Anda di halaman 1dari 34

Laporan Kasus

REHABILITASI MEDIK PADA PASIEN DENGAN HEMIPARESIS


DEXTRA ET CAUSA STROKE ISKEMIK

Oleh:

Brily Johanes Lombogia

17014101003

Masa KKM : 27 November 3 Desember 2017

Pembimbing

dr. Hendrik Rumajar

Penguji

Dr. dr. Theresia Isye Mogi, Sp.KFR, SH

BAGIAN/SMF ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2017
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus dengan judul

REHABILITASI MEDIK PADA PASIEN DENGAN HEMIPARESIS


DEXTRA ET CAUSA STROKE ISKEMIK

Telah dikoreksi, dibacakan dan disetujui pada tanggal 2 Desember 2017

Pembimbing,

dr. Hendrik Rumajar

Penguji,

Dr. dr. Theresia Isye Mogi, Sp.KFR, SH


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

Latar Belakang .................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 3

Definisi ................................................................................................ 3

Anatomi Pembuluh Darah Otak .......................................................... 3

Fisiologi Darah Otak ........................................................................... 7

Klasifikasi Stroke ................................................................................ 8

Patofisiologi Infark Otak ..................................................................... 10

Patogenesis Perdarahan Otak ............................................................. 12

Faktor Risiko ................................................................................................... 12

Manifestasi Klinik ........................................................................................... 13

Program Rehabilitasi Medik pada Penderita Stroke ........................... 13

BAB III LAPORAN KASUS.......................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 30


BAB I

PENDAHULUAN

Stroke merupakan penyebab utama kedua kematian di dunia dan menjadi

penyebab utama disabilitas neurologis pada orang dewasa di negara-negara

berkembang.1,2 Kematian yang diakibatkan oleh stroke mencakup sekitar

10% dari seluruh kematian yang ada, membunuh 5.5 juta orang tiap

tahunnya. Sebesar 44 juta disability-adjusted life-years (DALYs) hilang

akibat stroke. Pada tahun 2010, terdapat 16.9 juta kasus stroke di seluruh

dunia, sebanyak 70% terjadi di negara dengan pendapatan rendah hingga

menengah. Hal ini diperkirakan akan terus meningkat dalam 20 tahun

terakhir.2 Prevalensi rata-rata stroke di Indonesia adalah sebesar 0.8%

dengan usia rata-rata 58.8 tahun.3

Stroke didefinisikan sebagai defisit neurologis fokal akut yang terjadi

secara tiba-tiba dan bertahan lebih dari 24 jam serta disebabkan oleh proses

serebrovaskuler.4,5 Strokesecara umum terbagi menjadi iskemik dan

hemoragik.5,6 Klasifikasi ini kemudian terbagi lebih lanjut berdasarkan

etiologinya.6 Stroke iskemik mencakup 42.9% kasus stroke, perdarahan

intrakranial sebanyak 18.5% kasus, dan perdarahan subarakhnoid sebanyak

1.4% kasus.3

Faktor risiko stroke terbagi menjadi faktor yang dapat dikendalikan dan

yang tidak. Faktor yang tidak dapat dikendalikan berupa umur, riwayat berat

badan lahir rendah, ras atau etnis, dan genetik. Faktor risiko stroke yang

dapat dikendalikan berupa kurangnya aktivitas fisik, dislipidemia, nutrisi

1
dan diet, hipertensi, obesitas, diabetes mellitus, merokok, atrial fibrilasi,

penyakit-penyakit jantung, dan anemia sel sabit.5,7

Rehabilitasi medik penderita stroke adalah usaha yang dapat dilakukan

untuk mengembalikan kemampuan penderita stroke secara fisik pada

keadaan semula atau setidaknya mendekati normal seperti sebelum sakit

dalam waktu sesingkat mungkin. Prinsip rehabilitasi medik pada stroke

ialah mengusahakan agar sedapat mungkin pasien tidak bergantung pada

orang lain. Dalam penanganan penderita diperlukan adanya satu tim yang

terdiri dari berbagai disiplin keahlian, agar tercapai hasil sebaik-baiknya.

Tim rehabilitasi medik pasca stroke terdiri dari dokter spesialis rehabilitasi

medik, fisioterapis, okupasi terapis, ortotis prostetis, terapi wicara, sosial

medik, psikolog, dan perawat rehabilitasi.8

Tujuan rehabilitasi stroke yaitu lebih ke arah meningkatkan kemampuan

fungsional penderita dari pada ke arah memperbaiki defisit neurologisnya,

atau mengusahakan agar penderita sejauh mungkin dapat memanfaatkan

kemampuan sisanya untuk mengisi kehidupan secara fisik, emosional, dan

sosial ekonomi dengan baik.8,9

Berikut ini disampaikan sebuah laporan kasus seorang penderita dengan

hemiparesis dextra et causa stroke non hemoragik yang dirawat di bagian

Rehabilitasi Medik RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Stroke didefinisikan sebagai defisit neurologis fokal akut yang

terjadi secara tiba-tiba dan bertahan lebih dari 24 jam.4,5 Defisit

neurologis yang terjadi sesuai dengan bagian otak yang disuplai

pembuluh darah yang terganggu. Proses defisit yang terjadi tiba-tiba

yang umumnya dalam hitungan detik menandakan penyakit ini sebagai

gangguan vaskular.5

Selain stroke dikenal pula istilah TIA (transient ichemic attack) dan

PRIND (prolonged reversible ischemic neurological deficit). TIA adalah

defisit neurologis sementara dengan durasi tidak lebih dari 24 jam.

