Anda di halaman 1dari 9

DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH MALANG

RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA

PANDUAN ASESMEN PRA BEDAH

RUMAH SAKIT TK. III BALADHIKA HUSADA


2014
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Table of Conten
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH MALANG ................................................................. 1
RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA .......................................................... 1
PERATURAN INTERNAL............................................................... Error! Bookmark not defined.
RUMAH SAKIT TK. III BALADHIKA HUSADA....................................................................... 1
BAB I DEFINISI ................................................................................................................................ 4
A. Definisi ..................................................................................................................................... 4
B. Tujuan ...................................................................................................................................... 4
BAB II RUANG LINGKUP ............................................................................................................... 5
A. Ruang Lingkup......................................................................................................................... 5
B. Ruang Lingkup Pelaksanaan .................................................................................................. 5
BAB IV TATALAKSANA ................................................................................................................ 6
A. Penjadualan .............................................................................................................................. 6
B. Asesmen Pra Bedah ................................................................................................................. 6
BAB V DOKUMENTASI .................................................................................................................. 9
A. Staf Medis ............................................................................................................................... 9
B. Staf Perawat ............................................................................................................................. 9
BAB I DEFINISI

A.Definisi
Asesmen Pra Bedah adalah suatu pemeriksaan dan perencanaan sebelum tindakan
pembedahan dilaksanakan.

B.Tujuan
1. Sebagai panduan yang sistematis untuk menentukan status kesehatan pasien pada
perencanaan dan perawatan lebih lanjut.
2. Dasar untuk memilih prosedur yang tepat, waktuyang optimal, prsedur aman,
3. Memberikan manfaat terhadap prosedur yang direncanakan.
4. Pasien dan keluarga memperoleh informasi yang jelas mengenai kemungkinan
terjadinya komplikasi pembedahan.
BAB II RUANG LINGKUP

A.Ruang Lingkup
Setiap pasien yang datang ke Rumah sakit harus dilakukan penilaian awal dan
penapisan ( screening ) oleh petugas yang berwenang dan kompeten untuk melakukan
perawatan selanjutnya, mengenai kebutuhan yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
Ruang lingkup penilaian tiap disiplin ditentukan oleh kebijakkan setiap bagian bedah.
Ruang lingkup dan intensitas penilaian ditentukan oleh kondisi pasien sebagai berikut:
1. Kondisi / Diagnosis
2. Perencanaan Perawatan
3. Motivasi tentang Perawatan
4. Respon pada perawatan sebelumnya
5. Persetujuan tindakan
Data-data yang penting dari pasien harus dikomunikasikan secara konsisten kepada tim
yang merawat. Kelainan fisik atau diagnostik harus dilaporkan ke dokter.Dokter bisa
merujuk pasien bila fasilitas dan sarana bedah tidak tersedia.

B. Ruang Lingkup Pelaksanaan


1. Dokter Bedah Umum
2. Dokter Spesialis Bedah Digestive
3. Dokter Spesialis Bedah Orthopedi
4. Dokter Spesialis Bedah Syaraf
5. Dokter Spesialis Bedah Kepala Leher
6. Dokter Spesialis Obstetri Ginekologi
7. Dokter Spesialis Bedah Urologi
8. Dokter Spesialis Bedah Anak
9. Dokter Spesialis Bedah Mulut
10. Dokter Spesialis THT
11. Dokter Spesialis Onkologi
12. Dokter Spesialis Bedah Thoraks
13. Dokter Gigi
BAB IV TATALAKSANA

A.Penjadualan
Dokter yang berwenang dan berkompeten melakukan permintaan pelayanan operasi atau
berkoordinasi dengan staf bagian kamar operasi tentang jadual dan ketersediaan peralatan
yang diperlukan dalm operasi tersebut. Apabila peralatan atau sarana penunjang lainnya yang
akan digunakan tidak tersedia di kamar operasi maka pasien akan dirujuk ke rumah sakit
lain. Dan apabila peralatan yang akan digunakan tersedia, maka di lakukan penjadualan dan
persiapan peralatan serta dialkukan persiapan pasien oleh ahli bedah.

