Anda di halaman 1dari 16

Konseling Individual

yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam mengentaskan masalah


pribadinya. Layanan konseling individual merupakan layanan yang diselenggarakan oleh
seorang guru Bimbingan dan Konseling (konselor) terhadap seorang konseli (dibaca:
siswa) dalam rangka pengentasan masalah pribadi konseli. Dalam suasana tatap muka
dilaksanakan interaksi langsung antara konseli dan konselor, membahas berbagai hal
tentang masalah yang dialami konseli. Pembahasan tersebut bersifat mendalam menyentuh
hal-hal penting tentang diri konseli (bahkan sangat penting yang boleh jadi menyangkut
rahasia pribadi konseli) bersifat meluas meliputi berbagai sisi yang menyangkut
permasalahan konseli, namun juga bersifat spesifik menuju kearah pengentasan masalah.

1. Tujuan Konseling Individual

Tujuan layanan konseling individual adalah terentaskannya masalah yang dialami


konseli. Apabila masalah konseli itu dicirikan sebagai: (a) sesuatu yang tidak disukai
adanya, (b) suatu yang ingin dihilangkan, dan/atau (c) sesuatu yang dapat menghambat
atau menimbulkan kerugian, maka upaya pengenatasan masalah konseli melalui konseling
individual akan mengurangi intensitas ketidaksukaan atas keberadaan sesuatu yang
dimaksud atau meniadakan keberadaan sesuatu yang dimaksud, dan/atau mengurangi
intensitas hambatan dan/atau kerugian yang ditimbulkan oleh suatu yang dimaksudkan itu.
Dengan layanan konseling individual beban konseli diringankan, kemampuan konseli
ditingkatkan, potensi konseli dikembangkan.

2. Fungsi Layanan Konseling Individual

Fungsi utama layanan konseling individual yang sangat dominan adalah fungsi
pengentasan. Namun secara menyeluruh konseling individual meliputi juga fungsi-fungsi
lainnya: pemahaman. (b) fungsi pengembangan/pemeliharaan, (c) fungsi pencegahan, (d)
fungsi advokasi.

3. Komponen Konseling Individual


Dalam layanan konseling individual berperan dua pihak, yaitu seorang konselor
dan seorang konseli.

Konselor adalah seorang ahli dalam bidang konseling yang memiliki kewenangan
dan mandat secara profesional untuk melaksanakan kegiatan pelayanan konseling. Dalam
layanan konseling individual konselor menjadi aktor yang secara aktif mengembangkan
proses konseling melalui dioperasionalkannya pendekatan, teknik dan asas-asas konseling
terhadap konseli. Dalam proses konseling selain media pembicaraan verbal, konselor juga
dapat menggunakan media tulisan, gambar, media elektronik, dan media pembelajaran
lainnya, serta media pengembangan tingkah laku. Semua hal itu diupayakan konselor
dengan cara-cara yang cermat dan tepat, demi terentaskannya masalah yang dialami
konseli.

Konseli adalah seorang individu yang sedang mengalami masalah, atau setidak-
tidaknya sedang mengalami sesuatu yang ingin ia sampaikan kepada orang lain.
Konseli menanggung semacam beban, atau mengalami suatu kekurangan yang ia
ingin isi, atau ada sesuatu yang ingin dan/atau perlu dikembangkan pada dirinya,
semuanya itu agar ia mendapatkan suasana fikiran dan/atau peerasaan yang lebih
ringan, memperoleh nilai tambah, hidup lebih berarti, dan hal-hal positif lainnya
dalam menjalani hidup sehari-hari dalam rangka kehidupan dirinya secara
menyeluruh.

Konseli datang dan bertemu konselor dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang
datang sendiri dengan kemauan yang kuat untuk menemui konselor (selfreferal), ada yang
datang dengan perantaraan orang lain, bahkan ada yang datang (mungkin terpaksa) karena
didorong atau diperintah oleh pihak lain. Kedatangan konseli menemui konselor disertai
dengan kondisi tertentu yang ada pada diri konseli itu sendiri. Dalam proses itu apapun
latar belakang kedatangan konseli, dan bagaimanapun juga kondisi diri konseli sejak
paling awal pertemuannya dengan konselor, semuanya itu harus disikapi oleh konselor
dengan penerapan asas kekinian dan prinsip konseli tidak pernah salah (KTPS).

