Anda di halaman 1dari 6

ASPEK KLINIS DAN TATALAKSANA GAGAL NAFAS AKUT

PADA ANAK

Bakhtiar

Abstrak. Gagal nafas merupakan kondisi ketidakmampuan sistem respirasi untuk memasuk
oksigen yang cukup dan membuang karbodioksida, yang disebakan oleh kelainan sistem
pernafasan dan sistem lainnya, termasuk gangguan sistem saraf. Keadaan ini menyebabkan
terjadinya hipoksemia, hiperkapnia atau kombinasi keduanya. Berdasarkan tekanan parsial
karbondioksida arteri (PaCO2), gagal nafas dibagi menjadi 2 tipe, yaitu tipe I dan tipe II.
Baik pada tipe I maupun II, tekanan parsial oksigen arteri (PaO2) yang rendah. Sebaliknya,
PaCO2 yang normal atau rendah pada tipe I dan meningkat pada tipe II. Gagal napas
diawali oleh stadium kompensasi berupa peningkatan upaya nafas. Selanjutnya terjadi
dekompensasi yang ditandai dengan menurunnya upaya nafas. Diagnosis gagal nafas akut
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang, termasuk pulse
oksimetri dan analisa gas darah. Tatalaksana gagal nafas terdiri dari tatalaksana darurat dan
tindakan lanjutan. Dalam tatalaksana darurat dilakukan tidakan membuka jalan nafas dan
pemberian oksigen. Dalam tatalaksana lanjutan, dilakukan stabilisasi dan mencegah
perburukan, dengan melanjutkan pemberian oksigen dan tatalaksana ventilasi, stabilisasi
sirkulasi dan terapi penyakit primer. (JKS 2013; 3: 173-178)

Kata kunci : gagal nafas, hipoksemia, hiperkapnia, ventilasi.

Abstract. Respiratory failure is the inability of the respiratory system to supplay sufficient
oxygen and dispose carbon dioxide, which is caused by abnormalities of the respiratory
system and others, including disorders of the nervous system. This situation leads to
hypoxemia , hypercapnia , or a combination of both . Based on the arterial partial
pressure of carbon dioxide (PaCO2), respiratory failure were divided into 2 types: type I
and type II . Both the type I and II , the arterial partial pressure of oxygen (PaO2) is low .
In contrast, PaCO2 is normal or low in type I and incresed in type II. Respiratory failure is
started by a compensation stage characterized by increasing work of breathing.
Furthermore, it continued by decompensation stage characterized by decreasing work of
breathing. The diagnosis of acute respiratory failure is established based on history,
physical examination and supported examination, including pulse oximetry and blood gas
analysis. Management of respiratory failure consists of the management of the emergency
and follow-up. In emergency management, the primary action are airway opening and
oxigen delivery. Tthe continued treatment are made stabilization and prevent deterioration,
with continued oxygen administration and management of ventilation, circulation and
stabilization treatment of primary disease. (JKS 2013; 3: 173-178)

Keywords: respiratory failure, hypoxemia, hypercapnia, ventilation.

Pendahuluan merupakan penyebab henti napas paling


Gagal nafas merupakan fase lanjut dari sering pada anak.1,3 Ada empat kelainan
gangguan pernafasan yang menyebabkan utama pada gagal napas akut, yaitu
kegagalan paru untuk memenuhi hipoventilasi, gangguan difusi, pirau
kebutuhan oksigen dan mengeluarkan intrapulmonal dan ketidakpadanan
CO2.1,2 Gagal napas akut merupakan ventilasi-perfusi.1,3 Diagnosis gagal nafas
diagnosis primer hampir 50% pasien yang akut ditegakkan berdasaran anamnesis,
masuk ruang pelayanan intensif anak dan1 pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan
penunjang, termasuk pulse oksimetri dan
Bakhtiar adalah dosen Bagian Ilmu Kesehatan analisa gas darah. Pengenalan dini dan
Anak Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah tatalaksana yang tepat merupakan hal yang
Kuala, Banda Aceh

