Anda di halaman 1dari 18

AGAMA DAPAT PERSPEKTIF PANCASILA

DISUSUN OLEH :

RIZKY PRIMA YOLANDA

1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama adalah sebuah ajaran atau sistem yang mengatur tata cara peribadatan kepada
Tuhan dan hubungan antar manusia. Dalam ajaran sebuah agama, setiap penganutnya diajari
agar saling hidup rukun dengan sesama manusia.Di Negara Kesatuan Republik Indonesia
sendiri terdapat enam agama yang diakui dan dilindungi. Enam agama di Indonesia yang
telah diakui secara resmi tersebut antara lain agama islam, katholik, Kristen, budha, hindu
dan konghucu. Keenam pemeluk agama tersebut diakui dan dilindungi oleh undang-undang
untuk bebas melaksanakan ajaran dari kepercayaan mereka tersebut.
Indonesia merupakan sebuah negara yang berdasarkan pancasila, dimana dalam sila
pertama pancasila tersebut adalah mengakui adanya tuhan. Oleh karena hal tersebut, maka
negara melindungi setiap kepercayaan yang mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa.
Negara berani menjamin keamanan setiap agama untuk menjalankan ibadah sesuai
kepercayaan mereka masing-masing. Seperti yang tercantum di Dalam UUD
1945 dinyatakan bahwa "tiap-tiap penduduk diberikan kebebasan untuk memilih dan
mempraktikkan kepercayaannya" dan "menjamin semuanya akan kebebasan untuk
menyembah, menurut agama atau kepercayaannya".

B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan agama dan pancasila?
2. Apa hubungan agama dan pancasila?
3. Apakah Pancasila masih bisa menjadi ideologi yang dianut oleh bangsa Indonesia
yang terdapat beragam kepercayaan (agama).?

2
PEMBAHASAN
PANCASILA DAN AGAMA

A. PENGERTIAN AGAMA DAN PANCASILA


Pengertian agama dan Pancasila dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengertian secara umum
dan menurut para ahli
1. Pengertian secara umum
- Agama merupakan sebuah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
- Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua
kata dari Sanskerta: paca berarti lima dan la berarti prinsip atau
asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan
bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Pengertian secara Khusus (Menurut para ahli)
- Menurut para ahli pengertian agama adalah :
a) Sutan Takdir Alisyahbana (1992)
Pengertian Agama menurut Sutan Takdir Alisyahbana adalah suatu system
kelakuan dan perhubungan manusia yang pokok pada perhubungan manusia
dengan rahasia kekuasaan dan kegaiban yang tiada terhingga luasnya, dan dengan
demikian member arti kepada hidupnya dan kepada alam semesta yang
mengelilinginya.
b) Dr.m. Drikarya
Pengertian Agama menurut Dr.m. Drikarya adalah keyakinan adanya suatu
kekuatan supranatural yang mengatur danmenciptakan alam dan isinya.
c) Edward Burnett Tylor (1832-1917)
Agama merupakan kepercayaan makhluk gaib dan menyatakan bahwa keyakinan
ini berasal sebagai penjelasan kepada dunia.

3
d) Moenawar Chalil
Menurut H. Moenawar Chalil Agama adalah perlibatan yang merupakan tingkah
laku manusia dalam berhubungan dengan kekuatan supranatural tersebut sebagai
konsekuensi atas pengakuannya.
e) Jappy Pellokild
Penegrtian Agama menurut Jappy Pellokild adalah percaya adanya tuhan yang
maha esa dan hukum-hukumnya.
f) Michel Meyer (dalam Rousydiy, 1986)
Pengertian Agama menurut Michel Meyer adalah sekumpulan kepercayaan dan
pengajaran-pengajaran yang mengarahkan kita dalam tingkah laku kita terhadap
Allah SWT, terhadap sesama manusia dan terhadap diri kita sendiri.
g) mile Durkheim
Agama menurut mile Durkheim adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri
atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci dan
menyatukan semua penganutnya dalamsuatu komunitas moral yang di namakan
umat.
h) A.M. saefuddin (1987)
Pengertian agama menurut A.M. saefuddin merupakan kebutuhan manusia yang
paling esensial yang besifat universal.
i) Anthony F.C. Wallace
Menurut Anthony F.C. Wallace Agama diartikan sebagai seperangkat upacara
yang diberi rasionalisasi lewat mitos dan menggerakkan kekuatan supernatural
dengan maksud untuk mencapai terjadinya perubahan keadaan pada manusia dan
semesta.
j) Luckmann
Luckmann menyatakan bahwa Agama adalah kemampuan organisme manusia
untuk mengangkat alam biologisnya melalui pembentukan alam-alam makna yang
objektif, memiliki daya ikat moral dan serba meliputi.