PRIND adalah defisit neurologis reversibel setelah 24 jam.10

B. Anatomi Pembuluh Darah Otak

Suplai darah serebral berasal dari dua arteri utama yaitu sistem arteri

karotis interna dan sistem vertebrobasiler. Dua pertiga depan kedua

belahan otak (sirkulasi anterior) dan struktur subkortikal mendapat darah

dari sepasang arteri karotis interna, sedangkan 1/3 bagian belakang

(sirkulasi posterior) yang meliputi serebelum, korteks oksipital bagian

posterior dan batang otak, memperoleh darah dari sepasang arteri

vertebralis kanan dan kiri yang kemudian bersatu menjadi arteri basilaris

(sistem vertebrobasiler).10,11

3
Arteri karotis interna pada kedua sisi menghantarkan darah ke otak

melalui percabangan utamanya, arteri serebri media dan arteri serebri

anterior serta arteri khoroidalis anterior. Kedua arteri vertebralis

bergabung di garis tengah pada batas kaudal pons untuk membentuk

arteri basilaris, yang menghantarkan darah ke batang otak dan

serebelum, serta sebagian hemisfer serebri melalui cabang terminalnya,

arteri serebri posterior. Sirkulasi anterior dan posterior berhubungan satu

dengan lainnya melalui sirkulus arteriosus Willisi. Sirkulus ini

merupakan lingkaran terutup dan berada di dasar hipotalamus dan

khiasma optikum. Sirkulus ini, mempunyai salah cabang yang menjadi

arteri perforata.10,11

Terdapat pula banyak hubungan anastomosis lain di antara arteri-

arteri yang mendarahi otak, dan antara sirkulasi intrakranial dan

ekstrakranial; sehingga oklusi pada sebuah pembuluh darah besar tidak

selalu menimbulkan stroke karena jaringan otak di bagian distal oklusi

mungkin mendapatkan perfusi yang adekuat dari pembuluh darah

kolateral.10

4
Gambar 2.1 Jalur ekstrakranial arteri utama yang menyuplai otak10

Arteri serebri anterior berjalan melalui bagian medial atas dari

khiasma optikum dan selanjutnya terletak di fisura longitudinalis dan

parietalis, baik untuk korteks sensorik maupun motorik. Arteri serebri

anterior kiri berhubungan dengan arteri serebri anterior kanan melalui

arteri komunikans anterior yang merupakan bagian sirkulus arteriosus

Willisi.11

Arteri serebri media yang merupakan arteri terbesar, terbagi dan

bercabang untuk memasok darah sebagian besar daerah permukaan

lobus frontalis, parietalis, dan temporalis termasuk korteks motorik,

korteks sensorik, insula dan korteks auditorik.11

5
Arteri vertebralis mempercabangkan arteri spinalis posterior, arteri

spinalis anterior yang memperdarahi medulla spinalis, dan arteri

serebelaris posterior inferior yang menyuplai bagian inferior serebelum

sebelum bersatu menjadi arteri basilaris. Cabang-cabang arteri basilaris

adalah cabang kecil di pons dan arteri serbelaris anterior inferior yang

memperdarahi bagian inferior dan anterior serebelum. Cabang akhir dan

merupakan cabang utama arteri basilari adalah arteri serberi posterior

yang memperdarahi lobus oksipitalis termasuk korteks visual dan

cabang arteri serebelaris superior yang memperdarahi bagian superior

serebelum.11

Gambar 2.2 Arteri pada basis kranii10

6
Darah vena otak mengalir dari vena profunda serebri dan vena

superfisialis serebri menuju sinus venosus dura mater, dan dari sini

menuju ke vena jugularis interna kedua sisi.10

C. Fisiologi Darah Otak11

Jumlah aliran darah ke otak (CBF) biasanya dinyatakan dalam cc/

100 gram otak/ menit. Dalam keadaan normal dan sehat, rata-rata aliran

darah otak adalah 50.9 cc/ 100 gram / menit. Berikut adalah ambang

batas aliran darah otak yang secara langsung berhubungan dengan

fungsi otak, yaitu:

a. Ambang fungsional: adalah batas aliran darah otak (yaitu sekitar

50-60 cc/100 gram/ menit), yang bila tidak terpenuhi akan

menyebabkan terhentinya fungsi neuronal, tetapi integritas sel-sel

saraf masih utuh.

b. Ambang aktivitas listrik otak: adalah batas aliran darah otak

(sekitar 15 cc/ 100 gram/menit) yang bila tidak tercapai, akan

menyebabkan aktivitas listrik neuronal terhenti. Ini berarti, sebagian

struktur intrasel telah berada dalam proses disintegrasi.

c. Ambang kematian sel: yaitu batas aliran darah otak yang bila tak

terpenuhi, akan menyebabkan kerusakan total sel-sel otak (CBF

kurang dari 15 cc/ 100 gram/ menit).

