Disusun Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah swt yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
responsi praktikum fitokimia II.
Adapun laporan ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu
kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam pembuatan laporan ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu
dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca
yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki laporan
ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari laporan responsi praktikum fitokima
II ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap
pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
ABSTRAK
Kumarin diisolasi dan diidentifikasi dari kulit buah jeruk nipis dengan metode maserasi
dengan etanol. Setelah difraksinasi oleh n-heksana dan etil asetat, kemudian kumarin diuji
dengan kromatografi lapis tipis. Fase gerak yang digunakan adalah heksana dan etil asetat
dengan perbandingan 4 : 6. Hasilnya adalah terdapat bercak berwarna ungu di
spektrofotometri 366 nm dengan Rf yaitu sebesar 0,5. Diuji dengan spektrofotometri UV-VIS
dengan panjang gelombang 203 sampai 316 nm didapat absorbansi sebesar 2,508 dengan
panjang gelombang 293,0 nm.
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Tanaman Citrus aurantifolia (Cristm.) Swingle dikenal di pulau Sumatra dengan
nama Kelangsa (Aceh), di pulau Jawa dikenal dengan nama jeruk nipis (Sunda) dan jeruk
pecel (Jawa), di pulau Kalimantan dikenal dengan nama lemau nepi, di pulau Sulawesi
dengan nama lemo ape, lemo kapasa (Bugis) dan lemo kadasa (Makasar), di Maluku
dengan naman puhat em nepi (Buru), ahusi hisni, aupfisis (Seram), inta, lemonepis,
ausinepsis, usinepese (Ambon) dan Wanabeudu (Halmahera) sedangkan di Nusa tenggara
disebut jeruk alit, kapulungan, lemo (Bali), dangaceta (Bima), mudutelong (Flores),
mudakenelo (Solor) dan delomakii (Rote).
Jeruk nipis termasuk salah satu jenis citrus Geruk. Jeruk nipis termasuk jenis
tumbuhan perdu yang banyak memiliki dahan dan ranting. Tingginya sekitar 0,5-3,5 m.
Batang pohonnya berkayu ulet, berduri, dan keras. Sedang permukaan kulit luarnya
berwarna tua dan kusam. Daunnya majemuk, berbentuk ellips dengan pangkal membulat,
ujung tumpul, dan tepi beringgit. Panjang daunnya mencapai 2,5-9 cm dan lebarnya 2-5 cm.
Sedangkan tulang daunnya menyirip dengan tangkai bersayap ,hijau dan lebar 5-25 mm.
Bunganya berukuran majemuk/tunggal yang tumbuh di ketiak daun atau di ujung batang
dengan diameter 1,5-2,5 cm. kelopak bunga berbentuk seperti mangkok berbagi 4-5 dengan
diameter 0,4-0,7 cm berwama putih kekuningan dan tangkai putik silindris putih kekuningan.
Daun mahkota berjumlah 4-5, berbentuk bulat telur atau lanset dengan panjang 0,7-1,25 cm
dan lebar 0,25-0,5 cm berwarna putih. Tanaman jeruk nipis pada umur 2 1/2 tahun sudah
mulai berbuah. Buahnya berbentuk bulat sebesar bola pingpong dengan diameter 3,5-5 cm
berwarna (kulit luar) hijau atau kekuning-kuningan. Tanaman jeruk nipis mempunyai akar
tunggang. Buah jeruk nipis yang sudah tua rasanya asam. Tanaman jeruk umumnya
menyukai tempat-tempat yang dapat memperoleh sinar matahari langsung.
