Oleh:
Mar'atus Sholihah (A1D115030)
Deyana Gita Ramadhanti (A1D115034)
Listyaningrum K (A1D115039)
Novi Hervianti Putri (A1D115047)
Rindira Mauliana Ratri (A1L113053)
A. Latar Belakang
ilmu pengetahuan dan menyingkap berbagai fenomena alam yang berkaitan dengan
itu, juga mempunyai tujuan yang sangat praktis yaitu untuk mengembangkan metode
0
pengendalian penyakit tumbuhan yang pada akhirnya akan berdampak pada
tanaman. Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan berbagai cara yang pada
kehilangan hasil dari satu atau beberapa tanaman saja dari sekian populasi tanaman di
dilakukan pada populasi tanaman pada suatu areal, walaupun pada kasus tertentu
pengendalian dapat juga dilakukan hanya pada satu atau beberapa individu tanaman
(terutama pohon, tanaman hias, dan kadang-kadang tanaman yang terinfeksi virus)
(Semangun, 1994).
Penyakit yang sangat serius pada tanaman tertentu biasanya dimulai dari adanya
bagian kecil dari tanaman yang terinfeksi dan menjadi sakit, kemudian menyebar
dengan cepat, dan sukar untuk disembuhkan setelah penyakit mulai berkembang.
Untuk itu, hampir semua metode pengendalian ditujukan untuk melindungi tanaman
agar tidak menjadi sakit dari pada menyembuhkannya setelah mereka menjadi sakit.
Hanya sedikit penyakit infeksi pada tanaman yang dapat di kendalikan dengan baik di
1
lapang dengan cara terapi. Banyak sekali cara-cara pengendalian yang dapat
inang atau dari area geografis tertentu. Kebanyakan metode pengendalian melalui
suatu patogen, membuat kondisi lingkungan tidak sesuai untuk patogen atau
jumlah patogen dalam tanaman, lahan, atau area. Studi epidemiologis, yang mengkaji
perkembangan penyakit dalam suatu area selama waktu tertentu, dapat juga menolong
inokulum awal. Pada patogen polisiklik, inokulum awal dapat berlipat setiap saat
selama musim pertumbuhan. Untuk itu, pengurangan inokulum awal biasanya harus
digabungkan dengan tipe lain cara pengendalian (seperti cara perlindungan kimia atau
sebagai contoh, peniadaan patogen dari suatu area, sangat berguna baik untuk patogen
monosiklik maupun polisiklik (Brown, 1980). Oleh karena itu pengelolaan patogen
penyakit
3. Mahasiswa dapat mengetahui contoh pengelolaan patogen dalam suatu kasus atau
masalah di lapangan.
C. Rumusan Masalah
II. PEMBAHASAN
Istilah epidemi berasal dari Gerika Yunani, dimana epi artinya yang mengenai
atau merusak dan demos artinya masyarakat atau orang banyak. Epidemiologi dapat
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang epidemi dan faktor-faktor yang
membahas tentang sifat dan perkembangan suatu patogen , interaksi antara patogen
suatu ilmu yang dapat dijadikan dasar dalam pengendalian penyakit tanaman. Dengan
3
mempelajari epidemiologi orang dapat menentukan langkah langkah apa saja yang
(Brown, 1980).
Epidemiologi terdiri dari suatu konsep yang kompleks, definisi dan prosedur
pada suatu populasi. Nelson mendefinisikan bahwa epidemologi sebagai ilmu yang
populasi baik dari aspek numerik, pertumbuhan dan pengaturan populasi patogen dan
tumbuhan. Yang paling penting dalam hal ini adalah epidemiologi lebih menitik
Populasi yang terpenting dalam hal ini adalah tanaman disatu sisi dan patogen
perhatian terhadap interaksi antara inang dan patogen yang kemudian dapat
bergantung dengan lingkungannya. Jadi dalam hal ini epidemiologi juga berhubungan
dengan pengaruh faktor lingkungan biotik dan abiotik. Manusia juga berperan penting
4
Pemahaman Epidemiologi paling tidak mempunyai dua tujuan yaitu aturan
scientifik atau intelektual dan aturan praktisi. Sebagai ilmu pengetahuan epidemiologi
pertama pemahaman dari tingkah laku penyakit dalam waktu dan ruang sedangkan
terapi tanaman sakit. Determinasi yang mana yang akan digunakan untuk penyakit
kombinasi dapat digunakan untuk pengelolaan yang berkelanjutan dari suatu penyakit
atau yang lebih penting untuk kekuatan dan management ekonomi dari beberapa
(Singh, 1978).
