Anda di halaman 1dari 6

6.3.

TEORI KOAGULASI
Koagulan
Koagulan inorganik digunakan dalam pengolahan air siap minum dengan karakteristik
sebagai berikut
Non-toksik pada dosis pemakaiannya
Memiliki daya densitas yang tinggi
Tidak larut pada rentang pH normal.
Bahan kimia inorganik yang biasa digunakan di US ada dalam Tabel 1. Bahan- bahan
tersebut dikategorikan sebagai kation logam yang dapat di hidrolisis. Polielektrolit seperti
polidialilmetil amonium klorida (poli-DADMAC) dan epiklorohidrin dimetilamina (epi-DMA)
merupakan tipikal koagulan organik yang digunakan pada pengolahan air di US.

Tabel 1. Koagulan inorganik yang biasa digunakan

Kompresi Lapisan Ganda


Apabila lapisan ganda elektrik dikompresi, gaya repulsive dikurangi dan partikel-
partikel akan berkumpul dan menghasilkan gerakan Brownian dan akan tetap menempel karena
adanya gaya van der Waals. Kedua kekuatan ionic dan muatan dari counterion sangatlah
penting dalam kompresi lapisan ganda.
Adsorpsi dan Muatan Netralisasi
Garam metal terhidrolisasi, garam metal prahidrolisasi dan polimer kationik memiliki
muatan positif. Mereka menstabilkan partikel melalui muatan netralisasi.
Adsorpsi dan Jembatan Antar Partikel
Secara skematis, rantai polimer seperti poli-DADMAC dan epi-DMA mengadsorb pada
permukaan partikel pada permukaan partikel pada satu atau lebih titik sepanjang rantai polimer.
Hasil dari adsorpsi ialah (1) kolumbik, interaksi antar muatan, (2) interaksi dipol, (3) ikatan
hydrogen dan (4) gaya van der Waals.
CHEMISTRY OF COAGULATION
Larutan Buffer
Larutan yang menahan perubahan pH yang besar bila suatu asam atau basa ditambahkan
atau bila larutan diencerkan disebut larutan penyangga (buffer). Larutan yang mengandung
asam lemah dan garamnya adalah contoh penyangga.
Gambar 1. menunjukan perilaku dari sistem larutan penyangga karbonat dengan
penambahan asam dan basa atau penambahan dan pengurangan karbon dioksida.

Gambar 1. Perilaku dari sistem larutan penyangga karbonat


Alkalinitas
Alkalinitas didefinisikan sebagai jumlah semua basa titrasi sampai sekitar pH 4.5.
Ditemukan dengan eksperimen menentukan berapa banyak asam yang dibutuhkan untuk
menurunkan pH air menjadi 4,5. Di sebagian besar perairan, satu-satunya kontribusi yang
signifikan terhadap alkalinitas adalah spesies karbonat dan H atau OH bebas.
Dari nilai pK, beberapa hubungan dapat ditemukan. Yang paling penting ialah
i. pH dibawah 4,5, pada dasarnya semua spesi karbonat yang ada dalam H2CO3, dan
alkalinitasnya negatif.
ii. Pada pH 8,3 sebagian besar spesi karbonat ada dalam bentuk HCO3- dan
alkalinitasnya setara dengan HCO3-
iii. pH diatas 12,3, pada dasarnya seluruh karbonat yang ada dalam bentuk [CO32-] dan
alkalinitasnya sema dengan [CO32-].
Alkalinitas ditemukan dengan menambahkan semua spesies karbonat dan hidroksida,
dan kemudian mengurangkan ion hidrogen. Bila menggunakan unit "mg/L dalam CaCO3,"
kondisinya ditambahkan secara langsung. Kelipatan dua untuk CO32- telah dimasukkan ke
dalam konversi.
Aluminum
Bila aluminium ditambahkan ke air yang mengandung alkalinitas, reaksi berikut terjadi
Al2(SO4)3 . 14H2O+6HCO3-2Al(OH)3 . 3H2O(s)+6CO2+8H2O+3SO42-
sehingga setiap mol alum ditambahkan menggunakan enam mol alkalinitas dan menghasilkan
enam mol karbon dioksida. Reaksi di atas menggeser kesetimbangan karbonat dan menurunkan
pH. Namun, selama alkalinitas yang cukup ada dan CO 2 (g) dibiarkan berevolusi, pH tidak
secara drastis berkurang dan umumnya bukan masalah operasional.
Aspek penting dari koagulasi dalam hal ini ialah bahwa ion aluminium tidak benar-benar
ada sebagai Al3+, dan bahwa produk akhir lebih kompleks daripada Al(OH)3. Ketika tawas
ditambahkan ke air, segera terdisosiasi, menghasilkan pelepasan ion aluminium yang
dikelilingi enam molekul air.
pH dan Dosis
Dua faktor penting dalam penambahan koagulan adalah pH dan dosis. Dosis dan pH
optimum harus ditentukan dari uji laboratorium. Kisaran pH optimum untuk alumunium sekitar
5,5 sampai 7,7 dengan koagulasi memadai antara pH 5 dan 9 pada kondisi tertentu (Gambar
2).
Gambar 2. Desain dan operasi diagram dari koagulasi alumunium

Karena jumlah dan kompleksitas reaksi koagulan, dosis dan pH aktual untuk air yang
diberikan pada hari tertentu umumnya ditentukan secara empiris dari uji laboratorium.
Prosedur uji disebut "jar test" berdasarkan konfigurasi alat uji (Gambar 3).
Gambar 3. Jar test dengan air keruh (a) dan tiga sampel saat flokulasi (b).

Kurangnya alkalinitas yang cukup akan memerlukan penambahan basa untuk mengatur
pH ke kisaran yang dapat diterima. Kapur (CaO), kalsium hidroksida Ca(OH)2, natrium
hidroksida (NaOH), dan natrium karbonat (Na2CO3), juga dikenal sebagai soda ash, adalah
bahan kimia yang paling umum digunakan untuk mengatur pH. Tabel 2 mengilustrasikan reaksi
netralisasi.

Tabel 2. Reaksi netralisasi

Anda mungkin juga menyukai