4
- Menurut para ahli pengertian Pancasila adalah :
a) Notonegoro
Pancasila adalah dasar falsafah negara Indonesia, sehingga dapat diartikan
kesimpulan bahwa Pancasila merupakan dasar fasafah dan ideologi negara yang
diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia, sebagai dasar pemersatu,
lambang persatuan dan kesatuan, serta bagian pertahanan bangsa dan negara.
b) Muhammad Yamin
Pancasila berasal dan kata panca yang berarti lima dan sila yang berarti sendi,
asas, dasar, atau peratu ran tingkah laku yang penting dan baik. Dengan dmikian,
Pancasila merupakan lima dasar yang berisi pedoman atau aturan tentang tingkah
laku yang penting dan baik.
c) 3. Ir. Soekarno
Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia secara turun-temurun yang sekian abad
Iamanya terpendam bisu oleh kebudayaan Barat. Dengan demikian, Pancasila tidak
saja falsafah negara, tetapi Iebih tuas lagi, yakni falsafah bangsa Indonesia

B. Hubungan Agama dan Pancasila dan UUD 1945


Pancasila yang di dalamnya terkandung dasarfilsafat hubungan negara dan
agama merupakan karya besar bangsa Indonesia melalui The Founding Fathers
Negara Republik Indonesia. Konsep pemikiran para pendiri negara yang tertuang dalam
Pancasila merupakan karya khas yang secara antropologis merupakan local
geniusbangsa Indonesia (Ayathrohaedi dalam Kaelan, 2012). Begitu pentingnya
memantapkan kedudukan Pancasila, maka Pancasila pun mengisyaratkan bahwa
kesadaran akan adanya Tuhan milik semua orang dan berbagai agama. Tuhan menurut
terminologi Pancasila adalah Tuhan Yang Maha Esa, yang tak terbagi, yang maknanya
sejalan dengan agama Islam, Kristen, Budha, Hindu dan bahkan juga Animisme
(Chaidar, 1998: 36). Menurut Notonegoro (dalam Kaelan, 2012: 47), asal mula
Pancasila secara langsung salah satunya asal mula bahan (Kausa Materialis) yang
menyatakan bahwa bangsa Indonesia adalah sebagai asal dari nilai-nilai Pacasila,
yang digali dari bangsa Indonesia yang berupa nilai-nilai adat-istiadat kebudayaan serta
nilai-nilai religius yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia.Sejak

5
zaman purbakala hingga pintu gerbang (kemerdekaan) negara Indonesia, masyarakat
Nusantara telah melewati ribuan tahun pengaruh agama-agama lokal, (sekitar) 14 abad
pengaruh Hinduisme dan Budhisme, (sekitar) 7 abad pengaruh Islam, dan (sekitar)
4 abad pengaruh Kristen (Latif, 2011: 57). Dalam buku Sutasoma karangan Empu
Tantular dijumpai kalimat yang kemudian dikenal Bhinneka Tunggal Ika. Sebenarnya
kalimat tersebut secara lengkap berbunyi Bhinneka Tunggal Ika Tan Hanna Dharma
Mangrua, artinya walaupun berbeda, satu jua adanya, sebab tidak ada agama yang
mempunyai tujuan yang berbeda (Hartono, 1992: 5).
Kuatnya faham keagamaan dalam formasi kebangsaan Indonesia membuat arus
besar pendiri bangsa tidak dapat membayangkan ruang publik hampa Tuhan. Sejak
dekade 1920-an, ketika Indonesia mulai dibayangkan sebagai komunitas politik
bersama, mengatasi komunitas kultural dari ragam etnis dan agama, ide kebangsaan
tidak terlepas dari Ketuhanan (Latif, 2011: 67). Secara lengkap pentingnya dasar
Ketuhanan ketika dirumuskan oleh founding fathers negara kita dapat dibaca pada
pidato Ir. Soekarno pada 1 Juni 1945, ketika berbicara mengenai dasar negara
(philosophische grondslag) yang menyatakan, Prinsip Ketuhanan! Bukan saja bangsa
Indonesia ber-Tuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia hendaknya ber-Tuhan.
Tuhannya sendiri. Yang Kristen menyembah Tuhan menurut petunjuk Isa Al Masih,
yang Islam menurut petunjuk Nabi Muhammad s.a.w, orang Budha menjalankan
ibadatnya menurut kitabkitab yang ada padanya. Tetapi marilah kita semuanya ber-
Tuhan. Hendaknya negara Indonesia ialah negara yang tiap-tiap orangnya dapat
menyembah Tuhannya dengan leluasa. Segenap rakyat hendaknya ber-Tuhan.
Secara kebudayaan yakni dengan tiada egoisme agama. Dan hendaknya Negara
Indonesia satu negara yang ber-Tuhan (Zoelva, 2012).Pernyataan ini mengandung dua
arti pokok. Pertama pengakuan akan eksistensi agama-agama di Indonesia yang,
menurut Ir. Soekarno, mendapat tempat yang sebaik-baiknya. Kedua, posisi negara
terhadap agama, Ir. Soekarno menegaskan bahwa negara kita akan berTuhan.
Bahkan dalam bagian akhir pidatonya, Ir. Soekarno mengatakan, Hatiku akan berpesta
raya, jikalau saudarasaudara menyetujui bahwa Indonesia berasaskan Ketuhanan Yang
Maha Esa.

