Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH FARMASETIKA

PENGGOLONGAN OBAT BERDASARKAN

UNDANG UNDANG

OLEH :

KELOMPOK 1

ANGGOTA :

1. Arifani Siswidiasari (0508505008)

2. Ni Luh Putu Ariasih (0808505020)

3. Milawati (1108505001)

4. Ida Ayu Putu Chandra Dewi (1108505002)

5. Simasti Ainnurrahmah (1108505003)


6. Gusti Ayu Prianka Adi Shaswati (1108505004)

7. Made Yunita Dwi Darayanthi (1108505005)

8. Ni Made Rai Sudarni (1108505006)

9. I Gusti Ngurah Redika Putra (1108505007)

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS UDAYANA

2012

PENGGOLONGAN OBAT BERDASARKAN UNDANG-UNDANG

1. OBAT

Banyak pendapat mengenai definisi obat tersebut. Namun, menurut Undang-Undang


Kesehatan No. 23 tahun 1992, definisi obat adalah bahan atau panduan bahan-bahan yang siap
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi
dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi.

Pengertian obat juga dapat didefinisikan secara khusus. Adapun pengertian obat secara
khusus adalah :

1. Obat Jadi

Obat jadi adalah obat dalam keadaan murni atau capuran (serbuk, cairan, salep,
tablet, pil, suppositoria, dll) yang mempunyai teknis sesuai FI/lain yang ditetapkan
pemerintah.
2. Obat Paten

Obat paten adalah obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama
sipembuat atau yang dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli pabrik yang
memproduksinya.

3. Obat Baru

Obat baru adalah obat yang terdiri atau berisi zat, baik sebagai bagian yang
berkhasiat, ataupun yang tidak berkhasiat, misalnya: lapisan, pengisi, pelarut,
pembantu atau komponen lain, yang belum dikenal sehingga tidak diketahui
khasiat dan kegunaannya.

4. Obat Asli

Obat asli adalah obat yang didapat langsung dari bahan-bahan alamiah Indonesia,
terolah secara sederhana atas dasar pengalaman dan digunakan dalam pengobatan
tradisional.

5. Obat Essensial

Obat essensial adalah obat yang paling dibuuhkan untuk pelayanan kesehatan
masyarakat terbanyak dan tercantum dalam Daftar Obat Esensial yang ditetapkan
oleh MENKES.

6. Obat Generik
Obat generik adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam FI untuk zat
berkhasiat yang dikandungnya.

7. PENGGOLONGAN OBAT

Peraturan Menteri Kesehatan Rl Nomor 917/Menkes/Per/X/1993 yang kini telah


diperbaiki dengan Peraturan Menteri Kesehatan Rl Nomor 949/Menkes/Per/VI/2000,
penggolongan obat ini terdiri dari:

1. Obat Bebas

2. Obat Bebas Terbatas

3. Obat Wajib Apotek

4. Obat Keras

5. Obat Psikotropika dan Narkotika

1. Obat Bebas

Obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada umum tanpa resep
dokter, tidak termasuk dalam daftar narkotika, psikotropika, obat keras, obat
bebas terbatas dan sudah terdaftar di Depkes RI.

Golongan obat bebas ini biasanya tidak membahayakan jiwa, dalam arti
kata yang agak luas, bila makan jumlah 10-20 biji sekaligus pun belum
menyebabkan kematian.

