Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian


Seni dan manusia lahir secara bersamaan, sejalan dengan yang dikemukakan
oleh Damajanti (2010, hlm. 13) bahwa Seni sudah ada sejak awal keberadaan
manusia. Pernyataan ini dapat diperkuat dengan adanya lukisan dan coretan-
coretan di dinding gua pada zaman purbakala, selain itu tidak menutup
kemungkinan ada pula alat musik dari tulang belulang yang dibuat oleh manusia
pada zaman tersebut. Seni erat kaitannya dengan keindahan yang dapat dinikmati
oleh setiap manusia. Hal demikian sejalan dengan pernyataan Muharam dan
Sundaryati (1993, hlm. 3) bahwa Seni atau kesenian secara umum dikenal
sebagai rasa keindahan umumnya, rasa keharuan khususnya, yang melengkapi
kesejahteran hidup. Berdasarkan pendapat tersebut, diuraikan bahwa seni
merupakan sebuah keindahan bagi penikmatnya dan merupakan sebuah ungkapan
emosi bagi penciptanya yang dapat memberikan kesenangan secara batiniyah bagi
keduanya. Di samping itu, seni memiliki makna lain yakni suatu aktivitas atau
kemampuan manusia yang menghasilkan sebuah karya yang memiliki nilai
estetika, dan nilai guna.
Seni rupa erat kaitannya dengan sebuah aktivitas atau cabang seni yang
menghasilkan sebuah karya dengan keindahan yang hanya dapat dinikmati secara
visual, dengan kata lain karya seni rupa hanya dapat dinikmati oleh indra
penglihatan dan peraba saja. Muharam dan Sundaryati (1993) mengemukakan
mengenai hakikat karya seni rupa, yaitu suatu bentuk nyata yang dihasilkan dari
imajinasi, luapan perasaan dan emosi serta pemikiran seorang pencipta seni.
Bentuk nyata yang dimaksud tersebut dapat berupa benda, baik itu benda dua
dimensi maupun benda tiga dimensi, baik itu benda yang hanya dapat dinikmati
secara artistik maupun benda yang dapat dinikmati kegunaannya.
Kekayaan budaya yang berasal dari adat istiadat serta suku bangsa yang
dimiliki Indonesia, dapat menghasilkan berbagai macam karya seni rupa yang
memiliki nilai estetika dan nilai guna yang tinggi, salah satu contohnya adalah
seni kerajinan atau seni kriya. Pada awalnya, seni kriya atau kerajinan dibuat
hanya untuk memenuhi kebutuhan peralatan yang dapat digunakan sehari-hari,

1
2

seperti bakul, cobek dan lain-lain. Akan tetapi seiring dengan perkembangan
teknologi, seni kerajinan atau seni kriya menjadi sorotan penikmat seni guna
dinikmati keindahannya. Tidak sedikit pula orang yang mempunyai minat tinggi
dalam mempelajari proses pembuatannya, maupun hanya sekedar penikmat atau
pengguna. Salah satu hasil dari seni kerajinan atau seni kriya yakni kerajinan
anyaman. Seni kerajinan anyaman banyak menarik perhatian penikmat seni
karena mempunyai desain, motif dan bentuk yang rumit. Potensi alam yang
dimiliki Indonesia pun menjadi salah satu faktor tumbuh kembangnya ragam seni
kerajinan di Indonesia khususnya kerajinan anyaman. Dengan kekayaan alam
yang melimpah seperti rotan, lidi, pandan, dan lain-lain dapat meningkatkan
produksi pembuatan anyaman. Akan tetapi, kemampuan dalam proses mengolah
bahan tersebut dapat menjadi salah satu kendala bagi proses produksi anyaman.
Sejak lahir setiap manusia telah dianugerahi seperangkat pengetahuan dan
keterampilan dalam berseni, hanya saja tidak semua manusia dapat
mengembangkan anugerah tersebut dengan baik. Adapun yang membuat adanya
perbedaan pengembangan diri dalam berseni adalah cara dan keintensitasan dalam
mengasah anugerah tersebut. Suyono dan Hariyano (dalam Syahid, 2016, hlm.
107) mengemukakan, Cara belajar siswa ditentukan oleh sistem informasi yang
diterimanya sehingga setiap orang pasti memiliki caranya sendiri dalam
melakukan proses belajar. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa cara belajar setiap individu mempunyai gaya belajar yang berbeda,
bergantung pada informasi yang diterimanya. Salah satu cara yang dapat dijadikan
alternatif pemecahan dalam masalah ini yakni melalui pendidikan. Pendidikan
yang dijalani setiap manusia dapat mengembangkan, bahkan menggali semua
kemampuan yang dimiliki oleh manusia tersebut. Poerbakawatja dan Harahap
(dalam Sagala, 2005) mengemukakan mengenai arti pendidikan, yakni usaha
sadar yang dilakukan secara sengaja oleh generasi tua guna mengalihkan
pengetahuan, keterampilan serta pengalamannya kepada generasi muda, sehingga
menghasilkan sebuah kedewasaan dan tanggung jawab yang dapat dijadikan bekal
dalam menjalani kehidupan. Di samping itu, UUSPN No. 20 tahun 2003
mengemukakan,
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
3

