Fungsi utama layanan konseling individual yang sangat dominan adalah fungsi
pengentasan. Namun secara menyeluruh konseling individual meliputi juga fungsi-fungsi
lainnya: pemahaman. (b) fungsi pengembangan/pemeliharaan, (c) fungsi pencegahan, (d)
fungsi advokasi.
Konselor adalah seorang ahli dalam bidang konseling yang memiliki kewenangan
dan mandat secara profesional untuk melaksanakan kegiatan pelayanan konseling. Dalam
layanan konseling individual konselor menjadi aktor yang secara aktif mengembangkan
proses konseling melalui dioperasionalkannya pendekatan, teknik dan asas-asas konseling
terhadap konseli. Dalam proses konseling selain media pembicaraan verbal, konselor juga
dapat menggunakan media tulisan, gambar, media elektronik, dan media pembelajaran
lainnya, serta media pengembangan tingkah laku. Semua hal itu diupayakan konselor
dengan cara-cara yang cermat dan tepat, demi terentaskannya masalah yang dialami
konseli.
Konseli adalah seorang individu yang sedang mengalami masalah, atau setidak-
tidaknya sedang mengalami sesuatu yang ingin ia sampaikan kepada orang lain.
Konseli menanggung semacam beban, atau mengalami suatu kekurangan yang ia
ingin isi, atau ada sesuatu yang ingin dan/atau perlu dikembangkan pada dirinya,
semuanya itu agar ia mendapatkan suasana fikiran dan/atau peerasaan yang lebih
ringan, memperoleh nilai tambah, hidup lebih berarti, dan hal-hal positif lainnya
dalam menjalani hidup sehari-hari dalam rangka kehidupan dirinya secara
menyeluruh.
Konseli datang dan bertemu konselor dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang
datang sendiri dengan kemauan yang kuat untuk menemui konselor (selfreferal), ada yang
datang dengan perantaraan orang lain, bahkan ada yang datang (mungkin terpaksa) karena
didorong atau diperintah oleh pihak lain. Kedatangan konseli menemui konselor disertai
dengan kondisi tertentu yang ada pada diri konseli itu sendiri. Dalam proses itu apapun
latar belakang kedatangan konseli, dan bagaimanapun juga kondisi diri konseli sejak
paling awal pertemuannya dengan konselor, semuanya itu harus disikapi oleh konselor
dengan penerapan asas kekinian dan prinsip konseli tidak pernah salah (KTPS).
Apapun latar belakang dan kondisi konseli yang datang menemui konselor, semuanya
itu perlu mendapatkan perhatian dan penanganan sepenuhnya oleh konselor. Melalui
proses layanan konseling individual, konseli bersama konselor melakukan upaya
tersinergikan untuk mencapai tujuan layanan. Tahapan keefektipan layanan konseling
individual bisa terpenuhi apabila:
Tujuan Khusus
Tujuan khusus KKp dan BKp pada dasarnya terletak pada:
a) KKp terfokus pada pembahasan masalah pribadi individu peserta kegiatan layanan.
Melalui layanan kelompok yang intensif dalam upaya pemecahan masalah tersebut peserta
memperoleh dua tujuan sekaligus:
1) Terkembangnya perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap tearah kepada tingkah
laku khususnya dalam bersosialisasi atau berkomunikasi, dan
2) Terpecahkannya masalah individu yang bersangkutan dan diperolehnya imbasan
pemecahan masalah tersebut bagi individu-individu lain peserta layanan KKp.