B.Asesmen Pra Bedah


asesmen pra bedah dilakukan pada pasien yang telah bersedia untuk dilakukan tindakan
operasi. Asesmen tersebut dilakukan untuk menentukan kebutuhan pasien dan kebutuhan
staf medis dalam melakukan tindakan pembedahan. Asesmen ini dibagi untuk 2 kategori
pembedahan elektif atau terencana dan emergensi.
1. Bedah elektif dikerjakan pada waktu yang cocok bagi pasien serta tim RS H&A. dokter akan
menjelaskan operasi yang dimaksud selama konsultasi rawat jalan dengan rincian mengenai
manfaat dan risiko operasi. Penyelidikan dan penilaian masalah-masalah medis diatasi pada
tahap ini, termasuk rujukan ke spesialis yang relevan termasuk spesialis anestesi.Dokter
bedah melakukan pemeriksaan- pemeriksaan yang diperlukan dan disesuaikan dengan kasus
bedahnya termasuk pemeriksaan laboratorium dan radiologi.Bedah elektif pada pasien
dengan penyakit menahun sebaiknya hanya dikerjakan bila kondisi medis pasien telah
dioptimalkan dan risiko minimal.Persiapan untuk bedah elektif, dilakukan untuk pasien yang
sudah siap operasi. Setelah pasien berada di ruang rawat inap, dokter bedah menyampaikan
kembali tentang prosedur bedah yang akan dikerjakan di kamar operasi. Dokter melakukan
penandaan lokasi operasi:
a. Penandaan dilakukan pada semua kasus termasuk sisi(laterality),multiple struktur (jari
tangan, jari kaki, lesi),atau multiple level (tulang belakang).
b. Penandaan selalu melibatkan pasien dan keluarga pasien
c. Penandaan menggunakan penanda yang tidak mudah luntur terkena air/ alcohol/betadin.
d. Mudah dikenali.
e. Digunakan secara konsisten di RS H&A.
f. Penandaan dibuat oleh operator/ orang yang melakukan tindakan.
g. Dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan dan harus terlihat sampai
saat akan disayat.
Dokter bedah mendokumentasikan seluruh persiapan pasien termasuk menuliskan diagnose
pre operasi dan nama tindakan atau prosedur operasi yang akan dilakukan serta pernyataan
persetujuan pasien untuk dilakukan pembedahan dalam berkas rekam medis pasien.
2. Bedah emergensi.Pasien yang menghadapi bedah emergensi berbeda dari pasien yang
dijadualkan.Diagnosis yang mendasari mungkin tidak diketahui dan operasi yang
direncanakan tidak pasti. Kontak secepat mungkin dengan spesialis anestesi akan
menghasilkan rencana tindakan untuk periode pra bedah. Setelah diskusi, operasi kadang-
kadang dianjurkan untuk ditunda untuk memungkinkan pengobatan medis memperbaiki
keadaan umum pasien.Pada situasi tertentu dibutuhkan operasi segera. Perawatan pra bedah
dari pasien pasien emergensi:
a. Anamnesis: lakukan anamnesis terhadap pasien dan/atau keluarganya.Tanyakan secara
spesifik tentang terapi obat terakhir dan kepatuhan pasien.Apakah pasien memiliki alergi atau
mengalami masalah dengan pembiusan dahulu?
b. Rekam medis: periksa rekam medis dan catatan laboratorium untuk melihat bukti kelainan
medis yang bermakna. Sampai 50% pasien dengan riwayat infark miokard aktual atau
dicurigai akan menceritakan riwayat penyakit dengan tidak akurat pada 5 tahun sesudahnya.
Pasien mungkin yakin mengalami serangan jantung ketika sebenarnya tidak, dan begitupula
sebaliknya.
c. Pemeriksaan fisik
d. Penyelidikan: kebanyakan pasien membutuhkan pemerik-saan hematologi dan biokimia
rutin serta uji silang darah.Kirim sampel darah segera mungkin.EKG dan X-foto toraks perlu
dilakukan bila ada kecurigaan patologi.Pasang pulse oximetry pada pasien dispnea dan cek
gas darah arteri.
e. Hipotensi : paling sering disebabkan oleh hipovolemia akibat kehilangan darah atau cairan
tubuh lain. Pasien usia lanjut yang syok tidak selalu takikardia. Pasien hipertensi mungkin
mengalami hipotensi bila tekanan sistoliknya 100 mmHg.
f. Obati nyeri
g. Penggantian cairan: harus dilakukan segera dengan pemantauan ketat untuk menilai
respons terhadap pengisian beban cairan.Volume cairan yang besar harus terlebih dahulu
dihangatkan.Kateter urin harus dipasang.Kadang-kadang hipotensi disebabkan atau
diperburuk oleh gagal jantung atau sepsis.Jika respons terhadap terapi cairan tidak adekuat,
pemantauan CVP dibutuhkan.Jangan biarkan kepala pasien jatuh ketika memasang infus vena
sentral.
h. Syok: setiap pasien hipotensi yang tidak memberi respons dengan pergantian volume
