Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan proposal praktikum dengan judul Tumpang Sari Tanaman
Kedelai Edamame dan Jagung. Proposal ini dibuat sebagai salah satu tugas mata kuliah
Sistem Pertanian Berkelanjutan Organik. Dalam proposal ini penulis memaparkan mengenai
penjelasan pertanian organik dan teknik tumpang sari pada tanaman kedelai edamame dengan
jagung. Penulis berharap proposal ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca dan
khususnya bagi kami sebagai penulis.
Kami menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah berkenan
memfasilitasi dan memberi koreksi serta saran untuk terselesaikannya proposal ini. Meskipun
kami berharap isi dari proposal ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada
ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
agar proposal ini dapat lebih baik lagi. Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi semua
pembaca.

Jatinangor, Oktober 2017

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 1

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. 4

DAFTAR TABEL ...................................................................................................................... 5

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 6

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 6

1.1.1 Prospek Pertanian Organik .............................................................................. 8

1.1.2 Prospek Tanaman Utama Kedelai Edamame ................................................. 9

1.1.4 Tujuan Penanaman Tumpangsari ............................................................................ 10

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 10

1.3 Tujuan........................................................................................................................ 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 11

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kedelai Edamame ..................................... 11

2.2 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung .................................................................. 13

BAB II METODOLOGI .......................................................................................................... 15

3.1 Tempat dan Waktu Percobaan................................................................................... 15

3.2 Alat dan Bahan Percobaan ........................................................................................ 15

3.3 Pelaksanaan Percobaan ............................................................................................. 15

3.4 Metode Penanaman dan Pemeliharaan Edamame ..................................................... 16

3.4.1 Persiapan benih ................................................................................................ 16

3.4.2 Pengolahan lahan ............................................................................................. 17

3.4.3 Pemeliharaan .................................................................................................... 17

3.4.4 Pengendalian Hama Penyakit Tanaman kedelai edamame ......................... 17

3.4.5 Cara Panen ....................................................................................................... 19

3.5 Metode Penanaman dan Pemeliharaan Jagung ................................................... 20

2
3.5.1 Penanaman ....................................................................................................... 20

3.5.2 Cara Menanam................................................................................................. 20

3.5.3 Penyiangan........................................................................................................ 20

3.5.3 Pengendalian Hama dan Penyakit ........................................................................... 21

3.5.4 Pengairan (pada musim kemarau) ................................................................. 21

3.5.5 Cara Panen ...................................................................................................... 22

3.6 Tata letak (Layout) .................................................................................................... 22

3.7 Jadwal Kegiatan Percobaan ....................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 24

3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Layout percobaan ....................................................................................... 23

4
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Timeline kegiatan tumpang sari tanaman kacang kedelai edamame dan tanaman
jagung .......................................................................................................... 23

5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertanian organik dalam artian sempit yaitu pertanian yang bebas dari bahan - bahan
kimia. Mulai dari perlakuan untuk mendapatkan benih, penggunaan pupuk, pengendalian
hama dan penyakit sampai perlakuan pascapanen tidak sedikiti pun melibatkan zat kimia,
semua harus bahan hayati, alami. Sedangkan pertanian organik dalam arti yang luas, adalah
sistem produksi pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami dan menghindari atau
membatasi penggunaan bahan kimia sintetis (pupuk kimia/pabrik, pestisida, herbisida, dan
zat pengatur tumbuh). Dengan tujuan untuk menyediakan produk - produk pertanian
(terutama bahan pangan) yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumen serta menjaga
keseimbangan lingkungan dengan menjaga siklus alaminya.
Berdasarkan pertimbangan pelaksanaan pembangunan pertanian di Indonesia pada
saat ini, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan pertanian
alternatif:
1. Keragaman daur-ulang limbah organik dan pemanfaatannya untuk memperbaiki
sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
2. Memadukan sumber daya organik dan anorganik pada sistem pertanian di lahan
basah dan lahan kering.
3. Mengemangkan sistem pertanian berwawasan konservasi di lahan basah dan lahan
kering.
4. Memanfaatkan bermacam - macam jenis limbah sebagai sumber nutrisi tanaman.
5. Reklamasi dan rehabilitasi lahan dengan menerapkan konsep pertanian organik.
6. Perubahan dari tanaman semusim menjadi tanaman keras di lahan kering harus
dipadukan dengan pengembangan ternak, pengolahan minimum dan pengolahan
residu pertanaman.
7. Mempromosikan pendidikan dan pelatihan bagi penyuluh pertanian untuk
memperbaiki citra dan tujuan pertanian organik.
8. Memanfaatkan kotoran ternak yang berasal dari unggas, babi, ayam, itik, kambing,
dan kelinci sebagai sumber pakan ikan.