Apapun latar belakang dan kondisi konseli yang datang menemui konselor, semuanya
itu perlu mendapatkan perhatian dan penanganan sepenuhnya oleh konselor. Melalui
proses layanan konseling individual, konseli bersama konselor melakukan upaya
tersinergikan untuk mencapai tujuan layanan. Tahapan keefektipan layanan konseling
individual bisa terpenuhi apabila:

Konseli menyadari bahwa dirinya bermasalah


Konseli menyadari bahwa dirinya memerlukan bantuan untuk mengentaskan
masalah yang dialaminya.
Konseli mencari sumber (dalam hal ini konselor) yang dapat memberikan bantuan.
Konseli terlibat secara aktif dalam proses perbantuan (dalam hal ini konseling
individual)
Konseli mengharapkan hasil upaya perbantuan.
Pengertian Konseling Kelompok.
Layanan Konseling Kelompok adalah layanan yang memungkinan peserta didik (
masing-masing anggota kelompok ) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan
pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar
peserta didik dapat memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan
permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok. Layanan Konseling Kelompok
berfungsi untuk pengentasan dan advokasi

Layanan konseling dapat diselenggarakan baik secara perorangan maupun


kelompok. Secara perorangan layanan konseling dilaksanakan melalui konseling
individual atau layanan konsultasi, sedangkan secara kelompok melalui layanan konseling
kelompok ( KKp ) atau bimbingan kelompok ( BKp ). Kedua layanan ini mengikutkan
sejumlah peserta dalam bentuk kelompok, dengan Konselor sebagai pemimpin kegiatan
kelompok.

Konsep Terapi Kelompok

Terapi Kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien


bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh
seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih. Terapi kelompok adalah
terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk memberikan stimulasi bagi klien
dengan gangguan interpersonal. Keuntungan yang diperoleh individu melalui terapi
aktivitas kelompok ini adalah dukungan (support), pendidikan, meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah, meningkatkan kemampuan hubungan interpersonal dan
meningkatkan uji realitas sehingga terapi aktivitas kelompok ini dapat dilakukan pada
karakteristik gangguan seperti : gangguan konsep diri, harga diri rendah, perubahan
persepsi sensori halusinasi, klien dengan perilaku kekerasan atau agresif dan amuk serta
menarik diri/isolasi sosial. Selain itu, dapat mengobati klien dalam jumlah banyak, dapat
mendiskusikan masalah-masalah secara kelompok, menggali gaya berkomunikasi, belajar
bermacam cara dalam memecahkan masalah, dan belajar peran di dalam kelompok.

Tujuan Konseling Kelompok

Tujuan umum layanan KKp dan BKp adalah berkembangnya kemampuan


sosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi peserta layanan. Dalam kaitan ini,
sering menjadi kenyataan bahwa kemampuan bersosialisasi atau berkomunikasi seseorang
sering terganggu oleh perasaan, pikiran persepsi, wawasan dan sikap yang tidak objektif,
sempit dan terkungkung serta tidak efektif. Melalui layanan KKp dan BKp hal-hal yang
mengganggu atau menghimpit perasaan dapat diungkapkan, dilonggarkan, diringankan
melalui berbagai cara; pikiran yang suntuk, buntu, atau beku dicairkan dan didinamikkan
melalui berbagai masukkan dan tanggapan baru; persepsi dan wawasan yang menyimpang
dan/atau sempit diluruskan dan diperluas melalui pencairan pikiran, penyadaran dan
penjelasan; sikap yang tidak objektif, terkungkung dan tidak terkendali, serta tidak efektif
digugat dan didobrak; kalau perlu diganti dengan yang baru yang lebih efektif. Melalui
kondisi dan proses berperasaan, berpikir, berpersepsi dan berwawasan yang terarah, luwes,
dan luas serta dinamis kemampuan berkomunikasi, bersosialisasi dan bersikap dapat
dikembangkan. Khususnya untuk layanan KKp, selain bertujuan sebagaimana BKp, juga
bermaksud mengentaskan masalah klien dengan memanfaatkan dinamika kelompok.

