Anda di halaman 1dari 4

Sewa properti

Beberapa Personal Financial Planning berpendapat, sewa properti masih menjadi investasi yang
menjanjikan. Jika Anda memiliki properti nganggur seperti kamar kosong, rumah kosong, atau
mungkin tanah petak, aset Anda masih diminati tahun depan. Meski perlambatan terjadi di properti
segmen menengah ke atas akibat pasokan yang berlebih, properti untuk segmen menengah ke
bawah diincar dan banyak peminat.

Contoh properti untuk segmen ini adalah rumah kontrakan, rumah petak, atau bangunan dengan
luas di bawah 72 m2, serta kamar kos-kosan. Memiliki beberapa kamar kos-kosan dan beberapa
rumah petak untuk disewakan cocok sebagai diversifikasi risiko. Artinya, jika satu kamar atau
rumah petak tidak terisi, pemilik properti masih dapat memperoleh tambahan cash flow dari kamar
dan rumah petak lainnya, papar Agustina. Hal yang harus diperhatikan oleh investor properti ialah,
memperhitungkan beban pajak, biaya pemeliharaan, serta kenaikan harga sewa properti setiap
tahun agar memperoleh harga yang bagus.

Selain itu, tren sharing economy yang mewabah di kalangan millennials atau generasi yang lahir
setelah tahun 1980, telah menciptakan tren baru di bisnis penyewaan properti. Berdasarkan
prinsip sharing economy, menyewa aset akan menguntungkan karena lebih murah ketimbang
membeli. Maklum, jika membeli, kita akan dibebankan oleh biaya perawatan, pajak, dan depresiasi
atau penurunan nilai aset. Prinsip ini yang membuat platform layanan sewa kamar menjamur.

Berdasarkan artikel Fortune yang dimuat di Juni 2016, sebanyak 58% milenial berpandangan
positif terhadap konsep home-sharing service yang diusung AirBnB. Hal ini juga berlaku pada
konsep serupa di sarana properti lain, misalnya sharing office. Jadi, jika Anda punya rumah atau
kamar kosong yang cocok untuk turis atau ruang kerja yang tidak terpakai serta layanan wifi yang
mumpuni, jangan segan-segan untuk menyewakannya.
Investasi Properti Lebih Dilirik Ketimbang Saham
(BERITA LIPUTAN 6)
10 Sep 2017, 07:10 WIB

Investasi dibidang properti memang menawarkan keuntungan yang paling menggiurkan.

Liputan6.com, Jakarta Di zaman modern saat ini, investasi menjadi bagian


penting yang tidak boleh diremehkan lagi. Sebabnya memiliki investasi memiliki pengaruh
siginifikan untuk kehidupan di masa mendatang. Beragam investasi bisa Anda pilih, mulai dari
investasi properti, reksa dana, emas, sampai dengan saham.

Tidak ada yang bisa memastikan keuntungan yang Anda raih, namun segala jenis investasi bisa
Anda sesuaikan dengan kebutuhan dan selera masing-masing.

Biasanya, jika berinvestasi melalui saham, Anda hanya memiliki sebagian kecil kepemilikan
dari sebuah perusahaan. Namun bisa berbeda ceritanya jika Anda investasi dibidang properti,
yang memang menawarkan keuntungan yang paling menggiurkan.

Pasalnya, tiap tahun harga tanah semakin melonjak. Belum lagi, properti yang Anda beli bisa
disewakan untuk menambah pemasukan.Misalnya saja, apartemen, rumah, dan ruko. Tindakan
penipuan juga lebih sulit dilakukan di bisnis properti jika dibandingkan dengan saham, apalagi
kalau punya banyak informasi mengenai industri tersebut.

Salah satu bisnis properti terpercaya yang sedang tren saat ini adalah proyek Meikarta di
Cikarang. Proyek yang dinaungi oleh Lippo Group ini terletak di kawasan Cikarang, Jawa
Barat yang akan dibangun sebanyak 200 ribu unit apartemen siap huni pada tahap pertama,
akhir tahun 2018. Tipenya pun berbeda-beda, mulai dari tipe Amerika, Eropa, Asia dan Modern
dengan luas 42,58 meter persegi hingga 98,29 meter persegi.

