Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KASUS

HERPES ZOSTER

Pembimbing :
dr. Afaf Agil Almunawar, Sp.KK

Disusun Oleh:
Willia Putri Erviana
2011730115

KEPANITERAAN KLINIK STASE ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya pada kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus dengan
judul Herper Zoster sesuai pada waktu yang telah ditentukan.
Laporan ini kami buat sebagai dasar kewajiban dari suatu proses kegiatan
yang kami lakukan yang kemudian diaplikasikan dalam bentuk praktik kehidupan
sehari-hari.
Terimakasih kami ucapkan kepada seluruh pembimbing yang telah
membantu kami dalam kelancaran pembuatan laporan ini, Dr. Afaf Agil Almunawar,
Sp.KK. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.
Kami harapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk menambah
kesempurnaan laporan kami.

Jakarta, Agustus 2017

Penyusun

2
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. IF
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 54 tahun
Alamat : Klender, Jakarta Timur
Pekerjaan : Ibu tumah tangga
Tanggal MRS : 18 Agustus 2017

II. ANAMNESIS (Autoanamnesis pada tanggal 18 Agustus 2017 pukul 10.00


WIB)
Keluhan Utama
Pada punggung bawah dan kaki kiri timbul gelembung-gelembung kecil
berisi cairan bening dan terasa pedih sejak 4 hari SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke poli klinik kulit dan kelamin RS Islam Jakarta Cempaka
Putih dengan keluhan pada punggung bawah dan kaki kiri timbul gelembung-
gelembung kecil berisi cairan bening dan pedih sejak 4 hari SMRS.
Awalnya pasien merasakan pegal sakit dibagian pangkal paha kiri, sakit
seperti otot yang di tarik-tarik dan menjalar kebawah, sakit dirasakan secara
tiba-tiba dan terus menerus. Kemudian pasien mengkompres kakinya dengan air
hangat dan memberikan counterpain di seluruh kaki kirinya untuk meredakan
nyeri.
Keesokan harinya timbul gelembung-gelembung kecil berisi cairan
bening di bagian kaki kiri dan punggung bawah yang terasa pedih dan panas.
Pasien juga mengeluh demam dan nyeri kepala, lalu kemudian pasien meminum
obat paracetamol dan asam mefenamat yang di berikan oleh dokter puskesmas,
namun pasien merasa nyerinya belum membaik.

3
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah mengalami sakit cacar ketika pasien duduk di bangku SD.
Riwayat atopi disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa.

Riwayat Pengobatan
Pasien meninum paracetamol dan asam mefenamat yang diberikan oleh dokter
puskesmas, namun pasien merasa nyerinya belum membaik.

Riwayat Alergi
Pasien menyangkal adanya riwayat alergi.

Riwayat Psikososial
Lingkungan rumah pasien bersih, ventilasi baik. Pasien sering mandi secara
teratur dan rajin mengganti pakaian.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Nadi : 76 x / menit
Suhu : 36.8 C
Pernafasan : 18 x / menit
Status Generalis
1. Kepala
Rambut : Berwarna hitam, tidak rontok, distribusi
merata
Mata : Konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-)

4
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-/-)
Telinga : Normotia, sekret (-/-)
Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-), faring hiperemis
(-), Tonsil T1/T1,
Kulit Kepala : Tidak terdapat lesi
Kulit Wajah : Tidak terdapat lesi
2. Leher
Pembesaran KGB : Tidak teraba pembesaran KGB
Pembesaran Tiroid : Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid
Kulit Leher : Tidak terdapat lesi
3. Thoraks
Inspeksi : Bentuk & gerakan dada simetris
Palpasi : Vokal fremitus sama kiri dan kanan
Perkusi : Sonor di semua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-),
bunyi jantung I dan II reguler murni, murmur
(-), gallop (-)
Kulit dada : Tidak terdapat lesi
4. Abdomen
Inspeksi : Perut datar
Auskultasi : Bising usus (+) dalam batas normal
Perkusi : Timpani seluruh kuadran abdomen
Palpasi : Supel, turgor baik, nyeri tekan (-),
hepatosplenomegali (-)
Kulit : (lihat status dermatologikus)
5. Ekstremitas
Atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-), CRT <2/<2
Bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-), CRT <2/<2
Kulit : (lihat status dermatologikus)

5
Status Dermatologikus

Gambar 1.1. Lesi daerah dermatome lombo sacral, tampak kelompok vesikel
berwarna keruh dengan ukuran lenticular, dengan dasar eritematosa, sirkumskrip,
herpetiformis.

Gambar 1.2. Lesi daerah dermatome L4 tampak kelompok vesikel berwarna jernih,
dengan ukuran miliar sampai lentikuler, dengan dasar eritematosa, sirkumskrip,
herpetiformis.