Penandaan :

Obat bebas diatur berdasarkan S.K Menkes RI Nomor


1380/A/SKA/I/1983 tentang tanda khusus untuk obat bebas. Tanda khusus untuk
obat bebas yaitu bulatan berwarna hijau dengan garis tepi warna hitam, seperti
terlihat pada gambar berikut:
Yang tergolong obat bebas antara lain :

1. Vitamin B kompleks

2. Vitamin B1

3. Tablet Vitamin A

4. Vitamin C

5. Multivitamin

6. Minyak Kayu Putih

7. Obat Batuk Hitam

8. Tablet Paracetamol

9. Obat Bebas Terbatas

Pada zaman Belanda, kelompok obat ini juga disebut obat daftar W (W
= Waarschuing = peringatan). Obat bebas terbatas adalah obat keras yang dapat
diserahkan kepada pemakainya tanpa resep dokter, bila penyerahannya memenuhi
persyaratan sebagai berikut :

1. Obat tersebut hanya boleh dijual dalam bungkusan asli dari pabriknya atau
pembuatnya.
2. Pada penyerahannya oleh pembuat atau penjual harus mencantumkan tanda
peringatan. Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas,
berupa persegi empat panjangberwarna hitam berukuran panjang 5 centimeter, lebar 2
centimeter dan memuat pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut :

Penandaan : Keputusan Menteri Kesehatan Rl No. 2380/A/SK/VI/83 tanda


khusus untuk obat bebas terbatas berupa lingkaran berwarna biru dengan garis tepi
berwarna hitam
Contoh obat yang tergolong Obat Bebas Terbatas adalah :

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI ditetapkan sebagai obat bebas


terbatas sebagai berikut :

P No. 1:

1. Anti Histamin

Sediaan anti histaminum yang nyata-nyata dipergunakan untuk obat tetes


hidung/semprot hidung.

2. Chloroquinum

Sediaan Chloroquinum atau garamnya yang dihitung sebagai basa lebih


dari 160 mg setiap takaran dalam kemasan tidak melebihi 4 tablet tiap
wadah atau 60 ml tiap botol.

3. Sulfaguanidinum, Phtalylsulfathiazolum dan Succinylsulfa Thiazolum : tablet yang


mengandung tidak lebih dari 600 mg zat berkhasiat setiap tabletnya dan tidak lebih
dari 20 tablet setiap bungkus atau wadah.

P No. 2 :

1. Kalii Chloras dalam larutan

2. Zincum, obat kumur yang mengandung persenyawaan Zincum

P No. 3 :

1. Air Burowi

2. Mercurochromum dalam larutan


P No. 4 :

1. Rokok dan serbuk untuk penyakit bengek untuk dibakar yang mengandung
Scopolaminum

P No.5 :

1. Amonia 10% ke bawah

2. Sulfanilamidum steril dalam bungkusan tidak lebih dari 5 mg bungkusnya.

P No. 6 :

1. Suppositoria untuk wasir

2. Obat Wajib Apotek (OWA)

Latar belakang obat wajib apotek (OWA) :

1. Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya sendiri guna


mengatasi masalah kesehatan maka perlu ditunjang dengan sarana yang tepat.

2. Peningkatan pengobatan sendiri secara tepat , aman, dan rasional dapat dicapai
melalui peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan untuk pengobatan sendiri.

Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker kepada
pasien di apotik tanpa resep dokter.

Peraturan tentang Obat Wajib Apotek (OWA) di Indonesia terdiri dari :

1. KepMenKes No.347 Tahun 1990 tentang Obat Wajib Apotek (OWA) No.1, berisi daftar obat
yang dapat diserahkan tanpa resep oleh apoteker di apotek, mencakup oral kontrasepsi, obat
saluran cerna (antasida, anti-spasmodik, anti-spasmodik analgetik, anti mual, laksan), obat
mulut dan tenggorokan, obat saluran napas (obat asma, sekretolitik/mukolitik), obat sistem
neuromuscular (analgetik antipiretik, antihistamin), antiparasit (obat cacing), obat kulit
topikal (antibiotik topikal, kortikosteroid topikal, antiseptik lokal, antifungi lokal, anestesi
lokal, enzim antiradang topikal, pemucat kulit).
2. PerMenKes No.919 Tahun 1993 tentang kriteria obat yang dapat diserahkan tanpa resep,
yaitu tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak dibawah usia 2
tahun dan orang tua di atas 65 tahun, pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak
memberikan resiko pada kelanjutan penyakit, penggunaan tidak memerlukan cara dan atau
alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan, penggunaannya diperlukan untuk
penyakit yang pravalensinya tinggi di Indonesia, dan obat memiliki rasio kemanfaatan yang
dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.