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,


pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan pada paragraf sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu proses pemindahan pengetahuan dari
generasi yang lebih tua kepada generasi muda yang dilakukan secara sadar guna
menumbuhkembangkan semua potensi yang ada dalam diri setiap generasi muda
tersebut. Pendidikan diberikan kepada setiap manusia, mulai dari pendidikan
keluarga hingga pendidikan yang diberikan oleh lembaga-lembaga pendidikan
formal. Seperti yang tercantum dalam UUD 1945 Bab XIII, Pasal 31,
menyebutkan, (1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran; (2)
pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran
nasional yang diatur dengan undang-undang. Adanya pendidikan diharapkan
setiap individu mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya,
termasuk dalam bidang seni. Usaha pemerintah dalam mengembangkan
kurikulum yang memuat berbagai aspek mengenai seni dimaksudkan guna
memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan berseninya melalui sebuah bentuk pembelajaran
yang dilakukan di sekolah. Memberikan pembelajaran dalam berkesenian kepada
siswa selaku generasi muda, merupakan salah satu bentuk usaha dalam
melestarikan kebudayaan Indonesia. Oleh sebab itu, kegiatan berkesenian
merupakan hal yang amat penting. Di samping itu, dengan adanya suatu
pengembangan keterampilan dalam berkesenian, dapat membuka peluang prestasi
pada sekolah yang bersangkutan. Dalam mengembangkan kemampuan
berkesenian, Soeharjo (2005, hlm. 5) menyebutkan,

ada dua kemungkinan kemampuan yang dihasilkan peserta didik dalam


melakukan kegiatan seni. Pertama kemampuan melakukan kegiatan seni,
kapabel menggunakan modus imitasi dan atau modus ekspresi dan kedua
kemampuan lain sebagai dampak dari proses pembimbingan, pengajaran
dan atau pelatihan tersebut.
Berdasarkan pendapat tersebut, bahwa ada dua cara yang dapat dilakukan
dalam mengembangkan kemampuan berkesenian. Cara pertama yakni dengan
berekspresi dan menumpahkan seluruh ide kreatifnya ke dalam sebuah karya atau
menjadikan hasil karya orang lain sebagai referensi dalam pembuatan karya.
4

Kedua, ide kreatif muncul pada saat atau setelah adanya bimbingan atau pelatihan
baik itu di lembaga sekolah maupun di lembaga-lembaga pelatihan seperti
sanggar. Akan tetapi, permasalahan yang muncul dalam pembelajaran seni di
tingkat sekolah dasar yakni terlihat pada segi pendidik. Sangat langka ditemukan
seorang pendidik di tingkat sekolah dasar yang mempunyai keahlian atau
menekuni bidang seni secara khusus. Hal ini pun menjadi salah satu faktor
penghambat pengembangan keterampilan berseni pada siswa, karena pendidik
dalam proses pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting dalam
membina dan menumbuhkan potensi yang dimiliki siswa. Pernyataan tersebut
didukung oleh pendapat dari Djuanda (2009, hlm. 4) yang menjelaskan, Guru
memiliki andil besar sebagai penempa dan batu asahan pembelajaran, yang pada
hakikatnya memiliki peran yang jelas sebagai fasilitator.
Khusus untuk seni rupa dengan keterbatasan keterampilan pendidik, siswa
hanya dilatih dalam keterampilan menggambar saja, tanpa memperhatikan
sebenarnya masih banyak karya seni rupa lain yang dapat dipelajari. Di samping
itu, keterbatasan alat menjadi salah satu alasan yang tidak dapat dihindari dalam
pembelajaran seni khususnya seni rupa. Sangat disayangkan apabila pendidik
tidak dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan dalam berkesenian
secara maksimal.
Namun dewasa ini seiring dengan adanya permasalahan tersebut, tidak sedikit
pula sekolah yang merancang dan memberikan pembelajaran seni yang menarik
dan menyenangkan, sehingga dapat mengasah dan mengembangkan keterampilan
siswanya dalam bidang seni. Salah satu sekolah yang menerapkan hal tersebut
adalah SDN Neglasari. Sekolah ini terletak di Kampung Neglasari, Desa Cibeusi
Kecamatan Ciater Kabupaten Subang. Di sekolah ini, siswa tidak hanya diajarkan
bernyanyi ataupun teknik menggambar saja, melainkan diajarkan dan dibimbing
mengenai cara membuat karya seni rupa kriya.
SDN Neglasari telah meraih banyak prestasi dalam bidang seni, di antara
beberapa sekolah dasar yang berada di kawasan Kecamatan Ciater, sekolah inilah
yang mempunyai prestasi unggul, terutama di bidang seni kriya. Seni kriya yang
menjadi unggulan SDN Neglasari ini yakni anyaman. Bentuk anyaman yang
dipelajari di SDN Neglasari adalah sebuah anyaman berkerangka, dengan
5

