Disusun oleh:
Banon Keke Irnowo (8)
Rizky Mukhlisin (26)
Kelas 7D
Program Diploma IV Akuntansi Kurikulum Khusus
Tahun Pelajaran 2013/2014
A. LATAR BELAKANG
Setiap anggota masyarakat menginginkan kemakmuran material dan spiritual
dalam arti dapat terpenuhi keinginan atau kebutuhannya yang selalu berkembang, maka
bagi masyarakat sebagai keseluruhan menghendaki keamanan (termasuk kestabilan),
keadilan dan kemakmuran, disini pemerintah dalam kegiatannya ditujukan untuk
mencapai tujuan tersebut agar keinginan masyarakatnya terpenuhi. Dalam
pelaksanaannya digunakan barang-barang dan jasa dengan berbagai bentuk termasuk
berupa uang. Penggunaann uang untuk melaksanakan fungsi pemerintah inilah yang
dimaksudkan dengan pengeluaran pemerintah. Pengeluaran pemerintah dapat juga
diartikan sebagai penggunaan uang dan sumberdaya suatu negara untuk membiayai
suatau kegiatan negara atau pemerintah dalam rangka mewujudkan fungsinya dalam
melakukan kesejahteraan.
Pengeluaran pemerintah merupakan salah satu unsur permintaan agregat. Konsep
perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran menyatakan bahwa
Y = C + I + G + X-M.
Formula ini dikenal sebagai identitas pendapatan nasional, sekaligus
mencerminkan penawaran agregat. Sedangkan variable-variabel di ruas kanan disebut
permintaan agregat. Variable G menyatakan pengeluaran pemerintah (Government
expenditures), I investment, X-M adalah net ekspor. Dengan membandingkan nilai G
terhadap Y serta mengamatinya dari waktu ke waktu dapat diketahui seberapa besar
kontribusi pengeluaran pemerintah dalam pembentukan permintaan agregat atau
pendapatan nasional. Dengan ini, dapat dianalisis seberapa penting peranan pemerintah
dalam perekonomian nasional.
Pengeluaran pemerintah biasanya direncanakan jauh lebih dulu. Jadi pemerintah
membuat daftar anggaran yang akan dikeluarkan setiap tahunya, yang di Indonesia
dijabarkan dalam Anggaram Perencanaan Belanja Negara (APBN).
Pengeluaran pemerintah sendiri dibedakan menjadi dua, yaitu pengeluaran
negara/pusat dan pengeluaran daerah, yang masing-masing mempunyai struktur
pengeluaran tersendiri dan berbeda. Dalam makalah ini akan dibatasi penjabaran tentang
hanya pengeluaran pusat.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan kebijakan pengeluaran pemerintah?
2. Sebutkan macam-macam pengeluaran pemerintah pusat?
3. Apa pengaruh kebijakan pengeluaran terhadap perekonomian?
4. Kebijakan pengeluaran yang diterapkan pemerintah Indonesia?
5. Bagaimana kebijakan pengeluaran di negara lain?
C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pembahasan yang akan kami uraikan dalam makalah ini hanya
terbatas pada Kebijakan Pengeluaran Pemerintah Pusat dan pelaksanaannya.
BAB II
TEORI PENGELUARAN PEMERINTAH
Pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan pemerintah. Apabila
pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa,
pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah
untuk melaksanakan kebijakan tersebut.
Pengeluaran pemerintah dalam arti riil dapat dipakai sebagai indikator
besarnya kegiatan pemerintah yang dibiayai oleh pengeluaran pemerintah. Semakin
besar dan banyak kegiatan pemerintah semakin besar pula pengeluaran pemerintah
yang bersangkutan.
Dalam teori ekonomi makro, pengeluaran pemerintah terdiri dari tiga pos
utama yang dapat digolongkan sebagai berikut : (Boediono,1999)
a) Pengeluaran pemerintah untuk pembelian barang dan jasa.
b) Pengeluaran pemerintah untuk gaji pegawai.
