Anda di halaman 1dari 22

SIROSIS HATI

1. KONSEP DASAR
1.1 PENGERTIAN:
Sirosis hati merupakan penyakit hati menahun yang ditandai dengan gambaran patologi
berupa fibrosis yang merata, pembentukan nodul-nodul parenkim hati disertai
menghilangnya gambaran lobulus hati yang normal. Pada penyakit ini terdapat kerusakan
sel-sel hati yang berakibat menghilangnya sel-sel tersebut secara ekstensif dengan disertai
kerusakan saluran pembuluh-pembuluh darah didalam hati. (Hernomo, 1983)

1.2 ETIOLOGI:
Hepatitis Virus
Alkoholisme
Penyakit metabolik ( hemokromatosis, penyakit Wilson, defisiensi alfa-1 antitripsin,
Glikogenosis tipe IV, galaktosemi)
Penyakit saluran empedu (sirosis bilier primer, obstruksi saluran empedu
ekstrahepatik)
Venous overflow obstruction (veno-occlusive disease, sindroma budd-Chiari)
Racun dan obat-obatan (alkaloid pyrolizidine, Methotrexate, Oxyphenisatin, Alpa
methyldopa)
Operasi pintasan usus untuk obesitas.

1.3 PENGELOLAAN:
Pengelolaan penderita sirosis yang kompensata ditujukan untuk mengenali sedini
mungkin adanya tanda-tanda kegagalan faal hati.
Dasar-dasar pemberian diet yang adekuat dengan menghindari alkohol harus
dijelaskan pada penderita.
Pemberian diet dengan protein sebanyak 1 gram/kg BB, kecuali bila ada malnutrisi.
Diit rendah garam dan diuretika dapat diberikan pada penderita yang mempunyai
sembab tungkai dan asites.
Bila timbul tanda-tanda ensefalohepatik dibutuhkan diet rendah protein.

1
1.4 PATOFISIOLOGI
Pembentukan nodul-nodul parenkhim hati, me jumlah sel-sel hati yang progresif,
meluasnya jaringan fibrosis.

Sindroma kegagalan faal hati: Kerusakan pembuluh darah intra -


Ikterus, disfungsi sistem saraf pusat, hepatik
sembab tungkai, asites (karena hipo Albumin),
anoreksia penurunan BB, Cachexia Me tahanan aliran darah

Kelemahan badan Pe tekanan portalhepatik yg


sifatnya menetap

Hipertensi portal

Perdarahan SMBA * Varises esofagus & lambung


(hematemesis/melena) * Hipersplenisme

* Anemia ringan s/d berat Anemia


* Syok hipovulemik Lekopeni Resk. infeksi
* Koma hepaticum Trombositopeni Resk. perdarahan

Kematian

* Pada keadaan lanjut Defisiensi faktor-faktor pembekuan darah


( Pe PPT & PTT) Resiko perdarahan
Resistensi thd insulin endogen Gangguan pada GTT
Hiperaldosteronisme sekunder dilutional hyponatremi
& hipokalemi
2. PENGKAJIAN
2.1. Data demografi:
Pada umumnya sebagian besar penderita sirosis hati berusia antara 40 dan 70 tahun, rata-
rata 50 tahun. Pria pada umumnya lebih banyak terkena , terutama pada bentuk sirosis
alkoholik, kriptogenik dan hemokromatosis; sedang wanita lebih dominan pada penyakit
Wilson, sirosis bilier dan hepatitis kronik aktif.
2.2 Keluhan utama:
Penyakit ini dapat berjalan tanpa keluhan dan dapat juga dengan atau tanpa gejala klinik

2
yang jelas. Mula-mula timbul kelemahan badan, rasa cepat payah yang makin menghebat,
nafsu makan menurun, penurunan berat badan, badan menguning (ikterus), demam ringan,
sembab tungkai dan pembesaran perut (asites).
2.3 Aktivitas istirahat:
Kelemahan, kelelahan.
2.4 Sistem kardiovaskuler/Sirkulasi:
Riwayat perikarditis, penyakit jantung reumatik, kanker (malfungsi hati menimbulkan
kegagalan hati). Disritmia, bunyi jantung tambahan (S3, S4). Vena abdomen distensi.
2.5 Sistem Pernapasan:
Dispnea, takhipnea, pernapasan dangkal, bunyi napas tambahan. Ekspansi paru terbatas
disebabkan karena asites atau efusi pleura. Hipoksia. Napas berbau aseton.
2.6 Sistem Pencernaan
Distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali, asites), nyeri tekan abdomen kuadran
kanan atas. Penurunan/tak adanya bising usus. Feses warna tanah liat, melena. Anoreksia,
tidak toleran terhadap makanan/tak dapat mencerna. Mual/muntah, penurunan berat badan
atau peningkatan karena cairan. Perdarahan gusi.
2.7 Sistem perkemihan
Urine gelap,pekat.
2.8 Sistem persarafan/Neurosensori:
Perubahan kepribadian, penurunan mental: bingung, halusinasi, koma. Bicara lambat/tak
jelas. Asterik (ensefalopati hepatik)
2.9 Sistem Endokrin
Seksualitas: gangguan menstruasi, ginecomasti, impoten. Atrofi testis,
kehilangan rambut ( dada, bawah lengan, pubis).
Resistensi thd insulin endogen gangguan pada GTT (Glucosa Toleransi Test)
2.10 Sistem Integumen:
Kulit kering, turgor buruk, ikterik, angioma palmaris, spider naevi, pruritus,. edema
umum pada jaringan.
2.11 Sistem Muskuloskeletal:
Letargi, penurunan massa otot/tonus (atropi otot).