6
Hal ini relevan dengan ayat (1) dan (2) Pasal 29 UUD 1945 (Ali, 2009:
118).Jelaslah bahwa ada hubungan antara sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam
Pancasila dengan ajaran tauhid dalam teologi Islam. Jelaslah pula bahwa sila
pertama Pancasila yang merupakan prima causa atau sebab pertama itu (meskipun istilah
prima causa tidak selalu tepat, sebab Tuhan terus-menerus mengurus makhluknya),
sejalan dengan beberapa ajaran tauhid Islam, dalam hal ini ajaran tentang tauhidus-shifat
dan tauhidul-afal, dalam pengertian bahwa Tuhan itu Esa dalam sifat-Nya dan
perbuatan-Nya. Ajaran ini juga diterima oleh agama-agama lain di Indonesia (Thalib
dan Awwas, 1999: 63). Prinsip ke-Tuhanan Ir. Soekarno itu didapat dari -atau
sekurang-kurangnya diilhami oleh uraian-uraian dari para pemimpin Islam yang
berbicara mendahului Ir. Soekarno dalam Badan Penyelidik itu, dikuatkan dengan
keterangan Mohamad Roem. Pemimpin Masyumi yang terkenal ini menerangkan
bahwa dalam Badan Penyelidik itu Ir. Soekarno merupakan pembicara terakhir; dan
membaca pidatonya orang mendapat kesan bahwa pikiranpikiran para anggota yang
berbicara sebelumnya telah tercakup di dalam pidatonya itu, dan dengan sendirinya
perhatian tertuju kepada (pidato) yang terpenting. Komentar Roem, Pidato penutup
yang bersifat menghimpun pidato-pidato yang telah diucapkansebelumnya (Thalib
dan Awwas, 1999: 63).Prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung makna
bahwa manusia Indonesia harus mengabdi kepada satu Tuhan, yaitu Tuhan Yang
Maha Esa dan mengalahkan ilah-ilah atau Tuhan-Tuhan lain yang bisa
mempersekutukannya. Dalam bahasa formal yang telah disepakati bersama sebagai
perjanjian bangsa sama maknanya dengan kalimat Tiada Tuhan selain Tuhan Yang
Maha Esa. Di mana pengertian arti kata Tuhan adalah sesuatu yang kita taati
perintahnya dan kehendaknya.Prinsip dasar pengabdian adalah tidak boleh punya
dua tuan, hanya satu tuannya, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Jadi itulah yang menjadi
misi utama tugas para pengemban risalah untuk mengajak manusia mengabdi
kepada satu Tuan, yaitu Tuhan Yang Maha Esa .
Pada saat kemerdekaan, sekularisme dan pemisahan agama dari negara
didefinisikan melalui Pancasila. Ini penting untuk dicatat karena Pancasila tidak
memasukkan kata sekularisme yang secara jelas menyerukan untuk memisahkan
agama dan politik atau menegaskan bahwa negara harus tidak memiliki agama.