Tujuan Khusus
Tujuan khusus KKp dan BKp pada dasarnya terletak pada:
a) KKp terfokus pada pembahasan masalah pribadi individu peserta kegiatan layanan.
Melalui layanan kelompok yang intensif dalam upaya pemecahan masalah tersebut peserta
memperoleh dua tujuan sekaligus:
1) Terkembangnya perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap tearah kepada tingkah
laku khususnya dalam bersosialisasi atau berkomunikasi, dan
2) Terpecahkannya masalah individu yang bersangkutan dan diperolehnya imbasan
pemecahan masalah tersebut bagi individu-individu lain peserta layanan KKp.
Tujuan khusus Konseling Individual, dalam kerangka tujuan umum, tujuan khusus layanan
KI dapat dirinci dan secara langsung dikaitkan dengan fungsi-fungsi konseling yang secara
menyeluruh diembannya:
a. Melalui layanan KI klien memahami seluk beluk masalah yang dialami secara mendalam
dan komperhensif, serta positif dan dinamis ( fungsi pemahaman ).
b. Pemahaman itu mengarah kepada dikembangkannya persepsi dan sikap serta kegiatan
demi terentaskannya secara spesifik masalah yang dialami klien itu ( fungsi pencegahan ).
c. Pengembangan dan pemahaman potensi klien dan berbagai unsur positif yang ada pada
dirinya merupakan latar belakang pemahaman dan pengentasan masalah klien dapat
dicapai ( fungsi pengembangan atau pemeliharaan ).
d. Pengembangan atau pemeliharaan potensi dan unsur-unsur positif yang ada pada diri
klien, diperkuat oleh terantaskannya masalah, akan merupakan kekuatan bagi tercegah
menjalarnya masalah yang sekarang sedang dialami itu, serta diharapkan tercegah pula
masalah-masalah baru yang mungkin timbul ( fungsi pencegahan ).
e. Apabila masalah yang dialami klien menyangkut dilanggarnya hak-hak klien sehingga
klien teraniaya dalam kadar tertentu, layanan KI dapat menangani sasaran yang bersifat
advokasi ( fungsi advokasi ).
Konseling Perkawinan

Klemer (1965) mengartikan konseling perkawinan sebagai koneling yang


diselenggarakannya sebagai metode pendidikan, metode penurunan ketegangan emosional,
metode membantu patner-patner yang menikah untuk memecahkan masalah dan cdara
menentukan pola pemecahan masdalah yang lebih baik.

Dikatakan sebagai metode pendidikan karena konseling perkawinan memberikan


pemahaman kepada pasangan yang berkonsultasi tentang diri, pasangannya, dan masalah-
masalah hubungan perkawinan yang dihadapi serta cara- cara yang dapat dilakukan dalam
mengatasi permasalahan

perkawinan.

Penurunan ketegangan emosional dimaksudkan sebagai konseling perkawinan


dilaksanakan biasanya saat kedua belah pihak berada pada situasi emosional yang sangat
berat. Dengan konseling, pasangan dapat melakukan ventilasi, dengan jalan membuka
emosionalnya sebagai katartis terhadap tekanan-tekanan emosional yang dihadapi selama
ini. Yang membantu disebut konselor seorang konselor bukan subyek, karena konselor
hanya membantu, subyeknya adalah klien itu sendiri dan obyeknya adalah masalah yang
dihadapi. Yang dapat dilakukan oleh seorang konselor antara lain membantu klien untuk ;

1. memahami diri sendiri


2. mengukur kemampuannya
3. mengetahui kesiapan dan kecenderungannya
4. memperjelas orientasi, motivasi dan aspirasinya,
5. mengetahui kesulitan dan problem lingkungan dimana ia hidup, serta peluang yang
terbuka baginya
6. membantu menggunakan pengetahuan tersebut (1 s/d 5) untuk menetapkan tujuan
yang paling kongkrit bagi dirinya
7. mendorong klien untuk berani mengambil keputusan yang sesuai dengan
kemampuannya, dan memanfaatkan se optimal mungkin potensi yang ada pada
dirinya untuk merebut peluang yang terbuka.