memiliki risiko serius dan harus dikelola di HDU/ICU.Sebagai alternatif, pasien bisa dirujuk ke
kamar operasi.Pasien-pasien perdarahan aktif memerlukan operasi penyelamatan jiwa dan
kamar operasi harus dipersiapkan segera.Persediaan darah yang telah diuji silang harus
diusahakan. Kalau bisa darah sampai ke kamar operasi sekaligus dengan pasien, dan pada
pasien yang kehabisan darah, darah dari golongan sama dan belum diuji silang harus sudah
ada segera.
i. Terapi cairan berlebihan: bisa mengakibatkan edema paru atau hemodilusi. Ini bisa
dicegah dengan pemantauan imbang cairan setiap jam dan CVP.
j. Beri oksigen kepada pasien hipotensi dan setiap pasien dengan saturasi oksigen (SpO2)
kurang dari 95% pada pulse oximetry. Pemeriksaan fisik dan radiologi biasanya akan
menentukan penyebab hipoksia. Pada pasien kritis, dispnea bisa disebabkan oleh asidosis
metabolik. Asidosis laktat yang disebabkan hipoksia jaringan sering akan memberi respons
terhadap resusitasi umum, walaupun sebab-sebab lain dari asidosis harus dicari.
k. Koreksi metabolik: elektrolit harus dikoreksi seefektif waktu yang tersedia.Hipokalemia
dan hipomagnesemia bisa mencetuskan aritmia jantung.Kendalikan diabetes dengan insulin
dan infus dekstrosa.
l. Pasang selang nasogastrik pada pasien obstruksi usus untuk mengurangi kembung dan
mengurangi risiko aspirasi.Pastikan bahwa pasien dengan penurunan kesadaran memiliki
jalan napas tidak tersumbat, dan menerima oksigen serta dalam posisi sesuai. Pada pasien
dengan riwayat refluks asam, berikan omeprazole 40 mg oral (atau ranitidine 50 mg iv jika
penyerapan usus jelek) tepat sebelum operasi.
m. Komunikasi: pasien dan keluarganya terus diberitahu mengenai rencana tindakan dan
minta persetujuan untuk setiap prosedur yang direncanakan.Bahas risiko spesifik yang
berkaitan dengan operasi atau kondisi medis pasien.Jika operasi memiliki risiko kematian,
pastikan bahwa ini dipahami. Jangan anggap semua pasien (khususnya usia lanjut)
menginginkan operasi.
A. Edukasi Pre Operasi
1. Latihan napas
a. Latihan menarik napas dalam, dipantau dengan spirometri bila perlu. Bertujuan
untuk mengembangkan paru-paru secara optimal dan meningkatkan kadar oksigen di
dalam darah pasca tindakan anestesi.
b. Instruksikan pasien untuk latihan batuk dan tarik napas dalam pada posisi duduk.
c. Iinstruksikan pasien untuk menarik napas dalam, tiga kali, melalui lubang hidung
dan menghembuskan napas perlahan melalui mulut dengan posisi bibir agak
mengatup.Latihan tarik napas dalam dilakukan setiap dua jam.
2. Latihan batuk dan posisi menahan
a. Latihan batuk membantu mengaluarkan secret dari rongga dada dan bahu posisi
menahan/pembebat yang dapat mengurangi tekanan serta mengontrol nyeri.
b. Instruksikan pasien untuk menyilangkan jari-jari tangan, kemudian meletakkan di
atas lokasi bekas insisi sebagai penahan/pembebat saat batuk nanti, mencegah
cedera pada bekas insisi.
c. Bersandar ke depan perlahan dari posisi duduk.
d. Bernapas menggunakan diafragma perut, tarik napas penuh dengan mulut sedikit
terbuka.
e. Batukkan 3-4 kali perlahan.
f. Kemudian dengan mulut terbuka, tarik napas dalam dengan cepat lalu batukkan
kuat 1-2 kali.

3. Latihan ambulasi
a. Instruksikan pasien untuk menggerakkan kedua pergelangan kaki dengan arah ibu
jari kaki ke atas dan kebawah.
b. Instruksikan pasien untuk menekankan bagian belakang lutut ke tempat
tidur.Kemudian diikuti relaksasi lutut, kontraksi diikuti relaksasi otot paha dan otot
betis mencegah terbentukknya thrombus.
BAB V DOKUMENTASI

Data dan penilaian didokumentasikan oleh berbagai disiplin bedah pada formulir yang
sesuai, dan termasuk data medis umum harus diidentifikasi.Pelayanan dan perawatan harus
dikoordinasikan secara efektif dan efisien.didokumentasikan sebagai berikut :
A.Staf Medis
1. Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
2. Catatan perkembangan dan kebijakkan penyakit
3. Catatan pre dan post anestesi
4. Laporan konsultasi
5. Laporan Operasi
6. Ringkasan pasien pulang
7. Catatan Klinis

B.Staf Perawat
1. Catatan penilaian pasien / asuhan perawatan
2. Catatan pasien pulang
3. Catatan klinis

Anda mungkin juga menyukai