Dipahami bahwa penyakit tanaman adalah bagian dari alam yang tidak
untuk tujuan agar supaya tidak terjadi epidemi yang dapat merugikan. Management
penyakit kita perlukan untuk mengetahui berapa banyak kerugian dan seberapa
5
Sebelum mempelajari lebih jauh epidemiologi seseorang haruslah terlebih dulu
faktor lingkungan biotik dan abiotik. Penyakit tanaman terjadi diawali dengan
terjadinya kontak antara tanaman yang rentan dan patogen pada waktu yang tepat,
berulang kali serta dalam waktu yang lama sehingga terjadi epidemi penyakit
(Wakhidin, 1994).
Jika semua kriteria tidak dipenuhi, seperti inang yang rentan dan patogen yang
virulen ada, tetapi lingkungannya tidak kondusif bagi patogen menginfeksi dan
inang (host) rentan dan lingkungan cocok bagi perkembangan patogen , tetapi tidak
ada sumber inokulum atau patogen maka tidak ada penyakit (Gambar 1.1).
6
Faktor yang sangat mempengaruhi patogen dalam terjadinya epidemi antara
lain: jumlah inokulum, virulensi patogen, tipe reproduksi patogen, cara penyebaran
epidemi penyakit. Hal ini karena spora dapat diterbangkan oleh angin dan dapat
mencapai jarak yang jauh. Sementara patogen yang menghasilkan inokulum dalam
keberadaan vektor. Penyebaran patogen dapat melalui angin, serangga, air, binatang
yang meluas demikian juga patogen yang disebarkan oleh serangga vektor.
manusia pada timbulnya penyakit di bidang pertanian dan, mungkin ke tingkat yang
lebih rendah, dalam sistem masukan rendah seperti kehutanan dan rentang
genetika tanaman inang melalui pembiakan dan rekayasa genetika, penanaman yang
luas tanaman yang homogen secara genetik populasi, dan berbagai manipulasi
lingkungan seperti irigasi, rumah kaca dan hidroponik. Faktor-faktor ini dapat sangat
7
2.3. Startegi dan Taktik Pengendalian
Pengendalian penyakit tumbuhan didasarkan pada strategi dan taktik, dan pada
setiap taktik yang digunakan dirinci lebih. Pembagian ini dirasakan masih belum
benar-benar sesuai dengan kebutuhan, karena taktik yang digunakan pada setiap
strategi kadang hampir mirip satu sama lain. Dengan demikian masih diperlukan
Ada tiga strategi yang dapat dilakukan untuk pengendalian penyakit tumbuhan
yaitu : (1) strategi untuk mengurangi inokulum awal, (2) strategi untuk mengurangi
laju infeksi, dan (3) strategi untuk mengurangi lamanya epidemi (Kartasapoetra,
1986).
Taktik-taktik yang dapat digunakan untuk mengurangi inokulum awal patogen adalah
sebagai berikut:
lingkungan tersebut
membuat tidak aktif sumber inokulum awal ( dengan cara sanitasi, membuang
sebagai berikut:
1994)
1. EKSLUSI
menetap di suatu wilayah atau lahan yang sebelumnya di tempat itu belum ada.
Tujuannya agar penyebaran patogen tidak terjadi di suatu negara, wilayah atau areal
pertanaman. Yang termasuk dalam ekslusi ini adalah perlakuan benih, inspeksi dan
9
Modifikasi praktek penanaman agar pertanaman terhindar dari serangan
patogen antara lain dengan cara mengatur jarak tanam, pemupukan, pola tanam, dan
sebagainya, agar penyakit tidak berkembang dengan pesat. Jarak tanam yang rapat di
lahan yang subur pada tanaman jagung akan membantu perkembangan penyakit
gosong (disebabkan oleh jamur Ustilago maydis), demikian juga pada tanaman padi
akan meningkatkan kerentanannya pada penyakit hawar puth daun dan busuk batang
yang disebabkan oleh Rhizoctonia solani. Tanaman kacang tanah yang kekurangan
Drechslera oryzae dan blas yang disebabkan oleh Pyricularia oryzae. Tanaman padi
yang cukup memperoleh pemupukan fosfor (P) dan kalium (K) akan meningkat
Xanthomonas campestris pv. oryzae, sedangkan bibit padi yang dipindah pada umur
yang lebih muda dan dipotong ujung daunnya pada saat dipindah akan meningkatkan
terjadinya penyakit tersebut. Pengendalian penyakit kerdil rumput pada padi yang
disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui vektor wereng cokelat dianjurkan antara
tanaman yang sakit beserta turiang-turiangnya penyakit bulai yang disebabkan oleh
jamur Peronospora maydis dengan dosis 0,7 g bahan aktif per kg benih (Semangun,
1994).
