DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
ABSTRAK
ASTRI NUR ANDINI. Anatomi jaringan daun dan pertumbuhan tanaman Celosia cristata,
Catharanthus roseus, dan Gomphrena globosa pada lingkungan udara tercemar. Dibimbing oleh
SULISTIJORINI dan DORLY.
Lingkungan yang udaranya tercemar ditandai dengan adanya gas berupa CO, NO x, SOx,
O3, HC, Pb, dan partikel berupa debu (TSP). Untuk mengetahui seberapa jauh pencemaran itu
maka digunakan tanaman Celosia cristata, Catharanthus roseus, dan Gomphrena globosa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui anatomi jaringan daun dan pertumbuhan tanaman
Celosia cristata, Catharanthus roseus, dan Gomphrena globosa pada lingkungan udara tercemar.
Tanaman-tanaman tersebut ditempatkan di unit kebun Babakan blok E University Farm, Babakan
Sawah Baru Dramaga Bogor yang dekat dengan jalan raya dan rumah plastik Departemen
Biologi, FMIPA IPB yang jauh dari jalan raya. Pengamatan pertambahan tinggi relatif dan jumlah
daun relatif diukur setiap 5 hari, luas daun relatif setiap 10 hari, dan bobot tanaman ditimbang
setelah 3 bulan pengamatan. Pengamatan anatomi meliputi sayatan paradermal dengan metode
whole mount dan sayatan transversal dengan metode parafin. Parameter anatomi meliputi indeks
dan kerapatan stomata, trikoma kelenjar dan non-kelenjar, tebal kutikula, tebal daun, tebal
epidermis, tebal palisade, dan tebal bunga karang. Setiap parameter yang diamati memiliki nilai
terbesar di lokasi dekat dengan jalan raya dibandingkan di rumah plastik yang jauh dari jalan raya.
Pada Celosia cristata terjadi modifikasi anatomi berupa peningkatan indeks dan kerapatan stomata
(adaksial dan abaksial) diikuti dengan pertambahan luas daun. Catharanthus roseus memiliki
modifikasi anatomi berupa peningkatan tebal daun diikuti dengan peningkatan bobot basah dan
bobot kering akar. Pengaruh pencemaran udara menyebabkan jenis Gomphrena globosa memiliki
modifikasi anatomi berupa peningkatan indeks dan kerapatan stomata, trikoma kelenjar sisi
adaksial tanpa diikuti perbedaan pertumbuhan relatif tanaman.
Kata kunci : Lingkungan udara tercemar, Celosia cristata, Catharanthus roseus, Gomphrena
globosa, pertumbuhan relatif, anatomi jaringan daun
ABSTRACT
ASTRI NUR ANDINI. Leaf tissue anatomy and plant development of Celosia cristata,
Catharanthus roseus, and Gomphrena globosa at air pollution environment. Under the guidance of
SULISTIJORINI and DORLY.
The presence of CO, NOx, SOx, O3, HC, Pb, and TSP (dust) at environment indicated air
pollution. The plant of Celosia cristata, Catharanthus roseus, and Gomphrena globosa could be
used to detect how bad the air pollution in the environment. The objective of this research were to
analyze the anatomy of leaf tissue and plant development of Celosia cristata, Catharanthus
roseus, and Gomphrena globosa due to air pollution. The plants were grown in the Block E
Babakan garden unit of University Farm, Babakan Sawah Baru Dramaga Bogor which closed to
roadside and greenhouse Department of Biology FMIPA IPB which far away from roadside. The
increasing plant height and leaf number were observed every 5 days, however, leaf size was every
10 days. Fresh and dry plant weighted after the end of 3 months. The stomatal index and density,
glandular and non-glandular trichome, cuticular, leaf, epidermal, palisade parenchyma, spongy
parenchyma of thickness were observed on paradermal section using whole mount, and transversal
section using paraffin methods. Plant parameters showed higher value at location closed to
roadside than in the greenhouse. Celosia cristata had anatomical modification: stomatal index and
density increased (adaxial and abaxial) and showed bigger the leaf size. Catharanthus roseus
leaves thicker due to anatomical changed (transversal section), fresh and dry plant roots weight
increased. While the effect of air pollution on Gomphrena globosa showed higher stomatal index
and density, glandular trichome at adaxial side, but no differences for their relative growth.