6
Pertanian organik menjadi hal yang saat ini sedang dikembangkan dengan pesat. Hal
ini dilatarbelakangi dengan masalah dimana semakin jenuhnya pemberian pupuk yang berasal
dari industri. Tanah semakin kering, semakin miskin kandungan hara organik yang pada
akhirnya merugikan petani dan pertanian saat ini. Atas dasar itulah diperlukan upaya dalam
peningkatan kebutuhan bahan organik bagi tanaman. Salah satunya adalah dengan
memanfaatkan sisa-sisa bahan organik unuk diolah menjadi kompos.
Pertanian organik merupakan suatu sistem pertanian yang memiliki tujuan untuk tetap
menjaga keselarasan dengan sistem alami dengan cara memanfaatkan dan mengembangkan
proses-proses alami semaksimal mungkin dalam pengelolaan usaha tani. Pertanian organik
tersebut menghindari penggunaan bahan-bahan sintetik. Kegunaan dari penerapan sistem
pertanian organik yaitu untuk membatasi kemungkinan dampak negatif dari bahan kimia
yang digunakan dalam pertanian konvensional. Walaupun pertanian organik memiliki
dampak yang baik bagi kesehatan lingkungan, konservasi sumber daya lahan, dan
pembangunan pertanian rakyat namun dalam penerapannya pertanian organik masih
menghadapi banyak kendala.
Berbagai hasil penelitian mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan pertanian
intensif menurun produktivitasnya karena rendahnya kandungan karbon organik dalam tanah.
Padahal untuk memperoleh produktivitas optimal dibutuhkan karon organik sekitar 2,5%.
Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik dalam segi
kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas
lahan secara berkelanjutan.
Kacang kedelai edamame merupakan tanaman yang berasal dari negara China dan
telah dibudidayakan sejak tahun 2500 SM lalu mulai menyebar ke negara-negara lain melalui
jalur perdagangan pada abad ke-19. Tanaman edamame merupakan tanaman semusim yang
tumbuh tegak dan berbentuk perdu/semak. Organ target yang dipanen pada tanaman
Edamame yaitu kacangnya. Kacang edamame biasanya dikomsumsi sebagai makanan kecil,
bahan sayuran, ataupun menjadi manisan. Kualitas kacang edamame ditunjukkan dari kondisi
fisik, aroma, rasa, dan ketahanan tekstur saat dimasak. Tanaman edamame memerlukan curah
hujan yang cukup tinggi dan memiliki iklim tropis. Ketinggian tempat yang optimal untuk
pertumbuhan tanaman edamame yaitu pada ketinggian 500 mdpl. Tanah yang mendukung
pertumbuhan tanaman edamame yaitu tanah yang gembur, subur, dan memiliki kandungan
organik yang tinggi.
Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain
gandum dan padi. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan

7
ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari
bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari
tepung bulir dan tepung tongkolnya). Bagian yang dipanen dari tanaman jagung merupakan
tongkolnya. Tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1 m sampai 3 m, namun ada
varietas yang dapat mencapai tinggi 6 m. Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari
dataran rendah sampai di daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 m
dpl. Daerah dengan ketinggian optimum antara 0-600 m dpl merupakan ketinggian yang baik
bagi pertumbuhan tanaman jagung. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus.
Agar supaya dapat tumbuh optimal tanah harus gembur, subur dan kaya humus.
Tumpang sari merupakan salah satu strategi budidaya tanaman untuk tetap
berproduktivitas tinggi dengan keterbatasan lahan yang tersedia. Keuntungan penanaman
secara tumpangsari antara lain dapat memudahkan pemeliharaan, mengurangi risiko
kegagalan panen, meningkatkan produktivitas lahan, lebih efisien tenaga dan waktu, hemat
dalam pemakaian sarana produksi, dan mampu meningkatkan efisiensi penggunaan lahan.
Salah satu contoh pengaplikasian teknik tumpang sari adalah pada tanaman kedelai edamame
dan jagung. Teknik ini dapat menjadi solusi untuk mewujudkan swasembada kedelai dan
jagung di Indonesia. Dalam tumpang sari kedelai edamame dan jagung, tanaman kedelai
sebaiknya lebih diperhatikan daripada jagung karena fisiknya lebih pendek sehingga lebih
mengalami keterbatasan ruang hidup. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam budidaya
tumpang sari antara lain pengaturan jarak tanam, jumlah baris tanaman kedelai dalam jarak
tanaman jagung, waktu tanam antara kedelai dan jagung.

1.1.1 Prospek Pertanian Organik


Potensi pasar produk pertanian organik di dalam negeri sangat kecil, hanya
terbatas pada masyarakat menengah ke atas. Berbagai kendala yang dihadapi antara
lain:
1. Belum ada insentif harga yang memadai untuk produsen produk
pertanian organik,
2. Perlu investasi mahal pada awal pengembangan karena harus memilih
lahan yang benar-benar steril dari bahan agrokimia,
3. Belum ada kepastian pasar, sehingga petani enggan memproduksi
komoditas tersebut.

8
Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk bersaing di pasar
internasional walaupun secara bertahap. Hal ini karena berbagai keunggulan
komparatif antara lain :
1. Masih banyak sumberdaya lahan yang dapat dibuka untuk
mengembangkan sistem pertanian organik,
2. Teknologi untuk mendukung pertanian organik sudah cukup tersedia
seperti pembuatan kompos, tanam tanpa olah tanah, pestisida hayati dan
lain-lain.
Pengembangan selanjutnya pertanian organik di Indonesia harus ditujukan
untuk memenuhi permintaan pasar global. Oleh sebab itu komoditas-komoditas
eksotik seperti sayuran dan perkebunan seperti kopi dan teh yang memiliki potensi
ekspor cukup cerah perlu segera dikembangkan.