3. PerMenKes No.924 Tahun 1993 tentang OWA No.2, peraturan ini memuat tambahan daftar
OWA yang dapat diserahkan apoteker.

4. PerMenKes No.925 Tahun 1993 tentang perubahan golongan OWA No.1, memuat perubahan
golongan obat terhadap daftar OWA No.1, beberapa obat yang semula OWA berubah
menjadi obat bebas terbatas atau obat bebas, selain itu juga ada keterangan
pembatasannya.

5. KepMenKes No.1176 Tahun 1999 tentang OWA No.3

LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI

NOMOR : 347/MenKes/SK/VII/1990

TANGGAL : 16 Juli 1990

OBAT KERAS YANG DAPAT DISERAHKAN

TANPA RESEP DOKTER OLEH APOTEKER DI APOTIK

(OBAT WAJIB APOTIK NO. 1)

Kelas Terapi Nama Obat Indikasi Jml obat / pasien Catatan

Oral kontrasepsi Tunggal : Linastrenol Kontrasepsi 1 siklus Untuk siklus


pertama harus
dengan resep
dokter
Akseptor di
anjurkan control ke
dokter tiap 6 bulan

Kombinasi: Kontrasepsi 1 siklus 1. sda

1. Etinodil diasetat - 2. akseptor


mestranol lingkaran biru

2. Norangestrol - etinil 3. wajib


estradiol menujukkan
kartu
3. Lenestrenol etinil
estradiol

4. Etinodiol diasetat
eyinilestradiol

5. Levonorangestrol
etinil estradiol

6. Norethindrone
mesatranol

7. Desogestrel etinil
estradiol

Obat Saluran a. Antasida + sedatif / Hiperasiditas Maksimal 20


Cerna spasmodik lambung, gastritis tablet
yang disertai
- Al. Oksida, Mg trisilikat
ketegangan
+ Papaverine HCL,
klordiazepoksid

- Mg Trisilikat, Al oksida +
Papaverine HCL+
klordizepoksid +
diazepam + Sodium
Bicarbonat

4. Mg trisilikat, Al. Osida + Hipermotilitas dan Maksimal 20


Papaverine HCL + kejnag saluran tablet
diazepam cerna akibat
hiperasiditas
5. Mg Al silikat +
lambung gastritis
beeladona +
klordiazepoksid +
diazepam

6. Al oksida, Mg oksida +
hiosyamin HBr,
atropine sulfat, hiosin
HBr

7. Mg trisilikat, Al
hidroksida_papaverine
HCL

8. Mg trisilikat + Al
hidroksida + papaverine
HCL, klordiazepoksid +
beladona

9. Mg karbonat, mg
oksida, Al hidroksida +
papaverine HCL,
beladona

10. Mg oksida, Bi.


Subnitrat + beladona,
papaverine,
klordiazepoksid

11. Mg trisilikat,
aukol + papaverine HCl,
klordiazepoksid

b. Antispasmodik Kejang saluran Max 20 tab


cerna
- Papaverine /
Hiosinbutiolbromida /
Atropin sulfat / ekstrak
beladona

c. Anti Spasmodik- Kejang saluran Max 20 tab


Analgesic cerna disertai nyeri
hebat
- Metamizol,
Fenolvennium bromide

- Hyosine N butyl
bromide, Dypiron

- Metampiron, beladona,
papaverine HCL

d. Anti Mual : Mual, Muntah Max 20 tab Bila mual, muntah


Metoklorpramid HCL berkepanjangan
pasien dianjurkan
kontrol ke dokter

e. Laksan: Bisakodil konstipasi Max 3 supp


Suppositoria

Obat Mulut dan a. Hexetidine Sariawan, radang, Max 1 botol


tenggorokan tenggorokan
b. triamcinolon acetonid Sariawan berat Max. 1 tube

Obat Saluran a. Obat Asma Asma Max 3 supp Pengobatan obat


Nafas asma hanya atas
- Aminophylin Supp Max. 10 tab/1
dasar pengobatan
botol syrup
- ketotifen ulangan dari dokter