Key words : Air pollution environment, Celosia cristata, Catharanthus roseus, Gomphrena
globosa, relative growth, leaf tissue anatomy
ANATOMI JARINGAN DAUN DAN PERTUMBUHAN TANAMAN Celosia
cristata, Catharanthus roseus, DAN Gomphrena globosa PADA
LINGKUNGAN UDARA TERCEMAR
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biologi
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui
Ketua Departemen
Tanggal lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala kemudahan yang
diberikan sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang
dilaksanakan sejak bulan Januari 2010 hingga Desember 2010 adalah Anatomi Jaringan Daun dan
Pertumbuhan Tanaman Celosia cristata, Catharanthus roseus, dan Gomphrena globosa Pada
Lingkungan Udara Tercemar.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Sulistijorini, M.Si, Dr. Ir. Dorly, M.Si selaku
pembimbing, dan Prof. Dr. Ir. Alex Hartana selaku penguji atas bimbingan dan pengarahan yang
telah diberikan. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada keluarga tercinta, Bapak dan Ibuku
tersayang atas segala pengorbanan dan perjuangan dalam mendidik anak bungsumu ini, Mamas
Fajar Miyarhadi, Mba Laila Susanti, Efania, Mumtaz, Efelina, dan Arkan atas keceriaan, dan
pelengkap keharmonisan keluarga. Terima kasih kepada Briptu Irfan (Mas Iif), Ningsih, my
roommate Cicit (Cita), Tyas, Lia, Sars, Iqbal, Mba Ira, Kak Goto, Kak Budi, Pak Nunu, Pak
Naryo, Uncle Jo, Mba Tini, Mba Ani, teman-teman di Laboratorium Anatomi Tumbuhan atas
bantuan dan dukungan yang selalu ada, dan teman-teman Aisyah Family atas suasana keakraban
yang diciptakan. Tidak lupa ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada teman-teman Biologi
Angkatan 43. Karya ilmiah ini juga turut dipersembahkan kepada seseorang yang telah disiapkan
oleh-Nya untuk menjadi penyempurna setengah Dien-Ku, serta teruntuk manusia-manusia baru
yang akan dititipkan oleh-Nya sebagai amanah.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat
Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 29 Mei 1988 dari Bapak H. Marsidi dan Ibu Hj.
Sumiyarsih. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.
Tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negeri 10 Bekasi dan pada tahun yang sama lulus
seleksi masuk IPB melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis terpilih masuk Program
Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten mata kuliah Perkembangan
Hewan pada tahun ajaran 2008/2009, mata kuliah Biologi Dasar pada tahun ajaran 2010/2011, dan
mata kuliah Mikroteknik pada tahun ajaran 2010/2011. Penulis aktif sebagai Bendahara Umum
Ikatan Himpunan Mahasiswa Biologi Indonesia (Ikahimbi) wilayah kerja Jawa I, Jabodetabekten,
Bandung Raya, dan Priangan Timur pada tahun 2007/2009, staf Biosains Himpunan Mahasiswa
Biologi (Himabio) pada tahun 2008/2009, staf pengajar BExpert mata kuliah Biologi Dasar TPB
pada tahun 2008/2009, dan peserta lomba PKMP yang didanai oleh DIKTI dengan judul
Pemanfaatan Cendawan Endofit Dari Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) Sebagai Penghasil
Senyawa Bioaktif Untuk Diare pada tahun 2009. Penulis juga aktif sebagai panitia berbagai acara,
diantaranya sebagai staf Humas pada acara Public Speaking Speak Up Your Mind tahun 2008,
staf Acara Crew pada acara G-Force 44 Reborn and Reinspiring the New Colorfull Generation of
FMIPA tahun 2008, staf Dekorasi pada acara Pesta Sains Nasional tahun 2008, dan staf Acara
pada kegiatan Revolusi Sains Kontribusi Anak Negeri Demi Kemandirian dan Kebangkitan
Bangsa tahun 2008.