Jika klien nya orang awam, konseling dibutuhkan untuk :

1. membantu pengembangan diri dan memilih gaya hidup (life style) yang sesuai
dengan aspirasinya
2. menjaga agar mereka tidak terjatuh pada keadaan merasa tidak wajar dan tidak
bahagia
3. membantu menentukan pilihan-pilihan
4. membantu meringankan perasaan, frustrasi dn sebangsanya.
konseling keluarga
Pengertian Konseling Keluarga
Konseling adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang pembimbing
(konselor) kepada seseorang konseli atau sekelompok konseli (klien, terbimbing,
seseorang yang memiliki problem) untuk mengatasi problemnya dengan jalan wawancara
dengan maksud agar klien atau sekelompok klien tersebut mengerti lebih jelas tentang
problemnya sendiri dan memecahkan problemnya sendiri sesuai dengan kemampuannya
dengan mempelajari saran-saran yang diterima dari Konselor. Sedangkan arti dari keluarga
adalah suatu ikatan persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang
berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang
sudah sendirian dengan atau tanpa anak-anak, baik anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal
dalam sebuah rumah tangga.

1. Sedangkan definisi bimbingan konseling keluarga menurut para hali lainnya Proses
upaya bantuan yang diberikan kepada individu sebagai anggota keluarga, baik
dalam mengaktualisasikan potensinya, maupun dalam mengantisipasi serta
mengatasi masalah yang dihadapinya, yang dilakukan melalui pendekatan sistem.
2. Suatu proses interakif untuk membantu keluarga dalam mencapai keseimbangan,
dimana setiap anggota keluarga memperoleh pencapaian kebahagiaan secara utuh.

Konseling keluarga pada dasarnya merupakan penerapan konseling pada situasi


yang khusus. Konseling keluarga ini secara memfokuskan pada masalah-masalah
berhubungan dengan situasi keluarga dan penyelenggaraannya melibatkan anggota
keluarga. Menurut D. Stanton konseling keluarga dapat dikatakan sebagai konselor
terutama konselor non keluarga, yaitu konseling keluarga sebagai (1) sebuah modalitas
yaitu klien adalah anggota dari suatu kelompok, yang (2) dalam proses konseling
melibatkan keluarga inti atau pasangan ( Capuzzi, 1991 )
Konseling keluarga memandang keluarga secara keseluruhan bahwa anggota
keluarga adalah bagian yang tidak mungkin dipisahkan dari anak (klien) baik dalam
melihat permasalahannya maupun penyelesaiannya. Sebagai suatu system, permasalahan
yang dialami seorang anggota keluarga akan efektif diatasi jika melibatkan anggota
keluarga yang lain. Pada mulanya konseling keluarga terutama diarahkan untuk membantu
anak agar dapat beradaptasi lebih baik untuk mempelajari lingkungannya melalui
perbaikan lingkungan keluarganya (Brammer dan Shostrom,1982). Yang menjadi klien
adalah orang yang memiliki masalah pertumbuhan di dalam keluarga
Fungsi dan Manfaat Bimbingan Konseling dalam Keluarga

1. Fungsi Pemahaman
Yaitu fungsi bimbingan yang membantu klien agar memiliki pemahaman terhadap
dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama).
Berdasarkan pemahaman ini, diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara
optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
2. Fungsi Preventif
Yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi
berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak
dialami oleh klien. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada klien
tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan
dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah layanan orientasi, informasi, dan
bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para klien
dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan.
3. Fungsi Pengembangan
Yaitu fungsi bimbingan yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya.
Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang
memfasilitasi perkembangan klien. Konselor secara sinergi sebagai teamwork
berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan
secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu klien mencapai tugas-
tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah layanan
informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room,
dan karyawisata.
4. Fungsi Perbaikan (Penyembuhan)
Yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya
pemberian bantuan kepada klien yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek
pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan
remedial teaching.
5. Fungsi Penyaluran
Yaitu fungsi bimbingan dalam membantu klien memilih kegiatan, atau program apa
dalam memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat,
keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu
bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga.
Tujuan Konseling Keluarga
Menurut Shertzer dan Stone,(1980) tujuan konseling antara lain:

Mengadakan perubahan perilaku pada diri konseling sehingga


memungkinkan hidupnya lebih produktif dan memuaskan,

Memelihara dan mencapai kesehatan mental yang positif. Jika hal ini
tercapai, maka individu mencapai integrasi, penyesuaian, dan identifikasi
positif dengan yang lainnya. ia belajar menerima tanggung jawab, berdiri
sendiri, dan memperoleh integrasi perilaku,

Pemecahan masalah. Hal ini, berdasarkan kenyataan bahwa individu -


individu yang mempunyai masalah tidak mampu menyelesaikan masalah
yang dihadapinya. Disamping itu biasanya siswa datang pada konselor karena
ia percaya bahwa konselor dapat membantu memecahkan masalahnya,

Mencapai keefektifan pribadi

Selanjutnya Setyawan,(1959) berpendapat bahwa tujuan konseling adalah agar


konseli dapat:

Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karier serta


kehidupannya dimasa yang akan dating,

Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal


mungkin,

Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat


serta lingkungan kerjanya,

Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian


dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.

Oleh karena itu, dari paparan beberapa ahli diatas. Maka Wisnu Pamuja
Utama, (2011) sendiri berpendapat bahwa tujuan konseling ialah Membantu merubah
perilaku konseli agar lebih produktif, membantu pemecahan masalah baik masalah
pribadi, sosial, belajar, karier, keluarga, dan keagamaan, serta mendorong peserta
didik mampu mengambil keputusan yang penting bagi dirinya dalam menemukan
solusi sendiri.
Terapi Perilaku
SEJARAH PERKEMBANGAN TERAPI PERILAKU
Terapi perilaku pertama kali ditemukan pada tahun 1953 dalam proyek penelitian
oleh BF Skinner, Ogden Lindsley, dan Harry C. Salomo. Selain itu termasuk juga Wolpe
Yusuf dan Hans Eysenck.
Secara umum, terapi perilaku berasal dari tiga Negara, yaitu Afrika Selatan
(Wolpe), Amerika Serikat (Skinner), dan Inggris (Rachman dan Eysenck) yang masing-
masing memiliki pendekatan berbeda dalam melihat masalah perilaku. Eysenck
memandang masalah perilaku sebagai interaksi antara karakteristik kepribadian,
lingkungan, dan perilaku.
Skinner dkk. di Amerika Serikat menekankan pada operant conditioning yang
menciptakan sebuah pendekatan fungsional untuk penilaian dan intervensi berfokus pada
pengelolaan kontingensi seperti ekonomi dan aktivasi perilaku.
Tujuan:
Tujuan umum terapi tingkah laku adalah menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses
belajar. Dasar alasannya ialah bahwa segenap tingkah laku adalah dipelajari (learned),
termasuk tingkah laku yang maladaptif. Jika tingkah laku neurotik learned, maka ia bisa
unlearned (dihapus dari ingatan), dan tingkah laku yang lebih efektif bisa diperoleh.
Terapi tingkah laku pada hakikatnya terdiri atas proses penghapusan hasil belajar yang
tidak adaptif dan pemberian pengalaman-pengalaman belajar yang di dalamnya terdapat
respons-respons yang layak, namun belum dipelajari;

Meningkatkan perilaku, atau


Menurunkan perilaku
Meningkatkan perilaku:
Reinforcement positif: memberi penghargaan thd perilaku
Reinforcement negatif: mengurangi stimulus aversi
Mengurangi perilaku:
Punishment: memberi stimulus aversi
Respons cost: menghilangkan atau menarik reinforcer
Extinction: menahan reinforcer

Teori dasar Metode Terapi Perilaku

Perilaku maladaptif dan kecemasan persisten telah dibiasakan (conditioned) atau


dipelajari (learned)
Terapi untuk perilaku maladaptif adalah dg penghilangan kebiasaan
(deconditioning) atau ditinggalkan (unlearning)
Untuk menguatkan perilaku adalah dg pembiasaan perilaku (operant and clasical
conditioning)

Fungsi dan Peran Terapis


Terapis tingkah laku harus memainkan peran aktif dan direktif dalam pemberian
treatment, yakni terapis menerapkan pengetahuan ilmiah pada pencarian pemecahan
masalah-masalah manusia, para kliennya. Terapi tingkah laku secara khas berfungsi
sebagai guru, pengarah, dan ahli dalam mendiagnosis tingkah laku yang maladaptif dan
dalam menentukan prosedur-prosedur penyembuhan yang diharapkan, mengarah pada
tingkahlaku yang baru dan adjustive.