Max 20 tab/ 1
- Tebulatin sulfat
botol syrup

- Salbutamol
sda

b. Sekretolitik, Mukolitik Mukolitik Max 20 tab/


sytup 1 botol
- Bromhexine
-sda-
- Karbosistein
Max 20 dus max
- Asetilsistein
syrup 1 butol

- Oksolamin

Obat yang a. Analagetik, antipiretik Sakit/ kepala, Max 20 tab/


mempengaruhi pusing, panas/ syrup 1 botol
- Metampiron
system demam, nyeri haid
neuromuskular - Asam mefenamat
Sakit kepala/gigi
Max 20 tab/
- Glafenin
Sakit kepala/gigi syrup 1 botol

-Metampiron +
Sakit kepala
klordizepoksid/ diazepam
disertai
Max 20 tab
ketegangan

b.Anti Histamin Anti Histamin/ Max 20 tab


- Mebhidolin alergi

- Pheniramin Hidrogen -sda-


maleat

- dimethinden maleat
-sda-
- Astemizol
-sda-
- Oxomemazine
-sda-
- Homochorcyclizin HCL
-sda-
- Dexchlorpheniramin
maleat

-sda-

Anti Parasit Obat cacing : mebendazol Cacing kremi, Max 6 tab, syrup
gelang, tambang, 1 botol
cambuk

Obat kulit topikal a. Antibiotik Infeksi bakteri Max 1 tube


pada kulit (lokal)
- Tetrasiklin / Max 1 tube
Oksitetrasiklin

- Klorphenicol
Max 2 lembar
- Framisetine sulfat
Max 1 tube
- Neomisin sulfat
Max 1 tube
- Gentamycin sulfat Acne vulgaris
Max 1 botol
- Erythromycin

b. Kortikosteroid Alergi dan Max 1 tube Penggunaan


peradangan local kepanjangan akan
- hidrokortizon
mengakibatkan
- Flupredniliden kanker

- Triamsinolon

- betametazon Alergi dan


peradangan kulit
- Fluokortolon difkortolon

- desoksimetazon

c. Antiseptik Lokal Desinfeksi kulit Max 1 botol

- Heksaklorofen

d. Anti Fungi Infeksi jamur local Max 1 tube

- Miconazol nitrat

- Nistatin

- Tolnafat

- Ekonazol

e. Anestetik Lokal : Anestetikum lokal Max 1 tube

Lidokain HCL

f. Enzim antiradang Memar Max 1 tube


topical kombinasi :
Hiparin Na dengan
Hialuronidase ester
nikotinat

g. Pemucat kulit Hiperpigmentasi Max 1 tube


kulit
- hidrokuinon
- hidrokuinon dengan
PABA

LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI

NOMOR : 924/MENKES/PER/X/1993

TENTANG : DAFTAR OBAT WAJIB APOTIK NO. 2

OBAT KERAS YANG DAPAT DISERAHKAN

TANPA RESEP DOKTER OLEH APOTEKER DI APOTIK

(OBAT WAJIB APOTIK NO. 2)

Jumlah Maksimal Tiap


Jenis Obat Per Pasien
Nama Generik Obat Pembatasan
1. Albendazol Tab 200 mg, 6 tab