7
D. Klasifikasi Stroke

A. Berdasarkan Waktu

a. TIA (Trancient Ischemic Attack)

Pada bentuk ini gejala neurologis yang timbul akibat gangguan

peredaran darah di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam.8

b. RIND (Reversible Ischemic Neurologic Deficit)

Gangguan neurologis yang timbul dan akan menghilang secara

sempurna dalam waktu 1 minggu dan maksimal 3 minggu.8

c. Stroke in Evolution (Progressive Stroke)

Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan

yang muncul semakin berat dan bertambah buruk. Proses ini

biasanya berjalan dalam beberapa jam atau beberapa hari.8

d. Completed Stroke

Gangguan neurologisyang timbul bersifat menetap atau

permanen.8

B. Berdasarkan Etiologi

a. Stroke Hemoragik

Stroke hemoragik adalah suatu kondisi yang terjadi terutama

disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di otak.Pembuluh

darah pecah dan kemudian melepaskan darah ke otak.Setelah

pecahnya arteri, pembuluh darah tidak mampu membawa darah

8
dan oksigen ke otak dan menyebabkan sel mati. Alasan lain yang

dapat menyebabkan strok hemoragik adalah darah yang mengalir

ke otak akibat pecahnya pembuluh darah tersebut membentuk

gumpalan di dalam otak dan menyebabkan kerusakan jaringan

otak. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan fungsi otak. Hampir

70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi.

Umumnya terjadi pada saat melakukan aktivitas, namun juga

dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaran umumnya menurun

dan penyebab yang paling banyak adalah akibat hipertensi yang

tidak terkontrol. Stroke hemoragik terbagi menjadi intracerebral

hemorrhage (ICH) dan subarachnoid hemorrhage (SAH).9

b. Stroke Non Hemoragik

Stroke non hemoragik terjadi akibat penutupan aliran darah

ke sebagian otak tertentu. Aliran darah ke otak terhenti karena

aterosklerosis (penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh

darah) atau bekuan darah yang telah menyumbat di sepanjang

jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak, maka terjadi

serangkaian proses patologik pada daerah iskemik. Perubahan ini

dimulai dari tingkat seluler berupa perubahan fungsi dan struktur

sel yang diikuti dengan kerusakan fungsi dan integritas susunan

sel, selanjutnya akan berakhir dengan kematian neuron. Dapat

berupa iskemia, emboli, spasme ataupun trombus pembuluh

darah otak. Umumnya terjadi setelah beristirahat cukup lama

atau bangun tidur. Tidak terjadi perdarahan, kesadaran umumnya

9
baik dan terjadi proses edema otak oleh karena hipoksia jaringan

otak. Hampir sebagian besar pasien atau sebesar 83% mengalami

stroke jenis ini.9

Klasifikasi Oxford Community Stroke Project (OCSP) juga

dikenal sebagai Bamford, membaginya berdasarkan gejala awal

dan episode stroke yaitu total anterior circulation infarct

(TACI), partial anterior circulation infarct (PACI), lacunar

infarct (LACI), dan posterior circulation infarct (POCI).6,9

E. Patofisiologi Infark Otak

Infark otak pada dasarnya terdiri dari 2 proses patofisiologi.

Pertama, hilangnya suplai oksigen dan glukosa akibat penyumbatan

pembuluh darah. Kedua, sekelompok perubahan metabolisme sel

sehingga proses pembentukkan energi terganggu hingga akhirnya terjadi

nekrosis.5

Iskemik otak dapat bersifat fokal atau global. Terdapat perbadaan

etiologi keduanya. Pada iskemik global, aliran otak secara keseluruhan

menurun akibat tekanan perfusi, misalnya karena syok irreversibleakibat

henti jantung, perdarahan sistemik yang masif, fibrilasi atrial berat, dan

lain-lain. Sedangkan iskemik fokal terjadi akibat menurunnya tekanan

perfusi otak regional. Keadaan ini disebabkan oleh sumbatan atau

pecahnya salah satu pembuluh darah otak di daerah sumbatan atau

tertutupnya aliran darah sebagian atau seluruh lumen pembuluh darah

otak.11

10
Penyebabnya antara lain:

a. Perubahan patologi pada dinding arteri pembuluh darah otak

menyebabkan thrombosis yang diawali oleh proses arteriosklerosis

di tempat tersebut. Selain itu proses pada arteriole karena vaskulitis

atau lipohialinosis dapat menyebabkan stroke iskemik karena infark

lakunar.

b. Perubahan akibat proses hemodinamik disebabkan oleh tekanan

perfusi sangat menurun karena sumbatan di bagian proksimal

pembuluh arteri seperti sumbatan arteri karotis atau vertebro-basilar.

c. Perubahan akibat perubahan sifat misalnya: anemia sel sabit,

leukimia akut, polisitemia, hemoglobinopati, dan

makroglobulinemia.

d. Sumbatan pembuluh akibat emboli daerah proksimal misalnya:

trombosis arteri-arteri, emboli jantung, dan lain-lain.

Sebagai akibat penutupan aliran darah ke bagian otak tertentu, maka

terjadi serangkaian proses patologik pada daerah iskemi. Perubahan ini

dimulai di tingkat seluler, berupa perubahan fungsi dan struktural sel

yang diikuti kerusakan pada fungsi utama serta intergritas fisik dari

susunan sel, selanjutnya akan berakhir dengan kematian neuron. 11

Di samping itu terjadi pula perubahan milliu ekstra seluler, karena

peningkatan pH jaringan serta kadar gas darah, keluarnya zat

neurotransmitter (glutamat) serta metabolisme sel-sel yang iskemik,

11
disertai kerusakan sawar darah otak (blood brain barrier). Seluruh

proses ini merupakan perubahan yang terjadi pada stroke iskemik. 11

F. Patogenesis Perdarahan Otak

Pecahnya pembuluh darah di otak dibedakan menurut anatominya

atas perdarahan intraserebral dan perdarahan subarakhnoid. Sedangkan

berdasarkan penyebab, perdarahan intraserebral dibagi atas perdarahan

intraserebral primer dan sekunder.11

Perdarahan intraserebral primer (perdarahan intraserebral

hipertensif) disebabkan oleh hipertensif kronik yang menyebabkan

vaskulopati serebral dengan akibat pecahnya pembuluh darah otak.