Bentuk bentuk terapi Perilaku


1. Sistematis Desensitisasi, adalah jenis terapi perilaku yang digunakan dalam bidang
psikologi untuk membantu secara efektif mengatasi fobia dan gangguan kecemasan
lainnya. Lebih khusus lagi, adalah jenis terapi Pavlov/terapi operant conditioning therapy
yang dikembangkan oleh psikiater Afrika Selatan, Joseph Wolpe.
Dalam metode ini, pertama-tama klien diajarkan keterampilan relaksasi untuk mengontrol
rasa takut dan kecemasan untuk fobia spesifik. Klien dianjurkan menggunakannya untuk
bereaksi terhadap situasi dan kondisi sedang ketakutan. Tujuan dari proses ini adalah
bahwa seorang individu akan belajar untuk menghadapi dan mengatasi phobianya, yang
kemudian mampu mengatasi rasa takut dalam phobianya.
Fobia spesifik merupakan salah satu gangguan mental yang menggunakan proses
desensitisasi sistematis. Ketika individu memiliki ketakutan irasional dari sebuah objek,
seperti ketinggian, anjing, ular, mereka cenderung untuk menghindarinya.
Tujuan dari desensitisasi sistematis untuk mengatasi ini adalah pola memaparkan pasien
bertahap ke objek fobia sampai dapat ditolerir.

2. Exposure and Response Prevention (ERP), untuk berbagai gangguan kecemasan,


terutama gangguan Obsessive Compulsive. Metode ini berhasil bila efek terapeutik yang
dicapai ketika subjek menghadapi respons dan menghentikan pelarian.
Metodenya dengan memaparkan pasien pada situasi dengan harapan muncul kemampuan
menghadapi respon (coping) yang akan mengurangi mengurangi tingkat
kecemasannya. Sehingga pasien bisa belajar dengan menciptakan coping strategy
terhadap keadaan yang bisa menyebabkan kecemasan perasaan dan pikiran. Coping
strategy ini dipakai untuk mengontrol situasi, diri sendiri dan yang lainnya untuk
mencegah timbulnya kecemasan.

3. Modifikasi perilaku, menggunakan teknik perubahan perilaku yang empiris untuk


memperbaiki perilaku, seperti mengubah perilaku individu dan reaksi terhadap rangsangan
melalui penguatan positif dan negatif.
Penggunaan pertama istilah modifikasi perilaku nampaknya oleh Edward Thorndike pada
tahun 1911. Penelitian awal tahun 1940-an dan 1950-an istilah ini digunakan oleh
kelompok penelitian Joseph Wolpe, teknik ini digunakan untuk meningkatkan perilaku
adaptif melalui reinforcement dan menurunkan perilaku maladaptive melalui hukuman
(dengan penekanan pada sebab).
Salah satu cara untuk memberikan dukungan positif dalam modifikasi perilaku dalam
memberikan pujian, persetujuan, dorongan, dan penegasan; rasio lima pujian untuk setiap
satu keluhan yang umumnya dipandang sebagai efektif dalam mengubah perilaku dalam
cara yang dikehendaki dan bahkan menghasilkan kombinasi stabil.
4. Flooding, adalah teknik psikoterapi yang digunakan untuk mengobati fobia. Ini bekerja
dengan mengekspos pasien pada keadaan yang menakutkan mereka. Misalnya ketakutan
pada laba laba (arachnophobia ), pasien kemudian dikurung bersama sejumlah laba laba
sampai akhirnya sadar bahwa tidak ada yang terjadi.
Banjir ini diciptakan oleh psikolog Thomas Stampfl pada tahun 1967. Flooding adalah
bentuk pengobatan yang efektif untuk fobia antara lain psychopathologies. Bekerja pada
prinsip-prinsip pengkondisian klasik-bentuk pengkondisian Pavlov klasik-di mana pasien
mengubah perilaku mereka untuk menghindari rangsangan negatif.