1.1.2 Prospek Tanaman Utama Kedelai Edamame


Kedelai merupakan tanaman asli dari China yang telah dibudidyakan sejak
2500 tahun SM. Sejalan dengan berkembangnya perdagangan antarnegara, kedelai
tersebar ke berbagai negara tujuan perdagangan seperti: Jepang, Korea, Indonesia,
India, Australia dan Amerika. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai
di Indonesia adalah di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara (Irwan 2006). Kedelai
edamame memiliki ukuran biji lebih besar, rasa lebih manis, dan tekstur lebih
lembut dibandingkan kacang kedelai biasa. Kedelai ini dapat tumbuh baik di
daerah beriklim tropis dan subtropis pada suhu cukup panas dan curah hujan yang
relatif tinggi, sehingga kedelai ini cocok ditanam di Indonesia. Waktu panen
kedelai edamame relatif singkat dibandingkan kedelai biasa,karena edamame
dipanen pada saat kedelai masih hijau (Soe. wanto et al 2007). Kedelai menjadi
komoditas yang paling dicari di indonesia oleh karena itu sampai saat ini indonesia
masih menginpor dari negara luar. Kedelai merupakan komoditas yang dijadian
bahan baku produksi kecap, tempe, tahu. Dengan budidaya kedelai organik dapat
mendorong konsumen untuk mengkonsumsi makanan yang lebih sehat.

1.1.3 Prospek Tanaman Pendamping Jagung


Jagung merupakan salah satu tanaman yang banyak dibudidayakan di
Indonesia dan dijadikan sebagai makanan pokok oleh beberapa masyarakat
Indonesia dan belahan lain di dunia, selain beras atau padi. Jagung lebih mudah

9
pembudidayaannya jika dibandingkan padi, karena jagung tidak terlalu
membutuhkan air yang banyak seperti padi, serta jagung dapat tumbuh di daerah
kering sekalipun, asalkan masih terdapat kandungan air walaupun dalam kapasitas
yang tidak terlalu melimpah.

1.1.4 Tujuan Penanaman Tumpangsari


Manfaat atau keunggulan yang dapat diperoleh dari penanaman dengan
sistem tumpangsari salah satunya dengan menghemat lahan tanam, berikut
beberapa manfaat lainya :
Menambah produktivitas hasil panen;
Mengurangi biaya produksi;
Pertumbuhan gulma relatif lebih sedikit; dan
Perawatan tanaman bisa lebih efektif karena dalam satu lahan bisa
merawat lebih dari satu jenis tanaman budidaya.

1.2 Rumusan Masalah


Praktikum ini dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah diantaranya sebagai
berikut:
1. Bagaimana cara bercocok tanam secara organik ?
2. Bagaimana cara bercocok tanam dengan teknik tumpang sari ?
3. Apakah tanaman kedelai edamame dan jagung berpotensi tinggi dalam tumpang sari ?

1.3 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara bercocok tanam secara organik,
mengetahui cara bercocok tanam dengan teknik tumpang sari, dan mengetahui cara budidaya
dan hasil tumpang sari antara tanaman kedelai edamame dan jagung.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kedelai Edamame

Tanaman Kedelai Edamame dapat diklasifikasikan sebagai berikut :


Ordo : Polypetales
Famili : Leguminosae
Sub-famili : Popilionoideae
Genus : Glycine
Sub-genus : Soja
Species : Glycine Max

Morfologi Tanaman Kedelai Edamame


1. Akar kedelai
Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua macam, yaitu akar tunggang dan akar
sekunder (serabut) yang tumbuh dari akar tunggang. Perkembangan akar kedelai
edamame sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik dan kimia tanah, jenis tanah, cara
pengolahan lahan, kecukupan unsur hara, serta ketersediaan air di dalam tanah.

2. Batang dan cabang kedelai


Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe determinate dan
indeterminate. Pertumbuhan batang tipe determinate ditunjukkan dengan batang yang
tidak tumbuh lagi pada saat tanaman mulai berbunga. Sementara pertumbuhan batang
tipe indeterminate dicirikan bila pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun,
walaupun tanaman sudah mulai berbunga. Pada kondisi normal, jumlah buku berkisar
15-30 buah. Jumlah batang bisa menjadi sedikit bila penanaman dirapatkan dari
250.000 tanaman/hektar menjadi 500.000 tanaman/hektar. Jumlah batang tidak
mempunyai hubungan yang signifikan dengan jumlah biji yang diproduksi. Artinya,
walaupun jumlah cabang banyak, belum tentu produksi kedelai juga banyak.

3. Daun kedelai

11
Tanaman kedelai mempunyai dua bentuk daun yang dominan, yaitu stadia kotiledon
yang tumbuh saat tanaman masih berbentuk kecambah dengan dua helai daun tunggal
dan daun bertangkai tiga (trifoliate leaves) yang tumbuh selepas masa pertumbuhan.
Daun mempunyai stomata, berjumlah antara 190-320 buah/m2. Umumnya, daun
mempunyai bulu dengan warna cerah dan jumlahnya bervariasi. Panjang bulu bisa
mencapai 1 mm dan lebar 0,0025 mm.