173
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 13 Nomor 3 Desember 2013

harus diperhatikan karena prognosinya sistem pernafasan. Pada umumnya, gagal


buruk bila telah mengalami henti jantung. nafas disebabkan oleh gangguan paru
Tatalaksana tersebut meliputi perbaikan primer, termasuk pneumonia, bronkiolitis,
ventilasi dan pemberian oksigen, terapi asma serangan akut, sumbatan benda asing,
terhadap penyakit primer penyebab gagal dan sindrom croup. Penyebab di luar paru
nafas, tatalaksana terhadap komplikasi dapat berupa gangguan ventilasi akaibat
yang terjadi.1,2,4 kelainan sistem saraf, misalnya Sindrom
Guillain Barre, Miastenia Gravis.1,3,4
Etiologi (Tabel 1).
Gagal nafas pada anak dapat disebabkan
oleh kelainan sistem pernafasan dan di luar

Tabel 1 Penyebab utama gagal napas pada anak


1. Kelainan Paru Primer:
- Pneumonia
- Bronkhiolitis
- Asma
- Fibrosis Kistik
2. Gangguan Mekanik Ventilasi:
- Penyakit Neuromuskuler (myophaties, Sindrom Guillain Barre)
- Efusi pleura luas
- Penyakit paru restriktif dengan keterlibatan otot-otot pernafasan.
3. Sumbatan Saluran Nafas:
- Trauma
- Infeksi
- Keracunan
- Genetik (congenital/hypoventilation syndrome)
- Tumor
4. Kegagalan untuk memenuhi kebutuhan Oksigen Jaringan
- Syok septik
Sumber : Nitu and Elgen 2009.

Klasifikasi Gagal Nafas PaO2 rendah, PaCO2 normal atau rendah


Pada gagal nafas akut terjadi terutama disebabkan abnormalitas
ketidakmampuan sistem pernafasan ventilasi/perfusi. Sebaliknya, pada tipe II,
mempertahankan pertukaran gas normal. yang umumnya disebabkan oleh
Keadaan ini menyebabkan terjadinya hipoventilasi alveolar, peningkatan ruang
hipoksemia, hiperkapnia atau kombinasi mati, maka akan terjadi peningkatan
keduanya. Berdasarkan tekanan parsial produksi CO2.1,4,5
karbondioksida arteri (PaCO2), gagal Gagal napas tipe I adalah kegagalan
nafas dibagi menjadi 2 tipe, yaitu tipe I oksigenasi dan terjadi pada tiga keadaan:5,6
dan tipe II. Pada kedua tipe tersebut 1. Ventilasi/perfusi yang tidak sepandan
ditemukan gambaran tekanan parsial atau V/Q mismatch, yang terjadi bila
oksigen arteri (PaO2) yang rendah. darah mengalir ke bagian paru yang
Sebaliknya, PaCO2 yang berbeda pada tidak mengalami ventilasi adekuat, atau
kedua tipe tersebut.1,2,5 bila area ventilasi paru mendapat
Terdapat mekanisme yang berbeda yang perfusi adekuat.
mendasari perubahan PaO2 dan PaCO2 2. Defek difusi, disebabkan penebalan
baik pada tipe I maupun II. Pada tipe I membran alveolar atau bertambahnya
dengan gangguan oksigenasi, didapatkan