2
BAB II
ALAT DAN BAHAN
A. Alat
1. Toples
2. Gelas ukur
3. Beaker glass
4. Water bath
5. Corong
6. Corong pisah
7. Klem
8. Statif
9. Erlenmeyer
10. Chamber
11. Batang pengaduk
12. Tabung reaksi
13. Rak tabung reaksi
14. Cawan porselen
15. Spektrofotometri 366 nm
16. Spektrometer UV-VIS
B. Bahan
1. Serbuk simplisia kering
2. Lempeng KLT
3. Larutan petroleum eter
4. Larutan etanol
5. Larutan heksana
6. Larutan etil asetat
3
BAB III
METODE
1. Kadar Air
Hasil
2. Kadar Abu
Ambil krus
kosong
Hasil
4
3. Kadar Abu Tidak Larut Dalam Asam
Hasil
4. Ekstraksi Kumarin
5
5. Analisis KLT
1. Pengaktifan lempeng KLT
Lempeng KLT
Hasil
Larutan
3. Analisis KLT
Masing-masing
fraksi
Hasil
6
6. Pengujian spektrofotometer UV-Vis
Masing-masing fraksi
Hasil
7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Kunci Determinasi
No. Perlakuan Hasil
1. Determinasi jeruk nipis 1b-2b-3b-4b-6b-9b-10b-11b-12b-13b-4a-15b
(Golongan 9)
197b-208b-219b-220b-224b-225b-227b-229a
(Rutaceae )
1b 3b (Citrus )
2. Sortasi basah
No. Perlakuan Hasil Rendemen
1. 1kg buah jeruk nipis
Dicuci dengan air mengalir
Diambil kulit jeruk nipis Didapat 553,18gr kulit
100%
jeruk nipis basah
131,09
100%
553,18
= 23,697%
3. Sortasi kering
No. Perlakuan Hasil Rendemen
1. Kulit jeruk nipis dioven Kulit jeruk mengering
sampai kering pada suhu berwarna kecoklatan
40-60C selama 24 jam
Ditimbang kulit jeruk nipis 131,09 gram
yang sudah kering
Kulit jeruk nipis yang kering
diblender hingga menjadi
serbuk
Di timbang 81,12 gram
100 %
81,12
100%
131,09
= 61,88%
8
4. Standarisasi simplisia (Parameter Spesifik)
NO PERLAKUAN HASIL
1. Identitas Deskripsi tata nama
Nama ekstrak : Citrus aurantifolia Extractrum
Nama latin : Citrus aurantifolia
Bagian tumbuhan yang digunakan : Citri
aurantifolia Pencarpium (Kulit buah jeruk nipis)
2. Organoleptik Bentuk : Serbuk kering
Warna : Coklat
Bau : Aromatik
Rasa : Pahit
5. Parameter Non Spesifik
No Perlakuan Hasil Persentase Kadar Air
1. Kadar Air
Berat kaca arloji 26,66gram
kosong
Berat kaca arloji + 1gr 27,66 gram
serbuk simplisia
sebelum di oven
Dioven selama kurang
lebih 15 menit
Ditimbang I = 27,64 gram
Dioven kembali
kurang lebih 15 menit
Ditimbang II = 27,64 gram 27,66 27,64
100%
(tetap) 1
0,02
= 100%
1
=2%
2. Kadar Abu
Disiapkan alat kadar Suhu 600C
abu
Krus kosong Ditunggu hingga 15
dimasukkan ke dalam menit
alat kadar abu
Didinginkan dalam
9
desikator selama 20
menit
Serbuk kulit jeruk nipis 0,5gram
ditimbang
Dimasukkan kedalam Waktu penggabuan
krus kemudian krus selama 30 menit,
dipanaskan dalam alat serbuk coklat
kadar abu berubah menjadi abu
Ditimbang Krus kosong = 33,23 = 33,34 gr 33,23 gr
gram = 0,11 gr x100%
Krus + abu = 33,34 = 11 %
gram
6. Ekstraksi
No. Perlakuan Hasil Rendemen
1. Berat serbuk simplisia 10 gr
ditimbang
Di maserasi dengan 50 ml
pelarut petroleum eter
selama 3 hari
Residu di remaserasi 50 ml
dengan pelarut etanol
selam 4 hari
Disaring dan diambil
ekstrak cair etanol
Dikisatkan dengan
waterbath pada suhu
30-40C
Ditimbang Berat ekstrak cair =
100%
3,4 gram
0,19
Berat ekstrak kental 100%
3,4
= 0,19 gram
= 5,588%
10
Didapat 3 fraksi Fraksi etanol
Fraksi heksana
Fraksi etil asetat
11
2. spot 1 (heksana) = 3,5cm, RF=
0,4375 cm, HRF= 43,75%
-Spot 2 ( heksana) = 2,4cm, RF= 0,3
cm, HRF= 30%
3. spot 1 (etanol) = 3,4cm, RF= 0,425
cm, HRF= 42,5%
-spot 2 (etanol) = 2,2cm, RF= 0,275
cm, HRF= 27,5%
12
c. Tabel hasil spektrofotometri UV
No Fraksi Panjang gelombang Serapan (Abs)
259.5 3.014
229.0 0.243
13
Gambar 3 : hasil spektrofotometer UV-Vis fraksi
heksana dengan larutan blangko heksana
14
B. Pembahasan
Pada praktikum ini sampel yang digunakan adalah kulit buah jeruk nipis (Citrus
auratifolia) yang akan diambil senyawa yang terkandung didalamnya yaitu kumarin.