3. Pemeriksaan diagnostik:
3.1 Laboratorik:
Anemia ringan sampai berat, dengan penyebab perdarahanan SMBA akut atau
menahun, defisiensi asam folat, hipersplenisme dan efek langsung dari alkohol
terhadap sumsum tulang.
Lekopeni, trombositopeni, timbul akibat hipersplenisme atau efek langsung pada

3
sumsum tulang.
Hiperbilirubiemia, karena gangguan seluler, ketidakmampuan hati untuk
mengkonjunggasi, atau obstruksi bilier
Peningkatan alkali fosfatase, karena penurunan ekskresi
SGOT biasanya dibawah 250 unit, SGPT lebih rendah sampai normal
Albumin menurun, karena penekanan sintesis
Globulin meningkat, rasio albumin/globulin kurang dari 1.
Pemeriksaan kwantitatif imunoglobulin menunjukkan peningkatan semua fraksi,
terutama IgG.
BUN meningkat, menunjukkan kerusakan darah/protein
Pada keadaan lanjut bisa terjadi defisiensi faktor-faktor pembekuan darah dengan
peningkatan PPT dan PTT.
Kadar amonia darah meningkat, karena ketidakmampuan untuk berubah dari
amonia menjadi urea, menunjukkan adanya gabungan kegagalan faal hati dan
shunting dari darah portal ke sirkulasi sistemik.
Gangguan pada GTT, menunjukkan adanya resistensi terhadap insulin endogen.
Peningkatan diuresis pada pasien dengan asites dan sembab tungkai dapat
menimbulkan dilutional hiponatremia dan hipokalemia, yang menunjukkan adanya
hiperaldosternisme sekunder.
Kalsium: mungkin menurun sehubungan dengan gangguan absorbsi vitamin D.
Urobilinogen urine: ada/tidak ada. Sebagai penunjuk untuk membedakan penyakit
hati, penyakit hemolitik, dan obstruksi bilier.
3.2 Biopsi hati, untuk:
Menetapkan morfologi sirosis,
Menetapkan stadium aktivitas penyakit,
Mendapatkan informasi tentang perjalanan penyakit dan komplikasinya seperti
obstruksi saluran empedu intrahepatik dan timbulnya karsinoma hepatoseluler.
Mengetahui respon penyakit terhadap pengobatan, dan
Menetapkan dugaan faktor-faktor penyebabnya.
3.3 Pemeriksaan endoskopik dan radiologik:
Dapat ditemukan adanya varises esofagus.

4
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Diet tidak adekuat;
ketidakmampuan untuk memproses/mencerna makanan. Anoreksia, mual/muntah,
tidak mau makan, mudah kenyang (asites). Fungsi usus abnormal.
2) Volume cairan: kelebihan berhubungan dengan: gangguan mekanisme regukasi
(contoh SIADH, penurunan protein plasma, malnutrisi). Kelebihan
natrium/masukan cairan.
3) Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan: gangguan
sirkulasi/status metabolik. Akumulasi garam empedu pada kulit. Turgor kulit buruk,
penonjolan tulang, adanya edema, asites.
4) Resiko tinggi pola pernapasan tak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan
intra abdomen (asites). Penurunan ekspansi paru, akumulasi sekret. Penurunan
energi, kelemahan.
5) Resiko tinggi cedera (hemoragi) berhubungan dengan profil darah abnormal:
gangguan faktor pembekuan (penurunan produksi protrombin, fibrinogen, dan
faktor VIII, IX dan X; gangguan absorpsi vitamin K dan pengeluaran
tromboplastin). Hipertensi portal.
6) Resiko tinggi terhadap perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan
fisiologis: peningkatan kadar amonia serum, ketidakmampuan hati untuk
detoksikasi enzim/obat tertentu.
7) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat, kesalahan interpretasi.
Ketidakbiasaan terhadap sumber-sumber informasi.
8) Gangguan harga diri/citra tubuh berhubungan dengan perubahan biofisika/gangguan
penampilan fisik. Prognosis yang meragukan, perubahan peran fungsi. Pribadi
rentan.

5. RENCANA KEPERAWATAN
DP 1 :
Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Diet tidak adekuat;
ketidakmampuan untuk memproses/mencerna makanan. Anoreksia, mual/muntah, tidak
mau makan, mudah kenyang (asites). Fungsi usus abnormal.
Tujuan:
Menunjukkan peningkatan berat badan progresif mencapai tujuan dengan nilai
laboratorium normal.
Kriteria evaluasi
Pasien tidak mengalami tanda malnutrisi lebih lanjut.