Sedangkan perdarahan sekunder (bukan hipertensif) terjadi antara lain

akibat anomali vaskuler kongenital, koagulopati, tumor otak,

vaskulopati non hipertensif (amiloid serebral), vaskulitis, moya-moya,

post stroke iskemik, obat anti koagulan (fibrinolitik atau

simpatomimetik). Diperkirakan hampir 50% penyebab perdarahan

intraserebral adalah hipertensif kronik, 25% karena anomali kongenital

dan sisanya penyebab lain.11

Pada perdarahan intraserebral, pembuluh darah yang pecah terdapat

di dalam otak atau pada massa otak, sedangkan pada perdarahan

subarakhnoid, pembuluh yang pecah terdapat di ruang subarakhnoid, di

sekitar sirkulus arteriosus Willisi. Pecahnya pembuluh darah disebabkan

oleh kerusakan dinding arteri (arteriosklerosis), atau karena kelainan

kongenital misalnya malformasi arteri-vena, infeksi (sifilis), dan

trauma.11

12
G. Faktor Risiko

Faktor risiko stroke terbagi menjadi faktor yang dapat dikendalikan

dan yang tidak. Faktor yang tidak dapat dikendalikan berupa umur,

riwayat berat badan lahir rendah, ras atau etnis, dan genetik. Faktor

risiko stroke yang dapat dikendalikan berupa kurangnya aktivitas fisik,

dislipidemia, nutrisi dan diet, hipertensi, obesitas, diabetes mellitus,

merokok, atrial fibrilasi, penyakit-penyakit jantung, dan anemia sel

sabit.5,7

H. Manifestasi Klinik

Pada stroke hemoragik umumnya terjadi pada saat melakukan aktivitas,

namun juga dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaran umumnya

menurun dan penyebab yang paling banyak adalah akibat hipertensi

yang tidak terkontrol, serta terdapat nyeri kepala dan terdapat muntah.

Sedangkan pada stroke non hemoragik umumnya terjadi setelah

beristirahat cukup lama atau bangun tidur. Tidak terjadi perdarahan,

tidak ada muntah dan tidak terdapat nyeri kepala, kesadaran umumnya

baik dan terjadi proses edema otak oleh karena hipoksia jaringan otak

serta sering terdapat gangguan bicara. Hampir sebagian besar pasien

atau sebesar 83% mengalami stroke jenis ini.12

I. Program Rehabilitasi Medik Pada Penderita Stroke

Perhatian utama rehabilitasi adalah evaluasi potensi perkembangan

pasien dengan rehabilitasi yang intensif. Tujuan dari rehabilitasi harus

realistis dan fleksibel sebab status neorologis dari pasien dan derajat

13
kelainan biasanya berubah seiring waktu. Hal terbaik didapatkan jika

pasien dan keluarga berpartisipasi dalam mencapai tujuan rehabilitasi.13

1. Fase awal

Tujuannya adalah untuk mencegah komplikasi sekunder dan

melindungi fungsi yang tersisa. Program ini dimulai sedini mungkin

setelah keadaan umum memungkinkan dimulainya rehabilitasi. Hal-

hal yang dapat dikerjakan adalah proper bed positioning, latihan

lingkup gerak sendi, stimulasi elektrikal dan begitu penderita sadar

dimulai penanganan masalah emosional.14

2. Fase lanjutan

Tujuannya adalah untuk mencapai kemandirian fungsional

dalam mobilisasi dan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS). Fase ini

dimulai pada waktu penderita secara medik telah stabil. Biasanya

penderita dengan stroke trombotik atau embolik, biasanya mobilisasi

dimulai pada 2-3 hari setelah stroke. Penderita dengan perdarahan

subarakhnoid mobilisasi dimulai 10-15 hari setelah stroke. Program

pada fase ini meliputi: 15,16

a. Fisioterapi

1) Stimulasi elektrikal untuk otot-otot dengan kekuatan otot

(kekuatan 2 ke bawah).

2) Diberikan terapi panas superficial (infra red) untuk

melemaskan otot.

14
3) Latihan lingkup gerak sendi bisa pasif, aktif dibantu atau aktif

tergantung dari kekuatan otot.

4) Latihan untuk meningkatkan kekuatan otot.

5) Latihan fasilitasi atau reedukasi otot.

6) Latihan mobilisasi.

b. Okupasi Terapi

Sebagian besar penderita stroke dapat mencapai kemandirian

dalam aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS), meskipun

pemulihan fungsi neurologis pada ekstremitas yang terkena

belum tentu baik. Dengan alat bantu yang disesuaikan, AKS

dengan menggunakan satu tangan secara mandiri dapat

dikerjakan. Kemandirian dapat dipermudah dengan pemakaian

alat-alat yang disesuaikan.

c. Terapi Bicara

Penderita stroke sering mengalami gangguan bicara dan

komunikasi. Ini dapat ditangani oleh speech therapist dengan

cara:

1) Latihan pernapasan (pre speech training) berupa latihan

napas, menelan, meniup, latihan gerak bibir, lidah dan

tenggorokan.