Kumarin merupakan senyawa metabolit sekunder berupa minyak atsiri yang terbentuk
terutama dari turunan glukosa nonatsiri saat penuaan atau pelukaan.
Sebelum kulit buah jeruk nipis diekstraksi, sebelumnya dilakukan determinasi
tumbuhan dari jeruk nipis. Hasil determinasi jeruk nipis yaitu 1b-2b-3b-4b-6b-7b-9b-10b-
11b-12b-13b-14a-15b yang termasuk kedalam golongan a. Kemudian 197b-208b-219b-
220b-224b-225b-227b-229a yang menunjukan hasil bahwa jeruk nipis tergolong
keluarga Rutaceae. Selanjutnya 1b-2b yang menunjukan bahwa jeruk nipis masuk
kedalam genus Citrus.
Langkah selanjutnya untuk membuat simplisia kulit jeruk nipis yaitu yang pertama
sortasi basah dengan 1 kg buah jeruk nipis untuk dicuci dengan air mengalir. Kemudian
diambil kulit jeruk nipis dengan dipisahkan antara kulit dan buahnya. Didapat 553,18
gram kulit jeruk nipis basah. Adapun perhitungan rendemen dari sortasi basah yaitu
sebesar 23,697%. Langkah selanjutnya dilakukan sortasi kering, dimana kulit jeruk nipis
yang sudah dipisahkan dengan buahnya di oven sampai kering pada suhu 40-60C
selama 24 jam. Tujuan dilakukan pengovenan agar kulit jeruk cepat mengering
sehingga bisa dilakukan ke tahap selanjutnya yaitu penyerbukan. Setelah kulit jeruk
nipis mengering, selanjutnya di blender hingga menjadi menjadi serbuk dan ditimbang.
Didapat 81,12 gram serbuk kering kulit buah jeruk nipis. Dan didapat hasil rendemen
sortasi kering yaitu sebesar 61,88%.
Selanjutnya dilakukan uji parameter standarisasi simplisia, meliputi parameter
spesifik dan non spesifik. Parameter spesifik dilakukan untuk mengetahui identitas dan
organoleptis dari kulit buah jeruk nipis. Identifikasi meliputi :
1. Nama ekstrak : Citrus aurantifolia extracum
2. Nama lain : Citrus aurantifolia
3. Bagian tumbuhan yang digunakan : Citri aurantifolia pericarpium (kulit buah jeruk
nipis)
4. Nama Indonesia : Jeruk nipis
Organoleptis meliputi : bentuk, warna, bau dan rasa
1. Bentuk : serbuk kering
2. Warna : cokelat
3. Bau : aromatik, khas jeruk
4. Rasa : pahit
Langkah selanjutnya uji parameter standarisasi non spesifik yang meliputi
pemeriksaan kadar air, kadar abu total dan kadar abu tak larut dalam asam. Pertama
15
dilakukan pemeriksaan kadar air pada simplisia kulit jeruk nipis terlebih dahulu. Tujuan
dari penetapan kadar air adalah untuk mengetahui batasan maksimal atau rentang
tentang besarnya kandungan air dalam bahan. Hal ini terkait dengan kemurnian dan
adanya kontaminasi dalam simplisia tersebut. Dengan demikian, penghilangan kadar air
hingga jumlah tertentu berguna untuk memperpanjang daya tahan bahan selama
penyimpanan. Simplisia dinilai cukup aman jika mempunyai kadar air kurang dari 10%.