4. Bunga Kedelai

Bunga kedelai menyerupai kupu-kupu. Tangkai bunga umumnya tumbuh dari ketiak
tangkai daun yang diberi nama rasim. Bunga pertama yang terbentuk umumnya pada
buku kelima, keenam, atau pada buku yang lebih tinggi. Pembentukan bunga juga
dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban. Pada suhu tinggi dan kelembaban rendah,
jumlah sinar matahari yang jatuh pada ketiak tangkai daun lebih banyak. Hal ini akan
merangsang pembentukan bunga. Setiap ketiak tangkai daun yang mempunyai kuncup
bunga dan dapat berkembang menjadi polong disebut sebagai buku subur. Periode
berbunga pada tanaman kedelai cukup lama yaitu 3-5 minggu untuk daerah subtropik
dan 2-3 minggu di daerah tropik, seperti di Indonesia. Warna bunga yang umum pada
berbagai varietas kedelai hanya dua, yaitu putih dan ungu.

5. Polong dan biji kedelai


Polong kedelai pertama kali terbentuk sekitar 7-10 hari setelah munculnya bunga
pertama. Panjang polong muda sekitar 1 cm. Jumlah polong yang terbentuk pada
setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 1-10 buah dalam setiap kelompok.
Pada setiap tanaman, jumlah polong dapat mencapai lebih dari 50, bahkan ratusan.
Kecepatan pembentukan polong dan pembesaran biji akan semakin cepat setelah
proses pembentukan bunga berhenti. Ukuran dan bentuk polong menjadi maksimal
pada saat awal periode pemasakan biji. Setiap biji kedelai mempunyai ukuran
bervariasi, mulai dari kecil (sekitar 7-9 g/100 biji), sedang (10-13 g/100 biji), dan
besar (>13 g/100 biji). Biji kedelai terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu kulit biji
dan janin (embrio). Pada kulit biji terdapat bagian yang disebut pusar (hilum) yang
berwarna coklat, hitam, atau putih. Pada ujung hilum terdapat mikrofil, berupa lubang
kecil yang terbentuk pada saat proses pembentukan biji.

12
2.2 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung

Tanaman jagung dapat diklasifikasikan sebagai berikut :


Subkingdom : Tracheobionta ( Tumbuhan pembuluh)
Super Divisi : spermathopyta (Tumbuhan Berbunga)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan Berbunga)
Kelas : Liliopsida ( monokotil )
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : poales
Famili : poacae
Spesies : Zea Mays L

Morfologi tanaman jagung

1. Akar jagung
Akar pada tanaman jagung termasuk dalam akar serabut yang dapat mencapai
kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran secara umum 2 m. Pada
tanaman jagung yang cukup dewasa akan muncul akar adventif dari buku-buku batang
bagian bawah yang dapat membantu menyokong pertumbuhan pada tanaman.

2. Batang jagung
Batang pada tanaman jagung sangat mudah terlihat, batang jagung hampir menyerupai
padi ataupun gandum. Pada tepi batang terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh
pesat sehingga tanaman terbentuk roset, dengan batang ruas-ruas dan terbungkus
pelepah daun yang muncul dari buku, sehingga batang dapat tumbuh dengan kuat.

3. Daun jagung
Daun yang terdapat pada jagung sangat panjang dan sangat menyerupai lalang dan
juga tumbuhan seperti padi atau pun gandum.

4. Bunga jagung
Jagung memilki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu
tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memilki struktur khas bunga dari suku

13
Poaceae, yang disebut floret. Pada tanaman jagung dua floret dibatasi oleh sepasang
glumanae (gulma tunggal). Bunga jantan tumbuh pada puncak tanaman, berupa
karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning beraroma khas. Bunga
betina tersusun dalam tongkol yang tumbuh diantara batang dan pelepah daun.

5. Tongkol dan buah jagung


Tongkol tumbuh dari buku batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman
hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memilki sejumlah bunga.
Buah jagung terdiri dari tongkol, biji, dan daun pembungkus. Biji jagung mempunyai
bentuk, warna, dan kandungan endosperm yang bervariasi, tergantung pada jenisnya.
Umumnya buah jagung tersusun dalam barisan yang melekat secara lurus atau
berkelok-kelok dan berjumlah antara 8-20 baris biji.

14
BAB II
METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu Percobaan


Percobaan dilaksanakan di kebun Unit Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber
daya Hayati (UUP) Universitas Padjadjaran, Desa Ciparanje, Kecamatan Jatinangor,
Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Lokasi percobaan lapangan berada pada ketinggian
tempat sekitar 753 meter di atas permukaan laut (dpl), tipe iklim menurut Schmidt-Ferguson
(1951) termasuk ke dalam tipe C. Percobaan di lapangan dilaksanakan dari bulan November
2017 sampai dengan Desember 2017.

3.2 Alat dan Bahan Percobaan


Bahan yang digunakan dalam percobaan adalah benih kacang edamame, benih jagung,
dan pupuk kompos yang telah disediakan oleh koordinator lapangan. Alat yang digunakan
dalam percobaan di lapangan adalah alat tulis, cangkul, tugal, koret, dan embrat.