Perubahan gaji pegawai mempunyai pengaruh terhadap proses makro ekonomi,
di mana perubahan gaji pegawai akan mempengaruhi tingkat permintaan secara
tidak langsung.
c) Pengeluaran pemerintah untuk transfer payment. Transfer payment bukan
pembelian barang atau jasa oleh pemerintah dipasar barang melainkan mencatat
pembayaran atau pemberian langsung kepada warganya yang meliputi misalnya
pembayaran subsidi atau bantuan langsung kepada berbagai golongan
masyarakat, pembayaran pensiun, pembayaran bunga untuk pinjaman
pemerintah kepada masyarakat. Secara ekonomis transfer payment mempunyai
status dan pengaruh yang sama dengan pos gaji pegawai meskipun secara
administrasi keduanya berbeda.
b. Sektor Distribusi
Pengeluaran negara secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap
sektor distribusi barang dan jasa. Misalnya, subsidi yang diberikan oleh masyarakat
menyebabkan masyarakat yang kurang mampu dapat menikmati barang/jasa yang
dibutuhkan, misalnya subsidi listrik, pupuk, BBM, dan lain-lain.
Pengeluaran pemerintah untuk biaya pendidikan SD-SLTA membuat
masyarakat kurang mampu dapat menikmati pendidikan yang lebih baik (paling tidak
sampai tingkat SLTA). Dengan pendidikan yang lebih baik, diharapkan masyarakat
tersebut dapat meningkatkan taraf hidupnya di masa yang akan datang. Apabila
pemerintah tidak mengeluarkan dana untuk keperluan tersebut, maka distribusi
pendapatan, barang, dan jasa akan berbeda. Hanya masyarakat mampu saja yang akan
menikmati tingkat kehidupan yang lebih baik, sementara masyarakat kurang mampu
tidak memperoleh kesempatan untuk meningkatkan taraf hidupnya.
TABEL 1
BELANJA PEMERINTAH PUSAT MENURUT FUNGSI 2008-2014
(TRILIUN RUPIAH)
N 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Fungsi
o LKPP LKPP LKPP LKPP LKPP APBN APBN
Pelayanan
1 534,6 417,8 471,6 508,9 647,7 720,1 794,8
Umum
2 Pertahanan 9,2 13,1 17,1 51,1 61,2 81,8 86,3
Ketertiban dan
3 7,0 7,8 13,8 21,7 29,1 36,5 38,0
Keamanan
4 Ekonomi 50,5 58,8 52,2 87,2 105,6 122,9 128,3
Lingkungan
5 5,3 10,7 6,5 8,6 8,8 12,4 12,2
Hidup
Perumahaan dan
6 12,4 14,6 20,1 22,9 26,4 30,7 31,5
Fasilitas Umum
7 Kesehatan 14,0 15,7 18,8 14,1 15,2 17,5 13,1
Pariwisata dan
8 1,3 1,4 1,4 3,6 2,5 2,5 2,0
Budaya
9 Agama 0,7 0,8 0,9 1,4 3,4 4,1 4,4
10 Pendidikan 55,3 84,9 90,8 97,9 105,2 118,5 131,3
Perlindungan
11 3,0 3,1 3,3 3,9 5,1 7,4 8,0
Sosial
xx Fungsi Tidak Ada 0,0 0,0 0,9 62,3 0,3 0,0 0,0
Total 693,3 628,7 697,4 883,6 1010,5 1154,4 1249,9
Sumber: Kementerian Keuangan RI
NO Organisasi % % % % % % %
LKPP thd LKPP thd LKPP thd LKPP thd LKPP thd APBNP thd APBN thd
Total Total Total Total Total Total Total
Kementeria
1 433,4 62,5 321,9 51,2 364,7 52,3 465,7 52,7 521,5 51,6 574,5 48,0 637,4 51,0
n/Lembaga
NonKemen
2 terian/Lem 260,0 37,5 306,9 48,8 332,7 47,7 418,0 47,3 489,1 48,4 622,3 52,0 612,1 49,0
baga
1010, 1249,
Total 693,4 100,0 628,8 100,0 697,4 100,0 883,7 100,0 100,0 1196,8 100,0 100,0
6 8
Sumber: Kementerian Keuangan RI
Malaysia
1. Pengeluaran Operasional
Tabel. 4 Pengeluaran Operasional Sumber: Malaysia Treasury (Data Diolah)
2. Pengeluaran Pembangunan
Tabel. 5 Pengeluaran Pembangunan Sumber: Malaysia Treasury
Pembangunan sector ekonomi menempati porsi tertinggi, hal ini sesuai dengan
rencana pem-bangunan di bidang ekonomi, yaitu ETP (Eco-nomic Transf-ormation
Prog-ramme) yang memfokuskan pembangunan pada 12 industri strategis (National
Key Economic Areas). Dengan ETP, Malaysia menargetkan tumbuhnya perekonomian
dan penciptaan lapangan kerja yang luas.