5
INTERVENSI RASIONAL
Ukur masukan diet harian dengan Memberikan informasi tentang kebutuhan
jumlah kalori. pemasukan/defisiensi.
Timbang sesuai indikasi. Mungkin sulit untuk menggunakan BB sebagai
Bandingkan perubahan status indikator langsung status nutrisi karena ada
cairan, riwayat berat badan, ukuran gambaran edema/asites. Lipatan kulit trisep
kulit trisep. berguna dalam mengkaji perubahan massa otot
Bantu dan dorong pasien untuk dan simpanan lemak subcutan.
makan, jelaskan alasan tipe diet. Diet yang tepat penting untuk penyembuhan.
Bantu pasien makan bila pasien Pasien mungkin makan lebih baik bila keluarga
mudah lelah, atau biarkan orang terlibat dan makanan yang disukai sebanyak
terdekat membantu pasien. mungkin.
Pertimbangkan pilihan makanan
yang disukai
Dorong pasien untuk makan semua Pasien mungkin hanya makan sedikit karena
makanan/makanan tambahan. kehilangan minat pada makanan dan mengalami
mual, kelemahan umum, malaise.
Berikan makanan sedikit dan Buruknya toleransi terhadap makan banyak
sering. mungkin berhubungan dengan peningkatan
tekanan intra abdomen/asites.
Berikan tambahan garam bila Tambahan garam meningkatkan rasa makanan dan
diizinkan; hindari yang membantu meningkatkan selera makan; amonia
mengandung amonium. potensial resiko ensefalopati.
Batasi masukan kafein, makanan Membantu dalam menurunkan iritasi gaster/diare
yang menghasilkan gas atau dan ketidaknyamanan abdomen yang dapat
berbumbu dan terlalu panas atau mengganggu pemasukan oral/pencernaan.
terlalu dingin.
Berikan makanan halus, hindari Perdarahan dari varises esofagus dapat terjadi
makanan kasar sesuai indikasi. pada siriosis berat.
Berikan perawatan mulut sering Pasien cenderung mengalami luka atau
dan sebelum makan. perdarahan gusi dan rasa tak enak pada mulut
dimana menambah anoreksia.
Tingkatkan periode tidur tanpa Penyimpanan energi menurunkan kebutuhan
gangguan, khususnya sebelum metabolik pada hati dan meningkatkan regenerasi
makan. seluler.
Anjurkan menghentikan merokok. Menurunkan rangsangan gaster berlebihan dan
resiko iritasi /perdarahan.
Awasi pemeriksaan laboratorium, Glukosa menurun karena gangguan glikogenesis,
contoh glukosa serum, albumin, penurunan simpanan glikogen, atau masukan
total protein, amonia. takadekuat. Protein menurun karena gangguan

6
metabolisme, penurunan sintesis hepatik, atau
kehilangan kerongga peritonial (asites).
Peningkatan kadar amonia perlu pembatasan
masukan protein untuk mencegah komplikasi
serius.
Pertahankan status puasa bila Pada awalnya, pengistirahatan GI diperlukan
diindikasikan. untuk menurunkan kebutuhan pada hati dan
produksi amonia/urea GI.

Konsul ahli diit untuk memberikan Makanan tinggi kalori dibutuhkan pada
diet tinggi dalam kalori dan kebanyakan pasien yang pemasukannya dibatasi,
karbohidrat sederhana, rendah karbohidrat memberikan energi siap pakai. Lemak
lemak, dan tinggi protein sedang; diserap dengan buruk karena disfungsi hati dann
batasi natrium dan cairan bila mungkin memperberat ketidaknyamanan
perlu. Berikan tambahan cairan abdomen. Protein diperlukan pada perbaikan
sesuai indikasi. kadar protein serum untuk menurunkan edema
dan untuk meningkatkan regenerasi sel hati.
Berikan makanan dengan selang, Mungkin diperlukan untuk diet tambahan untuk
hiperalimentasi, lipid sesuai memberikan nutrien bila pasien terlalu mual atau
indikasi. anoreksia untuk makan atau varises esofagus
mempengaruhi masukan oral.
Berikan obat sesuai indikasi, Pasien biasanya kekurangan vitamin karena diet
misal: tambahan vitamin, tiamin, yang buruk sebelumnya. Juga hati tidak dapat
besi, asam fosfat, menyimpan vit. A, B Komplek, D, dan K. Juga
dapat terjadi kekurangan besi dan asam fosfat
yang menimbulkan anemia.
Sink, Meningkatkan rasa kecap/bau yang dapat
merangsang napsu makan.
Enzim pencernaan, contoh: Meningkatkan pencernaan lemak dan dapat
pankreatin menurunkan steatore/diare.
Antiemetik. Digunakan dengan hati-hati untuk menurunkan
mual/muntah dan meningkatkan masukan oral.

DP 2 :
Perubahan volume cairan: kelebihan berhubungan dengan gangguan mekanisme regukasi
(contoh SIADH, penurunan protein plasma, malnutrisi). Kelebihan natrium/masukan
cairan.
Tujuan: tidak terjadi kelebihan cairan
Kriteria evaluasi:

7
menunjukkan volume cairan stabil
pemasukan dan pengeluaran seimbang
berat badan stabil, tidak ada edema
tanda vital dalam rentang normal
Intervensi Rasional
Ukur masukan dan haluaran, catat Menunjukkan status volume sirkulasi,
keseimbangan positif. Timbang terjadinya/perbaikan perpindahan cairan, dan
berat badan tiap hari dan catat respon terhadap terapi. Peningkatan berat badan
peningkatan lebih dari 0,5 kg/hari sering menunjukkan retensi cairan lanjut.
Awasi TD dan CVP. Catat Peningkatan TD biasanya berhubungan dengan
JVD/distensi vena. kelebihan volume cairan tetapi mungkin tidak
terjadi karena perpindahan cairan keluar area
vaskuler. Distensi juguler eksternal dan vena
abdominal sehubungan dengan kongesti vaskuler.
Auskultasi paru, catat penurunan Peningkatan kongesti pulmonal dapat
/tak adanya bunyi napas dan mengakibatkan konsolidasi, gangguan pertukaran
terjadinya bunyi tambahan. gas, dan komplikasi, contoh: edema paru.
Awasi disritmia jantung, auskultasi Mungkin disebabkan GJK, penurunan perfusi
bunyi jantung, catat terjadinya arteri koroner, dan ketidak seimbangan elektrolit.
irama gallop S3/S4.
Kaji derajad perifer/edema Perpindahan cairan pada jaringan sebagai akibat
dependen. retensi natrium dan air, penurunan albumin dan
penurunan ADH.
Ukur lingkar abdomen Menunjukkan akumulasi cairan (asites)
diakibatkan oleh kehilangan protein plasma/cairan
kedalam area peritoneal.
Dorong untuk tirah baring bila ada Dapat meningkatkan posisi rekumben untuk
asites. diuresis.
Berikan perawatan mulut. Menurunkan rasa haus.
Awasi albumin serum dan Penurunan albumin serum mempengaruhi tekanan
elektrolit (kalium & natrium). osmotik koloid plasma, mengakibatkan
pembentukan edema. Penurunan aliran darah
ginjal menyertai peningkatan ADH dan kadar
aldosteron dan penggunaan diuretik dapat
menyebabkan berbagai perpindahan/ketidak
Awasi seri foto dada. seimbangan elektrolit.
Kongesti vaskuler, edema paru, dan efusi pleural
Batasi natrium dan cairan sesuai sering terjadi.
indikasi. Natrium mungkin dibatasi untuk meminimalkan