Tehnik Terapi:

1. Mencari stimulus yang memicu gejala gejala


2. Menaksir/analisa kaitan kaitan bagaimana gejala gejala menyebabkan perubahan
tingkah laku klien dari keadaan normal sebelumnya.
3. Meminta klien membayangkan sejelas jelasnya dan menjabarkannya tanpa disertai
celaan atau judgement oleh terapis.
4. Bergerak mendekati pada ketakutakan yang paling ditakuti yang dialami klien dan
meminta kepadanya untuk membayangkan apa yang paling ingin dihindarinya, dan
5. Ulangi lagi prosedur di atas sampai kecemasan tidak lagi muncul dalam diri klien.
Terapi kognitif

Ada tiga definisi terapi kognitif :


a.terapi kognitif adalah suatu system pasikoterapi yang didasarkan pada teori gangguan
emosi (Beck, 1967)
b.terapi kognitif adalah serangkaian percobaan dan penyelidikan klinis (Kovacs & Beck)
c.terapi kognitif adalah tekhnik-tekhnik terapi yang dirumuskan dengan baik (Beck et
al.,1979)

terapi tersebut merupaka suatu bentuk psikoterapi yang terstruktur, yang bertujuan
meredakan simtoma-simtoma penyakit dan membantu pasien agar dapan mempelajari
cara-cara yang lebih efektif untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang menyebabkan
penderitaan mereka.bagian penting yang bersifat terapetis dalam terapi kognitif
berorientasi pada masalah yang diarahkan untuk memperbaiki masalah-masalah yang
bersifat psikologis skaligus situasional yang mungkin ikut menambah penderitaan pasien.
Terapi ini dinamakan terapi kognitif karena tekhnik yang dipakai dalam terapi ini
bertujuan untuk merubah kesalahan (error) atau penyimpangan (bias) dalam pikiran
pasien. Tehnik itu juga mencakup cara-cara yang digunakan untuk menilai situasi dan
stress, anggapan tentang diri sendiri, lingkungan dan masa depan. Serta keyakinan dan
sikap,yang semuanya diperekirakan memperberat gangguan emosi pasien.pendekatan
dalam penyembuhan ini didasarkan atas latar belakang histories, teoritis dan eksperimen.

Ciri utama terapi kognitif

1. batas waktu 15-22 kali pertemuan selama 3-4 bulan


2. struktur tiap pertemuan berlangsung 1jam
3. agenda tiap pertemuan disusun dengan menggunakan agenda untuk
Mengoptimalkan penggunaan waktu yang ada
4. berorientasi pada terapis dan pasien memusatkan pada perumusan dan
Masalah pemecahan masalah
5. keterbukaan proses terapis tidak diliputi hal-hal yang mistik tetapi bersifat
Jelas dan terbuka. Terapis dan pasien sama-sama mengerti apa yang berlangsung dalam
terapi.

Terapi yang bisa disembuhkan oleh terapi kognitif

Depresi
Terapi kognitif dapat digunakan untuk depresi unipolar pada umumnya. Lamanya
Penyakit atau kronisitasnya telah diketahui sebagai pertanda yang negative tyentang
respon penderita. Variable tersebut telah diakui sebagai respon pertanda negative untuk
semua bentuk pengobatan.
Berdasarkan pengalaman klinis, pasien yang demikian mempunyai kesempatan baik untuk
merespon apabila digunakan kombinasi antara terapi kognitif dan penyembuhan dengan
obat keras. Mungkin karena sifat kronis menyebabkan proses sekunder menjadi depresi
karena mengalami depresi. Sifat psikologis yang khas dari daya piker yang dipelajari
sebagai suatu factor peramal merupakan hal yang menarik karma dapat menunjukan
bahwa sifat khas pribadi yang dibawa oleh pasien pada saat pengobatan mungkin penting
untuk menentukan pilihan jenis pengobatan.

