan Vajrayana. Pembagian pengajaran dalam Agama Buddha Vajrayana, dan tidak
dikenal dalam ajaran Agama Buddha Mahayana dan Theravada.

Walaupun asal usul keberadaan Mahayana mengacu pada Buddha Gautama, para sejarawan
berkesimpulan bahwa Mahayana berasal dari India pada abad ke 1 atau abad ke 1 SM. Menurut
sejarawan, Mahayana menjadi gerakan utama dalam Agama Buddha di India pada abad ke 5,
mulai masa tersebut naskah-naskah Mahayana mulai muncul pada catatan prasasti di
India. Sebelum abad ke 11 (ketika Mahayana masih berada di India), Sutra-sutra Mahayana
masih berada dalam proses perbaikan. Oleh karena itu, beragam sutra dari sutra yang sama
mungkin muncul. Terjemahan-terjemahan ini tidak dianggap oleh para sejarawan dalam
membentuk sejarah Mahayana.

Dalam perjalanan sejarahnya, Mahayana menyebar keseluruh Asia Timur. Negara-negara yang
menganut ajaran Mahayana sekarang ini adalahCina, Jepang, Korea dan Vietnam dan penganut
Agama Buddha Tibet (etnis Himalaya yang diakibatkan oleh invasi Cina ke Tibet). Aliran Agama
Buddha Mahayana sekarang ini adalah "Pure Land", Zen, Nichiren, Singon, Tibetan dan Tendai.
Ketiga terakhir memiliki aliran pengajaran baik Mahayana maupun Vajrayana.

Buddha Hinayana adalah istilah dalam agama Buddha yang muncul


setelah Mahayana berkembang. Istilah ini sebenarnya kurang tepat dipakai. Penggunaan
pasangan yang lebih baik adalah Theravada - Mahayana, dan bukannya Hinayana - Mahayana.
Hinayana berarti kendaraan kecil, yang menunjukkan jumlah pengikut agama Buddha yang lebih
sedikit dibandingkan aliran Mahayana (kendaraan besar). Aliran Hinayana disebut juga
aliran Theravada. Hinayana merupakan aliran agama Buddha yang menekankan kemurnian dan
keotentikkan ajaran agama Buddha sesuai dengan yang diajarkan Buddha Siddharta Gautama.
Tidak seperti Mahayana yang menggunakan bahasa Sanskerta, Hinayana
menggunakan bahasa Pali dalam peribadatan dan teks Tripitaka. Saat ini basis utama pengikut
aliran Hinayana tersebar mulai dari Srilanka, Bhutan, Myanmar, Thailand, Vietnam, Kamboja,
dan Laos.

Buddha. Dari perkataan Sanskerta: "Budh" yang bermakna untuk mengetahui adalah gelar
kepada individu yang menyadari potensi penuh mereka untuk memajukan diri dan yang
berkembang kesadarannya. Dalam penggunaan kontemporer, ia sering digunakan untuk
merujuk Siddharta Gautama, guru agama dan pendiri Agama Buddha (dianggap "Buddha bagi
waktu ini"). Dalam penggunaan lain, ia merupakan tarikan dan contoh bagi manusia yang telah
sadar.

Penganut Buddha tidak menganggap Siddharta Gautama sebagai sang hyang Buddha pertama
atau terakhir. Secara teknis, Buddha, seseorang yang menemukan Dharma atau Dhamma (yang
bermaksud: Kebenaran; perkara yang sebenarnya, akal budi, kesulitan keadaan manusia, dan
jalan benar kepada kebebasan melalui Kesadaran, datang selepas karma yang bagus (tujuan)
dikekalkan seimbang dan semua tindakan buruk tidak mahir ditinggalkan.
Pencapaian nirwana (nibbana) di antara ketiga jenis Buddha adalah serupa, tetapi Samma-
Sambuddha menekankan lebih kepada kualitas dan usaha dibandingkan dengan dua lainnya.
Tiga jenis golongan Buddha adalah:

Samma-Sambuddha yang mendapat Kesadaran penuh tanpa guru, hanya dengan usaha
sendiri
Pacceka-Buddha atau Pratyeka-Buddha yang menyerupai Samma-Sambuddha, tetapi
senantiasa diam dan menyimpan pencapaian Dharma pada diri sendiri.
Savaka-Buddha yang merupakan Arahat (pengikut kesadaran), tetapi mencapai tahap
Kesadaran dengan mendengar Dhamma.