8
retensi cairan dalam area ekstravaskuler.
Pembatasan cairan perlu untuk
memperbaiki/mencegah hiponatremi.
Berikan albumin bebas Albumin mungkin diperlukan untuk
garam/plasma ekspander sesuai meningkatkan tekanan osmotik koloid dalam
indikasi. kompartemen vaskuler, sehingga meningkatkan
volume sirkulasi efektif dan penurunan terjadinya
asites.
Berikan obat sesuai indikasi: misal Digunakan untuk mengontrol edema dan asites.
diuretik (spironolakton/aldscton; Mengambat efek aldosteron, meningkatkan
furosemid/ lasix. eksresi air sambil menghemat kalium, bila terapi
konservatif dengan tirah baring dan pembatasan
natrium tidak mengatasi.
Kalium Kalium serum dan seluler biasanya menurun
karena penyakit hati sesuai dengan kehilangan
urine.
Obat inotropik positif dan Diberikan untuk meningkatkan curah
vasodilatasi arterial. jantung/perbaikan aliran darah ginjal dan
fungsinya, sehingga menurunkan kelebihan
cairan.

DP 3 :
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi/status
metabolik. Akumulasi garam empedu pada kulit. Turgor kulit buruk, penonjolan tulang,
adanya edema, asites.
Tujuan: mempertahankan integritas kulit
Kriteria evaluasi:
Pasien akan mengidentifikasi faktor resiko dan menunjukkan perilaku/tehnik untuk
mencegah kerusakan kulit.
Intervensi Rasional
Lihat permukaan kulit/titik Edema jaringan lebih cenderung untuk
tekan secara rutin. Pijat mengalami kerusakan dan terbentuk dicubitus.
penonjolan tulang atau area Asites dapat meregangkan kulit sampai pada
yang tertekan terus menerus. titik robekan pada sirosis berat
Gunakan losion minyak.
Ubah posisi pada jadwal teratur, Pengubahan posisi menurunkan tekanan pada
saat di kursi/tempat tidur, bantu jaringan edema untuk memperbaiki sirkulasi.
dengan latihan rentang gerak Latihan meningkatkan sirkulasi dan
aktif/pasif. perbaikan/mempertahankan mobilitas sendi.
Tinggikan ekstrimitas bawah. Meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan

9
Pertahankan sprei kering dan edema pada ekstrimitas.
bebas lipatan. Kelembaban meningkatkan pruritus dan
Gunting kuku jari hingga meningkatkan resiko kerusakan kulit.
pendek; berikan sarung tangan Mencegah pasien dari cedera tambahan pada
bila diindikasikan. kulit khususnya bila tidur.
Berikan perawatan perineal Mencegah ekskoriasi kulit dari garam empedu.
setelah berkemih dan defekasi.
Gunakan kasur bertekanan Menurunkan tekanan kulit, meningkatkan
tertentu, kasur karton telur, sirkulasi dan menurunkan resiko
kasur air, kulit domba, sesuai iskemia/kerusakan jaringan.
indikasi.
Berikan losion kalamin. Berikan Mungkin menghentikan gatal sehubungan
kolestiramin (questran) bila dengan ikterik, garam empedu pada kulit.
diindikasikan.

DP4 :
Resiko tinggi pola pernafasan tak efektif berhubungan dengan Pengumpulan cairan
intra abdomen (asites). Penurunan ekspansi paru, akumulasi sekret. Penurunan
energi, kelemahan.
Tujuan: Mempertahankan pola pernapasan efektif.
Kriteria evaluasi:
Pasien akan bebas dispnea dan sianosis, dengan nilai BGA dan kapasitas vital dalam
rentang normal.
Intervensi Rasional
Awasi frekuensi, kedalaman, dan Pernapasan dangkal cepat/dispnea mungkin ada
upaya pernapasan sehubungan dengan hipoksia dan atau
Auskultasi bunyi napas, catat akumulasi cairan dalam abdomen.
krekels, mengi, ronkhi. Menunjukkan terjadinya komplikasi, contoh:
adanya bunyi tambahan menunjukkan
akumulasi cairan/sekresi, tak ada /menurunnya
bunyi atelektasis), meningkatkan resiko infeksi.
Perubahan mental dapat menunjukkan
Selidiki perubahan tingkat hipoksemia dan gagal pernapasan, yang sering
kesadaran. disertai koma hepatik.
Memudahkan pernapasan dengan menurunkan
Pertahankan kepala tempat tidur tekanan pada diafragma dan meminimalkan
tinggi. Posisi miring. ukuran aspirasi sekret.
Membantu ekspansi paru dan memobilisasi
Ubah posisi dengan sering, sekret.