10
b. Inspeksi Dan Sertifikasi
Untuk tujuan pemberian sertifikat bebas penyakit pada benih, maka areal
penanaman induk benih harus diinspeksi secara periodik untuk memantau adanya
penyakit tular biji, dan dilanjutkan pemberian sertifikat pada benih bebas penyakit
agar dapat dicegah penyebaran patogen tular benih dari satu daerah ke daerah lain.
Sertifikasi benih bebas penyakit di Indonesia hanya berlaku untuk benih impor dan
benih yang akan diekspor sedangkan benih yang akan digunakan untuk keperluan
sendiri belum umum dilakukan. Sertifikasi bibit tanaman bebas penyakit hasil
c. Karantina
16 tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan. Karantina tumbuhan
(selanjutnya disebut sebagai karantina saja) adalah usaha dan tindakan pemerintah
tanaman karantina) dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di wilayah negara
untuk mencegah masuk dan tersebarnya OPTK dari luar negeri ke dalam wilayah RI,
dengan pengaturan lalu lintas pembawa potensial bagi penyebaran OPTK yang
11
berupa tumbuhan, hasil tumbuhan, dan bahan lainnya yang berasal dari tumbuhan.
Karantina luar negeri ada di pelabuhan udara dan pelabuhan laut internasional, seperti
Surabaya, Jakarta dan Medan serta beberapa kota lainnya. Setiap media pembawa
OPTK yang dimasukkan ke wilayah negara RI atau mau di ekspor ke luar negeri
pemerintah untuk mencegah menyebarnya OPTK dari suatu area ke area lain dalam
Tujuan dari pemberian sertifikat bebas penyakit pada benih, maka areal
penanaman induk benih harus diinspeksi secara periodik untuk memantau adanya
penyakit tular biji, dan dilanjutkan pemberian sertifikat pada benih bebas penyakit
agar dapat dicegah penyebaran patogen tular benih dari satu daerah ke daerah lain.
Sertifikasi benih bebas penyakit di Indonesia hanya berlaku untuk benih impor dan
benih yang akan diekspor sedangkan benih yang akan digunakan untuk keperluan
sendiri belum umum dilakukan. Sertifikasi bibit tanaman bebas penyakit hasil
2. ERADIKASI
12
Eradikasi bertujuan untuk mengurangi, membersihkan dan memusnahkan
inokulum yang telah ada pada lahan atau tanaman yang menjadi sumber inokulum
atau membuat inokulum menjadi tidak aktif. Yang termasuk dalam cara-cara eradikasi
sakit, perlakuan panas dan perlakuan kimia pada tanaman sakit, serta perlakuan tanah
(Semangun, 1994).
a. Pengendalian Hayati
untuk meningkatkan aktivitas mikroba tanah seperti pemberian bahan organik yang
bertujuan agar mikroba antagonis menjadi tinggi aktivitasnya. Yang dimaksud dengan
(c) antibiosis, pengaruh langsung dari substansi antibiotik yang dikeluarkan oleh
(d) pengaruh tidak langsung dari substansi yang menguap seperti etilen yang
b. Rotasi Tanaman
13
Bilamana tanaman yang sama ditanam terus menerus pada lahan yang sama
untuk beberapa musim tanam maka patogen tular tanah akan meningkat populasinya
dan akan menyebabkan penyakit yang serius pada pertanaman tersebut. Lahan
tersebut akan menjadi tempat yang terinfestasi berat oleh patogen karena ketersediaan
tanaman inang yang terus menerus. Apabila pada lahan ini kemudian ditanam dengan
tanaman yang sangat tahan atau tanaman yang imun terhadap patogen tersebut maka
secara tajam. Demikian pula, apabila kemudian pada lahan ini ditanami tanaman
bukan inang patogen, maka populasi patogen juga akan menurun. Beberapa tanaman
negatif terhadap perkembangan populasi patogen tular tanah, disisi lain beberapa
mengendalikan penyakit tular tanah dan penyakit akar. Metode ini hanya efektif
untuk patogen yang tidak dapat bertahan lama dalam tanah, misalnya untuk patogen
Fusarium dari spesies tertentu. Rotasi tanaman tidak efektif bila dilakukan untuk
mempunyai kemampuan saprofitik yang tinggi dan dapat bertahan dalam tanah
Salah satu cara pengendalian penyakit lanas pada tembakau yang disebabkan
patogen ini tidak dapat bertahan terlalu lama di dalam tanah. Di daerah Surakarta dan
14
Yogyakarta, sebidang tanah hanya diijinkan ditanami tembakau satu kali dalam dua
tahun. Diantara dua musim tanam tembakau, di sebidang tanah tersebut umumnya
ditanami padi untuk tiga kali musim tanam yang cukup mematikan Phytophthora
Adanya tanaman sakit merupakan sumber inokulum bagi tanaman lain atau
tanaman berikutnya ditempat itu. Roguing (pemangkasan bagian tanaman yang sakit),
pencabutan tanaman sakit, pemusnahan inang antara dan inang perantara, dan sanitasi
Patogen yang ada pada tanaman atau ada dalam organ tertentu dari tanaman
dapat diinaktifkan atau dibunuh dengan perlakuan panas dan perlakuan kimia.