A. KESIMPULAN
Sebagai salah satu instrumen utama kebijakan fiskal, kebijakan dan alokasi
anggaran belanja negara, termasuk kebijakan anggaran belanja pemerintah pusat,
menempati posisi yang sangat strategis dalam mendukung akselerasi pembangunan
untuk mencapai dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Melalui kebijakan dan
alokasi anggaran belanja negara, pemerintah dapat secara langsung berperan aktif
dalam mencapai berbagai tujuan dan sasaran program pembangunan di segala bidang
kehidupan, termasuk dalam mempengaruhi alokasi sumber daya ekonomi
antarkegiatan, antarprogram, antarsektor dan antarfungsi pemerintahan, mendukung
stabilitas ekonomi, serta menunjang distribusi pendapatan yang lebih merata.
Dalam kurun waktu 20082014, belanja pemerintah pusat secara nominal
mengalami peningkatan, yaitu Rp693,4 triliun pada tahun 2008, menjadi Rp1.010,6
triliun pada tahun 2012, dan mencapai Rp1.249,9 triliun pada APBN tahun 2014.
B. SARAN
Pemerintah harus senantiasa berupaya untuk meningkatkan kualitas belanja
khususnya untuk memperbaiki efektivitas belanja pemerintah pusat. Hal tersebut perlu
dilakukan mengingat sebagian besar anggaran belanja pemerintah pusat merupakan
belanja yang bersifat wajib, seperti belanja pegawai, belanja barang operasional,
pembayaran bunga utang, dan subsidi. Akibat dari besarnya belanja wajib tersebut,
maka ruang gerak yang tersedia bagi Pemerintah untuk melakukan intervensi fiskal,
dalam bentuk stimulasi terhadap kegiatan ekonomi masyarakat, baik untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja produktif maupun
mengentaskan kemiskinan, menjadi relatif terbatas.
DAFTAR PUSTAKA
Case, Fair, Oster. Principles of Macroeconomics. Ninth Edition. New Jersey: Pearson
Education. 2002.
Fuad, Noor, dkk. Keuangan Publik Teori dan Aplikasi. Lembaga Pengkajian
Keuangan Publik dan Akuntansi Pemerintah. Badana Pendidikan dan Pelatihan Keuangan.
Departemen Keuangan RI. 2006
Sri Rahayu, Ani S.IP, M.AP. Pengantar Kebijakan Fiskal. Jakarta: Bumi Aksara. 2010
Madjid, Noor Cholis Kebijakan Fiskal dan Penyusunan APBN. Jakarta: Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Anggaran dan Perbendaharaan, BPPK, Kementerian
Keuangan. 2012.
Prasetya, Ferry S.E.MAppEc.Modul Ekonomi Publik Bagian V: Teori Pengeluaran
Pemerintah. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Brawijaya Malang. 2012
Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun
Anggaran 2014.
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Audited Tahun 2012 Republik Indonesia
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tanggal 5 April tentang
Keuangan Negara.
http://www.kemenkeu.go.id/
http://www.fiskal.kemenkeu.go.id/2010/
http://www.treasury.gov.my