Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MINGGUAN

METODE PERANCANGAN II
RANGKUMAN MATERI PERTEMUAN 1 - 6

SYUKRILLAH BAMADHAY
NPM 201611033

UNIVERSITAS KALTARA TANJUNG SELOR


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR
2017
A. Pemograman
Pemrograman merupakan proses kreatif secara terstruktur terhadap
harapan, keinginan, dan hasrat dari wujud bangunan nantinya.
Pemrograman juga merupakan perencanaan prosedur dan organisasi dari
semua bagian sumber daya sudah tentu untuk membuat desain dalam suatu
kontek dan persyaratan yang spesifik. Pemrograman adalah pengumpulan,
pengorganisasian, analisa, peng-interpretasi-an, dan pemaparan dari
informasi yang relevan untuk proyek yang didesain.

1. Kebutuhan Ruang
Analisis kebutuhan ruang dibuat dengan tujuan untuk mengetahui
seberapa besar luas lahan yang dibutuhkan oleh kelompok-kelompok
aktivitas yang direncanakan agar dapat berfungsi dan berjalan dengan
baik, sehingga tercipta keberlangsungan aktivitas di kawasan
perancangan.
2. Menghiting Luas Ruang
Dengan memperhatikan :
Perabot yang dibutuhkan dan ukurannya
Kapasitas ruang (daya tampung ruang) atau jumlah pemakai
Ruang pergerakan pemakai atau ruang sirkulasi

B. Pendekatan Perancangan Arsitektur

a. Metode Black Box


Black box merupakan metode perancangan yang hanya menggunakan
informasi yang ada dikepala arsitek ( tetapi tidak diketahui proses yang
terjadi didalam pemikiran si arsitek) untuk menghasilkan desain.

b. Metode Glass Box


Glass box merupakan metode perancangan yang memanfaatkan
informasi informasi (program program ) untuk menghasilkan desain,
prosesnya terdefinisi, dengan menggunakan data dan informasi faktual serta
didukung oleh analisis dan konsep yang jelas.

C. Keragaman Analogi
Dalam memandang aresitektur para ahli teori seringkali membuat
analogi-analogi dengan menganggap arsitektur sebagai sesuatu yang
organis, arsitektur sebagai bahasa, atau arsitektur sebagai mesin.
Secara singkat analogi-analogi yang seringkali digunakan untuk
menjelaskan arsitektur adalah sebagai berikut :

1
a. Analogi Matematis
Beberapa ahli teori menganggap bahwa bangunan-bangunan yang
dirancang dengan bentuk-bentuk murni, ilmu hitung dan geometri
(seperti golden section) akan sesuai dengan tatanan alam semesta
dan merupakan bentuk yang paling indah. Prinsip-prinsip ini banyak
digunakan pada bangunan jaman Renaissance.

b. Analogi Biologis
Pandangan para ahli teori yang menganalogikan arsitektur sebagai
analogi biologis berpendapat bahwa membangun adalah proses
biologisbukan proses estetis. Analogi biologis terdiri dari dua
bentuk yaitu organik (dikembangkan oleh Frank Lloyd Wright).
Bersifat umum ; terpusat pada hubungan antara bagian-bagian
bangunan atau antara bangunan dengan
penempatannya/penataannya. dan biomorfik. Lebih bersifat
khusus. ; terpusat pada pertumbuhan proses-proses dan kemampuan
gerakan yang berhubungan dengan organisme.

Arsitektur organik FL Wright mempunyai 4 karakter sifat ;

Berkembang dari dalam ke luar, harmonis terhadap sekitarnya dan


tidak dapat dipakai begitu saja.
Pembangunan konstruksinya timbul sesuai dengan bahan-bahan
alami, apa adanya (kayu sebagai kayu, batu sebagai batu, dll).
Elemen-elemen bangunannya bersifat terpusat (integral).
Mencerminkan waktu, massa, tempat dan tujuan.

Secara asli dalam arsitektur istilah organik berarti sebagian


untuk keseluruhan keseluruhan untuk sebagian. Arsitektur
Biomorfik kurang terfokus terhadap hubungan antara bangunan dan
lingkungan dari pada terhadap proses-proses dinamik yang
berhubungan dengan pertumbuhan dan perubahan organisme.
Biomorfik arsitektur berkemampuan untuk berkembang dan tumbuh
melalui : perluasan, penggandaan, pemisahan, regenerasi dan
perbanyakan. Contoh : kota yang dapat dimakan (Rudolf Doernach),
struktur pnemuatik yang bersel banyak (Fisher, Conolly, Neumark,
dll).