7
Akan tetapi, hal-hal tersebut terlihat dari fakta bahwa Pancasila tidak mengakui satu
agama pun sebagai agama yang diistimewakan kedudukannya oleh negara dan dari
komitmennya terhadap masyarakat yang plural dan egaliter. Namun, dengan hanya
mengakui lima agama (sekarang menjadi 6 agama: Islam, Kristen Katolik, Kristen
Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu) secara resmi, negara Indonesia membatasi
pilihan identitas keagamaan yang bisa dimiliki oleh warga negara. Pandangan yang
dominan terhadap Pancasila sebagai dasar negara Indonesia secara jelas
menyebutkan tempat bagi orang yang menganut agama tersebut, tetapi tidak bagi
mereka yang tidak menganutnya. Pemahaman ini juga memasukkan kalangan sekuler
yang menganut agama tersebut, tapi tidak memasukkan kalangan sekuler yang tidak
menganutnya. Seperti yang telah ditelaah Madjid, meskipun Pancasila berfungsi
sebagai kerangka yang mengatur masyarakat di tingkat nasional maupun lokal,
sebagai individu orang Indonesia bisa dan bahkan didorong untuk memiliki pandangan
hidup personal yang berdasarkan agama (An-Naim, 2007: 439).
Dalam hubungan antara agama Islam dan Pancasila, keduanya dapat berjalan
saling menunjang dan saling mengokohkan. Keduanya tidak bertentangan dan tidak
boleh dipertentangkan. Juga tidak harus dipilih salah satu dengan sekaligus
membuang dan menanggalkan yang lain. Selanjutnya Kiai Achamd Siddiq menyatakan
bahwa salah satu hambatan utama bagi proporsionalisasi ini berwujud hambatan
psikologis, yaitu kecurigaan dan kekhawatiran yang datang dari dua arah (Zada dan
Sjadzili (ed), 2010: 79). hubungan negara dengan agama menurut NKRI yang
berdasarkan Pancasila adalah sebagai berikut (Kaelan, 2012: 215-216):
a. Negara adalah berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
b. Bangsa Indonesia adalah sebagai bangsa yang berKetuhanan yang Maha Esa.
Konsekuensinya setiap warga memiliki hak asasi untuk memeluk dan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama masingmasing.
c. Tidak ada tempat bagi atheisme dan sekularisme karena hakikatnya manusia
berkedudukan kodrat sebagai makhluk Tuhan.
d. Tidak ada tempat bagi pertentangan agama, golongan agama, antar dan inter
pemeluk agama serta antar pemeluk agama.

8
e. Tidak ada tempat bagi pemaksaan agama karena ketakwaan itu bukan hasil
peksaan bagi siapapun juga.
f. Memberikan toleransi terhadap orang lain dalam menjalankan agama dalam
negara.
g. Segala aspek dalam melaksanakan dan menyelenggatakan negara harus
sesuai dengan nilainilai Ketuhanan yang Maha Esa terutama norma-norma
Hukum positif maupun norma moral baik moral agama maupun moral para
penyelenggara negara.
h. Negara pda hakikatnya adalah merupakan berkat rahmat Allah yang Maha
Esa.

Berdasarkan kesimpulan Kongres Pancasila (Wahyudi (ed.), 2009: 58), dijelaskan


bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius. Religiusitas bangsa Indonesia
ini, secara filosofis merupakan nilai fundamental yang meneguhkan eksistensi negara
Indonesia sebagai negara yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa. Ketuhanan Yang Maha
Esa merupakan dasar kerohanian bangsa dan menjadi penopang utama bagi
persatuan dan kesatuan bangsa dalam rangka menjamin keutuhan NKRI. Karena itu,
agar terjalin hubungan selaras dan harmonis antara agama dan negara, maka negara
sesuai dengan Dasar Negara Pancasila wajib memberikan perlindungan kepada agama-
agama di Indonesia.

A. Makna Ketuhanan Yang Maha Esa


Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa [Pasal 29 ayat (1) UUD 1945] serta
penempatan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama dalam Pancasila
mempunyai beberapa makna, yaitu:
Pertama, Pancasila lahir dalam suasana kebatinan untuk melawan kolonialisme dan
imperialisme, sehingga diperlukan persatuan dan persaudaraan di antara komponen
bangsa. Sila pertama dalam Pancasila Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi faktor
penting untuk mempererat persatuan dan persaudaraan, karena sejarah bangsa Indonesia
penuh dengan penghormatan terhadap nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.
Kerelaan tokoh-tokoh Islam untuk menghapus kalimat dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya setelah Ketuhanan Yang Maha Esa pada saat

9
pengesahan UUD, 18 Agustus 1945, tidak lepas dari cita-cita bahwa Pancasila harus
mampu menjaga dan memelihara persatuan dan persaudaraan antarsemua komponen
bangsa. Ini berarti, tokoh-tokoh Islam yang menjadi founding fathers bangsa Indonesia
telah menjadikan persatuan dan persaudaraan di antara komponen bangsa sebagai tujuan
utama yang harus berada di atas kepentingan primordial lainnya.