2) Latihan di depan cermin untuk latihan gerakan lidah, bibir dan

mengucapkan kata-kata.

3) Latihan pada penderita disartria lebih ditekankan ke artikulasi

mengucapkan kata-kata.

15
4) Pelaksana terapi adalah tim medik dan keluarga.

d. Ortotik Prostetik

Pada penderita stroke dapat digunakan alat bantu atau alat

ganti dalam membantu transfer dan ambulasi penderita. Alat-alat

yang sering digunakan antara lain: arm sling, walker, wheel chair,

knee back slap, short leg brace, cock-up splint, ankle foot

orthotic (AFO), knee ankle foot orthotic (KAFO).

e. Psikologi

Semua penderita dengan gangguan fungsional yang akut akan

melampaui serial fase psikologis, yaitu: fase syok, fase

penolakan, fase penyesuaian dan fase penerimaan. Sebagian

penderita mengalami fase-fase tersebut secara cepat, sedangkan

sebagian lagi mengalami secara lambat, berhenti pada salah satu

fase, bahkan kembali ke fase yang telah lewat. Penderita harus

berada pada fase psikologis yang sesuai untuk dapat menerima

rehabilitasi.

f. Sosial Medik dan Vokasional

Pekerja sosial medik dapat memulai bekerja dengan wawancara

keluarga, keterangan tentang pekerjaan, kegemaran, sosial,

ekonomi dan lingkungan hidup serta keadaan rumah penderita.12

16
BAB III

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS
Nama : Tn. VK
Umur : 54 tahun (11 April 1963)
Jenis kelamin : Laki - laki
Alamat : Lelema, Tumpaan
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Polisi Kehutanan Dinas Kehutanan
Tanggal pemeriksaan : 28 November 2017

B. ANAMNESIS
1. Keluhan utama
Kelemahan sisi tubuh sebelah kanan

2. Riwayat penyakit sekarang


Kelemahan sisi tubuh sebelah kanan dialami pasien sejak 1
bulan lalu. Kelemahan sisi tubuh sebelahkanan dirasakan secara tiba
tiba. Pasien merasakan kelemahan sisi tubuh sebelah kanan mulai
muncul pada saat beraktifitas tanggal 26 Oktober 2017. Pasien
kemudian berobat ke RS Poigor Amurang diantar oleh teman
teman kantor, kemudian dirujuk ke RSUP Prof. Kandou dan
mendapatkan perawatan selama 2 minggu. Riwayat penurunan
kesadaran (-), nyeri kepala sebelumnya (-), muntah (-), kejang(-),
demam (-), dan trauma tidak dialami. BAB/BAK tidak ada keluhan.
Saat pulang dari rumah sakit, pasien tidak dapat melakukan aktivitas
kegiatan sehari-hari sendiri dan harus dibantu oleh istri pasien.
Pasien mengalami kesulitan untuk berdiri dan berjalan dan mobilitas
dibantu dengan kursi roda. Sebelumnya, pasien belum pernah sakit
seperti ini.

17
3. Riwayat penyakit dahulu
Hipertensi didapatkan pada pasien saat diperiksa pada
tanggal 27 Oktober saat pertamakali datang ke rumah sakit namun
pada pemeriksaan tanggal 27 November tekanan darah pasien sudah
turun dengan mengkonsumsi obat. Pasien sebelumya tidak pernah
melakukan pemeriksaan tekanan darah. Asam Urat, gangguan ginjal,
dan penyakit jantung disangkal pasien

4. Riwayat penyakit keluarga


Hanya pasien yang sakit seperti ini dalam keluarga.

5. Riwayat kebiasaan
Pasien lebih dominan menggunakan tangan kanan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari, pasien biasa mengkonsumsi makanan yang
berlemak dan jarang berolahraga. Pasien adalah seorang polisi
kehutanan di Dinas Kehutanan Bolaang Mongondow dan sering
melakukan ronda keliling hutan. Riwayat penggunaan rokok (+)
sejak remaja tetapi sekarang sudah berhenti 1 tahun lalu (2016).
Konsumsi alkohol disangkal.

6. Riwayat sosial ekonomi


Pasien adalah seorang Polisi Kehutanan di Dinas Kehutanan
Bolaang Mongondow. Saat ini pasien tinggal di sebuah rumahsemi
permanen dengan 1 lantai bersama istri. Pasien memiliki 1 orang
anaklaki laki berumur 22 tahun yang telah memiliki pekerjaan
sebagai pengemudi taksi online. Toilet yang digunakan adalah toilet
duduk dan terletak di dalam rumah. Istri pasien bekerja sebagai Ibu
Rumah Tangga. Sumber penerangan PLN, sumber air minum PAM.
Biaya hidup sehari-hari cukup dan biaya pengobatan di tanggung
oleh BPJS.

18
7. Riwayat psikologis
Pasien mengaku bahwa awalnya iasempat memiliki kecemasan akan
sakit yang dideritanya. Pasien takut jika ia tidak dapat berjalan, dan
mengganggu pekerjaannya dimana pasien merupakan tulang
punggung keluarga.