Selama perkembangannya, Meikarta telah dibangun seluas 500 hektar pada tahap pertama
dengan barisan gedung pencakar langit di sekitarnya. Mulai dari office tower, apartemen
Meikarta, pusat perbelanjaan, rumah sakit, sekolah, hingga hotel bintang 5.

Tentu saja sarana dan prasarana ini menaikkan minat banyak orang untuk berinvestasi properti.
Faktor Pemicu Harga Properti Selalu Naik ( Berita Liputan 6)

Inilah faktor-faktor yang mengakibatkan harga properti terus meningkat tiap tahunnya.
Liputan6.com, Jakarta Ketimbang berinvestasi saham, reksadana, atau obligasi, sebagian
investor saat ini lebih melirik investasi properti sebab dipandang punya banyak keunggulan.
Lantas seberapa menarikkah bisnis properti hingga menyebabkan nilainya nyaris tak pernah
terjun drastis?

Harus terus dicamkan, bahwasanya fakta membuktikan luas daratan di bumi tidak pernah
bertambah secara signifikan, (bahkan cenderung berkurang) sementara jumlah penduduk
selalu meningkat. Hal ini berlaku di seluruh permukaan bumi, termasuk Indonesia.

Fakta lainnya adalah tidak akan pernah ada properti yang sama persis, khususnya mengenai
lokasi. Faktor kelangkaan dan keunikan properti inilah yang menjadi pola pikir mendasar
bagi sebagian besar pebisnis untuk berinvestasi di bidang properti.

Melansir Rumah.com, berikut faktor lain yang mengakibatkan harga properti terus
meningkat tiap tahunnya.

1. Kekurangan Hunian
Hingga tahun ini, Pemerintah dalam hal ini Kementerian PUPR mencatat backlog atau
kesenjangan kebutuhan perumahan di Indonesia masih sekitar 11 juta unit.

Jumlah ini bisa jadi akan semakin meningkat seiring dengan angka pertumbuhan penduduk.
Inilah yang akhirnya membuat harga rumah selalu naik, sebab permintaan yang meningkat
tidak sejalan dengan pasokan huniannya.
2. Sulitnya Mencari Rumah Kelas Menengah Bawah
Kebutuhan rumah untuk kalangan menengah ke bawah mempunyai porsi terbesar di
Indonesia. Kelas menengah ke bawah ini adalah keluarga yang berpenghasilan di bawah
kisaran Rp5 Juta per bulan.

Untuk mengatasi problem ini, Pemerintah bersama sejumlah pemangku kepentingan bahu-
membahu menyukseskan Program Sejuta Rumah yang diluncurkan sejak tahun 2015 silam.
Hasilnya, di tahun 2016 pasokannya mencapai 805.169 unit rumah yang tersebar di berbagai
daerah di Indonesia.

3. Situasi Pasar yang Terbuka

3. Situasi Pasar yang Terbuka


Potensi pasar properti di Indonesia sangat terbuka luas untuk investor swasta di semua kelas,
termasuk pasar kelas menengah ke bawah. Di mana hal ini tidak berlaku di luar negeri yang
properti kelas menengah ke bawah diurus langsung oleh pemerintah.

4. Investor Punya Kendali Sendiri


Jika Anda berinvestasi di sektor pasar modal seperti saham, reksadana, atau emas sekali pun,
kondisi ekonomi secara global menjadi penyebab naik turunnya nilai investasi Anda. Hal ini
tentu saja tidak dapat Anda kendalikan karena sifatnya yang mengikuti mekanisme pasar.

Inilah yang membedakan investasi jenis lain dengan properti, di mana harga akan cenderung
selalu naik dan Anda dapat menentukan keuntungan investasi dengan cara memilih lokasi
yang tepat maupun melakukan renovasi untuk meningkatkan nilai jual propertinya.

5. Tidak Perlu Dijual Demi Untung


Investasi di pasar modal dan barang berharga seperti emas mengharuskan Anda untuk
melakukan penjualan saat harga naik, jika ingin mendapatkan keuntungan. Di lain sisi, ini
tidak berlaku pada investasi properti, karena Anda dapat memilih untuk menyewakannya
kepada orang lain.

Keuntungan inilah yang menjadikan investasi properti di kota besar tubuh pesat. Bahkan
Jakarta saat ini menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat nomor tujuh se-Asia.
Klaim tersebut merujuk Survei Urban Land Institute dengan masukan dari Pricewaterhouse
Coopers (PwC) LLP

Anda mungkin juga menyukai