2
c. Analogi Romantik
Arsitektur harus mampu menggugah tanggapan emosional
dalam diri si pengamat. Hal ini dapat dilakukan melalui dua cara,
yaitu dengan menimbulkan asosiasi (mengambil rujukan dari
bentuk-bentuk alam, dan masa lalu yang akan menggugah emosi
pengamat) atau melalui pernyataan yang dilebih-lebihkan
(penggunaan kontras, ukuran, bentuk yang tidak biasa yang mampu
menggugah perasaan takut, khawatir, kagum dan lain-lain).

d. Analogi Linguistik
Analogi linguistik menganut pandangan bahwa bangunan-
bangunan dimaksudkan untuk menyampaikan informasi kepada
para pengamat dengan salah satu dari tiga cara sebagai berikut :

Model Tata bahasa


Arsitektur dianggap terdiri dari unsur-unsur (kata-
kata) yang ditata menurut aturan (tata bahasa dan sintaksis)
yang memungkinkan masyarakat dalam suatu kebudayaan
tertentu cepat memahami dan menafsirkaa apa yang
disampaikan oleh bangunan tersebut. lni akan tercapai jika
bahasa yang digunakan adalah bahasa umum/publik yang
dimengerti semua orang (langue).

Model Ekspresionis
Dalam hal ini bangunan dianggap sebagai suatu
wahana yanng digunakan arsitek untuk mengungkapakan
sikapnya terhadap proyek bangunan tersebut. Dalam hal ini
arsitek menggunakan bahasanya pribadi (parole). Bahasa
tersebut mungkin dimengerti orang lain dan mungkin juga
tidak.

Model Semiotik
Semiologi adalah ilmu tentang tanda-tanda.
Penafsiran semiotik tentang arsitektur menyatakan bahwa
suatu bangunan merupakan suatu tanda penyampaian
informasi mengenai apakah ia sebenarnya dan apa yang
dilakukannya. Sebuah bangunan berbentuk bagaikan piano
akan menjual piano. Sebuah menara menjadi tanda bahwa
bangunan itu adalah gereja.

3
D. Metafora Dalam Arsitektur
Metafora mengidentifikasikan hubungan antara benda dimana
hubungan tersebut lebih bersifat abstrak daripada nyata serta
mengidentifikasikan pola hubungan sejajar. Dengan metafora seorang
perancang dapat berkreasi dan bermain-main dengan imajinasinya untuk
diwujudkan dalam bentuk karya arsitektur.
Metafora dapat mendorong arsitek untuk memeriksa sekumpulan
pertanyaan yang muncul dari tema rancangan dan seiring dengan timbulnya
interpretasi baru. Karya karya arsitektur dari arsitek terkenal yang
menggunakan metoda rancang metafora,hasil karyanya cenderung
mempunyai langgam Postmodern.
Metafora atau kiasan pada dasarnya mirip dengan konsep analogi
dalam arsitektur, yaitu menghubungkan di antara benda-benda. Tetapi
hubungan ini lebih bersifat abstrak ketimbang nyata yang biasanya terdapat
dalam metode analogi bentuk. Perumpamaan adalah metafora yang
menggunakan kata-kata senada dengan bagaikan atau seperti untuk
mengungkapkan suatu hubungan. Metafora dan perumpamaan
mengidentifikasi pola hubungan sejajar.
Di Indonesia sendiri, penggunaan metode metafora pernah
digunakan M.Ridwan Kamil dalam merancang Museum Tsunami di
Nanggroe Aceh Darussalam. Konsep besarnya adalah Rumoh Aceh as a
ascape hill. Ia mengibaratkan museum sebagai rumah panggung yang
dapat menyelamatkan diri para penduduk Aceh bila sewaktu-waktu terjadi
Tsunami.
Di dalamnya juga menceritakan dan mengajak kita untuk merasakan
suasana saat Tsunami terjadi. Di awali dengan pintu masuk yang menekan
perasaan pengunjung dengan luasan yang sempit dan di dindingnya terdapat
air yang mengalir (water wall) seolah-olah pengunjung dibawa masuk ke
dalam dasar laut yang amat dalam. Lalu masuk ke dalam galeri pertama
yang memuat data-data tentang Tsunami. Ruangan ini terletak di bawah
reflecting pool dari public park yang dimiliki oleh museum Tsunami ini.
Ruangan ini memberikan kesan suram dimana pengunjung seakan-akan
berada benar-benar di dasar laut. Dengan penggunaan langit-langit kaca
membuat cahaya temaram dari atas yaitu reflecting tadi menambah kesan
dramatis pada ruang ini. Pada perjalanan terakhir dihadapkan pada ruangan
yang menampilkan nama-nama korban Tsunami yang ditulis pada dinding
yang berebntuk silinder yang menjulang ke atas. Pada puncaknya terdapat
kaligrafi Allah yang berpendar dan ini ditujukan untuk menambah kesan
sakral. Ini bermakna bahwa akhir perjalanan manusia berada pada tangan
Tuhan dan tidak ada yang dapat menghindar dari kematian.

Anda mungkin juga menyukai