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
Keadaan umum : Tidak mampu menjalankan sebagian besar
kegiatan sendiri, memerlukan bantuan orang
lain untuk beberapa aktivitas misalnya mandi
dan makan.(Karnofsky Performance Scale= 60)
Kesadaran : Compos Mentis, Glasgow Coma Scale (GCS)
E4M6V5
Tanda vital : Tekanan darah = 112/60 mmHg
Nadi = 70 x/menit
Respirasi = 26 x/menit
Suhu = 36.4C
Tinggi Badan : 170cm
Berat Badan : 70 kg
2
IMT : BB (kg)/ TB (m) =70/ (170)2 =
24.2kg/m2(Normal)
Kepala : Normosefali
Mata : konjungtiva anemis (-),sklera ikterik (-). Pupil
bulat isokor 3 mm/3mm, RC +/+ N
Hidung : Sekret (-), konka oedem (-), septum deviasi (-)
Telinga : Sekret (-), MAE lapang, membran timpani intak
Mulut : Sianosis (-), deviasi lidah ke kanan, sudut mulut
menurun pada bagian kanan.
Leher : Trakea letak di tengah, pembesaran KGB (-)

19
Paru : Gerakan dada simetris kiri = kanan, stem
fremitus kiri = kanan, sonor kedua lapangan
paru, s.p. vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)
Jantung : Ictus cordis tidak tampak dan tidak teraba,
Bunyi Jantung I-II normal,bising (-)
Abdomen : Datar, lemas BU (+) Normal, hepar dan lien
tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)

2. Status Neurologis
a. Tanda Rangsang Meningeal
kaku kuduk (-), lasegue (-), kernig (-)
b. Nervus kranialis
Terdapat kesan paresa nervus VII.

Nervus Teknik Pemeriksaan Hasil


I
Mengidentifikasikan bahan yang di hidung (kopi, Normal
tembakau,teh)
II Pemeriksaan penglihatan sentral (Visual acuity),
penglihatan perifer (visual field), refleks pupil, Normal
pemeriksaan fundus okuli serta tes buta warna
III Ptosis, Gerakan bola mata dan Pupil Normal
IV Pergerakan bola mata ke bawah dalam, gerak mata ke
Normal
lateral bawah, strabismus konvergen, diplopia
V Cabang ophtalmicus : Memeriksa refleks berkedip
klien dengan menyentuhkan kapas halus saat klien
melihat ke atas
Cabang maxilaris : Memeriksa kepekaan sensasi wajah, Normal
lidah dan gigi
Cabang Mandibularis : Memeriksa pergerakan rahang
dan gigi

20
VI Pergerakan bola mata ke lateral Normal
VII Pemeriksaan fungsi motorik : mengerutkan dahi,
mimik, mengangkat alis, menutup mata, moncongkan Paresa
bibir / nyengir, memperlihatkan gigi, bersiul (mulut Dextra
mencong kiri)
VIII pemeriksaan pendengaran dan pemeriksaan fungsi
Normal
vestibuler
IX Inspeksi palatum untuk melihat pergeseran uvula Normal
X tes refleks muntah Normal
XI Pasien angkat bahu, pemeriksa tekan bahu ke bawah
dan raba massa otot trapezius
Normal
Putar kepala pasien melawan tahanan tangan
pemeriksa, raba massa otot sternokleido mastoideus.
XII Inspeksi lidah untuk melihat atrofi atau fasikulasi atau
Normal
deviasi

c. Status motorik : kesan hemiparesis dextra


d. Status sensorik : protopatik : normal
proprioseptik : normal

21
Status Neuromuskuler :
Ekstremitas Superior Ekstremitas Inferior
Status
Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra
Gerakan Menurun Normal Menurun Normal
Kekuatan otot 4/3/3/3 5/5/5/5 4/4/2/2 5/5/5/5
Tonus otot Meningkat Normal Normal Normal
Refleks fisiologis +++ ++ +++ ++
Refleks patologis (-) (-) (-) (-)
Sensibilitas:
Protopatik Normal Normal Normal Normal
Proprioseptik Normal Normal Normal Normal

e. Status Otonom : Inkontinensia urin et alvi tidak ada.

3. Indeks Barthel

Aktivitas Tingkat Kemandirian N Nilai

Makan Mandiri (independent) 10 5


Memerlukan bantuan dalam memotong, mengoles 5
mentega, dll atau memerlukan modifikasi diet
Tidak dapat makan sendiri 0

Mandi Mandiri (or in shower) 5 0


Perlu bantuan (dependent) 0

Mengurus Mandiri dalam perawatan wajah/tubuh/rambut/gigi 5 0


Diri
(Grooming) Perlu bantuan dalam perawatan diri 0

Berpakaian Mandiri (termasuk memasang kancing, menutup 10 5


resleting, mengikat sepatu, dll)
Perlu bantuan, tapi dapat mengerjakan sebagian 5
tanpa dibantu
Perlu bantuan dalam berpakaian 0

Pencernaan Dapat menahan BAB (continent) 10 10


Kadang-kadang tidak dapat menahan BAB 5
Inkontinensia (atau perlu pemberian enema) 0

22
Aktivitas Tingkat Kemandirian N Nilai

Kandung Dapat menahan BAK (continent) 10 10


Kemih Kadang-kadang tidak dapat menahan BAK 5
Inkontinensia atau dengan kateter dan tidak dapat 0
mengatur sendiri

Penggunaan Mandiri (on and off, dressing, wiping) 10 5


Toilet Perlu bantuan, namun dapat melakukan sendiri 5
Tidak mandiri 0

Berpindah Mandiri 15 5
Tempat Sedikit dibantu (verbal atau fisik) 10
Sebagian besar dibantu (1 atau 2 orang, fisik), dapat 5
duduk
Tidak dapat berpindah, tidak seimbang saat duduk 0