Penulis melaksanakan kegiatan studi lapang di Sukabumi, dengan judul Kapang
Selulolitik Asal Serasah Lantai Hutan, Taman Wisata Alam Situgunung, Sukabumi pada tahun
2008. Penulis juga melaksanakan kegiatan praktik lapang di Badan Pengelolaan Lingkungan
Hidup Pemerintah Kota Bekasi, dengan judul Pengawasan Kandungan Limbah Cair dan Sungai
Kota di Unit Pelaksana Teknis Badan (UPTB) Laboratorium Badan Pengelolaan Lingkungan
Hidup Pemerintah Kota Bekasi pada tahun 2009.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Sayatan paradermal epidermis adaksial di lokasi 1 (L) dan lokasi 2 (R): (A-B) C. cristata,
(C-D) C. roseus, (E-F) G. globosa ........................................................................................ 5
2 Sayatan paradermal epidermis abaksial di lokasi 1 (L) dan lokasi 2 (R): (A-B) C. cristata,
(C-D) C. roseus, (E-F) G. globosa ......................................................................................... 6
3 Hasil sayatan paradermal: (a) trikoma kelenjar pada C. cristata, (b) trikoma non-kelenjar
pada C. roseus, (c-e) trikoma non-kelenjar dan trikoma kelenjar G. globosa ....................... 6
4 Sayatan transversal daun: C. cristata di lokasi 1 (A) dan lokasi 2 (B), C. roseus di lokasi 1
(C) dan lokasi 2 (D), dan G. globosa di lokasi 1 (E) dan lokasi 2 (F); (a) palisade,
(b) bunga karang ................................................................................................................... 7
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Pertanian, IPB. Parameter tanah yang dengan byclean agar jernih, dibilas dengan
dianalisis meliputi kandungan N, P, K, KTK, akuades kembali, digunakan pewarna safranin
rasio C/N, pH, dan tekstur, sedangkan kompos 1%, kemudian sampel diletakkan di gelas
meliputi C, N, P, K, Ca, Mg, Fe, Cu, Zn, dan objek yang telah berisi gliserin 30% dan
Mn. ditutup dengan gelas penutup.
kemudian dipotong dengan mikrotom Yamato Tabel 1 Kualitas udara di lokasi 1 dan 2, 29
RV-240 dengan ukuran 18-26 mikron. Sampel Desember 2009 pukul 10.00 WIB
yang telah dipotong diletakkan di gelas objek
yang telah berisi gliserin-albumin. Sampel di Hasil
letakkan di atas hotplate selama 24 jam. Lokasi Lokasi Baku
Kemudian dilakukan pewarnaan dengan Parameter 1 2 mutu* Unit
safranin 2% dan fastgreen 0,5%. Langkah NO2 14 6 400 g/Nm3
terakhir sampel ditutup dengan gelas penutup SO2 43 16 900 g/Nm3
yang sebelumnya telah diberi entellan sebagai O3 27 4 235 g/Nm3
perekat. CO 247 229 30000 g/Nm3
TSP (debu) 223 52 230 g/Nm3
Pengamatan Preparat Sayatan Transversal Pb <0.030 <0.030 2 g/Nm3
Parameter yang diamati adalah tebal Suhu 33,4 34,1 - C
kutikula adaksial dan abaksial, tebal daun, Kelembaban 61,8 58,4 - %
tebal epidermis adaksial dan abaksial, tebal Kec. Angin 0,3 m/s
palisade, dan tebal bunga karang. Pengamatan Utara-
menggunakan mikroskop Olympus CH12 Arah angin Selatan -
dengan perbesaran 100 x 10 untuk parameter * Nilai ambang batas kualitas udara ambien,
tebal kutikula adaksial dan abaksial, serta PP. No. 41/1999
perbesaran 40 x 10 untuk parameter tebal
daun, tebal epidermis adaksial dan abaksial, Pengamatan Pertumbuhan Tanaman
tebal palisade, dan tebal bunga karang. Pada C. cristata nilai berbeda nyata hanya
Pengamatan dilakukan dalam dua bidang pada parameter pertambahan luas daun relatif.