Kitap Suci agama Buddha adalah Tripitaka (dalam bahasa Sansekerta) atau Tipitaka (bahasa
Pali).

Tatha Gata
Diajarkan, bahwa Buddha juga terdiri dari lima skandha, dan tiap skandha adalah seorang
tokoh Buddha, yang disebut Tathagata. (Di Tebet disebut Jina). Kelima Tathagata itu ialah :
1) Wairoscana (Yang menerangi atau Yang Bersinar)
2) Aksobhya (Yang Tenang, tak terganggu)
3) Ratnasambhawa (Yang Dilahirkan dari Permata)
4) Amitabha (Terang yang kekal)
5) Amoghasiddhi (Keuntungan yang tak binasa).
Para Tathagata ini berbeda sekali keadaannya dengan Buddha yang biasa. Para Tathagata
adalah Buddha senantiasa, tidak pernah menjadi manusia, sedang Buddha yang biasa
menjadi manusia.
Perkembangan lebih lanjut adalah demikian, bahwa para Tathagata itu dihubungkan dengan
penjuru alam. Lima Tithagata itu dipandang bersama-sama membentuk tubuh alam
semesta. Demikianlah Aksobhya dipandang berkuasa di sorga sebelah timur,
Ratnasambhawa di selatan, Amitabha di barat, Amoghasiddhi di utara, dan Wairocana di
tengah-tengah langit.

Aliran Tantra
Pengaruh Tantra menimbulkan pada Mahayana ajaran tentang Adhi Buddha, yaitu Buddha
yang pertama, yang dipandang sudah ada pada mula pertama, yang tanpa asal, yang berada
karena dirinya sendiri, yang tak pernah tampak karena berada di dalam Nirwana.

Hakikat Adhi Buddha adalah terang yang murni. Ia timbul dari sunyata, kekosongan. Dengan
lima macam permenungan (dhyana) sang Adhi Buddha mengalir dari dirinya lima Buddha,
yang disebut Dhyana Buddha, yaitu: Wairocana, Aksobhya, Ratnasambhawa, Amitabha,
danAmoghasiddhi. Para Dhyani Buddha ini dipandang menguasai daerahnya sendiri-sendiri,
yang disebut Buddha-ksetra. Daerah-daerah itu ada yang digambarkan seperti alam yang
murni dan ada yang kurang murni, sesuai dengan tugas Dhyani Buddha masing-masing. Di
dalam daerahnya itu masing-masing mengajarkan Dharmanya kepada para makhluk dan
menolong manusia untuk mendapatkan pencerahan.

Dengan daya pengetahuan serta permenungannya para Dhyani Buddha melahirkan


limaBodhisattwa, yang disebut:
1) Dhyani Bodhisattwa, yaitu Wairocana melahirkan Samantabhadra.
2) Aksobhya melahirkan wajrapani.
3) Ratnasambhawa melahirkan Ratnapani
4) Amitabha melahirkan Padmapani atau Awalokiteswara.
5) Amohasiddhi melahirkan Wispapani.

Para Dhyani Bodhisattwa ini adalah pencipta alam bendani. Dunia yang mereka jadikan
dapat binasa. Ada tiga yang sudah binasa. Dunia yang sekarang adalah dunia yang keempat,
hasil karya Awalokiteswara, yang memiliki Amitabha sebagai pelindungnya.

Akhirnya para Dhyani Bodhisattwa memantulkan diri pada lima Buddha dalam bentuk
manusia, yang disebut: Manusia Buddha, yaitu secara beruntun: Krakucchanda,
Kanakamuni, Kasyapa, Sakyamuni, dan Maitreya. Mereka adalah guru utusan para Dhyani
Bodhisattwa.
Kesatuan ajaran tentang Buddha yang bermacam-macam itu didapatkan dalam ajaran
tentang tiga tubuh Buddha (trikaya). Ketiga tubuh itu adalah: Dharmakaya,
Sambhogakaya, danNirmanakaya. Dharmakaya adalah tubuh kebahagiaan, tubuh hakiki,
sedang Sambhogakaya adalah penjelmaan sorgawi Dharmakaya dan Nirmanakaya adalah
tubuh penampakan, emanasi (pengaliran), transformasi atau pemantulan tubuh sorgawi,
yaitu tubuh yang tampak pada tiap Manusia Buddha.