10
dorong napas dalam, latihan dan
batuk. Menunjukkan timbulnya infeksi, contoh
Awasi suhu. Catat adanya pneumonia.
menggigil, meningkatnya batuk,
perubahan warna/karakter
sputum. Menyatakan perubahan status pernapasan,
Awasi seri BGA, nadi oksimetri, terjadinya komplikasi paru.
ukur kapasitas vital, foto dada. Mungkin perlu untuk mengobati/mencegah
Berikan tambahan oksigen sesuai hipoksia. Bila pernapasan /oksigenasi tidak
indikasi. adekuat, ventilasi mekanik sesuai kebutuhan.
Menurunkan insiden atelektasis, meningkatkan
Bantu dengan alat-alat mobilitas sekret.
pernapasan, contoh spirometri Kadang-kadang dilakukan untuk membuang
intensif, tiupan botol. cairan asites bila keadaan pernapasan tidak
Siapkan untuk/bantu untuk mebaik dengan tindakan lain.
prosedur, contoh: parasintesis. Bedah penanaman kateter untuk
Pirau peritoneovena. mengembalikan akumulasi cairan dalam
abdomen ke sistem sirkulasi melalui vena kava,
memberikan penghilangan asites jangka
panjang dan memperbaiki fungsi pernapasan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito L.J. (1999). Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. EGC

Doenges M.E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC.

Hernomo O.K. (1983). Pengelolaan Perdarahan Masif Varices Esofagus Pada Sirosis
Hati. Airlangga University Press.

Standar Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

12
ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN:
1.1 Identitas
Nama : Tn. M.Y.
Umur : 60 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia.
Agama : Islam
Alamat : Sidomukti RW 4 / RT 2, Gresik.
Pekerjaan : pensiunan TNIAL
Pendidikan : SLTA
Tgl.MRS : 24 Nopember 2001, Tgl. Pengkajian : 26 Nopember 2001
Diagnosa Medik : Sirosis Hati, Hematemesis Melena, Effusi Pleura Dextra.

1.2 Alasan MRS : klien muntah darah 3x , warna merah, jumlah 1 gelas (200
cc). Berak darah 4x warna hitam, kental, berlendir.
1.3 Riwayat penyakit sekarang:
Satu bulan sebelum MRS, klien dirawat di R.Interne I dengan keluhan b.a.b
seperti petis dan b.a.k warna seperti teh, tetapi beberapa hari kemudian urine
kembali normal.
Tiga bulan sebelum MRS klien dirawat di R.Tropik karena mencret > 6x, warna
kuning, klien merasa sesak.
1.4 Riwayat penyakit dahulu:
Tiga tahun yang lalu, Klien pernah sakit kuning dan dirawat di RSUD Dr. Sutomo selama 2
minggu. Tahun 2000 klien kembali dirawat di RSUD Dr. Sutomo dengan keluhan sulit
b.a.k, b.a.k sedikit-sedikit dan warnanya seperti teh. Riwayat DM (+) , HT (-).
1.5 Riwayat penyakit keluarga:
Klien merupakan anak tunggal, ayah dan ibu sudah meninggal, Ibu menderita DM.
1.6 Perilaku tidak sehat:
Klien merokok 1 pak perhari, minum alkohol tetapi tidak terlalu sering.

1.7 Observasi dan pemeriksaan fisik:


Keadaan umum: tampak lemah
BB: 60 kg, TB: 168 Cm
Pengkajian Body sistem
1). Pernapasan
Pernapasan melalui hidung, bentuk dada simetris, klien mengeluh sesak, RR 28x/menit ,

13
wheezing +/+, Ronchi -/-, hasil thorax foto: ada pleural efusion. Klien menggunakan
oksigen 2 l/menit.
2). Kardiovaskuler/sirkulasi:
S1, S2 tunggal, tidak ada suara tambahan, hasil EKG: irama sinus 75 x/menit.
Suhu: 36,5 C, nadi: 64x/menit, tekanan darah: 90/60, tidak ada edema tungkai.
3). Persarafan/neurosensori:
Kesadaran komposmentis (GCS: 4 5 6), pendengaran agak berkurang
4). Perkemihan Eliminasi uri
Klien terpasang dower kateter, produksi urine: warna kuning jernih, produksi urine 1100
cc/24 jam.
5). Pencernaan Eliminasi alvi
Klien mengeluh nyeri tekan pada abdomen kuadran kanan atas. Diet bubur susu klien hanya
makan seperempat porsi makanan yang dihidangkan, mengeluh perut terasa sebah mual,
rasa mau muntah, tidak ada nafsu makan /anoreksia. B.a.b mencret > 5 kali warna hitam,
6). Tulang otot integumen:
Kemampuan pergerakan sendi tidak ada gangguan, akral hangat, turgor cukup, kulit kering,
warna kulit ikterik, ada spider nevi pada kedua telapak tangan, penurunan massa otot/tonus
(+). Klien mengeluh kedua kaki terasa sakit (cekot-cekot). Klien mengeluh badan terasa
lemas.
1.8 Pemeriksaan laboratorium:
Hb: 10,3 gr/dl. Leko: 16,3. Trombo: 40. PCV: 0,31. GDA: 111. SGOT: 102.
BUN: 56. S.Creatinin: 3,40.
Cairan pleura glukosa: 104 mg/dl, cairan pleura protein: 1,73 gr/dl.
1.9 Terapi:
Cefotaxim 3x 1 gr IV, Vit.K 3x 1 ampul IV, Lactulose 3x CII, Antacid 3x CII.
Infus: Nacl 0,9% 14 tetes/menit.