pandang yang berbeda dengan tiga ulangan Pertambahan tinggi relatif, pertambahan
tanaman. jumlah daun relatif, bobot basah dan bobot
kering akar, daun, dan tajuk serta rasio bobot
Analisis Data kering tajuk dan akar tidak berbeda nyata
Data dianalisis dengan uji-t menggunakan antara lokasi 1 dan 2. Pada C. roseus berbeda
SPSS 16.0. Respon pertumbuhan tanaman nyata antara lokasi 1 dan 2 terlihat pada
dengan 10 kali ulangan dan respon anatomi parameter bobot basah dan bobot kering akar.
dengan 3 kali ulangan. Pertambahan tinggi relatif, pertambahan
jumlah daun relatif, pertambahan luas daun
HASIL relatif, bobot basah dan bobot kering daun dan
tajuk serta rasio bobot kering tajuk dan akar
Analisis Udara, Tanah, dan Kompos tidak berbeda nyata antara lokasi 1 dan 2.
Hasil analisis udara menunjukkan bahwa Pada G. globosa seluruh parameter
TSP (debu) adalah parameter yang mendekati pertumbuhan tidak menunjukkan beda nyata
baku mutu dibandingkan parameter lainnya antara lokasi 1 dan 2 (Tabel 2-3).
dengan nilai 223 g/Nm3 dan hasil tersebut Umur fisiologi daun di lokasi 1 lebih
didapat di lokasi 1. Selain nilai TSP, pendek yaitu 30-35 hari dibandingkan lokasi 2
konsentrasi NO2, SO2, CO, O3, dan Pb di yaitu 35-40 hari. Jumlah gugur daun terbesar
lokasi 1 lebih besar dibandingkan lokasi 2 di lokasi 1 terlihat pada jenis C. cristata
(Tabel 2). Hasil analisis tanah menunjukkan dibandingkan kedua jenis tanaman lainnya.
tanah yang digunakan memiliki komposisi liat Daun C. cristata di lokasi 1 mulai gugur di
terbesar (46,33 %). Tanah bersifat agak hari ke-30 setelah pengamatan dan gugur di
masam dengan pH sebesar 6,4. Kandungan hari ke-35 di lokasi 2. Jenis C. roseus dan G.
Kalsium (Ca) termasuk kategori sedang globosa memiliki waktu gugur daun yang
dengan nilai 9,64 me/100g (Lampiran 3-4). sama yaitu di hari ke-35 pada lokasi 1, dan
Hasil analisis kompos menunjukkan bahwa daun gugur di hari ke-40 di lokasi 2.
kompos yang digunakan memiliki nilai
Karbon (C) termasuk kedalam kategori sedang
dengan nilai 21,2% (Lampiran 5-6).