Di dalam agama Hindhu, Dharmakaya adalah Brahman, yang tanpa waktu dan tanpa sifat,
sedang Sambhogakaya direalisasikan dalam bentuk Iswara. Adapun Nirmanakaya adalah
penampakan Iswara dalam Awataranya atau penitisannya.
Sebutan lain dari Dharmakaya adalah Swabhawakaya atau tubuh yang menampakkan tabiat
atau hakikatnya sendiri, jadi sama dengan apa yang di dalam agama Hindhu
disebut Swarupa,bentuknya sendiri. Selanjutya Dharmakaya juga disebut Sunya, yang
kosong Nirwana, kelepasan yang kekal, Bodhi, hikmat, Prajna, hikmat
ilahi, Tathagatagarbha, kandungan Tathagata, dan sebagainya. Dari sebutan-sebutan itu
jelaslah bahwa Dharmakaya adalah suatu asas jiwani, yang meliputi segala sesuatu, yang tak
terselidiki. Kadang-kadang Dharmakaya dipersonifikasikan sebagai Adhi Buddha, kadang-
kadang sebagai Wairocana, jika Wairocana dipandang sebagai Buddha yang tertinggi.

Sebagai Buddha yang tertinggi Dharmakaya dipandang


memiliki saktinya, yaituPrajnaparamita, Hikmat yang Tertinggi, atau Budhi. Prajnaparamita
juga dipakai sebagai sebutan kitab, atau kelompok kitab-kitab dalam Mahayana. Akhirnya
Prajnaparamita dipersonifikasikan juga sebagai seorang Dewi, seperti halnya dengan sakti di
dalam agama Hindu.

Prajnaparamita (sakti) dipandang sebagai satu dengan Dharmakaya, sama seperti sakti
adalah satu dengan Siwa. Oleh karena itu, maka Prajnaparamita dipandang juga
sebagaikebuddhaun, tempat tiap Bodhisattwa dilarutkan, atau menjadi fana. Selanjutnya
Prajnaparamita juga dipandang dengan Ibu-Buddha, yang mengandung Buddha, yang
menjadi sumber segala sesuatu yang ada, baik jasmani maupun rohani.

Sambhogakaya adalah penjelmaan Dharmakaya dalam alam sorgawi. Di situ Sambhogakaya


dipandang sama dengan para dewa di sorga, yang memiliki namarupa, tetapi yang
mahatahu, yang berada dimana-mana dan mahakuasa. Buddha dalam arti ini dapat
disamakan dengan Iswara di dalam agama Hindu, yang dapat disembah dengan bermacam-
macam sebutan, seperti misalnya: Siwa dan Wisnu. Di dalam agama Buddha Mahayana,
Buddha-buddha ini disebut Dhyani Buddha.

Buddha yang berfungsi sebagai dewa pada zaman sekarang ini


adalah Amitabha atau Amida.Ia memerintah di dalam sorganya Sukhawati di sebelah barat.
Sebagai juru selamatnya atau Dhyani Bodhisattwanya adalah Awalokiteswara, sedang Guru
atau Utusannya adalah Gautama. Akhirnya, Nirmanakaya, adalah daratan Buddha yang
tampak mengalir atau dipantulkan dari Sambhogakaya. Tubuh ini ditampakkan oleh
Sakyamuni atau Gautama, setelah ia menjadi Buddha.

Demikianlah ajaran tentang Trikaya mempersatukan Buddha yang bermacam-macam tadi.


Tiap Buddha mendapat bagian dari tabiat Trikaya itu. Hakikat Buddha yang sebenarnya
adalah Budhi, pencerahan.
Bodhisattwa

Dalam ajaran agama Buddha, seorang Bodhisatwa; Bodhisattva (bahasa Sanskerta)


atauBodhisatta (bahasa Pali) atau Photishat (bahasa Thai: ) adalah makhluk yang
mendedikasikan dirinya demi kebahagiaan makhluk selain dirinya di alam semesta. Dapat juga
diartikan "calon Buddha".