Naik turun Independent 10 0


tangga Perlu bantuan (verbal, fisik, membawa peralatan) 5
Tidak dapat naik/turun tangga 0

Mobilitas Mandiri (tetapi dapat menggunakan alat apapun 15 0


misalnya tongkat) > 50 yards
Berjalan dengan bantuan satu orang (verbal/fisik), 10
> 50 yards
Dapat menggunakan kursi roda sendiri, 5
Immobile atau > 50 yards 0

Total 100 40

Nilai Interpretasi:
0-20 : Ketergantungan total
25-40 : Ketergantungan berat
45-55 : Ketergantungan sedang
60-95 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri

23
4. Karnofsky Performance Scale

Kapasitas Fungsional Nilai

Makannormal, tanpa keluhan, tanpa gejala penyakit 100

Dapat menjalankan aktifitas sehari-hari, sedikit tanda 90


dan gejala dari penyakit

Aktifitas sehari-hari normal namun sedikit kesulitan, 80


dengan beberapa tanda dan gejala penyakit

Mampu merawat diri sendiri, tapi tidak dapat 70


beraktifitas normalatau bekerja

Membutuhkan pendampingan dan bantuan orang lain, 60


masih dapat mengurus kebutuhan dasar pribadi

Membutuhkan lebih banyak bantuan orang lain, dan 50


perawatan medis

Terbatas pada tempat tidur dan kursi, membutuhkan 40


perawatan medis khusus

Terbatas pada tempat tidur saja, tidak dapat mengurus 30


diri sendiri

Sakit berat, membutuhkan banyak perawatan dan 20


pengobatan

Keadaan kritis, perjalanan penyakit fatal rapid 10


progressive

Meninggal 0

24
5. Pemeriksaan Status Mini Mental State (MMSE)
Aspek Pemeriksaan Normal = Nilai
Orientasi Sekarang ini (tahun, musim, bulan, tanggal, hari) apa ? 5 5
Kita dimana ? (negara, propinsi, kota, rumah) 5 5
Registrasi Sebutkan 3 objek. Tiap 1 objek 1 detik, pasien disuruh
mengulang nama objek tadi. Nilai satu untuk tiap nama 3 3
objek yang benar.
Perhatian Pengurangan 100 dengan 7 terus menerus. Nilai 1
dan untuk tiap jawaban yang benar, hentikan setelah 5
kalkulasi jawaban. Atau eja terbalik kata WAHYU. Nilai
5 3
diberikan pada huruf yang benar sebelum kesalahan,
mis. UYAHW (nilai 2), bila dieja secara terbalik
benar semua UYHAW nlai (5)
Mengenal
kembali Pasien disuruh menyebut lagi 3 objek diatas 3 3

Bahasa pasien disuruh menyebut pensil, arloji 2 2


Pasien disuruh untuk mengulang; tanpa bila dan atau
1 1
tetapi
Pasien mengikuti perintah ambil kertas itu dengan
tangan kanan Anda, lipatlah menjadi dua, letakkan di 3 3
lantai
Pasien disuruh membaca dan mengikuti perintah
1 1
PEJAMKAN MATA ANDA
Pasien disuruh menulis secara spontan dibawah ini 1 1
Pasien disuruh menggambar bentuk dibawah ini

1 1

Total 30 28

Penilaian :
<24 dianggap terdapat gangguan kognitif
>24 dianggap tidak terdapat gangguan kognitif

25
D. RESUME
Laki laki 54 tahun datang dengan keluhan kelemahan anggota gerak
bagian kanan. Kelemahan sisi tubuh sebelah kanan dirasakan secara tiba
tiba saat pasien melakukan aktifitas.
Saat pulang dari rumah sakit, pasien dapat melakukan aktifitas kegiatan
sehari-hari dengan bantuan oleh istri pasien. Pasien berpidah tempat dengan
menggunakan kursi roda. Sebelumnya, pasien belum pernah sakit seperti
ini.
Pasien memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol yang baru
diketahui 1 bulan yang lalu saat pasien dibawa ke RS.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD: 112/60 mmHg, nadi 70 x/m,
respirasi 26 x/m, suhu 36.4 C. Pada pemeriksaan neurologis didapatkan
kesan paresis sisi kanan. Pada pemeriksaan status motorik: hemiparesis
dextra dengan kekuatan otot ekstremitas superios dextra 4/3/3/3 dan
ekstremitas inferior dextra 4/4/2/2, tonus otot meningkat, refleks fisiologis
meningkat, refleks patologis (-), Karnofsky Performance Scale: 60, indeks
barthel: 40 (ketergantungan berat), MMSE: 28.

E. DIAGNOSIS
Diagnosis klinis : hemiparesis dekstra
Diagnosis topis : lesi kortikal
Diagnosis etiologi : stroke iskemik
Body function : kelemahan sisi tubuh sebelah kanan
Body Structure : Ekstremitas kanan atas, ekstremitas
kanan bawah, struktur wajah kanan.
Activity and participation : gangguan aktivitas kehidupan sehari-
hari (AKS) berupa mandi, makan, dan
toileting.
Environment : Rumah semi permanen 1 lantai, toilet
duduk.