Dengan adanya perlakuan panas dan perlakuan kimia, struktur istirahat patogen yang
ada pada tanaman serta pertumbuhan miselium jamur, perkembangan tubuh buah dan
spora yang keluar dari batang tanaman dikurangi atau bahkan mati. Metode ini telah
kimia yang diaplikasikan pada tanaman adalah dari jenis eradikan yang tujuan
utamanya adalah untuk membunuh patogen yang telah ada pada tanaman. Sebagai
(Calixin RM) untuk mematikan jamur upas (Upasia salmonicolor) pada tanaman apel
Tujuan dari perlakuan tanah ini adalah untuk membuat patogen menjadi inaktif
atau patogen menjadi mati. Yang termasuk dalam aktivitas perlakuan tanah adalah
penggunaan bahan kimia (fumigan tanah, fungisida tertentu, biosida dsb), dengan
energi panas (mulsa plastik, pembakaran sisa tanaman sakit, penjemuran tanah), dan
penggenangan (untuk membuat kondisi anaerob agar patogen tertentu menjadi mati),
(dust) dan nematisidal fumigan biasanya dilakukan pada saat tanam atau
selektif dan hanya mematikan jamur tertentu saja. Sehingga, dengan penggunaan
dapat mematikan berbagai macam mikroba tanah. Infestasi kembali oleh patogen
tersebut pada tanah yang diperlakukan dengan fumigan biasanya dapat segera dan
harus terkena bahan kimia. Untuk itu, perlakuan yang merata diseluruh lahan dengan
kimia yang diperlukan untuk perlakuan tanah menjadi banyak dan biayanya menjadi
mahal. Maka, perlakuan tanah dengan bahan kimia hanya praktis untuk pembibitan,
16
lahan sempit, dan untuk tanaman bernilai tinggi agar biaya tersebut seimbang dengan
komoditas sayuran dataran tinggi seperti kubis-kubisan, kentang, seledri, tomat, cabe,
bawang putih, bawang merah, serta komoditas bunga potong yang mahal harganya
cassiicola (PGDC), yang merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman karet
tidak saja di Indonesia tetapi juga diseluruh pertanaman karet di dunia. Berdasarkan
bioekologi patogen, inang dan interaksi keduanya dengan lingkungan biotik maupun
menghindari introduksi inokulum dari kebun karet lainnya karena diketahui patogen
tersebut mempunyai banyak ras yang berbeda pada lokasi kebun karet yang berbeda,
penekanan laju produksi inokulum selama epidemik dengan jalan memusnakan atau
senyawa kimia yang ramah lingkungan, penggunaan kultivar yang tahan atau moderat
tahan secara vertikal, untuk kebun yang tidak terlalu dianjurkan menggunakan system
multiline atau menggunakan tanaman yang memiliki ketahanan horizontal (Cook and
Baker, 1983).
17
Contoh lain pengelolaan penyakit bulai pada jagung yang disebakan oleh
memusnakan tanaman. Patogen ini bersifat obligat, termasuk patogen polisiklik yang
dipencarkan oleh angin dan juga melalui biji. Memerlukan kelembaban yang tinggi,
menekan jumlah inokulum awal, laju infeksi dan waktu. Pengubahan atau mengatur
waktu tanam agar tanaman terhindar dari infeksi, menanam varietas genjah, sanitasi
18
III.PENUTUP
A. Kesimpulan
perkembangan suatu patogen, interaksi antara patogen dan inang serta faktor
apa saja yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya kerugian akibat
serangan pathogen
3. Ada tiga strategi yang dapat dilakukan untuk pengendalian penyakit tumbuhan
yaitu strategi untuk mengurangi inokulum awal, strategi untuk mengurangi laju
dikurangi
inokulum yang telah ada pada lahan atau tanaman yang menjadi sumber
B. Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
Agrios, G.N. 1997. Plant Pathology. Forth Edition. Academic Press. New York.
Cook, R.J. and K.F. Baker. 1983. The Nature and Practice of Biological Control of
Plant Pathogens. The American Phytopathological Society, St. Paul,
Minnesota.
Nene, Y.L. and P.N. Thapliyal. 1979. Fungicides in Plant Disease Control. Second
Edition. Oxford & IBH Publishing Co. New Delhi.
20