Anda di halaman 1dari 8

TUGAS KE- 4

PENGELASAN LOGAM

Oleh :

Nama : Fridolin Harjo Sirait

NIM : 2113141041

PROGRAM STUDI S1
JURUSAN TEKNIK MESIN - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
BANDUNG
2017
1. Metode pengelasan SMAW & FCAW lebih rentan terhadap hydrogen cracking
dibandingkan metode pengelasan GTAW & GMAW.
Karena pada metode pengelasan SMAW dan FCAW menggunakan flux
pada elektrodanya, sehingga pada kedua metode pengelasan ini tidak
memiliki yang namanya gas pelindung seperti pada metode pengelasan
GTAW dan GMAW. Pada metode pengelasan GTAW dan GMAW
memiliki yang namanya gas pelindung yang disebut disebut dengan TIG
(tungsten inert gas) untuk metode pengelasan GTAW dan MAG (metal
active gas) dan MIG (metal inert gas) utnuk metode pengelasan GMAW.
Maka dengan ini dengan menggunakan gas pelindung pada proses
pengelasan, maka akan meminimalisir masuknya gas dari luar.

2. Proses preheat dan PWHT dilakukan pada pengelasan. Pada baja seperti apa yang
memerlukan preheat dan PWHT.
Karena fungsi dari preheat itu sendiri adalah memperkecil gradien
temperatur sehingga tidah terjadi thermal shock pada material. Biasanya
ini dilakukan sampai suhu 50oC sampai dengan 200oC yang tujuannya
untuk mengurangi laju pendinginan saat proses pengelasan agar tidak
terbentuknya martensite . Sedangkan pada proses post weld heat treating
(PWHT) merupakan proses perlakukan panas pada suatu material las
setelah dilakukan proses pengelasan yang berguna untuk menghindari
timbulnya hidrogen pada material las. Untuk material baja yang harusb
dilakukan proses preheat yaitu material Carbon Steel untuk menghindari
fasa martensit, karena bersifat getas. Sedangkan untuk material baja yang
perlu dilakukan proses postweld heat treating (PWHT) yaitu pada materal
Alumunium (Al), karena akan menyebabkan yang namanya porositas,
sehingga dapat mengurangi kekuatan dan keuletan pada pengelasan
material alumunium (Al).
3. Pengaruh temperature preheating terhadap hardness di daerah HAZ sertakan
gambar sketsa untuk penjelasan distribusi hardness ini.
Jika temperatur tinggi didinginkan ke temperatur rendah secara drastis, ini
akan menimbulkan yang namanya fasa martensite, karena jika
pendinginannya dialkukan secara cepat atau drastis, maka akan
meningkatkan kadar karbon. Kadar karbon tinggi inilah yang tidak
diharapkan pada suatu material, karena memiliki sifat getas.

4. Cara mengetahui kemampulasan (weldability) suatu baja.


Baja karbon berdasarkan kadar karbon yang terkandung di dalamnya
terdiri dari low carbon steel, mild steel, medium carbon steel, high
carboon steel. Weldability dari baja karbon tergantung dari kadar karbon
yang terkandung didalamnya.
Untuk menentukan weldability dari baja karbon kita dapat menggunakan
nilai hasil perhitungan Carbon equivalent dimana weldability dari baja
karbon akan sangat baik apabila nilai CE < 0,4. Berikut ini merupakan
rumus perhitungan carbon equivalent (CE):

Common Carbon Typical Typical Use Weldability


Name Content Hardness
Percent
Low Carbon 0.15 MAX 60HRB Special plateand excellent
Steel shapes,sheet,
strip,welding
electrodes
Mild Steel 0.15-0.30 90 HRB Structuralshapes, good
plate,and bar
Medium 0.30-0.50 25 HRC Machine Fair t preheat
Carbon Steel partsand tools and postheat
normally
required(low
hydrogen
welding process
recommended)
High Carbon 0.50-1.00 40 HRC Springs, Poor (low
Steel dies,railroad rail hydrogen
welding
process,preheat,
and postheat
reqiured)

Maka dari tabel diatas dapat dilihat bahwa low carbon steel memiliki
weldability yang paling baik karna low carbon steel sendiri memiliki sifat yang
mudah dibentuk dan juga memiliki ketangguhan yang cukup baik.
5. a. Faktor yang mempengaruhi kecepatan pendinginan.
1. Heat input
2. ketebalan plat (Plate Thickness)
3. bentuk joint ( butt joint, fillet joint )
4. Preheat Temperature
b. Pengaruh cooling rate yang cepat dan cooling rate yang lambat kaitannya
dengan struktur mikro yang dihasilkan.
pengaruh cooling rate yang cepat (Quick cooling) dan cooling rate yang
lambat (Slow Cooling) yang kaitannya dengan struktur mikro yang
dihasilkan adalah semakin cepat pendinginan (Quick Cooling) yang terjadi
maka akan menjadi semakin baik struktur mikronya karena jika terjadi
proses pendinginan yang cepat struktur mikronya akan berbentik pipih
atau butiran butiran kecil karena jika terjadi proses pendinginan yang
cepat akan terbentuk fasa martensite, sedangkan jika cooling rate yang
lambat ( Slow Cooling ) yang terjadi maka akan menjadi kurang baik
struktur mikronya karena jika terjadi proses pendinginan yang lambat
struktur mikronya akan berbentik atau butiran butiran besar karena jika
terjadi proses pendinginan yang cepat akan terbentuk fasa ferrit + pearlite.