14
2. ANALISA DATA
Data Kemungkinan penyebab Masalah
DS: klien mengeluh sesak. Akumulasi cairan didalam Pola pernapasan tidak efektif
DO: rongga pleura.
klien tampak sesak,
RR: 28x/menit, Wheezing +/
+, Ronchi -/-
Thorak foto: pleural efusion
DS: Perdarahan saluran makan Resiko tinggi terjadi
klien mengatakan b.a.b bagian atas. gangguan sirkulasi.
mencret > 5 x warna hitam.
Klien mengeluh badan terasa
lemas.
DO:
feses warna hitam, bising
usus . Hb 10,3, trombo 40,
TD: 90/60, nadi: 64x/menit.
Akral hangat, kulit kering.
DS: Diet tidak adekuat Resiko nutrisi kurang dari
klien mengeluh mual, rasa kebutuhan tubuh
mau muntah, tidak ada nafsu
makan.
DO:
Diet bubur susu, klien hanya
makan seperempat porsi
makanan yang dihidangkan.

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan akumulasi cairan didalam rongga
pleura yang ditandai klien tampak sesak, RR 28x/menit.
2. Resiko tinggi terjadi gangguan sirkulasi berhubungan dengan perdarahan saluran
makan bagian atas
3. Resiko perubahan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diet
tidak adekuat, anoreksia, mual.
4. RENCANA TINDAKAN
DP 1: Pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan akumulasi cairan didalam
rongga pleura yang ditandai klien tampak sesak, RR 28x/menit, Wheezing +/+.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan perawatan pola pernapasan efektif dalam waktu 2x24 jam.

15
Kriteria evaluasi:
Klien bebas dari dispnea, tidak sianosis, dengan nilai BGA dan kapasitas vital dalam
rentang normal.
Intervensi Rasional
Pantau frekuensi, kedalaman, dan Pernapasan dangkal cepat/dispnea mungkin ada
upaya pernapasan, auskultasi sehubungan dengan hipoksia dan atau
bunyi napas, catat krekels, mengi, akumulasi cairan dalam paru. Adanya bunyi
ronkhi. tambahan menunjukkan akumulasi
cairan/sekresi,
Pantau perubahan tingkat Perubahan mental dapat menunjukkan
kesadaran. hipoksemia dan gagal pernapasan, yang sering
disertai koma hepatik.
Berikan posisi semi fowler, Memudahkan pernapasan dengan menurunkan
pertahankan kepala tempat tidur tekanan pada diafragma dan meminimalkan
tinggi. ukuran aspirasi sekret.
Motivasi klien untuk napas Membantu ekspansi paru dan memobilisasi
dalam, latihan dan batuk. sekret.
Periksa BGA, foto dada. Menyatakan perubahan status pernapasan,
Berikan tambahan oksigen terjadinya komplikasi paru.
2l/menit. Untuk mencegah hipoksia.

DP 2: Resiko tinggi terjadi gangguan sirkulasi berhubungan dengan perdarahan saluran


makan bagian atas
Tujuan: selama dalam perawatan klien tidak terjadi gangguan sirkulasi .
Kriteria:
Tidak ada tanda-tanda hipovolemik syok, TD dalam batas normal ( 110/70), Nadi 60 80
x/menit. Tidak terjadi hipoksia. Akral hangat. Hb 10 gr%

INTERVENSI RASIONAL
Pantau tanda-tanda vital tiap 2 jam Peningkatan nadi dengan penurunan tekanan
darah dapat menunjukkan kehilangan
volume darah sirkulasi, memerlukan
Pantau adanya perdarahan saluran evaluasi lanjut.
makan bagian atas
Traktus GI merupakan sumber perdarahan
sehubungan dengan mukosa yang mudah rusak
Pantau dan catat perubahan tingkat
dan gangguan dalam haemostasis karena sirosis.
kesadaran
Perubahan dapat menunjukkan penurunan
perfusi jaringan serebral sekunder terhadap
Pantau Hb/ht dan faktor pembekuan
hipovolemia, hipoksemia.

16
Indikator anemia, perdarahan aktif atau
Berikan obat sesuai program dokter: terjadinya komplikasi.
Vit. K 3x1ampul iv. Meningkatkan sintesis protrombin dan koagulasi