6
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan

V. RESUME

Perempuan 54 tahun, datang dengan gelembung kecil berisi cairan yang terasa
pedih dan panas pada punggung bawah dan kaki kiri sejak 4 sebelum masuk rumah
sakit. Keluhan awalnya pasien hanya merasa pegal dan nyeri otot di bagian pangkal
paha kiri menjalar ke bawah. Keluhan disertai adanya demam dan nyeri kepala.
St. Dermatologikus: Terdapat Lesi daerah dermatome lombo sacral, tampak
kelompok vesikel berwarna keruh dengan ukuran lenticular, dengan dasar
eritematosa, sirkumskrip, herpetiformis. Dan Lesi daerah dermatome L4 tampak
kelompok vesikel berwarna jernih, dengan ukuran miliar sampai lentikuler, dengan
dasar eritematosa, sirkumskrip, herpetiformis.

VI. DIAGNOSIS
1. Diagnosis Kerja : Herpes Zoster

VII. PENATALAKSANAAN
1. Non Medikamentosa
a. Istirahat
b. Menghindari pecahnya gelembung
c. Mencegah garukan pada daerah yang gatal
2. Medikamentosa
Sistemik :
1. Acyclovir 5 x 800 mg per hari, selama 7 hari
2. Asam mefenamat 2 x 500 mg, bila nyeri
3. Vitamin B Comp 3x sehari
4. Cetirizine 10 mg 1x1 bila gatal

Topikal :
1. Bedak salisil untuk mencegah vesikel pecah

7
VIII. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Fungtionam : Bonam
Quo ad Sanationam : Bonam

8
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI
Herpes zoster adalah penyakit neurokutan dengan manifestasi erupsi
vesikular berkelompok dengan dasar eritematosa disertai nyeri radikular unilateral
yang umumnya terbatas disatu dermatom. Herpes zoster merupakan reaktivasi
infeksi laten endogen virus varisela zoster di dalam neuron ganglion sensoris radiks
dorsalis, ganglion saraf kranialis atau ganglion saraf autonomik yang menyebar ke
jaringan saraf dan kulit dengan segmen yang sama .1

EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini terjadi secara sporadis tanpa mengenal musim. 2-3 kasus per-
1000 orang/tahun. Insiden dan keparahan meningkat seiring usia, insiden paling
tinggi pada usia 80 tahun. Jarang dijumpai pada anak dan dewasa muda. Penyakit ini
bersifat menular namun daya tularnya kecil dibanding dengan varisela.1,2

ETIOPATOGENESIS
Imunitas terhadap virus varisela zoster berperan dalam patogenesi herpes
zoster terutama imunitas selularnya. Mengikuti infeksi primer varisela, partikel virus
dapat tetap tinggal didalam ganglion sensoris saraf spinalis, kranialis atau otonom
selama tahunan. Saat respon imunitas selular dan titer antibody spesifik terhadap
virus varisela-zoster menurn atau bahkan hilang maka paertikel virus akan
mengalami reaktivasi dan menimbulkan ruam kulit yang terlokalisata di dalam satu
dermatom.1

GEJALA KLINIS
Gejala awal ialah gejala prodromal seperti sensasi abnormal atau nyeri otot
lokal, nyeri tulang, pegal, parestesia sepanjang dermatom, gatal, rasa terbakar dari
ringan sampai berat. Dapat disertai gejala konstitusi misalnya nyeri kepala, malaise
dan demam. Gejala prodromal 1-10 (rata-rata 2 hari).1