3.3 Pelaksanaan Percobaan


Pelaksanaan percobaan dilaksanakan melalui beberapa tahap yang terdiri dari
persiapan lahan, penanaman, penyulaman, pemupukan, pemeliharaan tanaman, pemangkasan,
dan pemanenan. Tipe Multiple cropping yang dapat diterapkan untuk penanaman tanaman
kedelai dengan tanaman jagung yaitu tumpang sari. Menurut Thahir (1999), tanaman jagung
dan kedelai memungkinkan untuk ditumpangsari karena tanaman jagung menghendaki
nitrogen tinggi, sementara kedelai dapat memfiksasi nitrogen dari udara bebas sehingga
kekurangan nitrogen pada jagung terpenuhi oleh kelebihan nitrogen pada kedelai.
Berdasarkan penelitian oleh Imroatul (2017), perbadingan hasil penerapan tumpang
sari dan monokultur pada tanaman jagung dan kedelai menunjukkan hasil yang tidak bebeda
jauh satu sama lain, akan tetapi pada penerapan tumpang sari memberikan keuntungan
agronomis. Selain itu, Imroatul (2017) menguji nilai Land Equivalent Ratio (LER) dan
hasilnya menunjukkan bahwa sitem tumpang sari tanaman jagung dengan kedelai mampu
meningkatkan produktivitas lahan.
Sistem tanam tumpangsari adalah salah satu usaha sistem tanam dimana terdapat dua
atau lebih jenis tanaman yang berbeda ditanam secara bersamaan dalam waktu relatif sama
atau berbeda dengan penanaman berselangseling dan jarak tanam teratur pada sebidang
tanah yang sama (Warsana, 2009). Pemilihan tanaman dalam tumpangsari senantiasa

15
mendasarkan pada perbedaan karakter morfologi dan fisiologi antara lain kedalaman dan
distribusi system perkaran, bentuk tajuk, lintasan fotosintesis, pola serapan unsur hara
sehingga diperoleh suatu karakteristik pertumbuhan, perkembangan dan hasil tumapngsari
yang bersifat sinergis (Gomez dan Gomez, 1983 dan Palaniappan, 1985, dalam Permanasari
dan Kastono, 2012).
Tumpang sari adalah sistem bercocok tanam dengan menanam dua atau lebih jenis
tanaman yang lain family secara serempak. Keuntungan tumpang sari menurut Thahir (1999)
yaitu:
Mencegah dan mengurangi pengangguran musim;
Memperbaiki keseimbangan gizi masyarakat petani;
Adanya pengolahan tanah yang minimal;
Jika tanaman tumpang sari berhasil semua, masih dapat diperoleh nilai tambah; dan
Mengurangi erosi dan jika salah satu tanaman gagal panen, dapat diperoleh
tanaman yang satu lagi.
Meskipun tanaman jagung dan tanaman kedelai dapat ditanam secara tumpang sari,
antara tanaman jagung dan kedelai akan tetap terjadi kompetisi dalam memperebutkan unsur
hara, air dan sinar matahari. Oleh sebab itu, pengaturan sistem tanam dan pemberian pupuk
sangat penting untuk mengurangi terjadinya kompetisi tersebut.

3.4 Metode Penanaman dan Pemeliharaan Edamame


3.4.1 Persiapan benih
Kualitas benih sangat menentukan keberhasilan usaha tani. Pada
penanaman kedelai, biji atau benih ditanam secara langsung, sehingga apabila
kemampuan tumbuhnya rendah, jumlah populasi per satuan luas akan berkurang.
Di samping itu, kedelai tidak dapat membentuk anakan sehingga apabila benih
tidak tumbuh, tidak dapat ditutup oleh tanaman yang ada. Oleh karena itu, agar
dapat memberikan hasil yang memuaskan, harus dipilih benih dari varietas
kedelai yang sesuai dengan kebutuhan, mampu beradaptasi dengan kondisi
lapang, dan memenuhi standar mutu benih yang baik. Hal-hal yang perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan varietas yaitu umur panen, ukuran dan warna
biji, serta tingkat adaptasi terhadap lingkungan tumbuh yang tinggi. Untuk
memilih benih yang berkualitas, berikut sifat-sifatnya :

- Daya kecambah benih tinggi yakni berkisar 80 %;

16
- Memiliki vigor yang baik;
- Murni, bersih, sehat, bernas, tidak keriput atau luka, bebas dari hama
serangga dan penyakit;
- Berasal dari benih yang baru.

3.4.2 Pengolahan lahan


Pengoahan lahan dilakukan dengan dengan menggunakan teknik minimum
tillage. Pengolahan tanah minimum (Minimum Tillage) adalah pengolahan tanah
yang dilakukan secara terbatas atau seperlunya tanpa melakukan pengolahan
tanah pada seluruh areal lahan.
Manfaat :
1. Mencegah kerusakan tanah oleh erosi dan aliran pemukaan;
2. Mengamankan dan memelihara produktifitas tanah agar tercapai
produksi yang setinggi-tingginya dalam waktu yang tidak terbatas;
3. Meningkatkan produksi lahan usahatani; dan
4. Menghemat biaya pengolahan tanah, waktu dan tenaga kerja

Lahan dilakukan pengolahan dengan cara membalik tanah dengan


menggunakan cangkul, pengolahan lahan ditujukan untuk membuat tanah
menjadi gembur. Lahan yang tersedia yaitu 5 meter x 4 meter untuk penanaman
kedelai dan jagung. Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk kompos. Pupuk
kompos ditabur pada bedengan dan dicampurkan hingga merata. Dosis pupuk
yang digunakan adalah 10-20 ton/ha. Untuk praktikum ini dosis pupuk kompos
sudah ditentukan sebanyak 20 kilogram/kelompok.