Penetapan kadar air dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu : metode titrimetri, azeotropi,
dan gravimetri. Metode yang dilakukan pada praktikum ini adalah metode gravimetri,
yaitu dengan menghitung susut pengeringan hingga tercapai bobot yang tetap. Susut
pengeringan adalah kadar bagian yang menguap suatu zat kecuali dinyatakan lain suhu
penetapan adalah 105C dibawah suhu leburnya selama 1 jam sampai 2 jam, kemuian
pada suhu penetapan selama waktu yang ditentukan atau hingga bobot tetap (MMI
Ed.V,1995)
Hasil penetapan kadar air pada serbuk kulit jeruk nipis sebesar 2%. Hal ini sesuai
dengan literatur bahwa kadar air simplisia yang baik kurang dari 10%. Kemudian
dilakukan uji kadar abu total. Tujuan dilakukan penetapan kadar abu total adalah untuk
mengetahui sisa yang tidak menguap dari suatu simplisia pada pembakaran. Pada
penetapan kadar abu total, abu dapat berasal dari bagian jaringan tanaman sendiri atau
dari pengotoran lain misalnya pasir atau tanah. (MMI Ed.V,1995)
Pada uji kadar abu menggunakan alat semacam oven tetapi dapat diatur suhunya
sampai mencapai 600C. Dengan menggunakan wadah (krus) yang telah diisi dengan
serbuk simplisia , kemudian dimasukkan kedalam alat tersebut sampai mencapai suhu
600C atau sampai menjadi abu, selanjutnya krus didinginkan dan ditimbang. Hasil
kadar abu total yang didapat yaitu 11%. Menurut syarat Farmakope Herbal Indonesia
kadar abu total < 2,9%, hal ini menunjukkan bahwa hasil yang didapat tidak memenuhi
syarat kadar abu. Hasil negatif yang diperoleh dapat disebabkan oleh beberapa faktor
salah satunya adalah banyaknya zat pengotor yang terkandung dalam simplisia.
Pada ekstraksi kumarin dari kulit buah jeruk nipis digunakan metode ekstraksi
yaitu maserasi. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada suhu kamar. Metode
maserasi digunakan untuk mencari simplisia yang mengandung komponen kimia yang
mudah larut dalam cairan pencari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin.
Pada maserasi digunakan pelarut petroleum eter sebanyak 50 ml yang
dimasukkan kedalam toples yang sudah berisi 10 gram serbuk kulit jeruk nipis.
Kemudian didiamkan selama 3 hari sambil sesekali diaduk. Setelah 3 hari hasil
maserasi diuapkan sampai residu tidak berbau petroleum eter. Kemudian dilakukan
remaserasi pada residu dengan pelarut etanol sebanyak 50 ml. Remaserasi adalah
16
penyarian yang dilakukan setelah penyarian pertama selesai, ampas diperas dan
ditambahkan dari cairan penyari. Remaserasi dilakukan selama 4 hari, setelah 4 hari
hasil remaserasi disaring dan diambil ekstrak etanol. Ekstrak etanol kemudian
dikisatkan sampai berubah menjadi ekstrak kental. Pada ekstraksi ini diperoleh
rendemen ekstrak sebesar 5,588%. Kemudian ekstrak etanol di fraksinasi
menggunakan corong pisah dengan pelarut heksana dan etil asetat, sehingga diperoleh
3 fraksi yaitu fraksi etanol, fraksi heksana dan fraksi etil asetat. Fraksinasi dengan
berbagai pelarut dengan kepolaran berbeda bertujuan untuk memisahkan senyawa
berdasarkan kelarutannya, sehingga senyawa yang terdapat pada ekstrak dapat larut
pada pelarut yang sesuai dengan kelarutannya.