26
Personal Factor : Yang tidak dapat dimodifikasi: laki -
laki, usia 54 tahun
Yang dapat dimodifikasi: hipertensi

F. PROBLEM REHABILITASI MEDIK


1. Kelemahan sisi tubuh sebelah kanan
2. Gangguan aktifitas kehidupan sehari - hari (Misalnya mandi, naik
turun tangga)
3. Gangguan kecemasan
4. Gangguan Ambulasi
5. Drop foot dextra

G. PROGRAM REHABILITASI MEDIK


1. Fisioterapi
a. Evaluasi:
Kelemahan anggota gerak kanan , kekuatan otot ekstremitas
superior dextra (4/3/3/3) dan inferior dextra (4/4/2/2)
Gangguan ambulasi
Program:
Infra Red (IR) ekstremitas superior dan inferior sinistra
Latihan kekuatan dengan tahanan pada otot ekstremitas
superior dan inferior dextra
Akif ROM ekstermitas superior dan inferior dextra
Latihan berdiri dan berjalan (Gait training) di parallel bar

2. Okupasi Terapi
a. Evaluasi:
Kelemahan anggota gerak kanan
Gangguan AKS
b. Program:
Latihan peningkatan AKS dengan aktivitas ketrampilan

27
3. Ortotik Prostetik
a. Evaluasi:
Gangguan ambulasi karena kelemahan anggota gerak sisi
kanan
b. Program:
Penggunaan Quadripod atau Tripod
Ankle Foot Orthosis (AFO)

4. Psikologi
a. Evaluasi:
Pasien mengaku awalnya ia sempat memiliki kecemasan
akan sakit yang dideritanya
Keluarga cemas dengan kondisi pasien

b. Program:
Memberi dukungan mental pada pasien dan keluarga agar
pasien tidak cemas dengan sakitnya.
Memberi dukungan agar pasienselalu rajin dan tekundalam
menjalankan terapi.

5. Sosial Medik
a. Evaluasi:
Pasien baru pertama kali sakit seperti ini.
Tempat tinggal pasien agak jauh dari jalan utama
Penggunaan toilet memerlukan bantuan orang lain

b. Program:
Rencana evaluasi kondisi sosial & lingkungan rumah.
Memasang railing di dinding toilet

28
H. EDUKASI
1. Sedapat mungkin untuk melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari
secara mandiri.
2. Rajin berlatih dan kontrol secara teratur.
3. Kontrol ke poliklinik penyakit dalam dan saraf untuk sakit yang
dialami pasien.
4. Tetap optimis dan menghindari stress.

I. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Romero JR, Morris J, Pikula A. Stroke prevention: modifying risk


factors. Ther Adv Cardiovasc Dis. 2008;2(4):287-303.

2. Song S. The global stroke burden. World Neurology. 2015;30(5):4.

3. Kusuma Y, Venketasubramanian M, Kiemas LS, Misbach J. Burden of


stroke in Indonesia. Int J Stroke. 2009 Oct;4(5):379-80.

4. BMJ. Stroke [Internet]. 2017 [updated 2016 Feb 6; cited 2017 Feb 24].
Available from: http://bestpractice.bmj.com/best-
practice/monograph/1080.html

5. Ropper AH, Samuels MA, Klein JP. Adams and Victor's principles of
neurology. 10th ed. New York: McGraw-Hill Education; 2014. Chapter
34, Cerebrovascular diseases; p. 778-884.

6. Amarenco P, Bogousslavsky J, Caplan LR, Donnan GA, Hennerici MG.


Classification of stroke subtypes. Cerebrovasc Dis. 2009;27:493-501.

7. Meschia JF, Bushnell C, Boden-Albala B, Braun LT, Bravata


DM,Chaturvedi S, Creager MA, Eckel RH, Elkind MSV, Fornage M,
Goldstein LB, Greenberg SM, Horvath SE, Iadecola C, Jauch EC,
Moore WS, Wilson JA. Guidelines for the primary prevention of stroke:
a statement for healthcareprofessionals from the American Heart
Association/American Stroke Association. Stroke. 2014.
doi:10.1161/STR.0000000000000046.

8. Misbach J, Wendra A. Stroke in indonesia. A first large prospective


hospital based study of acute stroke in 28 hospitals in indonesia. Jakarta.
1996.

9. Walelang TH. Faktor risiko dan pencegahan stroke. Manado: Perdosi;


2001

10. Baehr M, Frotscher M. Duus' Topical Diagnosis in Neurology. 5th ed.


Stuttgart: Thieme; 2012. Chapter 11, Blood supply and vascular
disorders of the central nervous system. p. 270-314.

30
11. Misbach J. Stroke: aspek diagnostik, patofisiologi, manajemen. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI; 2011.

12. Kotambunan RC. Diagnosis stroke. Bagian Neurologi FK


UNSRAT/SMF RSUP Manado. Manado, 1995; 1-12

13. Sengkey L, Angliadi LS, Mogi TI. Ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi
medik. Manado: Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik;
2006:55-9.

14. Angliadi LS. Rehabilitasi medik pada stroke. Proceeding symposium


stroke update. Manado. Perdosi; 2001.

15. Sinaki M, Dorsher PT. Rehabilitation after stroke. In: basic clinical
rehabilitation medicine. Philadelphia. Mosby, 1993; p. 87-8.

16. Kolb, Bryan, Whishaw, Ian Q. Fundamentals of Human


Neuropsychology, Fourth Edition. New York: W. H. Freeman and
Company, 1996.

31

Anda mungkin juga menyukai