174
Bakhtiar, Aspek Klinis dan Tatalaksana Gagal Nafas Akut

cairan interstisial pada pertemuan yang menunjukkan petanda retensi CO2


alveolus-kapilar. dapat mempunyai saturasi oksigen
3. Pirau intrapulmunol, yang terjadi bila mendekati normal.1,4,5,9
kelainan struktur paru menyebabkan Disfungsi paru menyebabkan gagal napas
aliran darah melewati paru tanpa bila pasien yang mempunyai penyakit paru
berpatisipasi dalam pertukaran gas. tidak dapat menunjang pertukaran gas
normal melalui peningkatan ventilasi.
Gagal nafas tipe II pada umumnya terjadi Anak yang mengalami gangguan padanan
karena hipoventilasi alveolar dan biasanya ventilasi atau pirau biasanya dapat
terjadi sekunder terhadap keadaan seperti mempertahankan PaCO2 normal pada saat
disfungsi susunan saraf pusat, sedasi penyakit paru memburuk hanya melalui
berlebihan, atau gangguan penambahan laju pernapasan saja. Retensi
neuromuskuler.1,5,6 CO2 terjadi pada penyakit paru hanya bila
pasien sudah tidak bisa lagi
Patofisiologi Gagal Nafas mempertahankan laju pernapasan yang
Mekanisme gagal napas menggambarkan diperlukan, biasanya karena kelelahan
ketidak mampuan tubuh untuk melakukan otot.3,9
oksigenasi dan/atau ventilasi dengan
adekuat yang ditandai oleh Gambaran Klinis
ketidakmampuan sistem respirasi untuk Gagal napas akut terjadi bila dengan
memasok oksigen yang cukup atau peningkatan upaya napas dan laju napas,
membuang karbon dioksida. Pada gagal tidak dapat mempertahankan oksigenasi
napas terjadi peningkatan tekanan parsial adekuat atau bila oksigenasi tetap buruk.
karbon dioksida arteri (PaCO2) lebih besar Dasar patofisiologi gagal napas
dari 50 mmHg, tekanan parsial oksigen menentukan gambaran klinisnya. Pasien
arteri (PaO2) kurang dari 60 mmHg, atau gagal napas yang masih mempunyai
kedua-duanya. Hiperkarbia dan hipoksia kemampuan bernapas normal akan tampak
mempunyai konsekuensi yang berbeda.2,3,6 sesak dan gelisah. Sebaliknya, pasien yang
Peningkatan PaCO2 tidak mempengaruhi telah menurun kemampuan pusat
metabolisme normal kecuali bila sudah pernapasannya akan tampak tenang atau
mencapai kadar ekstrim (>90 mm Hg). bahkan mengantuk. Peningkatan upaya dan
Diatas kadar tersebut, hiperkapnia dapat laju napas serta takakirdia akan berkurang
menyebabkan depresi susunan saraf pusat bila gagal napas memburuk, bahkan dapat
dan henti napas. 3,6,7 Untuk pasien dengan terjadi henti napas.1,5,9
kadar PaCO2 rendah, konsekuensi yang Gagal napas diawali oleh stadium
lebih berbahaya adalah gagal napas baik kompensasi. Pada keadaan ini ditemukan
akut maupun kronis. Hipoksemia akut, peningkatan upaya napas (work of
terutama bila disertai curah jantung yang breathing) yang ditandai dengan adanya
rendah, sering berhubungan dengan distress pernapasan (pemakaian otot
hipoksia jaringan dan risiko henti pernapasan tambahan, retraksi, takipnea
jantung.1,5,7 dan takikardia). Peningkatan upaya napas
Hipoventilasi ditandai oleh laju pernapasan terjadi dalam usaha mempertahankan
yang rendah dan napas yang dangkal. Bila aliran udara walaupun compliance paru
PaCO2 normal atau 40 mmHg, penurunan menurun. Sebaliknya, stadium
ventilasi sampai 50% akan meningkatkan dekompensasi muncul belakangan ditandai
PaCO2 sampai 80 mmHg. Dengan dengan menurunnya upaya napas.2,6,8
hipoventilasi, PaO2 akan turun kira-kira Pada anak, ancaman gagal napas karena
dengan jumlah yang sama dengan penyakit paru ditandai dengan napas cepat
peningkatan PaCO2.3,5 Kadang, pasien atau takipnea, pemakaian otot pernapasan

175
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 13 Nomor 3 Desember 2013