Kedua, Seminar Pancasila ke-1 Tahun 1959 di Yogyakarta berkesimpulan bahwa sila
Ketuhanan Yang Maha Esa adalah sebab yang pertama atau causa prima dan sila
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan adalah kekuasaan rakyat dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara untuk melaksanakan amanat negara dari rakyat, negara bagi rakyat, dan negara
oleh rakyat. Ini berarti, Ketuhanan Yang Maha Esa harus menjadi landasan dalam
melaksanakan pengelolaan negara dari rakyat, negara bagi rakyat, dan negara oleh rakyat.

Ketiga, Seminar Pancasila ke-1 Tahun 1959 di Yogyakarta juga berkesimpulan bahwa
sila Ketuhanan Yang Maha Esa harus dibaca sebagai satu kesatuan dengan sila-sila lain
dalam Pancasila secara utuh. Hal ini dipertegas dalam kesimpulan nomor 8 dari seminar
tadi bahwa: Pancasila adalah (1) Ketuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang
adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia (berkebangsaan) yang berkerakyatan dan
yang berkeadilan sosial; (2) Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Ketuhanan
Yang Maha Esa, yang berpersatuan Indonesia (berkebangsaan), yang berkerakyatan dan
yang berkeadilan sosial; (3) Persatuan Indonesia (kebangsaan) yang ber-Ketuhanan Yang
Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, berkerakyatan dan berkeadilan
sosial; (4) Kerakyatan, yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang
adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia (berkebangsaan) dan berkeadilan sosial;
(5) Keadilan sosial, yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil
dan beradab, yang bepersatuan Indonesia (berkebangsaan) dan berkerakyatan. Ini berarti
bahwa sila-sila lain dalam Pancasila harus bermuatan Ketuhanan Yang Maha Esa dan
sebaliknya Ketuhanan Yang Maha Esa harus mampu mengejewantah dalam soal
kebangsaan (persatuan), keadilan, kemanusiaan, dan kerakyatan.

10
Keempat, Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa juga harus dimaknai bahwa
negara melarang ajaran atau paham yang secara terang-terangan menolak Ketuhanan
Yang Maha Esa, seperti komunisme dan atheisme. Karena itu, Ketetapan MPRS No.
XXV Tahun 1966 tentang Larangan Setiap Kegiatan untuk Menyebarkan atau
Mengembangkan Faham atau Ajaran Komunis/Marxisme Leninisme masih tetap relevan
dan kontekstual. Pasal 29 ayat 2 UUD bahwa Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing bermakna bahwa negara hanya
menjamin kemerdekaan untuk beragama. Sebaliknya, negara tidak menjamin kebebasan
untuk tidak beragama (atheis). Kata tidak menjamin ini sudah sangat dekat dengan
pengertian tidak membolehkan, terutama jika atheisme itu hanya tidak dianut secara
personal, melainkan juga didakwahkan kepada orang lain

B. Kontrovensi Pancasila dan Agama


Sebagai sebuah negara yang mayoritas penduduknya memeluk agama islam,
maka Pancasila sendiri sebagai dasar negara Indonesia tidak bisa lepas dari
pengaruh agama yang tertuang dalam sila pertama yang berbunyi sila Ketuhanan yang
Maha Esa. yang pada awalnya berbunyi dengan kewajiban menjalankan syariat
islam bagi pemeluknya yang sejak saat itu dikenal sebagai Piagam Jakarta. Namun ada
dua ormas Islam terbesar saat itu yang menentang bunyi sila pertama tersebut,
karena dua ormas Islam tersebut menyadari bahwa jika syariat Islam diterapkan
maka secara tidak langsung akan menjadikan.
Indonesia sebagai negara Islam yang utuh maka hal tersebut dapat
memojokkan umat beragama lainnya. Yang lebih buruk lagi adalah akan memecah
belah bangsa ini khususnya bagi provingsi-provingsi yang sebagian besar
penduduknya nonmuslim. Karena itulah sampai detik ini bunyi sila pertama adalah
ketuhanan yang maha esa yang berarti bahwa Pancasila mengakui dan
menyakralkan keberadaan Agama, tidak hanya Islam namun termasuk juga Kristen,
Katolik, Budha, khonhucu dan Hindu sebagai agama resmi negara pada saat itu.