Tab 400 mg, 3 tab

2. Bacitracin 1 tube Sebagai obat luar untuk infeksi


bakteri pada kulit

3. Benorilate 10 tablet

4. Bismuth subcitrate 10 tablet

5. Carbinoxamin 10 tablet
Sebagai obat luar untuk obat
6. Clindamicin 1 tube
acne

Sebagai obat luar untuk


7. Dexametosan 1 tube inflamasi

Sebagai obat luar untuk kulit

8. Dexpanthenol 1 tube Sebagai obat luar untuk


inflamasi
9. Diclofenac 1 tube

Inhalasi
10. Diponium 10 tablet
Sebagai obat luar untuk
11. Fenoterol 1 tabung
inflamasi
12. Flumetason 1 tube
Sebagai obat luar untuk
inflamasi

13. Hydrocortison butyrate 1 tube

14. Ibuprofen

Tab 400 mg, 10 tab Sebagai obat luar untuk infeksi


jamur lokal
15. Isoconazol Tab 600 mg, 10 tab
Sebagai obat luar untuk infeksi
1 tube jamur lokal

16. Ketokonazole

Kadar 2% Sebagai obat luar untuk infeksi


jamur lokal
1. Krim 1 tube
Sebagai obat luar untuk
17. Levamizole 2. Scalp sol 1 btl
inflamasi
Tab 50 mg, 3 tab

18. Methylprednisolon

19. Niclosamide 1 tube


Sebagai obat luar untuk infeksi
20. Noretisteron Tab 500 mg, 3 tab jamur lokal

21. Omeprazole 1 siklus

22. Oxiconazole 7 tablet

Kadar < 2%, 1 tube

23. Pipazetate Sebagai obat luar untuk


inflamasi
24. Piratiasin kloroteofilin Sirup 1 botol
Sebagai obat luar untuk infeksi
25. Pirenzepine 10 tablet
jamur lokal
26. Piroxicam 20 tablet
Sebagai obat luar untuk
1 tube inflamasi

27. Polymixin B Sulfate

1 tube Sebagai obat luar untuk infeksi


bakteri pada kult
28. Prednisolon

1 tube

29. Scopoloamine
Sebagai obat luar untuk infeksi
30. Silver Sulfadiazin 10 tablet
jaamur lokal
1 tube Sebagai obat luar untuk
hiperkeratose
31. Sucralfare

32. Sulfasalazine 20 tablet

33. Tioconazole 20 tablet

1 tube

34. Urea

1 tube

Lampiran 1 Keputusan Menteri Kesehatan RI

Nomor : 1176/Menkes/SK/X/1999 Tanggal : 7 Oktober 1999

Tentang Daftar Obat Wajib Apotik No. 3

DAFTAR OBAT KERAS YANG DAPAT DISERAHKAN

TANPA RESEP DOKTER OLEH APOTEKER DI APOTIK

(DAFTAR OBAT WAJIB APOTIK NO. 3)


3. Obat Keras

Di dalam kefarmasian dan di zaman Belanda dahulu obat-obat yang termasuk


dalam golongan ini terkenal dengan obat-obat golongan daftar G (Gevaarlijk =
berbahaya) atau daftar obat keras.

Obat-obat golongan ini sangat berbahaya, mempunyai kerja sampingan yang


sangat besar dan untuk mendapatkannya diperlukan resep dokter yang hanya
dapat dibeli di apotek. Pada pemakaian yang idak hati-hati dapat mengakibatkan
hal-hal yang tidak diinginkan dan dapat mengakibatkan maut, misalnya
menimbulkan gangguan pada metabolisme, gangguan pada saluran kencing,
mengakibatkan penyakit kurangnya pembentukan darah tertentu (agranulocytosis)
dan lain-lainnya.

Lebih dari 100 bahan obat termasuk dalam kelompok ini, meliputi antibiotika,
obat-obat yang tercantum dalam daftar obat bebas terbatas.

Penandaan :

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


02396/A/SKA/III/1986 adalah "Lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi
berwarna hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi
Obat yang masuk ke dalam golongan obat keras ini adalah obat yang
dibungkus sedemikian rupa yang digunakan secara parenteral, baik dengan cara
suntikan maupun dengan cara pemakaian lain dengan jalan merobek jaringan, obat
baru yang belum tercantum dalam kompendial/farmakope terbaru yang berlaku di
Indonesia serta obat-obat yang ditetapkan sebagai obat keras melalui keputusan
Menkes RI.