tambahan berlebihan dan retraksi pengangkutan oksigen ke jaringan, dan


epigastrik, interkosta, serta PaCO2 merupakan pengukur yang sensitive
1,7,9
supraklavikula. Ancaman gagal napas untuk ventilasi. Pada kebanyakan kasus,
yang disebabkan oleh disfungsi pusat gas kapilar mendekati nilai gas arteri. Bila
pengatur napas mungkin lebih sulit sampel darah kapilar atau arteri sulit
dikenali karena anak tersebut dapat tidak didapat, pH dan PCO2 sampel darah vena
menunjukkan tanda distres pernapasan, bermanfaat; bila berfusi baik, PCO2 vena
misalnya pada pasien overdosis narkotik 5-10 mmHg lebih tinggi dari pH sedikit
akan terjadi penurunan upaya napas dan lebih rendah dari nilai darah arteri.4,7,9
hipoventilasi. Laju pernapasan yang rendah Pada gagal nafas tanda utama adalah
atau napas yang dangkal dapat berdasarkan pemeriksaan laboratorium
2,7,10
mengidentifikasi pasien tersebut. berupa adanya hipoksemia (PaO2<50-60
mmHg, SaO2<90%; PaO2<60 mmHg
Diagnosis dengan FiO2 40% atau rasio
Gagal napas akut harus dipikirkan bila PaO2/FiO2<300) dan hiperkapnia
menghadapi anak yang mengalami (PaCO2>50 mmHg dengan asidosis pH
penurunan kesadaran yang disertai dengan <7,25; PaCO2>40 mmHg dengan distress
nafas yang lambat atau dangkal atau pernapasan berat atau PaCO2>55
adanya upaya nafas yang meningkat. mmHg).1,3,5,9
Diagnosis dibuat berdasarkan riwayat Pada gagal napas akut, kadar bikarbonat
penyakit, pemeriksaan fisik, dan serum sedikit meningkat dan pH darah
pemeriksaan penunjang termasuk pulse arteri menurun. Bila PaCO2 masih
oksimetri dan analisa gas darah meningkat atau naik perlahan, ginjal akan
(AGDA).1,5,7,9 menghemat konsentrasi bikarbonat serum
Gagal napas diketahui dengan adanya meningkat dan pH darah arteri akan
insufusiensi pulmonal, hiperkarbia dan mendekati normal. Kompensasi ginjal
dispnea. Tidak ada nilai analisis gas darah dimulai dalam satu hari setelah terjadi
(PaO2 atau PaCO2) mutlak yang memberi gagal napas.1,6,9 Status respirasi bergantung
definisi keadaan ini. Interpretasi analisis pada pemeriksaan gas darah arteri.1,6,9
gas darah dapat dibuat berdasarkan status Hasil analisis gas darah arteri tipikal pada
gas darah dasar. Penampilan dan pasien gagal napas terlihat pada Tabel 2.6
pemeriksaan klinis lebih bermakna untuk Gagal nafas terjadi setelah melalui suatu
menegakkan gagal napas akut.2,6,9 mekanisme kompensasi gangguan
Analisi gas darah arteri masih merupakan pernafasan. Kompensasi pertama ditandai
baku emas dan merupakan indikator dengan adanya gambaran berupa distres
definitif dari pertukaran gas untuk menilai pernafasan. Jika distres pernafasan gagal
gagal napas. Gas darah arteri memberikan dikompenssasi, maka selanjuttnya akan
informasi status asam-basa (dengan ukuran terjadi gagal nafas. Tatalaksana yang tidak
pH dan menghitung bikarbonat) sama adekuat terhadap gagal nafas, akan
seperti kadar PaO2 dan PaCO2. PaO2 menyebabkan terjadinya henti nafas.1,6,9
merupakan faktor yang menentukan dalam

Table 2 Nilai penentu pada pemeriksaan gas darah arteri pasien gagal napas
Status pasien pH PCO2 (mm Hg) PO2 (mm Hg) HCO3 (mEq/L)
Normal 7.40 40 100 24
ARF 7.24 60 50 24
CRF 7.35 60 50 34
A/CRF 7.28 70 50 34
Keterangan: ARF : acute respiratory failure = gagal napas akut; CRF : chronic respiratory failure = gagal
napas khronis; A/CRF : acute on chronic respiratory failure = gagal napas akut pada pasien gagal napas khronis
Sumber: Pope dan McBride, 2004