Identifikasi senyawa kumarin menggunakan metode kromatografi lapis tipis,
kromatografi lapis tipis merupakan teknik pemisahan zat dari campuran berdasarkan
perbedaan kompoen-komponen tersebut dari fase diam oleh fase gerak. Pada
percobaan ini dilakukan dengan cara diaktivasi silica gel terlebih dahulu selama 15
menit. Silica gel digunakan sebagai fase diam pada kromatografi lapis tipis, kemudian
membuat dua larutan yang berisi n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 4 : 6
dan larutan yang kedua berisi petroleum eter dan etil asetat dengan perandingan 6 : 4,
kedua larutan tersebut digunakan sebagai fase gerak. Kemudian masing-masing frasksi
(etanol, etil asetat, heksana) ditotolkan pada silica gel/plat Klt yang sudah diaktivasi.
Kemudian dielusi dengan fase gerak yang sudah dijenuhkan sebelumnya, kemudia
didiamkan sampai larutan naik sampai garis batas atas. Kemudian setelah itu diamati
dibawah sinar UV 366 nm.
Pada sinar UV 366 fraksi etil asetat dengan fase gerak n-heksan dan etil asetat
terdapat 2 bercak, pada spot-1 berukuran 3 cm, dan didapatkan hasil Rf sebesar 0,375
cm, dan hasil HRf nya diperoleh sebesar 37,5%, kemudian pada spot-2 berukuran 4 cm.
Sehingga didaptkan hasil Rf sebesar 0,5 cm, dan hasil HRf nya sebesar 50%. Pada
fraksi heksana juga terdapat-2 bercak, yaitu pada bercak-1 berukuran 3 cm, dan hasil
Rf nya sebesar 0,375 cm, sehingga didapatkan hasil HRf sebesar 37,5%, kemudian
pada bercak-2 berukuran 4 cm, dan hasil Rf sebesar 0,5 cm, dan didapatkan hasil HRf
sebesar 50%. Dan pada fraksi etanol terdapat-2 bercak, pada bercak pertama
berukuran 2,9 cm, dan Rf yang dihasilkan adalah 0,3625 cm, dan didapatkan hasil HRf
adalah 36,25%, kemudian pada bercak ke-2 berukuran 4 cm, dan Rf nya adalah 0,5
cm, dan HRf nya adalah 50%. Dengan fase gerak petroleum eter dan etil asetat pada
fraksi etil asetat terdapat-2 bercak yaitu becak-1 berukuran 3,5 cm, Rf yang dihasilkn
adalah 0,4375 cm, dan HRf yang didapat adalah 43,75%, kemudian pada bercak yang
ke-2 berukuran 2,2 cm, Rf yang dihasilkan sebesar 0,3275 cm, HRf yang dihasilkan
adalah 32,75%. Pada fraksi heksana juga terdapat 2 bercak yaitu pada bercak yang ke-
17
1 sebesar 3,5 cm, yang hasil Rf nya adalah 0,4375 cm, dan hasil HRf nya adalah
43,75%, pada bercak yang ke-2 sebesar 2,4 cm, Rf nya sebesar 0,3 cm, dan HRf nya
adalah 30%. Pada fraksi etanol terdapat 2 bercak yaitu bercak yang ke-1 sebesar 3,4
cm, Rf nya adalah 0,425 cm, dan hasil HRf adalah sebesar 42,5%, pada bercak yang
ke-2 sebesar 2,2 cm, dan Rf nya adalah 0,275 cm, sehingga didapatkan hasil HRf
sebesar 27,5%.
Berdasarkan hasil analisis KLT dari kelompok kami belum mendapatkan senyawa
tunggal kumarin, dikarenakan masih banyak senyawa lain yang terkandung didalamnya
dan tidak menggunakan kromatografi kolom sesuai dengan literatur tetapi hanya
menggunakan KLT. Pada hasil fraksi etil asetat dengan fase gerak n-heksan dan etil
asetat dalam KLT ada salah satu bercak yang harga Rf nya mendekati Rf kumarin
sesuai literatur. Harga Rf sesuai literatur pada jurnal adalah 0,56 sedangkan harga Rf
pada hasil kelompok kami pada bercak ke-2 adalah 0,5. Kemungkinan bercak tersebut
adalah senyawa kumarin. Pada sinar UV 366 nm sesuai literature jurnal yaitu bahwa
senyawa kumarin dengan adanya noda yang dilihat dibawah sinar tersebut akan
berflueresensi warna biru. Berdasarkan literature diketahui bahwa kebanyakan senyawa
kumarin ternyata aktiv terdapat pada sinar UV. Hal itu disebabkan karena kumarin
memiliki ikatan rangkap terkonjugasi dan diketahui pda sinar serapan UV mampu
menyerap suatu ikatan yang terkonjugasi atau memiliki gugus kroomofor. Dan hasil dari
kelompok kami sesuai dengan literature yang terdapat dalam jurnal yaitu pada saat diuji
dibawah sinar UV 366 terdapat bercak berwarna biru.