4
Tabel 3 Bobot basah (akar, daun, dan tajuk), bobot kering (akar, daun, dan tajuk), dan rasio bobot
kering tajuk dan akar
C. cristata C. roseus G. globosa
Parameter Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 1 Lokasi 2
Bobot basah akar (g) 5,99 11,55 5,87 3,29* 3,34 5,11
Bobot basah daun (g) 1,77 7,34 18,21 30,11 17,86 36,45
Bobot basah tajuk (g) 61,66 105,13 30,27 35,39 75,29 109,65
Bobot kering akar (g) 1,99 3,96 2,01 1,08* 1,79 2,27
Bobot kering daun (g) 0,28 0,73 2,62 3,13 2,67 3,52
Bobot kering tajuk (g) 13,97 22,49 6,66 7,73 18,24 25,80
Rasio bobot kering 7,32 6,90 3,40 8,01 10,65 12,83
tajuk dan akar
* Beda nyata antar lokasi pada uji-t dengan tingkat kepercayaan 95%
Tabel 4 Kerapatan dan indeks stomata (adaksial dan abaksial), kerapatan trikoma kelenjar
(adaksial dan abaksial), dan kerapatan trikoma non-kelenjar (adaksial dan abaksial)
C. cristata C. roseus G. globosa
Lokasi Lokasi Lokasi Lokasi Lokasi Lokasi
Parameter 1 2 1 2 1 2
Kerapatan stomata 79,33 47,62* 112,38 107,56 90,03 73,98*
(jumlah/mm2)
Indeks stomata 17,32 13,03* 16,88 17,42 27,02 23,17*
Kerapatan trikoma
Adaksial kelenjar 2,72 2,42 0 0 0,93 0,13*
2
(jumlah/mm )
Kerapatan trikoma non-
kelenjar 0 0 6,28 3,73 1,63 2,63
(jumlah/mm2)
Kerapatan stomata 189,18 113,45* 292,59 233,19 71,84 70,37
(jumlah/mm2)
Indeks stomata 30,32 22,62* 34,99 30,47 22,09 21,37
Kerapatan trikoma
Abaksial kelenjar 1,27 0,72 0 0 0 0
(jumlah/mm2)
Kerapatan trikoma non-
kelenjar 0 0 21,69 10,86* 3,17 1,63
(jumlah/mm2)
* Beda nyata antar lokasi pada uji-t dengan tingkat kepercayaan 95%
Gambar 1 Sayatan paradermal epidermis adaksial di lokasi 1 (L) dan lokasi 2 (R): (A-B)
C. cristata, (C-D) C. roseus, (E-F) G. globosa (skala: 50m)
6
Gambar 2 Sayatan paradermal epidermis abaksial di lokasi 1 (L) dan lokasi 2 (R): (A-B)
C. cristata, (C-D) C. roseus, (E-F) G. globosa (skala: 50 m)
Gambar 3 Hasil sayatan paradermal: (a) trikoma kelenjar pada C. cristata, (b) trikoma
non-kelenjar pada C. roseus, (c-e) trikoma non-kelenjar dan trikoma kelenjar
G. globosa (skala: 50 m)
Pengamatan Sayatan Transversal daun dan tebal palisade berbeda nyata antara
Terlihat kerusakan jaringan pada jenis C. lokasi 1 dan 2. Parameter tebal kutikula
cristata di lokasi 1 berupa nekrosis yang adaksial dan abaksial, tebal epidermis adaksial
menyebabkan ukuran sel penyusun jaringan dan abaksial, serta tebal bunga karang tidak
daun tidak sempurna (Gambar 4). Ketiga jenis berbeda nyata antara lokasi 1 dan 2. Pada C.
tanaman memiliki bentuk mesofil yang roseus tebal daun berbeda nyata antara lokasi
terbentuk secara dorsiventral, yaitu daun yang 1 dan 2. Tebal kutikula adaksial dan abaksial,
memiliki parenkima palisade di satu sisi tebal epidermis adaksial dan abaksial, tebal
daunnya dan parenkima bunga karang di sisi palisade, dan tebal bunga karang tidak
yang lain. Pada jenis G. globosa terlihat berbeda nyata antara lokasi 1 dan 2. Pada G.
bahwa berkas pembuluh tanaman tersebut globosa seluruh parameter sayatan transversal
terikat sejajar dikelilingi oleh jaringan tidak menunjukkan beda nyata antara lokasi 1
parenkim (Gambar 4). Pada C. cristata tebal dan 2 (Tabel 5).