Semua obat yang tercantum dalam daftar obat keras : obat itu sendiri
dalam substansi dan semua sediaan yang mengandung obat itu, kecuali apabila di
belakang nama obat disebutkan ketentuan lain, atau ada pengecualian Daftar Obat
Bebas Terbatas.

Contoh obat keras adalah :

1. Acetanilidum

2. Andrenalinum

3. Antibiotika

4. Anthistaminika

5. Apomorphinum

6. Obat Psikotropika dan Narkotika

a. Obat Psikotropika

Penjelasan

Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintesis (bukan
narkotika) yang bersifat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan
tingkah laku.

Penandaan

Lingkaran bulat berwarna merah dengan huruf K berwarna hitam yang


menyentuh garis tepi yang berwarna hitam

Menurut UU No. 5 tahun 1997 tentang psikotropika, psikotropika


dikelompokkan menjadi 4 golongan berdasarkan tinggi dan rendahnya
potensi yang dapat mengakibatkan ketergantungan, yakni psikotropika
golongan I, II, III dan IV.

1. Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi yang
sangat kuat yang dapat mengakibatkan sindrom ketergantungan. Yang termasuk
golongan ini antara lain :

1. MDMA yang dikenal dengan sebutan Ecstacy (merupakan turunan, berbentuk serbuk
warna putih atau kekuningan bersifat halusinogen kuat dan nama lainnya adalah xtc,
adam, essence, dan lain-lain)

2. N-etil MDA dan MMDA yang terdapat dalam kandungan ecstacy

3. LSD, STP dan lain-lain.

4. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat


digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta memiliki
potensi yang kuat yang dapat mengakibatkan sindrom ketergantungan. Yang termasuk
golongan ini antara lain yang dikenal dengan nama Amfetamin, Metamfetamin
(Sabu), Fensiklidin (PCP), Ritalin, Deksamfetamin, Fenetilina, Metakualon,
Metilfenidat, dan lain-lain.
5. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta memiliki
potensi yang sedang mengakibatkan sindrom ketergantungan. Yang termasuk
golongan III antara lain adalah Amorbarbital, Buprenorfin, Pentobarbital,
Flunitrazepam, Butalbital, Katina dan lain-lain.

6. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat


luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta memiliki
potensi yang ringan mengakibatkan ketergantungan. Yang termasuk golongan ini
adalah Diazepam (yang dikenal sebagai Nipam, BK, Magadon), Klorazepam,
Nitrazepam, Fenobarbital, Barbital, Klordiazepoxide, Nordazepam, Estazolam,
Klobazam dan lain-lain.

b. Obat Narkotika

Penjelasan

Menurut UU No. 22 tahun 1997 tentang narkotika , narkotika adalah


zat yang berasal dari tanaman baik sintetik maupun semi-sintetik yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan.

Penandaan

Penandaan narkotika berdasarkan peraturan yang terdapat dalam


Ordonansi Obat Bius yaitu "Palang Medali Merah
Menurut undang-undang ini, narkotika dibagi menjadi 3 golongan
berdasarkan pada tinggi-rendahnya ketergantungan, yakni golongan I,
golongan II dan golongan III.

7. Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan


untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan
sama sekali dalam terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi untuk
mengakibatkan ketergantungan. Jenis-jenis narkotika yang termasuk
golongan I :

1. Tanaman Papaver somniferum L dan semua bagiannya termasuk buah dan jeraminya
kecuali bijinya.

2. Opium mentah, yakni getah yang membeku sendiri, diperoleh dari tanaman Papaver
somniferum L yang hanya mengalami pengolahan sekadar untuk pembungkusan dan
pengangkutan tanpa mempengaruhi keadaan morfinnya.