Dalam bahasa Sanskerta, istilah Bodhisatwa terdiri dari dua kata, yaitu bodhi yang berarti
pencerahan atau penerangan, dan sattwa yang berarti makhluk. Bodhisatwa juga merujuk
kepadaBuddha di kehidupan sebelum-Nya. Dalam ajaran Mahayana, Bodhisatwa mengambil
janji untuk tidak memasuki nirwana sebelum semua makhluk mencapai ke-Buddha-an. Artinya ia
menunda memasuki nirwana dan memilih turun ke bumi mengorbankan dirinya untuk membantu
makhluk lain mencapai pencerahan. Karena itulah Bodhisatwa dikenal memiliki sifat welas asih
dan sifat tidak mementingkan diri sendiri dan rela berkorban. Ini tidak sama dengan di
tradisi Theravada pada umumnya, makhluk yang mencapai pencerahan adalah Arahat, bukan
Buddha.

Arti Bodhisatwa pada Pali Canon (kumpulan koleksi kitab pada ajaran Theravada) dan tradisi
Theravada tidak mengatakan bahwa seorang Bodhisatwa membuat janji tidak akan mencapai
penerangan sebelum semua orang lain mencapai penerangan. Ini merupakan inovasi dari
Mahayana. Jadi seorang Bodhisatta dan seorang Bodhisatwa merupakan hal yang berbeda.

Para Bodhisatwa sangat dikagumi di dalam seni terkenal, termasuk salah satu patung tertinggi
dari Bodhisatwa di Vihara Puning di Cina, dibangun pada tahun 1755.
Dhyani Bodhisattwa
Dhyani Buddha adalah para Buddha yang telah mencapai Samyak Sambodhi menurut waktu kosmik
atau disebut juga Kosmik Buddha jauh sebelum Sakyamuni Buddha menurut sejarah. Mudra adalah
suatu gerakan tangan yang mempunyai arti dan lambang.
Menurut Mahayana-Tantrayana ada Panca Dhyani Buddha yaitu :

Dengan Bhumisparsa mudra yaitu telapak


tangan kiri ke atas dan diatas pangkuan,
telapak tangan kanan menelungkup di atas
Aksobhya lutut kanan, menunjukkan bumi sebagai
1 Dhyani Buddha : saksi.

dengan Wara Mudra yaitu telapak tangan


kiri terbuka ke atas pengkuan, telapak
Ratnasambhava tangan kanan terbuka diatas lutut kanan,
2 Dhyani Buddha : memberikan anugerah dan berkah.

dengan Dhyana mudra yaitu telapak


Amitabha tangan kanan diatas telapak tangan kiri di
3 Dhyani Buddha : pangkuan bermeditasi

dengan Abhaya Mudra yaitu telapak tangan


kiri terbuka diatas pangkuan telapak tangan
kanan diatas lutut kanan dengan jari-jari
Amoghasidhi terbuka ke atas, ibu jari ke dalam, artinya
4 Dhyani Buddha : jangan takut.

dengan Witarka mudra yaitu telapak tangan


kiri terbuka diatas pangkuan, telapak
tangan kanan diatas lutut kanan, tiga jari :
tengah, manis, dan kelingking ke atas, ibu
Wairocana jari dan jari telunjuk membentuk lingkaran,
5 Dhyani Buddha : artinya telah menguasai tiga loka (triloka)
Dengan daya pengetahuan serta permenungannya para Dhyani Buddha melahirkan
limaBodhisattwa, yang disebut:
1) Dhyani Bodhisattwa, yaitu Wairocana melahirkan Samantabhadra.
2) Aksobhya melahirkan wajrapani.
3) Ratnasambhawa melahirkan Ratnapani
4) Amitabha melahirkan Padmapani atau Awalokiteswara.
5) Amohasiddhi melahirkan Wispapani.