Budidaya kacang edamame diakukan dengan cara :


Tanah dibajak 3 minggu sebelum tanam, 2 minggu kemudian dibuat
bedengan lebar 1,2 meter, panjang 10 meter, dan tinggi bedengan 20 - 25 cm.
jarak antar bedengan 0,5 meter. Pemupukan dasar dengan pupuk kompos
diberikan 3 hari sebelum tanam dengan cara ditabur merata di atas bedengan.
Benih edamame ditanam pada bedengan dengan jarak tanam atau 20 x 20
cm dan kedalaman tanam 1,5 - 2 cm kemudian ditutup dengan tanah yang
gembur. Benih yang ditanam antara 2 -3 benih per lubang tanam.

17
3.4.3 Pemeliharaan
Satu minggu setelah penanaman, dilakukan kegiatan penyulaman.
Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih kedelai yang mati atau tidak
tumbuh. Keterlambatan penyulaman akan mengakibatkan tingkat pertumbuhan
tanaman yang jauh berbeda.
Tanaman kedelai sangat memerlukan air saat perkecambahan (0 - 5 hari
setelah tanam), stadium awal vegetatif (15 - 20 hari), masa pembungaan dan
pembentukan biji (35 - 65 hari). Pengairan sebaiknya dilakukan pada pagi atau
sore hari. Pengairan dilakukan dengan menggenangi saluran drainase selama 15 -
30 menit. Kondisikan tanah supaya tidak tergenang.
Rerumputan atau gulma lainya perlu dibersihkan agar tidak bersaing
dengan edamame, penyiangan dilakukan pada saat tanaman berumur 9 HST.
Penyiangan selanjutnya dilakukan sesuai kondisi pertanaman.
Pembunbunan dilakukan untuk menggemburkan tanam lalu menaikan tanah
ke atas bedengan. Pembubunan pertama dilakukan bersamaan dengan penyiangan,
pembubunan kedua dilakukan setelah tanaman berumur sekitar 20 hari setelah tanam
(biasanya setelah pemupukan susulan), pembubunan berikutnya dilakukan
menjelang tanaman edamame ini berbunga.

Memberikan pupuk susulan pada saat berusia 7-10 HST dengan cara :
Pupuk kandang (ayam/kambing/kuda) 1 karung + dolomit 4 kg + tepung
ikan 4 kg + tepung tulang/tepung bulu 4 kg + nopatek 1 btl + poc bmw 1 btl.
Semua bahan dimasukkan ke dalam drum 200 ltr, ditambahkan air sampai hampir
penuh, diaduk rata. Kemudian drum ditutup rapat, dan diamkan 5 hari. Bahan
siap digunakan.
Cara penggunaan : ambil 1/2 gayung pupuk dari peraman kemudian
tambahkan air 1 ember falkon. Diaduk, lalu kocorkan ke tanaman kacang kedelai,
perbandingan dosis 100 ml per lubang tanam.

3.4.4 Pengendalian Hama Penyakit Tanaman kedelai edamame


a. Hama
1. Lalat Kacang
Polong yang terserang lalat kacang akan gugur dan daun pada tanaman
kacang hijau berubah warna menjadi kekuningan dan mulai layu dan akan
17
mati diumur 3 4 minggu. Pengendalian yang dilakukan : tanam serempak
atau pergiliran tanaman.

2. Aphis glycine
Kutu ini dapat dapat menularkan virus SMV (Soyabean Mosaik Virus).
Virus ini menyerang pada awal pertumbuhan dan masa pertumbuhan bunga
dan polong. Gejala yang diakibatkan oleh kutu ini adalah tanaman menjadi
layu, pertumbuhannya terhambat. Pengendalian tanaman kedelai edamame
dari kutu ini adalah : Jangan menanam tanaman inang, buang bagian
tanaman yang terserang dan dibakar, gunakan musuh alami, dan semprot
dengan pestisida nabati.

3. Ulat polong (Ettiela zinchenella)


Ulat polong menimbulkan lubang kecil pada buah. Sewaktu buah masih
hijau, polong bagian luar berubah warna, di dalam polong terdapat ulat
gemuk hijau dan kotorannya. Pengendalian dengan cara tanam tepat waktu.

4. Ulat grayak
Ulat ini menimbulkan kerusakan pada daun, ulat hidup bergerombol,
memakan daun, dan berpencar mencari rumpun lain. Cara pengendalian
dari ulat ini adalah sanitasi dan penggunaan pesnab.

b. Penyakit
1. Penyakit layu bakteri (Pseudomonas sp.)
Penyakit layu bakteri menimbulkan gejala adalah tanaman layu mendadak
bila kelembaban terlalu tinggi dan jarak tanam rapat. Pengendalian dari
penyakit ini dengan pemberian Natural GLIO.

2. Penyakit layu (Jamur tanah : Sclerotium rolfsii)


Penyakit ini menyerang tanaman umur 2-3 minggu, saat udara lembab,
dan tanaman berjarak tanam pendek. Gejala yaang ditimbulkan adalah
daun sedikit demi sedikit layu, menguning. Penularan melalui tanah dan
irigasi. Pengendalian : tanam varietas tahan dan tebarkan Natural GLIO di
awal.