Pengujian selanjutnya adalah elusidasi struktur dari senyawa kumarin
menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran
panjang gelombang dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi
oleh sampel. Sinar ultraviolet berada pada panjang gelombang 200-400 nm, sedangkan
sinar tampak berada pada panjang gelombang 400-800 nm. Panjang gelombang ()
adalah jarak antara satu lembah dan satu puncak, sedangkan frekuensi adalah
kecepatan cahaya dibagi dengan panjang gelombang (). Bilangan gelombang adalah
(v) adalah satu satuan per panjang gelombang. (Dachriyanus, 2004)
Pada pengujian dengan spektrofotometer UV-Vis digunakan panjang gelombang
203 316 nm dimana sampel yang digunakan adalah hasil fraksi dari fraksinasi yang
meliputi fraksi etanol, fraksi heksana dan fraksi etil asetat. Larutan blangko yang
digunakan larutan etanol, larutan heksana dan larutan etil asetat. Pada pengujian,
didapatkan hasil dengan panjang gelombang yang berbeda. Apabila sesuai literatur
pada jurnal didapatkan panjang gelombang sebesar 346 nm dan 298. Pada hasil
praktikum ini didapatkan hasil absorbansi pada kumarin sebesar 2,508 dengan panjang
gelombang 293 nm. Ini menunjukkan adanya hasil yang mendekati sesuai literatur yang
18
menunjukkan adanya kandungan kumarin pada jeruk nipis. Tidak didapatkan hasil yang
sama karena adanya perbedaan pada sampel dan perbedaan pada larutan yang
digunakan.
19
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Senyawa aromatik dari golongan kumarin dapat diisolasi dari kulit buah jeruk nipis
(Citrus aurantifolia)
2. Dari fraksi etil asetat kulit buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia) telah berhasil diisolasi
senyawa kumarin berupa cairan kental berwarna kuning.
3. Analisis KLT dengan fase gerak heksana : etil asetat dengan perbandingan 4 : 6
menunjukkan adanya Rf yang sesuai literatur yaitu 0,5%.
4. Hasil pengujian pada spektrofotometri UV-Vis didapatkan panjang gelombang 293
nm dengan absorbansi 2,508 yaitu pada fraksi etil asetat.
B. Saran
Untuk penelitian lebih lanjut perlu dilakukan beberapa uji bioaktivitas yang belum pernah
dilakukan pada senyawa kumarin. Hal ini dikarenakan dari hasil penelusuran pustaka
senyawa kumarin antitoksik dan antimikrobakterial.
20
DAFTAR PUSTAKA
Ani Isnawati, Harfia Mudahar, Kamilatunisah. 2008. Isolasi Dan Identifikasi Senyawa
Kumarin Dari Tanaman Artemisia Annua (L). Media Litbang Kesehatan Volume
XVIII Nomor 3 : Universitas Tujuh Belas Agustus
Ditjen Pom. (1995). Materia Medika Indonesia, Jilid V. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia : Jakarta
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Terbitan Kedua. Terjemahan Padmawita, K Dan I.
Sudiro. Penerbit ITB : Bandung
Jimmi Copriady , Elva Yasmi, Dan Hidayati. 2005. Isolasi Dan Karakterisasi Senyawa
Kumarin Dari Kulit Buah Jeruk Purut (Citrus Hystrix DC), Jurnal Biogenesis Vol.
2(1):13-15 : Universitas Riau Pekanbaru
Kusuma, T.S. 1988. Kimia Lingkungan. Pusat Penelitian Universitas Andalas : Padang.
Murray, R.D.H., J. Mendez, And S.A. Brow. 1982. The Natural Cumarins. Jhon Willey And
Sons Ltd : New York.
21
LAMPIRAN
22