3. Opium masak, Terdiri dari;

1. Candu (hasil yang diperoleh dari opium mentah melalui suatu rentetan pengolahan,
khususnya dengan pelarutan, pemanasan, dan peragian dengan atau tanpa penambahan
bahan-bahan lain, dengan maksud mengubahnya menjadi suatu ekstrak yang cocok
untuk pemadatan),

2. Jicing (sisa-sisa dari candu setelah diisap tanpa memperhatikan apakah candu itu
dicampur dengan daun atau bahan lain

3. Jicingko(hasil yang diperoleh dari pengolahana jicing)

4. Tanaman koka, (tanaman dari semua genus Erythroxylon dari keluarga


Erythroxylaceae termasuk buah dan bijinya) .

5. Daun koka (daun yang belum atau sudah dikeringkan atau dalam bentuk serbuk dari
dari semua tanaman genus Erythroxylon dari keluarga Erythroxylaceae yang
menghasilkan kokain secara langsung atau melalui perubahan kimia.
6. Kokain mentah (semua hasil yang diperoleh dari daun koka yang dapat diolah secara
langsung untuk mendapat kokaina

7. Kokaina (metilestrel-bensoil-ekgonina diperoleh dari daun tanaman Erythroxylon


coca yang tumbuh di amerika selatan bagian barat. Kokaina berupa serbuk kristal
berwarna putih atau tidak berwarna. Crack merupakan salah satu bentuk padat dari
kokaina mentah).

8. Tanaman ganja ( semua tanaman genus cannabis dan semua bagian dari tanaman
termasuk biji, buah, jerami hasil olahan tanaman ganja termasuk damar ganja dan
hasis)

9. Heroin

10. Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan


digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi
atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi yang dapat mengakibatkan ketergantungan. Jenis narkotika
yang termasuk golongan II antara lain.

1. Morfin ,Merupakan alkaloida yang terdapat dalam opium candu yang breasal dari
Papaver somniferum L. Morfin berupa serbuk berwarna putih digunakan dalam
pengobatan untuk menghilangkan rasa nyeri. Dalam bentuk sustained released tablet
digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri yang hebat pada penderita kanker, operasi,
dan lain-lain. Morfin dapat mengakibatkan ketergantungan fisik , psikis dan toleransi
sehingga penggunaan dalam pengobatan sangat dibatasi dan merupakan pilihan
terakhir.

2. Fentamil

3. Ekgonina

4. Petidina

5. Alfasetil-metadol

6. Benzetidin

7. Betametadol.
8. Narkotika golongan III adlah narkotika yang berkhasiat dalam
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan yang
dapat mengakibatkan ketergantungan. Jenis narkotika yang termasuk
golongan III antara lain.

1. Kodein , merupakan alkaloid yang terdapat dalam opium atau candu atau sintesis dari
morfin. Kodein berupa serbuk putih atau dalam bentuk tablet digunakan dalam
pengobatan untuk menekan batuk antitusif dan penghilang nyeri analgesik.kodein
dapat juga menimbulkan ketergantungan fisik dan psikis serta toleransi, namun sangat
ringan bila dibandingkan dengan morfin.

2. Etil Morfin

3. Dihidrokolin

4. Dokstroproposifem
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, L. P., 2008, Modul Undang-undang Kesehatan, Denpasar : SMF Saraswati 3 Denpasar.

Semiun, Y., 2001.Kesehatan Mental 2. Surabaya: Penerbit Universitas Katolik Widya


Mandala, hal . 91-93.

Syamsuni, H., 2005, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Tim Penyusun, 2010, UU Farmasi 3, Bekasi : SMKF Plus Bani Saleh.

Available at : http://www.slideshare.net/trogalko/uu-farmasi-3

Opened: 18 maret 2012

Tjay, T.H., Kirana, R., 2007, Obat-obat Penting, Khasiat, Penggunaan, dan Efek-efek
Sampingnya, Edisi : 6, Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

Widjajanti, N., 1988, Obat-obatan.

Anda mungkin juga menyukai