11
C. Makna Sila Pancasila dalam Agama
keterkaitan hubungan antara rukun Islam sebagai landasan agama Isalam dan
Pancasila sebagai landasan negara Indonesia. Adapun hubungan itu yaitu pertama dari
segi jumlah, rukun Islam berjumlah lima begitupun pancasila. Kedua, dari segi makna
yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa, sila ini kerat aitannya denagn rukun Islam yang pertama
yaitu syahadat. Secara umum, sila ini menerangkan tentang ketuhanan begitu pun
syahadat yang mempunyai makna pengakuan terhadap tuhan yaitu Allah SWT. Selain itu,
kata Esa sendiri berarti tunggal, yang sebagaimana yang kita ketahui bahwa Isalm
sebagai agama mayoritas penduduk negeri ini mempunyai tuhan tunggal Allah SWT.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab sila kedua pancasila, berkaitan dengan rukun Islam
kedua yaitu Shalat. Shalat dalam Islam selain sebagai ibadah wajib juga dilakukan untuk
mendidik manusia menjadi manusia yang beradab. Sholat adalah sebuah media untuk
mencegah perbuatan yang tidak terpuji, sebagai mana yang di firmankan oleh Allah
bahwa Shalat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar.
3. Persatuan Indonesia yang artinya seluruh elemen rakyat yang ada di Indonesia yang
terdiri dari berbagai macam suku dan adat bersatu dan membentuk kesatuan dalam wadah
bangsa Indonesia. Kaitannya dengan itu, persatuan terbentuk ketika jurang pemisah sudah
tidak ada lagi di masyarakat. salah satu jurang pemisah yang paling nyata yaitu jurang
antara yang miskin dan yang kaya. Untuk menyatukan jurang pemisah tersebut maka di
agama Islam diwajibkan membayar zakat bagi orang-orang kaya yang akan disalurkan
untuk kepentingan kaum miskin dan duafa. Zakat yang notabennya adalah rukun Islam
ketiga sangat erat kaitannya dengan poin pancasila ketiga tersebut. Dengan zakat akan
terbentuk rasa kasih sayang pada umat yang akan menghasilkan persatuan yang di cita-
citakan.
4. Kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat, kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan sangat erat kaitannya dengan rukun islam keempat yaitu puasa. Dengan pusas
akan terbentuk sifat bijaksana dan kepemimpinan. Ciri orang bijaksana, yaitu ia mampu
merasakan dan mempumnyuai rasa kasih sayang sesame, semua itu adalah hikmah dari

12
puasa. Selain itu, dalam menentukan waktu puasa, perlu dilakukan suatu musyawarah
yang dikenal dengan siding istbat.
5. Keadialan sosial bagi seluruh rakyat Indionesia. Pada rukun Islam, terdapat yang
namanya haji. Haji adalah proses sosial yang terbesar di dunia ini, dimana setiap orang
datang dari berbagai negara dengan berbagai bahasa dan kebiasaan bergabung menjadi
satu dalam satu tempat dan waktu dalam kedudukan yang sama. Di dalalam haji, tidak
memandang itu siapa dan siapa, semuanya sama, pakaiannya sama dan peraturan dan
hukumnya sama. Semua itu adalah cerminan dari keadilan tuhan.

D. Implikasi Agama dalam Kehidupan Berdasarkan Pancasila


Pancasila dan agama dapat diaplikasikan seiring sejalan dan saling
mendukung. Agama dapat mendorong aplikasi nilai-nilai Pancasila, begitu pula
Pancasila memberikan ruang gerak yang seluas-luasnya terhadap usaha-usaha
peningkatan pemahaman, penghayatan dan pengamalan agama (Eksan, 2000).
Abdurrahman Wahid (Gusdur) pun menjelaskan bahwa sudah tidak relevan lagi untuk
melihat apakah nilai-nilai dasar itu ditarik oleh Pancasila dari agama-agama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, karena ajaran agama-agama juga tetap
menjadi referensi umum bagi Pancasila, dan agamaagama harus memperhitungkan
eksistensi Pancasila sebagai polisi lalu lintas yang akan menjamin semua pihak
dapat menggunakan jalan raya kehidupan bangsa tanpa terkecuali (Oesman dan
Alfian, 1990: 167-168).
Moral Pancasila bersifat rasional, objektif dan universal dalam arti berlaku
bagi seluruh bangsa Indonesia. Moral Pancasila juga dapat disebut otonom karena
nilainilainya tidak mendapat pengaruh dari luar hakikat manusia Indonesia, dan
dapat dipertanggungjawabkan secara filosofis. Tidak dapat pula diletakkan adanya
bantuan dari nilai-nilai agama, adat, dan budaya, karena secara de facto nilai-nilai
Pancasila berasal dari agama agama serta budaya manusia Indonesia. Hanya saja
nilainilai yang hidup tersebut tidak menentukan dasar-dasar Pancasila, tetapi
memberikan bantuan dan memperkuat (Anshoriy, 2008: 177).Sejalan dengan pendapat
tersebut, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyatakan dalam Sambutan
pada Peringatan Hari Kesaktian Pancasila pada 1 Oktober 2005.