DP 3: Resiko perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diet
tidak adekuat, anoreksia, mual.
Tujuan:
Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh.
Kriteria evaluasi - pasien akan:
Menunjukkan peningkatan berat badan dan nilai laboratorium normal.
Tidak mengalami tanda malnutrisi lebih lanjut.
INTERVENSI RASIONAL
Ukur masukan diet harian dengan Memberikan informasi tentang kebutuhan
jumlah kalori 2100 kal. Konsul pemasukan/defisiensi.
ahli diit untuk memberikan diet
2100 kalori.
Bantu dan dorong pasien untuk Diet yang tepat penting untuk penyembuhan.
makan, jelaskan alasan tipe diet. Pasien mungkin makan lebih baik bila keluarga
Bantu pasien makan bila pasien terlibat.
mudah lelah, atau biarkan orang
terdekat membantu pasien. Pasien mungkin hanya makan sedikit karena
Dorong pasien untuk makan semua kehilangan minat pada makanan dan mengalami
makanan yang dihidangkan. mual, kelemahan umum, malaise.
Berikan makanan sedikit dan Buruknya toleransi terhadap makan banyak
sering. mungkin berhubungan dengan peningkatan
tekanan intra abdomen/asites.
Hindari makanan yang Amonia potensial resiko ensefalopati.
mengandung amonium.
Hindari makanan yang Membantu dalam menurunkan iritasi gaster/diare
menghasilkan gas atau berbumbu dan ketidaknyamanan abdomen yang dapat
dan terlalu panas atau terlalu mengganggu pemasukan oral/pencernaan.
dingin.
Berikan makanan halus, hindari Perdarahan dari varises esofagus dapat terjadi
makanan kasar sesuai indikasi. pada siriosis berat.
Berikan perawatan mulut sebelum Pasien cenderung mengalami luka atau perdarahan
dan sesudah makan. gusi dan rasa tak enak pada mulut dimana
menambah anoreksia.
Anjurkan menghentikan merokok. Menurunkan rangsangan gaster berlebihan dan
resiko iritasi /perdarahan.

17
Pantau hasil pemeriksaan Glukosa menurun karena gangguan glikogenesis,
laboratorium, contoh glukosa penurunan simpanan glikogen, atau masukan
serum, albumin, total protein, takadekuat. Protein menurun karena gangguan
amonia. metabolisme, penurunan sintesis hepatik, atau
kehilangan kerongga peritonial (asites).
Peningkatan kadar amonia perlu pembatasan
masukan protein untuk mencegah komplikasi
serius.
Berikan antasida 1 jam sebelum Untuk menurunkan kadar HCL didalam lambung.
makan

5. TINDAKAN KEPERAWATAN dan EVALUASI


Diagnosa Tgl/jam Tindakan Evaluasi
Pola pernapasan 26/11/01 Mengobservasi dan mencatat 26/11/01
tidak efektif b.d 07.00 frekuensi pernapasan, kedalaman, Jam 14.00

akumulasi dan upaya pernapasan, auskultasi S:

cairan didalam bunyi napas. Hasil: RR: 28x/menit, klien mengatakan


Wheezing +/+. masih terasa sesak
rongga pleura
Memantau perubahan tingkat O:
ditandai klien
kesadaran. Hasil: GCS: 4 -= 5 - 6 klien tampak sesak,
mengeluh
07.30 Menberikan posisi semi fowler. RR: 24x/menit,
sesak, RR 28x/
Memotivasi klien untuk napas bunyi napas:
menit.
dalam, latihan dan batuk. Wheezing +/+.,
Wheezing +/+
Mempertahankan pemberian GCS: 4 -= 5 - 6
tambahan oksigen 2l/menit. A:
09.00 Mengobservasi RR: 28x/menit, Masalah belum
bunyi napas: Wheezing +/+. teratasi
Memantau GCS: 4 -= 5 - 6 P:
11.00 Rencana tindakan
Memberikan PKM kepada klien dan
keluarga agar menghentikan dilanjutkan
kebiasaan merokok.
13.00
Mengobservasi RR: 24x/menit,
bunyi napas: Wheezing +/+
Mengobservasi GCS: 4 - 5 - 6
26/11/01 Memantau TD: 90/60, Nadi: 26/11/01 Jam 14.00
Resiko terjadi 07.00 64x/menit S:
gangguan Memantau adanya perdarahan Keluarga mengata
sirkulasi b.d saluran makan bagian atas, diare (+) kan klien masih
perdarahan warna hitam. diare 3 x, feses
SMBA . Memantau TD: 95/65, Nadi: warna hitam, tidak

18
09.00 76x/menit, diare (+) warna hitam. muntah.
Memantau TD: 95/60, Nadi: 76x/ O:
11.00 menit Klien diare 3x warna
Memeriksa Hb: 10,6 gr% feses hitam,
12.00 Memberikan injeksi Vit. K 1 amp iv, TD: 110/70,
antasida 2 sendok makan. Nadi: 78x/menit
13.00 Mengobservasi TD: 110/70, Nadi: Hb: 10,6 gr%
78x/menit A:
14.00 Klien b.a.b (+) warna hitam. Masalah belum
teratasi
P:
Rencana tindakan
dilanjutkan
26/11/01 Memberikan antasida 2 sendok
Resiko perubahan 07.00 sebelum makan 26/11/01 jam 14.00
nutrisi: kurang Memberikan makanan halus, S:
dari kebutuhan 07.30 membantu / menyuap pasien untuk klien mengeluh
tubuh b.d diet makan, dan memberi penjelasan masih mual .
tidak adekuat, alasan tipe diet. O:
anoreksia, mual. 08.00 Memberi motivasi pasien untuk klien tidak mengha
menghabiskan makanan yang biskan makanan yg
dihidangkan. dihidangkan (pagi
Menganjurkan keluarga untuk 1/2 porsi, siang
memberikan makanan sedikit tetapi porsi)
sering. A:
09.00 Menjelaskan kepada pasien dan masalah belum
keluarga untuk menghindari teratasi
makanan yang menghasilkan gas P:
atau berbumbu dan terlalu panas rencana tindakan
atau terlalu dingin, menganjurkan dilanjutkan.
klien untuk berhenti merokok
Membantu klien melakukan
perawatan mulut sesudah makan.
Memberikan antasida 2 sendok
sebelum makan
11.30
Memberikan makanan halus,
membantu / menyuap pasien untuk
12.00
makan.
Memberi motivasi pasien untuk
menghabiskan makanan yang