6. Pengaruh kandungan CO2 pada gas pelindung terhadap ketangguhan weld metal
seperti ditunjukan grafik dibawah ini
Ferrite merupakan struktur mikro yang memiliki ketangguhan yang baik.
Artinya jika shielding gas oxygen nya semakin besar maka Ferrite akan menurun,
maka yang terjadi adalah ketangguhannya pun menurun, sebaliknya jika Ferrite
nya besar maka shielding oxygen nya pun harus kecil, maka dengan fasa Ferrite
yang besar maka material las akan memiliki ketangguhan yang baik.

7. Temperature preheating yang dibutuhkan makin tinggi,


Pada material las yang berukuran tebal harus memiliki temperature
preheating yang tinggi, karena dengan semakin tebal material semakin
tinggi pula kecepatan pendinginan material tersebut dan juga agar pada
saat preheat panas yang diterima material tidak hanya sampai ke
permukaan saja. Preheating nya yang tinggi akan memperlambat laju
pendinginan pada saat proses pendinginan yang dilakukan setelah
pengelasan dan meratakan proses pendinginan sehingga mengurangi
kemungkinan terjadinya defect.

8. Peningkatan kekuatan pada baja HSLA sehingga diperoleh kekuatan yang tinggi
dengan tetap menjaga kandungan karbon rendah.
Terjadinya peningkatan kekuatan (strength) pada baja HSLA dikarenakan
adanya penambahan Nb dan V dalam jumlah kecil (max = 0.1 %), serta
oleh kombinasi penghalusan butir ferrite, precipitation hardening dan
substructural strengthening sehingga lebih tangguh dan mampu las lebih
baik dibandingkan baja karbon.

9. Jika kita melakukan proses pengelasan pada baja paduan rendah berikut ini : a)
HSLA (ASTM) A572 Gr.60, t=12mm), b) Q&T steel (HY80, t=12mm). c) Cr-Mo
(2.25 Cr-1Mo, t=12mm). Rekomendasi dibutuhkan preheat dan PWHT (jika ya
pada temperature berapa).
Untuk baja HSLA (ASTM A572 Gr. 60, t = 12 mm) direkomendasikan
untuk melakukan proses preheating dengan minimum temperatur 50F.
Untuk baja Q&T Steel (HY80, t =12 mm), direkomendasikan untuk
melakukan postweld heat treating (PWHT) dengan temperature proses
sebesar austenitizing temperature 1650 F dan tempering temperature
1200 F. Sedangkan untuk baja (Cr Mo (2,25 Cr 1 Mo, t = 12 mm)
direkomendasikan untuk melakukan proses preheating dengan
temperature 150 300 F.

10. Pada baja Cr-Mo(Chromium Molybdenum Steel), peran unsur chromium dan
molybdenum pada baja tersebut. Untuk mencegah cold cracking pada pengelasan
baja ini.
Peran dari unsur chromium pada baja Cr-Mo, yaitu :
1. Meningkatkan Kekerasan baja.
2. Meningkatkan Kekuatan baja.
3. Ketahanan Aus.
4. Kemampuan diperkeras.
5. Ketahanan panas.
6. Ketahanan karat dan asam.
7. Kemudahan dipoles.
8. Menurunkan Regangan
Peran dari unsur molybdenum pada baja Cr-MO, yaitu :

1. Meningkatkan kekuatan tarik baja.


2. Meningkatkan ketahanan panas baja.
3. Meningkatkan batas lelah baja.
4. Menurunkan regangan.

Cara mencegah cold-cracking pada pengelasan baja, ialah :


a. Mengurangi beberapa penambahan unsur pada baja, serta mengatur
jenis unsur dan kandungan unsur paduan sehingga tidak memberikan
pengaruh terlalu besar terhadap sintifitas retak.
b. Mencegah kelebihan kandungan hydrogen pada logam atau baja yang
yang akan menyebabkan terjadinya retak pada dareah pengaruh panas,
serta tidak melakukan proses pengelasan pada saat hujan atau baru
turun hujan, karena dapat menyebabkan kecenderungan terbentuknya
retak dingin (cold- cracking).
c. Benda kerja tidak terlalu tebal, karena benda kerja yang lebih tebal
akan memiliki kepekaan retak semakin tinggi. Artinya makin tebal
benda kerja, makin rentan terhadap timbulnya retak dingin.
d. Memperhatikan rancangan kontruksi lasan, prosedur, logam induk dan
bahan las karena itu semua merupakan faktor yang memberikan
kontribusi terhadap timbulnya retak dingin pada daerah las.
e. Memperhatikan metode pengelasan, agar tidak terbentuknya tegangan
sisa. Karena tegangan sisa merupakan tegangan yang mempengaruhi
terjadinya retak dingin.

Anda mungkin juga menyukai