Para Dhyani Bodhisattwa ini adalah pencipta alam bendani. Dunia yang mereka jadikan
dapat binasa. Ada tiga yang sudah binasa. Dunia yang sekarang adalah dunia yang keempat,
hasil karya Awalokiteswara, yang memiliki Amitabha sebagai pelindungnya.
Akhirnya para Dhyani Bodhisattwa memantulkan diri pada lima Buddha dalam bentuk
manusia, yang disebut: Manusia Buddha, yaitu secara beruntun: Krakucchanda,
Kanakamuni, Kasyapa, Sakyamuni, dan Maitreya. Mereka adalah guru utusan para Dhyani
Bodhisattwa.
Kesatuan ajaran tentang Buddha yang bermacam-macam itu didapatkan dalam ajaran
tentang tiga tubuh Buddha (trikaya). Ketiga tubuh itu adalah: Dharmakaya,
Sambhogakaya, danNirmanakaya. Dharmakaya adalah tubuh kebahagiaan, tubuh hakiki,
sedang Sambhogakaya adalah penjelmaan sorgawi Dharmakaya dan Nirmanakaya adalah
tubuh penampakan, emanasi (pengaliran), transformasi atau pemantulan tubuh sorgawi,
yaitu tubuh yang tampak pada tiap Manusia Buddha.

Di dalam agama Hindhu, Dharmakaya adalah Brahman, yang tanpa waktu dan tanpa sifat,
sedang Sambhogakaya direalisasikan dalam bentuk Iswara. Adapun Nirmanakaya adalah
penampakan Iswara dalam Awataranya atau penitisannya.
Sebutan lain dari Dharmakaya adalah Swabhawakaya atau tubuh yang menampakkan tabiat
atau hakikatnya sendiri, jadi sama dengan apa yang di dalam agama Hindhu
disebut Swarupa,bentuknya sendiri. Selanjutya Dharmakaya juga disebut Sunya, yang
kosong Nirwana, kelepasan yang kekal, Bodhi, hikmat, Prajna, hikmat
ilahi, Tathagatagarbha, kandungan Tathagata, dan sebagainya. Dari sebutan-sebutan itu
jelaslah bahwa Dharmakaya adalah suatu asas jiwani, yang meliputi segala sesuatu, yang tak
terselidiki. Kadang-kadang Dharmakaya dipersonifikasikan sebagai Adhi Buddha, kadang-
kadang sebagai Wairocana, jika Wairocana dipandang sebagai Buddha yang tertinggi.

Sebagai Buddha yang tertinggi Dharmakaya dipandang


memiliki saktinya, yaituPrajnaparamita, Hikmat yang Tertinggi, atau Budhi. Prajnaparamita
juga dipakai sebagai sebutan kitab, atau kelompok kitab-kitab dalam Mahayana. Akhirnya
Prajnaparamita dipersonifikasikan juga sebagai seorang Dewi, seperti halnya dengan sakti di
dalam agama Hindu.

Prajnaparamita (sakti) dipandang sebagai satu dengan Dharmakaya, sama seperti sakti
adalah satu dengan Siwa. Oleh karena itu, maka Prajnaparamita dipandang juga
sebagaikebuddhaun, tempat tiap Bodhisattwa dilarutkan, atau menjadi fana. Selanjutnya
Prajnaparamita juga dipandang dengan Ibu-Buddha, yang mengandung Buddha, yang
menjadi sumber segala sesuatu yang ada, baik jasmani maupun rohani.

Sambhogakaya adalah penjelmaan Dharmakaya dalam alam sorgawi. Di situ Sambhogakaya


dipandang sama dengan para dewa di sorga, yang memiliki namarupa, tetapi yang
mahatahu, yang berada dimana-mana dan mahakuasa. Buddha dalam arti ini dapat
disamakan dengan Iswara di dalam agama Hindu, yang dapat disembah dengan bermacam-
macam sebutan, seperti misalnya: Siwa dan Wisnu. Di dalam agama Buddha Mahayana,
Buddha-buddha ini disebut Dhyani Buddha.

Buddha yang berfungsi sebagai dewa pada zaman sekarang ini


adalah Amitabha atau Amida.Ia memerintah di dalam sorganya Sukhawati di sebelah barat.
Sebagai juru selamatnya atau Dhyani Bodhisattwanya adalah Awalokiteswara, sedang Guru
atau Utusannya adalah Gautama. Akhirnya, Nirmanakaya, adalah daratan Buddha yang
tampak mengalir atau dipantulkan dari Sambhogakaya. Tubuh ini ditampakkan oleh
Sakyamuni atau Gautama, setelah ia menjadi Buddha.

Demikianlah ajaran tentang Trikaya mempersatukan Buddha yang bermacam-macam tadi.


Tiap Buddha mendapat bagian dari tabiat Trikaya itu. Hakikat Buddha yang sebenarnya
adalah Budhi, pencerahan.

Anda mungkin juga menyukai