19
dihidangkan. Klien makan porsi.
TINDAKAN KEPERAWATAN dan EVALUASI (lanjutan)
Diagnosa Tgl/jam Tindakan Evaluasi

Pola pernapasan 27/11/01 Mengobservasi dan mencatat 27/11/01


tidak efektif b.d 07.00 frekuensi pernapasan, kedalaman, Jam 09.00

akumulasi dan upaya pernapasan, auskultasi S:

cairan didalam bunyi napas. Hasil: RR: 20x/menit, klien mengatakan


Wheezing +/+. masih terasa sesak
rongga pleura
Memantau perubahan tingkat O:
ditandai klien
kesadaran. Hasil: GCS: 4 -= 5 - 6 klien tampak sesak,
mengeluh
Menberikan posisi semi fowler. RR: 22x/menit,
sesak, RR 28x/ 07.30
Memotivasi klien untuk napas bunyi napas:
menit.
dalam, latihan dan batuk. Wheezing +/+.,
Wheezing +/+
Mempertahankan pemberian GCS: 4 -= 5 - 6
tambahan oksigen 2l/menit. A:
09.00 Mengobservasi RR: 22x/menit, Masalah belum
bunyi napas: Wheezing +/+. teratasi
Memantau GCS: 4 -= 5 6 P:
Rencana tindakan
11.00
Memindahkan klien ke Ruang Interne I dilanjutkan. (klien
dipindahkan ke
Ruang Interne I)

27/11/01 Memantau TD: 110/60, Nadi: 27/11/01 Jam 09.00


Resiko terjadi 07.00 80x/menit S:
gangguan Memantau adanya perdarahan Keluarga mengata
sirkulasi b.d saluran makan bagian atas, diare (+) kan klien masih
perdarahan warna kuning kecoklatan. diare 3 x, feses
SMBA . 09.00 Memantau TD: 110/60,
Nadi: warna kuning
76x/menit, diare (+) warna kuning
kecoklatan, tidak
kecoklatan.
muntah.
Memeriksa Hb: 10,6 gr%
O:
TD: 110/60,
Nadi: 78x/menit
Hb: 10,6 gr%
A:
Tidak terjadi
gangguan sirkulasi
P:

20
Rencana tindakan
dipertahankan. Klien
dipindahkan ke
ruang Interne I)

27/11/01
Resiko perubahan 07.00 Memberikan antasida 2 sendok 27/11/01 jam 09.00
nutrisi: kurang sebelum makan S:
dari kebutuhan 07.30 Memberikan makanan halus, klien mengeluh
tubuh b.d diet membantu / menyuap pasien untuk masih mual .
tidak adekuat, makan, Memberi motivasi pasien O:
anoreksia, mual. untuk menghabiskan makanan yang klien tidak
dihidangkan.
menghabiskan
08.00 Menganjurkan keluarga untuk
makanan yang
memberikan makanan sedikit tetapi
dihidangkan
sering.
09.00
(makan 1/2 porsi)
Membantu klien melakukan
A:
perawatan mulut sesudah makan.
masalah belum
teratasi
P:
rencana tindakan
dilanjutkan. Klien
dipindahkan ke
ruang Interne I.

21
KOMPETENSI TINDAKAN KEPERAWATAN

TGL KEGIATAN PEMBIMBING


26/11/01 Melakukan pengkajian pada Tn Moch. Yahya, diagnosa
medik Sirosis Hati, Hematemesis Melena, Pleural Efusion.
Menentukan diagnosa keperawatan, menyusun rencana
keperawatan dan melaksanakan tindakan keperawatan:
Mengobservasi TTV, menilai tingkat kesadaran(GCS).
PKM tentang nutrisi pada klien sirosis hati.
Melakukan kumbah lambung, memberikan transfusi dan
pemantauan reaksi transfusi pada Tn. Toni dan Ny. Nyoman
,diagnosa medik Gastritis erosiva, Hematemesis Melena
Melakukan observasi TTV dan Balans cairan pada klien Tn.
Komarudin dengan diagnosa medik AGGK.
Melakukan pengkajian pada Ny. Atik dengan diagnosa
medik Intoksikasi IFO, memberikan injeksi Diasepam IV.
Memberikan Insulin injeksi Subcutan dan memberikan
27/11/01 makan personde pada Ny. Asmilah dengan Diagnosa medik
DM post Hipoglikemia.
Memberikan PKM tentang pembatasan cairan pada klien
Tn Komarudi dengan diagnosa medik AGGK, memberikan
obat: Nifedipin 10 mg, Capoten 12,5 mg, HCT 25 mg.
Memberikan PKM persiapan endoskopy pada TN Tony.
Melakukan kumbah lambung, memberikan transfusi dan
28/11/01
melakukan pemantauan reaksi transfusi pada Tn. Toni
dengan diagnosa medik Sirosis Hati, Hematemesis Melena
Melakukan kumbah lambung, memberikan transfusi dan
29/11/01
melakukan pemantauan reaksi transfusi pada Tn. Muchdom
dengan diagnosa medik Sirosis Hati, Hematemesis Melena
Melakukan observasi, memasang infus dan memberikan
30/11/01 Nabic pada Ny. Saodah dengan diagnosa medik KAD.
Memberikan PKM tentang Nutrisi dan tanda-tanda
hipoglikemi pada Ny. Uripah dengan diagnosa medik DM
post Hipoglikemi.

22

Anda mungkin juga menyukai