Tujuan khusus Konseling Individual, dalam kerangka tujuan umum, tujuan khusus layanan
KI dapat dirinci dan secara langsung dikaitkan dengan fungsi-fungsi konseling yang secara
menyeluruh diembannya:
a. Melalui layanan KI klien memahami seluk beluk masalah yang dialami secara mendalam
dan komperhensif, serta positif dan dinamis ( fungsi pemahaman ).
b. Pemahaman itu mengarah kepada dikembangkannya persepsi dan sikap serta kegiatan
demi terentaskannya secara spesifik masalah yang dialami klien itu ( fungsi pencegahan ).
c. Pengembangan dan pemahaman potensi klien dan berbagai unsur positif yang ada pada
dirinya merupakan latar belakang pemahaman dan pengentasan masalah klien dapat
dicapai ( fungsi pengembangan atau pemeliharaan ).
d. Pengembangan atau pemeliharaan potensi dan unsur-unsur positif yang ada pada diri
klien, diperkuat oleh terantaskannya masalah, akan merupakan kekuatan bagi tercegah
menjalarnya masalah yang sekarang sedang dialami itu, serta diharapkan tercegah pula
masalah-masalah baru yang mungkin timbul ( fungsi pencegahan ).
e. Apabila masalah yang dialami klien menyangkut dilanggarnya hak-hak klien sehingga
klien teraniaya dalam kadar tertentu, layanan KI dapat menangani sasaran yang bersifat
advokasi ( fungsi advokasi ).
Konseling Perkawinan
perkawinan.
1. membantu pengembangan diri dan memilih gaya hidup (life style) yang sesuai
dengan aspirasinya
2. menjaga agar mereka tidak terjatuh pada keadaan merasa tidak wajar dan tidak
bahagia
3. membantu menentukan pilihan-pilihan
4. membantu meringankan perasaan, frustrasi dn sebangsanya.
konseling keluarga
Pengertian Konseling Keluarga
Konseling adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang pembimbing
(konselor) kepada seseorang konseli atau sekelompok konseli (klien, terbimbing,
seseorang yang memiliki problem) untuk mengatasi problemnya dengan jalan wawancara
dengan maksud agar klien atau sekelompok klien tersebut mengerti lebih jelas tentang
problemnya sendiri dan memecahkan problemnya sendiri sesuai dengan kemampuannya
dengan mempelajari saran-saran yang diterima dari Konselor. Sedangkan arti dari keluarga
adalah suatu ikatan persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang
berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang
sudah sendirian dengan atau tanpa anak-anak, baik anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal
dalam sebuah rumah tangga.
1. Sedangkan definisi bimbingan konseling keluarga menurut para hali lainnya Proses
upaya bantuan yang diberikan kepada individu sebagai anggota keluarga, baik
dalam mengaktualisasikan potensinya, maupun dalam mengantisipasi serta
mengatasi masalah yang dihadapinya, yang dilakukan melalui pendekatan sistem.
2. Suatu proses interakif untuk membantu keluarga dalam mencapai keseimbangan,
dimana setiap anggota keluarga memperoleh pencapaian kebahagiaan secara utuh.
1. Fungsi Pemahaman
Yaitu fungsi bimbingan yang membantu klien agar memiliki pemahaman terhadap
dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama).
Berdasarkan pemahaman ini, diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara
optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
2. Fungsi Preventif
Yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi
berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak
dialami oleh klien. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada klien
tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan
dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah layanan orientasi, informasi, dan
bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para klien
dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan.
3. Fungsi Pengembangan
Yaitu fungsi bimbingan yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya.
Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang
memfasilitasi perkembangan klien. Konselor secara sinergi sebagai teamwork
berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan
secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu klien mencapai tugas-
tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah layanan
informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room,
dan karyawisata.
4. Fungsi Perbaikan (Penyembuhan)
Yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya
pemberian bantuan kepada klien yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek
pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan
remedial teaching.
5. Fungsi Penyaluran
Yaitu fungsi bimbingan dalam membantu klien memilih kegiatan, atau program apa
dalam memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat,
keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu
bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga.