13
Bangsa kita adalah bangsa yang relijius; juga, bangsa yang menjunjung
tinggi, menghormati dan mengamalkan ajaran agama masing-masing. Karena itu,
setiap umat beragama hendaknya memahami falsafah Pancasila itu sejalan dengan
nilai-nilai ajaran agamanya masing-masing. Dengan demikian, kita akan
menempatkan falsafah negara di posisinya yang wajar. Saya berkeyakinan dengan
sedalam-dalamnya bahwa lima sila di dalam Pancasila itu selaras dengan ajaran
agama-agama yang hidup dan berkembang di tanah air. Dengan demikian, kita dapat
menghindari adanya perasaan kesenjangan antara meyakini dan mengamalkan ajaran-
ajaran agama, serta untuk menerima Pancasila sebagai falsafah negara (Yudhoyono
dalam Wildan (ed.), 2010: 172).
Dengan penerimaan Pancasila oleh hampir seluruh kekuatan bangsa,
sebenarnya tidak ada alasan lagi untuk mempertentangkan nilai-nilai Pancasila
dengan agama mana pun di Indonesia. Penerimaan sadar ini memerlukan waktu lama
tidak kurang dari 40 tahun dalam perhitungan Maarif, sebuah pergulatan sengit yang
telah menguras energi kita sebagai bangsa. Sebagai buah dari pergumulan panjang
itu, sekarang secara teoretik dari kelima nilai Pancasila tidak satu pun lagi yang
dianggap berlawanan dengan agama. Sila pertama berupa Ketuhanan Yang Maha Esa
dikunci oleh sila kelima.
Diharapkan sebagai bangsa indonesia yang rakyatnya memiliki berbagai
macam suku , budaya dan agama, harus saling menghormati, manghargai dan
menyayangi antara satu suku dan suku lainnya dan antara satu agama dan agama lainnya.
Agar timbul kedamaian dan kerukunan di negara ini. Jangan Hanya karena merasa
berasal dari agama mayoritas, kita merendahkan umat yang berbeda agama ataupun
membuat aturan yang secara langsung dan tidak langsung memaksakan aturan agama
yang dianut atau standar agama tertentu kepada pemeluk agama lainya dengan dalih
moralitas. Hendaknya kita tidak menggunakan standar sebuah agama tertentu untuk
dijadikan tolak ukur nilai moralitas bangsa Indonesia
Untuk semakin memperkuatrasa bangga terhadap Pancasila dan memahami
tentang kerukunan beragama maka perlu adanya peningkatan pengamalan butirbutir
Pancasila khususnya sila ke-1. Untuk menjadi sebuah negara Pancasila yang nyaman
bagi rakyatnya, diperlukan adanya jaminan keamanan dan kesejahteraan setiap