7
Tabel 5 Tebal kutikula (adaksial dan abaksial), tebal epidermis (adaksial dan abaksial), tebal
daun, tebal palisade, dan tebal bunga karang
C. cristata C. roseus G. globosa
Lokasi Lokasi Lokasi Lokasi Lokasi Lokasi
Parameter 1 2 1 2 1 2
Tebal kutikula 2,22 2,17 2,00 2,22 2,39 2,39
Adaksial (m)
Tebal epidermis 17,08 15,69 17,91 18,75 28,47 25,00
(m)
Tebal kutikula 1,67 1,67 1,61 1,78 1,33 1,78
Abaksial (m)
Tebal epidermis 11,39 7,64 10,69 9,30 31,25 25,56
(m)
Gambar 4 Sayatan transversal daun: C. cristata di lokasi 1 (A) dan lokasi 2 (B), C. roseus di
lokasi 1 (C) dan lokasi 2 (D), dan G. globosa di lokasi 1 (E) dan lokasi 2 (F); (a)
palisade, (b) bunga karang (skala: 50m)
digunakan tergolong liat dengan persentase palisade di lokasi 1 merupakan salah satu
sebesar 46,33 %. Tanah liat mampu mengikat modifikasi tanaman C. cristata untuk
kation-kation logam berat sehingga meningkatkan efisiensi fotosintesis, karena di
konsentrasi logam berat setelah melalui kolom dalam jaringan palisade terdapat kloroplas
tanah menjadi berkurang (Siregar 2005). yang berfungsi untuk fotosintesis (Fahn
Kondisi tanah yang liat dengan adanya 1991). Pada C. roseus berbeda nyata antara
penambahan kompos diharapkan mampu lokasi 1 dan 2 pada bobot basah dan bobot
mendukung pertumbuhan tanaman. Derajat kering akar dengan adanya modifikasi
keasaman (pH) tanah menunjukkan nilai anatomi berupa peningkatan nilai kerapatan
sebesar 6,4. Hal ini menunjukkan keadaan trikoma non-kelenjar dan tebal daun. Bobot
tanah dalam kondisi baik karena berada pada basah dan bobot kering akar di lokasi 1 lebih
rentang pH yang aman. Karena jika pH berada besar dibandingkan lokasi 2. Menurut
dibawah 3 dan berada diatas 9, maka sistem Pallardy (2008), hal tersebut diduga
pembuluh pada akar akan rusak (Larcher merupakan bentuk pertahanan diri tanaman
1980). Berdasarkan hasil analisis kompos, terhadap cekaman kekeringan di lokasi
kompos yang digunakan kaya akan karbon (C) terpolusi, selain itu juga untuk meningkatkan
dan besi (Fe). Pada tanaman, Fe berfungsi efisiensi penyerapan air. Meningkatnya
sebagai sintesis protein kloroplas, aktivator kerapatan trikoma non-kelenjar di lokasi 1
enzim peroksidase, katalase, peredoksin, dan pada jenis C. roseus merupakan salah satu
sitokrom oksidase (Pallardy 2008). bentuk respon tanaman terhadap polutan.
Pada C. cristata berbeda nyata antara Trikoma non-kelenjar berfungsi sebagai
lokasi 1 dan 2 hanya pada pertambahan luas pencegah penguapan (Syarif 2009). Pada G.
daun relatif, dengan adanya modifikasi globosa modifikasi anatomi terlihat adanya
anatomi berupa peningkatan nilai kerapatan peningkatan nilai kerapatan stomata adaksial,
stomata dan indeks stomata sisi adaksial dan indeks stomata adaksial, dan kerapatan
abaksial, tebal daun, dan tebal palisade. trikoma kelenjar adaksial. Trikoma kelenjar di
Pertambahan luas daun relatif di lokasi 1 lebih lokasi 1 lebih besar dibandingkan lokasi 2.
besar dibandingkan lokasi 2 (Tabel 2). Menurut Hidayat (1995), trikoma kelenjar
Menurut Sitompul & Guritno (1995), luas berfungsi untuk mencegah kekeringan pada
daun merupakan salah satu parameter utama tanaman. Selain itu trikoma kelenjar juga
dalam penentuan besar atau kecilnya laju berfungsi sebagai sekresi berbagai bahan
fotosintesis pada tanaman. Sehingga pada seperti larutan garam, larutan gula (nektar),
kondisi tersebut C. cristata mempertahankan terpentin, dan polisakarida (Fahn 1991).