Tujuan Konseling Keluarga
Menurut Shertzer dan Stone,(1980) tujuan konseling antara lain:
Memelihara dan mencapai kesehatan mental yang positif. Jika hal ini
tercapai, maka individu mencapai integrasi, penyesuaian, dan identifikasi
positif dengan yang lainnya. ia belajar menerima tanggung jawab, berdiri
sendiri, dan memperoleh integrasi perilaku,
Oleh karena itu, dari paparan beberapa ahli diatas. Maka Wisnu Pamuja
Utama, (2011) sendiri berpendapat bahwa tujuan konseling ialah Membantu merubah
perilaku konseli agar lebih produktif, membantu pemecahan masalah baik masalah
pribadi, sosial, belajar, karier, keluarga, dan keagamaan, serta mendorong peserta
didik mampu mengambil keputusan yang penting bagi dirinya dalam menemukan
solusi sendiri.
Terapi Perilaku
SEJARAH PERKEMBANGAN TERAPI PERILAKU
Terapi perilaku pertama kali ditemukan pada tahun 1953 dalam proyek penelitian
oleh BF Skinner, Ogden Lindsley, dan Harry C. Salomo. Selain itu termasuk juga Wolpe
Yusuf dan Hans Eysenck.
Secara umum, terapi perilaku berasal dari tiga Negara, yaitu Afrika Selatan
(Wolpe), Amerika Serikat (Skinner), dan Inggris (Rachman dan Eysenck) yang masing-
masing memiliki pendekatan berbeda dalam melihat masalah perilaku. Eysenck
memandang masalah perilaku sebagai interaksi antara karakteristik kepribadian,
lingkungan, dan perilaku.
Skinner dkk. di Amerika Serikat menekankan pada operant conditioning yang
menciptakan sebuah pendekatan fungsional untuk penilaian dan intervensi berfokus pada
pengelolaan kontingensi seperti ekonomi dan aktivasi perilaku.
Tujuan:
Tujuan umum terapi tingkah laku adalah menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses
belajar. Dasar alasannya ialah bahwa segenap tingkah laku adalah dipelajari (learned),
termasuk tingkah laku yang maladaptif. Jika tingkah laku neurotik learned, maka ia bisa
unlearned (dihapus dari ingatan), dan tingkah laku yang lebih efektif bisa diperoleh.
Terapi tingkah laku pada hakikatnya terdiri atas proses penghapusan hasil belajar yang
tidak adaptif dan pemberian pengalaman-pengalaman belajar yang di dalamnya terdapat
respons-respons yang layak, namun belum dipelajari;
Tehnik Terapi:
terapi tersebut merupaka suatu bentuk psikoterapi yang terstruktur, yang bertujuan
meredakan simtoma-simtoma penyakit dan membantu pasien agar dapan mempelajari
cara-cara yang lebih efektif untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang menyebabkan
penderitaan mereka.bagian penting yang bersifat terapetis dalam terapi kognitif
berorientasi pada masalah yang diarahkan untuk memperbaiki masalah-masalah yang
bersifat psikologis skaligus situasional yang mungkin ikut menambah penderitaan pasien.
Terapi ini dinamakan terapi kognitif karena tekhnik yang dipakai dalam terapi ini
bertujuan untuk merubah kesalahan (error) atau penyimpangan (bias) dalam pikiran
pasien. Tehnik itu juga mencakup cara-cara yang digunakan untuk menilai situasi dan
stress, anggapan tentang diri sendiri, lingkungan dan masa depan. Serta keyakinan dan
sikap,yang semuanya diperekirakan memperberat gangguan emosi pasien.pendekatan
dalam penyembuhan ini didasarkan atas latar belakang histories, teoritis dan eksperimen.
Depresi
Terapi kognitif dapat digunakan untuk depresi unipolar pada umumnya. Lamanya
Penyakit atau kronisitasnya telah diketahui sebagai pertanda yang negative tyentang
respon penderita. Variable tersebut telah diakui sebagai respon pertanda negative untuk
semua bentuk pengobatan.
Berdasarkan pengalaman klinis, pasien yang demikian mempunyai kesempatan baik untuk
merespon apabila digunakan kombinasi antara terapi kognitif dan penyembuhan dengan
obat keras. Mungkin karena sifat kronis menyebabkan proses sekunder menjadi depresi
karena mengalami depresi. Sifat psikologis yang khas dari daya piker yang dipelajari
sebagai suatu factor peramal merupakan hal yang menarik karma dapat menunjukan
bahwa sifat khas pribadi yang dibawa oleh pasien pada saat pengobatan mungkin penting
untuk menentukan pilihan jenis pengobatan.