14
masyarakat yang ada di dalamnya. Khususnya jaminan keamanan dalam
melaksanakan kegiatan beribadah.
Di dalam Undang-Undang Dasar pasal 29 ayat 1 menyatakan bahwa Negara
berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa dan pasal 29 ayat 2 bahwa Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu. Dalam Pancasila pada sila pertama
juga mengukuhkan yaitu Ketuhana Yang Maha Esa. Isi arti sila Ketuhanan Yang Maha
Esa yang abstrak umum universal dan kesimpulan-kesimpulan yang dapat diambil yaitu :
1. Bahwa sifat-sifat dan keadaan-keadaan dari pada dan di dalam negara kita harus sesuai
dengan hakekat Tuhan sebagai sebab yang pertama dari segala sesuatu yang selama-
lamanya ada atau abadi, adanya ialah harus, dalam arti mutlak, yang ada hanya satu yang
merupakan asal mula segala sesuatu, jadi sempurna dan kuasa, tidak berubah, tidak
terbatas serta pula pengatur tata tertib alam, maka karena itu wajib ditaati.
2. Bahwa bagi dan di dalam Negara Indonesia tidak boleh ada pertentangan dalam hal ke-
Tuhanan, atau anti keagamaan, tidak boleh ada paksaan agama, dengan kata lain di dalam
Negara Indonesia seharusnya hanya ada toleransi yang sejati.
3. Bahwa ke-Tuhanan Yang Maha Esa adalah ke-Tuhanan yang berkemanusiaan yang adil
dan beradab, yang berpersatuan Indonesia yang berkerakyatan, yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
4. Bahwa negara, bangsa, dan rakyat Indonesia berlandaskan pada adanya Tuhan dalam arti
kenyataan yang sesungguhnya tentang adanya Tuhan itu bagi negara, bangsa, dan rakyat
Indonesia sama sekali sudah tidak menjadi persoalan. Baik bagi negara maupun bangsa
dan rakyat Indonesia dengan silanya ke-Tuhanan Yang Maha Esa ada pengetahuan,
kesadaran dan keyakinan akan hal perubahan dalam hasil ilmu pengetahuan alam kodrat
dan ilmu hayat tentang tidak mengenalnya lagi / tidak dapat dibuktikan lagi adanya
materi yang mati sebagai sendi mutlak alam semesta dan hidup, sehingga pandangan,
pendirian dunia/hidup negara, bangsa dan rakyat Indonesia adalah bersifat kerohanian,
tidak materialis.

15
Seperti yang kita ketahui UUD 1945, berlandaskan Pancasila. Ada 7 hal yang mempertegas
bahwa nergara kesatuan republic Indonesia menjadikan agama sebagai landasan dari
semua hokum yang berlaku. Sebagaimana tercantum pada UUD 1945, yakni:
1. Alinea ketiga pembukaan UUD yang menyebut Atas berkat rahmat Allah yang
Maha Kuasa sebagai basis pernyataan kemerdekaan Indonesia
2. Pasal 9 UUD sumpah presiden dan wakil presiden menurut agamanya.
3. Pasal 24 ayat 2 UUD yang memungkinkan bagi pembentukan peradilan agama
dibawah mahkamah agung.
4. Pasal 28 ayat 2 UUD bahwa setiap orang wajib tunduk pada pembatasan yang
ditetapkan dengan UUD untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak
orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan
moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
yang demokratis.
5. Pasal 29 ayat 1 bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
6. Pasal 31 ayat 3bhwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia
7. Pasal 31 ayat 5 UUD bahwa pemerintah memejukan ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan
peradaban serta kesejahteraan umat manusia.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang, pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut: Sebagai negara yang terdiri dari berbagai macam agama, suku, ras dan
bahasa Pancasila adalah ideologi yang sangat baik untuk diterapkan di negara
Indonesia. Sehingga jika ideologi Pancasila diganti oleh ideologi yang berlatar
belakang agama, akan terjadi ketidaknyamanan bagi rakyat yang memeluk agama di luar
agama yang dijadikan ideologi Negaratersebut.Dengan tetap menjunjung tinggi
ideologi Pancasila sebagai dasar negara, maka perwujudan untuk menuju negara
yang aman dan sejahtera pasti akan
B. Saran
Untuk mengembangkan nilai-nilai agama dengan pancasila, harus memiliki
rasa nasionalisme yang tinggi. Harus memahami sejarah dan latar belakang terbentuk
nya Negara Indonesia tanpa berpikiran menjadikannya Negara untuk satu agama saja.
Selain itu, kita juga harus mempunyai kemauan yang keras guna mewujudkan negara
Indonesia yang aman, makmur dan nyaman bagi setiap orang yang berada di dalamnya
serta selalu rukun antar umat beragam dengan cara saling menghormati dan menghargai.

17
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Nopirin. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila, Cet. 9. Jakarta: Pancoran
Tujuh.
Notonagoro. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila dengan Kelangsungan
Agama, Cet. 8. Jakarta: Pantjoran Tujuh.
Salam, H. Burhanuddin, 1998. Filsafat Pancasilaisme. Jakarta: Rineka Cipta Koentjaraningrat.
1980. Manusia dan Agama. Jakarta: PT. Gramedia.
http://suraya-atika.blogspot.co.id/2014/11/pancasila-dan-agama.html

https://www.academia.edu/15396949/AGAMA_DAN_NEGARA_DALAM_PERSPEKTIF_PA
NCASILA

18

Anda mungkin juga menyukai