9
Kemudian timbul erupsi kulit seperti gatal atau nyeri terlokalisata pada satu
dermatom berupa makula kemerahan. Lalu menjadi papul, vesikel jernih
berkelompok selama 3-5 hari. Isi vesikel akan berubah menjadi keruh dan akhirnya
pecah menjadi krusta (7-10 hari). Sebagian erupsi kulit akan sembuh secara spontan
tanpa gejala sisa.1
Komplikasi yang dapat terjadi adalah kelainan mata (10-20% penderita),
infeksi sekunder, dan neuropati motorik. Yang paling sering tejadi adalah neuralgia
pasca herpes (NPH), yaitu nyeri yang masih menetap diaera yang terkena walaupun
kelainan kulit sudah mengalami resolusi.1 Cedera pada saraf perifer dan neuron di
ganglion memicu sinyal nyeri aferen. Peradangan di kulit memicu sinyal nociceptive
yang selanjutnya menguatkan rasa sakit kulit. Kerusakan neuron di sumsum tulang
belakang dan ganglion, dan saraf perifer, sangat penting dalam patogenesis NPH.2
Pada pasien imunokompremais sering rekuren, kronik persisten, dan lesi
kulit lebih berat, tersebar diseminata, dapat disertai keterlibatan organ dalam.1
Variasi klinis penyakit ini ada yang disebut zoster sine herpete (nyeri
segmental tidak diikuti oleh erupsi kulit), herpes abortif (bila erupsi kulit hanya
berupa eritema dengan atau tanpa vesikel yang langsung mengalami resolusi
sehingga perjalanan penyakit singkat), herpes zoster aberans (erupsi kulitnya melalui
garis tengah).1
Bila virus menyerang nervus fasialis dan nervus auditorius terjadi sindrom
Ramsay-Hunt yaitu erupsi kulit timbul di liang telinga luar atau membran timpani
disertai paresis fasialis, gangguan lakrimasi, gangguan pengecap 2/3 bagian depan
lidah; tinitus, vertigo, dan tuli.1
Terjadi herpes zoster oftalmikus bila virus menyerang cabang pertama nervus
trigeminus. Bila mengenai anak cabang nasosiliaris (timbul vesikel di puncak hidung
yang dikenal sebagai tanda Hutchinson) kemungkinan besar terjadi kelainan mata.
Walaupun jarang dapat terjadi keterlibatan organ dalam.1

DIAGNOSIS
Diagnosis berdasarkan dari gambaran klinis yang memiliki karakteristik
tersendiri. Untuk kasus yang tidak jelas, deteksi antigen atau nucleic acid vericella

10
zoster virus, isolasi virus dari sediaan hapus lesi atau pemeriksaan antibodi IgM
spesifik diperlukan.1

DIAGNOSIS BANDING
Dapat didiagnosis banding dengan dermatitis venenata atau dermatitis
kontak1

PENATALAKSANAAN
Prinsip pengobatan herpes zoster adalah menghilangkan nyeri secepat
mungkin dengan cara membatasi replikasi virus, sehingga mengurangi kerusakan
saraf lebih lanjut.1
Sistemik
1. Obat antivirus
Terbukti menurunkan durasi lesi herpes zoster dan derajat keparahan nyeri.
Tiga antivirus oral untuk herpes zoster adalah famsiklovir (bioavailabilitas 77%)
dosis 3x500mg, valasiklovir (65%) dosis 3x1000mg, asiklovir (15-20%) dosis 5x800
mg diberikan sebelum 72 jam awitan lesi selama 7 hari.1
2. Kortikosteroid
Pemberian kostikosteroid oral sering dilakukan. Prednison sering digunakan
bersama asiklovir dapat mengurangi nyeri akut. Hal ini disebabkan penurunan derajat
neuritis akibat infeksi dan kemungkinan juga menurunkan derajat kerusakan saraf
yang terlibat.1
3. Analgetik
Pasien dengan nyeri akut ringan menunjukkan respon baik terhadap AINS
(asetosal, piroksikam, ibuprofen, diklofenak), atau analgetik non-opioid
(parasetamol, tramadol, asam mefenamat). Kadang dibutuhkan opioid (kodein,
morfin, atau oksikodon) untuk nyeri kronik hebat.1
4. Antidepresan dan antikonvulsan
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa kombinasi terapi asiklovir dengan
antidepresan trisiklik atau gabapentin sejak awal mengurangi prevalensi NPH.1

11
Topikal
1. Analgetik topikal
a. kompres : kompres terbuka dengan solusio Burowi dan solusio calamin dapat
digunakan pada lesi akut untuk mengurangi nyeri dan pruritus. Dapat dilakukan 4-
6x/hari selama 30-60 menit.1
b. Antiinflamasi nonsteroid
Topikal seperti bubuk aspirin dalam kloroform atau etil eter, krim indometasin dan
diklofenak banyak dipakai.1
2. Anestetik lokal
pemberian anestetik lokal pada berbagai lokasi sepanjang jaras saraf untuk
menghilangkan nyeri.1

PENCEGAHAN
Pemberian booster vaksin varisela strain Oka terhadap orangtua untuk
meningkatkan kekebalan spesifik terhadap VVZ sehingga dapat memodifikasi
perjalanan penyakit herpes zoster.1

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Pusponegoro EHD. Herpes Zoster. In: Menaldi SLS, Bramono K, Indriatmi W,


editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;
2015. p.121-4.
2. Schmader KE, Oxman MN. Varicella and Herpes Zoster. In: Goldsmith LA,
Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Lefeell DJ, Wolff K, editor. Fitzpatricks
Dermatology in General Medicine. 8th Edition. New York: The McGaw-Hill
Companies;2012. p.2383-400

13

Anda mungkin juga menyukai