176
Bakhtiar, Aspek Klinis dan Tatalaksana Gagal Nafas Akut

Tatalaksana Gagal Nafas


Tujuan terapi gagal napas adalah Pemberian Oksigen: Dalam tatalaksana
memaksimalkan pengangkutan oksigen lanjutan, oksigen harus tetap diberikan
dan membuang CO2. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan saturasi oksigen
dengan meningkatkan kandungan oksigen arteri diatas 95%. Walaupun pemberian O2
arteri dan menyokong curah jantung serta mempunyai risiko menurunkan upaya
ventilasi. Karena itu, dalam tatalaksana bernapas pada beberapa pasien yang
terhadap gagal nafas, yang perlu segera mengalami hipoventilasi kronis, keadaan
dilakukan adalah: perbaikan ventilasi dan ini bukan kontraindikasi untuk terapi O2
pemberian oksigen, terapi terhadap bila pasien diobservasi ketat. Bila ventilasi
penyakit primer penyebab gagal nafas, tidak adekuat, maka harus segera diberikan
tatalaksana terhadap komplikasi yang bantuan ventilasi dengan balon ke masker
terjadi, dan terapi supportif.1,5,10 dan O2.3,4,6,8,9
Hipoksemia diatasi dengan pemberian O2
Tatalaksana Darurat hangat dan lembab melalui kanul nasal,
Prinsip tatalaksana darurat gagal nafas masker sederhana, masker dengan
adalah mempertahankan jalan nafas tetap penyimpanan (reservoir) oksigen, kotak
terbuka, baik dengan pengaturan posisi penutup kepala (oxyhood), dan alat bantu
kepala anak (sniffing position), napas orofaring atau nasofaring..1,4,8,10
pembersihan lendir atau kotoran dari jalan Bantuan Pernafasan (Ventilasi): Bantuan
nafas atau pemasangan pipa endotracheal pernafasan dapat dilakukan untuk
tube, penggunaan alat penyangga memperbaiki oksigenasi. Bantuan
oropharingeal airway (gueded), pernafasan tersebut meliputi Continius
penyangga nasopharingeal airway, pipa Positive Airway Pressure (CPAP) dan
endotrakhea, trakheostomi. Jika saluran Bilevel Positive Airway Pressure (BiPAP).
benar-benar terjamin terbuka, maka CPAP akan membuka alveoli yang kolaps
selanjutnya dilakukan pemberian oksigen dan mengalirkan cairan edema paru,
untuk meniadakan hipoksemia.5,7,9 sehingga mengurangi ketidakpadanan
Bila pasien tidak sadar, buka jalan napas ventilasi-perfusi, mengurangi gradien
(manuver tengadah kepala, angkat dagu, oksigen arteri-alveolus dan memperbaiki
mengedepankan rahang) dan letakkan PaO2.1,3,5,8 Ventilasi tekanan positif non
dalam posisi pemulihan. Isap lendir (10 invasif, Bilevel Positive Airway Pressure
detik), ventilasi tekanan positif dengan O2 (BiPAP) memberikan bantuan ventilasi
100%. Lakukan intubasi endotrakea dan tekanan positif dan tekanan saluran napas
pijat jantung luar bila diperlukan.1,7,9 positif kontinyu melalui masker nasal,
bantalan nasal, atau masker muka. Bantuan
Tatalaksana Lanjutan ventilasi ini tidak memerlukan intubasi
Dalam tatalaksana lanjutan, yang perlu trakhea.1,3,5,9
dilakukan adalah stabilisasi dan mencegah Pemasangan Pipa Endotrakheal. Intubasi
perburukan. Penderita-penderita dengan endotrakhea dapat dilakukan pada
gagal nafas banyak mengeluarkan lendir beberapa pasien tertentu. Indikasi
sehingga memperberat beban pernafasan. melakukan intubasi endotrakhea adalah
Oleh karena itu, perawatan jalan nafas keadaan berikut ini:1,5,9
sangat memegang peran penting. 1. Gagal kardiopulmonal/henti
Pemberian oksigenasi diteruskan. Kontrol kardiopulmonal
saluran napas, tatalaksana ventilasi, 2. Distres pernapasan berat/kelelahan otot
stabilisasi sirkulasi dan terapi farmakologis pernapasan
(antibiotik, bronkodilator, nutrisi, 3. Refleks batuk/gag reflkes hilang
fisioterapi).1,6,8,9

177
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 13 Nomor 3 Desember 2013