Gangguan kecemasan dan serangan kepanikan

Berlawanan bukti dengan pasien depresi , sifat kronis tidak muncul sebagai kontra indikasi
dalam pemakaian terapi kognitif terhadap pasien-pasien kecemasan. Ada bukti bahwa
kombinasi pengobatan farmakologis dan pendekatan-pendekatan psikologis yang
mencakup pendekatan bertingkat dapat berfungsi terapis khususnya bagi pasien yang
terserang kepanikan. Untuk keadaan kecemasan pada umumnya pemakaian
benzodiazepines dalam jangka panjang merupaja kontra indikasi dan nampaknya terapi
kognitf nampaknya menjadi suatu alternative.
Terapi kelompok
Konsep Terapi Kelompok

Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan antara satu dengan
yang lainnya, saling ketergantungan serta mempunyai norma yang sama. Kelompok
terapeutik memberi kesempatan untuk saling bertukar (sharing) tujuan, misalnya
membantu individu yang berperilaku destruktif dalam berhubungan dengan orang lain,
mengidentifikasi dan memberikan alternatif untuk membantu merubah perilaku destruktif
menjadi konstruktif.
Terapi kelompok mirip dengan masalah-masalah yang ditangani oleh terapi individu
seperti konseling. Yang membedakan dengan terapi individu adalah pendekatannya.
Terapi kelompok tidak menggunakan pendekatan yang bersifat perseorangan, melainkan
menggunakan kelompok sebagai media penyembuhan. Individu-individu yang mengalami
masalah sejenis disatukan dalam kelompok penyembuhan dan kemudian dilakukan terapi
dengan dibimbing atau didampingi oleh terapis. Oleh karena itu perlu diperhatikan
mengenai komponen kelompok dalam terapi kelompok. Dalam Sari (2015) menyebutkan
komponen tersebut antara lain:

Struktur kelompok
Stuktur kelompok menjelaskan batasan, komunikasi, proses pengambilan keputusan
dan hubungan otoritas dalam kelompok. Struktur kelompok menjaga stabilitas dan
membantu pengaturan pola perilaku dan interaksi. Struktur dalam elompok diatur dengan
adanya pimpinan dan anggota, arah komunikasi dipandu oleh pemimpin, sedangkan
keputusan diambil secara bersama.
Komunikasi
Salah satu tugas pemimpin kelompok yang terpenting adalah mengobservasi dan
mengalisis pola komunikasi dalam kelompok. Pemimpin menggunakan umpan balik untuk
memberikan kesadaran pada anggota kelompok terhadap dinamika yang trejadi. Pemimpin
kelompok dapat mengkaji hambatan dalam kelompok, konflik interpersonal, tingkat
kompetis, dan seberapa jauh anggota kelompok mengerti serta melaksanakan kegiatan.
Peran kelompok
Pemimpin (leader) harus memiliki kemammpuan dalam proses yang terjadi pada
kelompok, seperti adanya interupsi, peningkatan intonasi suara, sikap menghakimi antara
anggota kelompok selama interaksi berlangsung. Dengan kata lian, pemimpin harus peka
terhadap adanya konflik yang mungkin terjadi di dalam kelompok.

Kekuatan kelompok
Kekeuatan kelompok adalah kemampuan anggota dalam memmpengaruhi jalannya
kegiatan kelompok. Untuk menetapkan kekuatan kelompok yang bervariasi diperlukan
kajian siapa yang paling banyak mendengar siapa yang membuat keputusan dalam
kelompok.

Tujuan Terapi Kelompok


a. Mengembangkan stimulasi kognitif
Tipe: biblioterapy
Aktivitas: menggunakan artikel, sajak, puisi, buku, surat kabar untuk merangsang dan
mengembangkan hubungan dengan orang lain.

b. Mengembangkan stimulasi sensori

Tipe: music, seni, menari.


Aktivitas: menyediakan kegiatan, mengekspresikan perasaan.
Tipe: relaksasi
Aktivitas: belajar teknik relaksasi dengan cara napas dalam, relaksasi otot, dan imajinasi.

c. Mengembangkan orientasi realitas


Tipe: kelompok orientasi realitas, kelompok validasi.
Aktivitas: focus pada orientasi waktu,tempat dan orang, benar, salah bantu memenuhi
kebutuhan.

d. Mengembangkan sosialisasi
Tipe: kelompok remitivasi
Aktivitas: mengorientasikan klien yang menarik diri, regresi
Tipe: kelompok mengingatkan
Aktivitas: focus pada mengingatkan untuk menetapkan arti positif.

Anda mungkin juga menyukai