3. Anthracnose (Colletotrichum glycine)

18
Antharacnose menimbulkan gejala daun dan polong bintik-bintik kecil
berwarna hitam, daun yang paling rendah rontok, muda yang terserang
hama menjadi kosong dan isi polong tua menjadi kerdil. Pengendalian
dari penyakit ini adalah :
Perhatikan pola pergiliran tanam yang tepat.
Pencegahan di awal dengan Natural GLIO.

4. Penyakit karat (Cendawan Phakospora phachyrizi)


Penyakit Karat menimbulkan gejala yaitu daun tampak bercak dan bintik
coklat. Pengendalian dari penyakit ini adalah:
Menanam kedelai yang tahan terhadap penyakit. Semprotkan Natural
GLIO + gula pasir.

5. Busuk batang (Cendawan Phytium Sp.)


Busuk batang menimbulkan gejala batang menguning kecoklat-coklatan
dan basah, kemudian membusuk dan mati. Pengendaliannya dengan cara
memperbaiki drainase lahan; dan tebarkan Natural GLIO di awal.

3.4.5 Cara Panen


Pemungutan hasil kedelai dilakukan pada saat tidak hujan, agar hasilnya
segera dapat dijemur.

- Pemungutan dengan cara mencabut


Sebelum tanaman dicabut, keadaan tanah perlu diperhatikan terlebih dulu. Pada
tanah ringan dan berpasir, proses pencabutan akan lebih mudah. Cara pencabutan
yang benar ialah dengan memegang batang poko, tangan dalam posisi tepat di
bawah ranting dan cabang yang berbuah. Pencabutan harus dilakukan dengan hati-
hati sebab kedelai yang sudah tua mudah sekali rontok bila tersentuh tangan.

- Pemungutan dengan cara memotong


Alat yang biasanya digunakan untuk memotong adalah sabit yang cukup tajam,
sehingga tidak terlalu banyak menimbulkan goncangan. Di samping itu dengan alat
pemotong yang tajam, pekerjaan bisa dilakukan dengan cepat dan jumlah buah
yang rontok akibat goncangan bisa ditekan. Pemungutan dengan cara memotong
bisa meningkatkan kesuburan tanah, karena akar dengan bintil-bintilnya yang
menyimpan banyak senyawa nitrat tidak ikut tercabut, tapi tertinggal di dalam

19
tanah. Pada tanah yang keras, pemungutan dengan cara mencabut sukar dilakukan,
maka dengan memotong akan lebih cepat.

3.5 Metode Penanaman dan Pemeliharaan Jagung


3.5.1 Penanaman

Cangkul/koak tempat menugal benih sesuai dengan jarak tanam lalu beri pupuk
kandang atau kompos 1-2 genggam (+50-75 gr) tiap cangkulan/koakan, sehingga
takaran pupuk kandang yang diperlukan adalah 3,5-5 t/ha. Pemberian pupuk
kandang ini dilakukan 3-7 hari sebelum tanam. Bisa juga pupuk kandang itu
diberikan pada saat tanam sebagai penutup benih yang baru ditanam/ditugal Jarak
tanam yang dianjurkan ada 2 cara adalah: (a) 70 cm x 20 cm dengan 1 benih per
lubang tanam, atau (b) 75 cm x 40 cm dengan 2 benih per lubang tanam). Dengan
jarak tanam seperti ini populasi mencapai 66.000 - 71.000 tanaman/ha.

3.5.2 Cara Menanam


Sebelum bibit jagung diletakkan ditanah, terlebih dulu tanah diberi lubang-
lubang menggunakan kayu yang runcing. Kedalaman lubang-lubang tersebut
antara 2 - 3 cm, jarak tanam 70 x 40 cm dengan benih 2 biji per lubang untuk
jagung 2 tongkol dan 1 biji per lubang untuk jagung bertongkol satu.
Setelah lubang-lubang tanam dibuat, barulah benih-benih jagung
dimasukkan ke dalam lubang-lubang tersebut kemudian ditutup dengan tanah
setipis mungkin agar benih dapat mengeluarkan tunasnya. Jika terlalu padat,
maka yang terjadi adalah tunas tertekan di dalam tanah dan tidak dapat muncul ke
permukaan sehingga bibit jagung tidak bisa tumbuh. Benih yang bermutu akan
tumbuh serentak 4 hari setelah tanam di lahan yang normal, artinya lahan dengan
pengolahan yang tepat.
Dalam budidaya jagung tidak dianjurkan melakukan penyulaman tanaman
yang tidak tumbuh. Pertumbuhan tanaman sulaman biasanya tidak optimal,
karena adanya persaingan tumbuh antar tanaman, dan tongkol tidak dipenuhi oleh
biji akibat penyerbukan yang kurang sempurna.

3.5.3 Penyiangan

20
Penyiangan dilakukan dua kali selama masa pertumbuhan tanaman jagung.
Penyiangan pertama pada umur 14-20 hari sesudah tanam dengan cangkul atau
bajak sekaligus bersamaan dengan pembumbunan. Penyiangan kedua dilakukan
tergantung pada perkembangan gulma (rumput). Penyiangan kedua dapat
dilakukan dengan cara manual seperti pada penyiangan pertama.

3.5.3 Pengendalian Hama dan Penyakit


Penyakit yang banyak dijumpai pada tanaman jagung adalah penyakit bulai
dan jamur (Fusarium sp.). Pengendalian penyakit bulai dapat juga dilakukan
dengan cara membuang daun bagian bawah tongkol dengan ketentuan biji
tongkol sudah terisi sempurna dan biji sudah keras.