4. Memerlukan bantuan napas lama


karena apnea atau hipoventilasi Daftar Pustaka
5. Transpor antar rumah sakit untuk 1. Nitu ME, Elger H. Respiratory failure. Ped
pasien yang berpotensi gagal napas Rev 2009;30:470-4.
2. Frankel LR. Respiratory distress and
Pengobatan Terhadap Penyebab Gagal failure. Dalam : Kliegman RM, Behrman
Nafas: Penyebab gagal nafas sangat RE, Jenson HB, Stanton BF, penyunting.
Nelson textbook of pediatrics, edisi ke-18.
banyak dan sering merupakan stadium Philadelphia : Saunders; 2007. h. 421-31
akhir dari suatu penyakit. Penyebab 3. Ralston M, Hazinski MF, Zaritsky AL,
tersering adalah penyakit paru-paru, Schexnayder SM, Kleinman ME. PALS
terutama bronkhopneumonia dan Pedriatic advance life support. American
bronkhiolitis, kemudian gangguan Academy of Pediatrics, American Heart
neurologis, penyakit jantung dan Association, 2006.
neuromuskuler. Dalam tatalaksana gagal 4. Stenklyft PH, Cataletto ME, Lee BS. The
nafas, maka terapi terhadap penyebab pediatric airway in health and disease.
(penyakit primer) harus dilakukan, Dalam : Gausch-Hill M, Fuch S,
misalnya: pemberian antibiotika, Yamamoto L, penyunting. APLS The
1,5,8,10 pediatric emergency medicine resource,
bronkhodilator dan mukolitik.
edisi ke-4. Boston : Jones and Barlett
Publishers; 2004. h. 52-105
Penutup 5. Somasetia DH. Tatalaksana Gagal Nafas
Gagal nafas merupakan kondisi Akut pada Anak. Dalam: Garna H,
ketidakmampuan sistem respirasi untuk Penatalaksanaan Terkini dalam Bidang
memasuk oksigen yang cukup dan Perinatologi, Hematologi-onkologi, dan
membuang karbodioksida, yang disebakan Pediatrik Gawat Darurat. Bandung: Bagian
oleh kelainan sistem pernafasan dan Ilmu Kesehatan Anak, 2008; 52-65
sistem lainnya, termasuk gangguan sistem 6. Pope J, McBride J. Respirotory failure in
saraf. Gagal nafas dibagi dua tipe (tipe I children. Pedriatr Rev. 2004; 25 (5) : 160-6
dan II), berdasarkan PaCO2. Gejala dan 7. Latief A. Gagal Nafas Akut pada Anak.
Dalam: Yunanto A, Hartoyo E, Andayani P,
tanda klinis gagal napas disebabkan oleh
editor. Perinatologi & Pediatri Gawat
PaO2 yang rendah, PaCO2 yang tinggi, Darurat. Banjarmasin: Bagian Ilmu
dan perubahan pH yang mempengaruhi Kesehatan Anak; 2005. H. 117-133
paru, jantung, ginjal, otak. Diagnosis 8. Carpenter TC, Dobyns EL, Lane J, Mourani
berdasarkan riwayat penyakit, P, Robinson A, Ferguson M, dkk. Acute
pemeriksaan fisis dan penunjang, respiratory failure. Dalam: Hay WW,
termasuk pulse oksimetry dan analisa gas Hayward AR, Levin MJ, Sondheimer JM,
darah arteri. Tatalaksana gagal nafas pnyunting. Current pediatric diagnosis &
terdiri dari tatalaksana darurat dan treatment, edisi ke 16. Boston : McGraw-
tindakan lanjutan. Dalam tatalaksana Hill ; 2003. H. 362-7
darurat dilakukan tidakan membuka jalan 9. Aehlert B. comprehensive pedriatric
nafas dan pemberian oksigen. Selanjutnya, emergency care. St Louis : Elsevier; 2007
10. Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris
dalam tatalaksana lanjutan, dilakukan
NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED.
stabilisasi dan mencegah perburukan, Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter
dengan melanjutkan pemberian oksigen Anak Indonesia. Jilid 1. Jakarta: Ikatan
dan tatalaksana ventilasi, stabilisasi Dokter Anak Indonesia 2010. hlm 84-8.
sirkulasi dan terapi penyakit primer.1,3,5,10

178

Anda mungkin juga menyukai