dirinya dengan meningkatkan efisiensi Terlihat adanya hubungan pertumbuhan
fotosintesis di lokasi terpolusi. Modifikasi dan perubahan anatomi. Pertumbuhan relatif
anatomi berupa meningkatnya kerapatan tanaman di lokasi 1 relatif lebih rendah
stomata dan indeks stomata di lokasi 1 dibandingkan lokasi 2. Polutan merupakan
merupakan salah satu respon tanaman penyebab utama hal tersebut dapat terjadi.
terhadap polutan. Menurut Muud & Namun, di sisi lain tanaman memodifikasi
Kozlowski (1975), tanaman yang tumbuh di dirinya dengan meningkatkan kerapatan dan
lokasi terpolusi cenderung mempertahankan indeks stomata guna untuk penangkapan CO2,
dirinya dengan meningkatkan jumlah stomata. hal tersebut diikuti juga dengan penebalan
Hal serupa juga dilaporkan oleh Radoukova yang terjadi pada jaringan palisade dan bunga
(2009) pada tanaman Fraxinus pensylvanica karang yang berfungsi untuk meningkatkan
dengan nilai kerapatan stomata terbesar efisiensi fotosintesis. Modifikasi lainnya
terlihat di lokasi terpolusi. Peningkatan adalah terjadinya peningkatan kerapatan
jumlah stomata sangat membantu dalam hal trikoma pada tanaman guna mencegah
penyerapan CO2 untuk fotosintesis (Azmat et terjadinya penguapan. Berbagai polutan dapat
al. 2009). Pengamatan sayatan transversal menghambat beberapa parameter tanaman
daun pada C. cristata yang tumbuh di lokasi 1 yang diamati, namun di sisi lain tanaman
dan lokasi 2 menunjukkan hasil yang sangat dapat memodifikasi dirinya sehingga dapat
berbeda. Kerusakan kronis terjadi pada terus bertahan hidup.
tanaman yang tumbuh di lokasi 1 (Gambar 4).
Menurut SantAnna-Santos et al. (2006), hal
tersebut diduga karena terjadinya nekrosis
pada tanaman yang mengakibatkan rusaknya
jaringan palisade, jaringan bunga karang, sel
epidermis, dan kutikula. Besarnya nilai tebal
9
LAMPIRAN
11
Lampiran 4 Kriteria penilaian sifat-sifat kimia tanah (Staf Pusat Penelitian Tanah, 1993)
Sifat tanah Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
C (%) <1,00 1,00-2,00 2,01-3,00 3,01-5,00 >5,00
N (%) <0,1 0,1-0,2 0,21-0,5 0,51-0,75 >0,75
C/N <5 5-10 11-15 16-25 >25
P2O5 HCl
(mg/100g) <10 10-20 21-40 41-60 >60
P2O5 Bray (ppm) <10 10-15 16-25 26-35 >35
P2O5 Olsen (ppm) <4,5 <4,5-11,5 11,6-22,8 >22,8 -
K2O HCl 25%
(mg/100g)*) <10 10-20 21-40 41-60 >60
K-total (ppm)**) <100 100-200 210-400 410-600 >600
KTK
(me/100g)***) <5 5-16 17-24 25-40 >40
Susunan kation:
K (me/100g) <0,2 0,2-0,3 0,4-0,5 0,6-1,0 >1,0
Na (me/100g) <0,1 0,1-0,3 0,4-0,7 0,8-1,0 >1,0
Mg (me/100g) <0,4 0,4-1,1 1,1-2,0 2,1-8,0 >8,0
Ca (me/100g) <2 2-5 6-10 >20
Kejenuhan Basa
(%) <20 20-35 36-60 61-75 >75
Kejenuhan
Alumunium (%) <10 10-20 21-30 31-60 >60
Jenis C N P K Ca Mg Fe Cu Zn Mn
contoh (%) (ppm)
Kompos 21,2 1,27 0,27 1,2 0,98 0,37 12150 48 349 1180