Berlawanan bukti dengan pasien depresi , sifat kronis tidak muncul sebagai kontra indikasi
dalam pemakaian terapi kognitif terhadap pasien-pasien kecemasan. Ada bukti bahwa
kombinasi pengobatan farmakologis dan pendekatan-pendekatan psikologis yang
mencakup pendekatan bertingkat dapat berfungsi terapis khususnya bagi pasien yang
terserang kepanikan. Untuk keadaan kecemasan pada umumnya pemakaian
benzodiazepines dalam jangka panjang merupaja kontra indikasi dan nampaknya terapi
kognitf nampaknya menjadi suatu alternative.
Terapi kelompok
Konsep Terapi Kelompok
Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan antara satu dengan
yang lainnya, saling ketergantungan serta mempunyai norma yang sama. Kelompok
terapeutik memberi kesempatan untuk saling bertukar (sharing) tujuan, misalnya
membantu individu yang berperilaku destruktif dalam berhubungan dengan orang lain,
mengidentifikasi dan memberikan alternatif untuk membantu merubah perilaku destruktif
menjadi konstruktif.
Terapi kelompok mirip dengan masalah-masalah yang ditangani oleh terapi individu
seperti konseling. Yang membedakan dengan terapi individu adalah pendekatannya.
Terapi kelompok tidak menggunakan pendekatan yang bersifat perseorangan, melainkan
menggunakan kelompok sebagai media penyembuhan. Individu-individu yang mengalami
masalah sejenis disatukan dalam kelompok penyembuhan dan kemudian dilakukan terapi
dengan dibimbing atau didampingi oleh terapis. Oleh karena itu perlu diperhatikan
mengenai komponen kelompok dalam terapi kelompok. Dalam Sari (2015) menyebutkan
komponen tersebut antara lain:
Struktur kelompok
Stuktur kelompok menjelaskan batasan, komunikasi, proses pengambilan keputusan
dan hubungan otoritas dalam kelompok. Struktur kelompok menjaga stabilitas dan
membantu pengaturan pola perilaku dan interaksi. Struktur dalam elompok diatur dengan
adanya pimpinan dan anggota, arah komunikasi dipandu oleh pemimpin, sedangkan
keputusan diambil secara bersama.
Komunikasi
Salah satu tugas pemimpin kelompok yang terpenting adalah mengobservasi dan
mengalisis pola komunikasi dalam kelompok. Pemimpin menggunakan umpan balik untuk
memberikan kesadaran pada anggota kelompok terhadap dinamika yang trejadi. Pemimpin
kelompok dapat mengkaji hambatan dalam kelompok, konflik interpersonal, tingkat
kompetis, dan seberapa jauh anggota kelompok mengerti serta melaksanakan kegiatan.
Peran kelompok
Pemimpin (leader) harus memiliki kemammpuan dalam proses yang terjadi pada
kelompok, seperti adanya interupsi, peningkatan intonasi suara, sikap menghakimi antara
anggota kelompok selama interaksi berlangsung. Dengan kata lian, pemimpin harus peka
terhadap adanya konflik yang mungkin terjadi di dalam kelompok.
Kekuatan kelompok
Kekeuatan kelompok adalah kemampuan anggota dalam memmpengaruhi jalannya
kegiatan kelompok. Untuk menetapkan kekuatan kelompok yang bervariasi diperlukan
kajian siapa yang paling banyak mendengar siapa yang membuat keputusan dalam
kelompok.
d. Mengembangkan sosialisasi
Tipe: kelompok remitivasi
Aktivitas: mengorientasikan klien yang menarik diri, regresi
Tipe: kelompok mengingatkan
Aktivitas: focus pada mengingatkan untuk menetapkan arti positif.