3.5.4 Pengairan (pada musim kemarau)


Pengairan diperlukan bila musim kemarau pada fase-fase (umur)
pertumbuhan: 15 hst, 30 hst, 45 hst, 60 hst, dan 75 hst. Pada fase atau umur
tersebut tanaman jagung sangat riskan dengan kekurangan air. Pengairan dengan
pompanisasi pada wilayah/daerah yang terdapat air tanah dangkal sangat efektif
untuk dikembangkan pada budidaya jagung seperti pada Gambar 3. Dengan
sistem pengairan pompanisasi (sumur dangkal) seperti ini menciptakan sistem
sirkulasi air pada lokasi budidaya.

a. Pembuatan parit-parit irigasi di sekitar lahan tanaman jagung dengan


tujuan agar air mudah masuk atau keluar dari lahan pertanian.
b. Pembuatan bendungan untuk menampung air jika musim kemarau tiba,
sehingga tanaman jagung terhindar dari kekeringan.

21
Pengairan yang baik sangat diperlukan tanaman, terutama pada saat-saat
penting, yaitu pada saat penanaman, saat pembungaan yaitu 40 - 55 HST (hari
setelah tanam), dan pengisian biji yaitu 60 - 80 HST. Lama pengairan cukup 1 - 2
jam dengan catatan air mengalir deras. Pengairan dilakukan cukup sekali dalam
seminggu, karena jika terlalu sering terkena air, tanaman jagung akan mudah
roboh ataupun membusuk.

3.5.5 Cara Panen


1. Panen dilakukan pada kadar air 17 - 18 %.
2. Sebelum dipanen dapat dilakukan pemangkasan batang bagian atas untuk
menurunkan kadar air tongkol disertai dengan pengupasan klobot sebagian
atau seluruhnya.
3. Cara panen jagung yang matang fisiologis adalah dengan memutar tongkol
berikut kelobotnya, atau dapat dilakukan dengan mematahkan tangkai buah
jagung. Pada lahan yang luas dan rata pemanenan sangat cocok bila
menggunakan alat mesin.

3.6 Tata letak (Layout)


1. Penanaman Jagung
a. Tanaman jagung yang ditananam sebanyak 2 baris di antara barisan kedelai
edamame;
b. Jarak tanam jagung 50 cm 40 cm;
c. Total jumlah tanaman jagung dalam satu petak lahan sebanyak 18 tanaman; dan
d. Satu lubang tanam jagung berisi 2 benih jagung.

2. Penanaman Kedelai Edamame


a. Kedelai ditanam sebanyak 3 baris dengan jarak tanam 25 cm 40 cm;
b. Total jumlah tanaman kedelai edamame dalam satu petak lahan sebanyak 36
tanaman;
c. Satu lubang tanam berisi 2 benih kedelai edamame;
d. Diantara baris tanaman kedelai edamame terdapat baris jagung sebanyak 2
baris; dan
e. Penanaman kedelai dapat secara bersamaan dengan tanaman jagung atau 7 hari
setelah penanaman jagung.

22
12,5cm
25 2
c 0

m 4
25 50
0
c c
m m
20
0c
m

300cm

Keterangan:
: Kedelai edamame
: Jagung

Gambar 1. Layout percobaan

3.7 Jadwal Kegiatan Percobaan

Tabel 1. Timeline kegiatan tumpang sari tanaman kacang kedelai edamame dan tanaman
jagung.
November Desember
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan bahan tanaman
2 Pengolahan lahan minimum
3 Pemberian bahan organik
4 Penyiangan gulma
5 Penanaman jagung
6 Penanaman edamame
7 Penyiraman
8 Pengendalian OPT
9 Jagung berbunga
10 Edamame berbunga
11 Panen jagung
12 Panen edamame

23
DAFTAR PUSTAKA

Badan Litbang Pertanian. 2015. Tumpangsari jagung dengan kedelai dalam sistem tanam
legowo. Diakses online di http://new.litbang.pertanian.go.id/info-teknologi/2287/
pada tanggal 10 Oktober 2017.
BPTP Aceh. 2015. Konsep pertanian organik. Diakses online di
http://nad.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/info-teknologi/753-konsep-pertanian-
organik pada tanggal 10 Oktober 2017.
Imroatul H, Siti. 2017. Budidaya tanaman monokultur dan tumpang sari (Laporan
Praktikum). Politeknik Negeri Jember. Jember.
Konovsky J et al. 2013. Edamame: The Vegetable Soybean. Washington State University.
Washington DC.
Muzaiyanah S. 2015. Tumpangsari tanaman kedelai dengan jagung. Diakses online di
http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/?p=4402 pada tanggal 10 Oktober 2017.
Permanasari I, Kastono D. 2012. Pertumbuhan tumpangsari jagung dan kedelai pada
perbedaan waktu tanam dan pemangkasan jagung. J Agroteknologi 3 (1): 13-20.
Thahir SM, Hadmadi. 1999. Tumpang gilir. Jakarta: Yasaguna.
Trubus. 2010. Kolaborasi jagung dan edamame. Diakses online di http://www.trubus-
online.co.id/kolaborasi-jagung-dan-edamame/ pada tanggal 10 Oktober 2017.

24

Anda mungkin juga menyukai