menggunakan bahan-bahan yang terdapat di alam seperti bambu, rotan, lidi, dan
eceng gondok. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan juga ada bahan-bahan
lain seperti koran, plastik, dan lain-lain digunakan dalam pembuatan anyaman.
Gelar juara yang diraih SDN Neglasari meliputi juara umum di tingkat kecamatan,
juara I, II, dan III tingkat kabupaten dan juara III tingkat provinsi. Hal ini menjadi
salah satu bukti bahwa ada sesuatu yang menarik dalam proses pembelajaran
anyaman di SDN Neglasari, karena pada umumnya tidak sedikit orang yang
merasa kesulitan dalam proses pembuatan anyaman, khususnya anyaman
berkerangka dengan motif dan desain yang cukup rumit. Kesulitan dalam
pembuatan anyaman disebabkan oleh tingginya tingkat ketelitian dan keuletan
yang dibutuhkan dalam proses pembuatan anyaman tersebut. Di samping itu,
keuletan dalam membuat anyaman sangat langka dimiliki oleh anak seusia
sekolah dasar. Namun, pembelajaran pembuatan anyaman di SDN Neglasari,
mampu menghasilkan siswa yang terampil dalam membuat anyaman setiap
tahunnya. Selain dapat memberikan prestasi dan mengharumkan nama sekolah,
keterampilan membuat anyaman ini pun memberikan ilmu keterampilan yang
dapat digunakan oleh siswa dalam memenuhi kebutuhannya sebagai anggota
masyarakat kelak, karena hasil karya anyaman yang dipelajari tersebut berjenis
karya seni terapan, selain dapat dinikmati keindahannya juga dapat dinikmati
kegunaannya. Di samping memiliki nilai estetika yang kuat, seni anyaman ini pun
memiliki nilai jual yang tinggi.
Selain beberapa latar belakang yang dikemukakan pada uraian sebelumnya,
yang menjadi latar belakang lain dalam penelitian ini adalah adanya keinginan
peneliti untuk mengenalkan SDN Neglasari sebagai sekolah yang dapat dijadika
contoh bagi sekolah lain, sehingga dapat memunculkan motivasi pada sekolah lain
dalam mengembangkan minat dan bakat siswa dalam berseni secara maksimal
khususnya dalam pembelajaran bidang seni rupa. Oleh sebab itu, berdasarkan
fenomena dan latar belakang tersebut, peneliti berkeinginan untuk mengkaji dan
melakukan penelitian di SDN Neglasari dengan mengangkat judul penelitian
Kajian Pembelajaran Karya Seni Rupa Ayaman pada Siswa SDN Neglasari
Kecamatan Ciater Kabupaten Subang.
6

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti merumuskan
masalah yang diteliti guna penelitian ini menjadi jelas dan terarah. Adapun
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1 Bagaimana proses pembelajaran anyaman yang dilakukan oleh siswa di SDN
Neglasari?
2 Faktor-faktor apa sajakah yang mendukung tercapainya prestasi melalui proses
pembelajaran ayaman yang dilakukan oleh siswa di SDN Neglasari?
Masalah dalam penelitian ini akan lebih difokuskan pada proses pembelajaran
karya seni rupa anyaman pada siswa SDN Neglasari Desa Cibeusi, Kecamatan
Ciater Kabupaten Subang.

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mendapatkan deskripsi mengenai hal-hal sebagai berikut.
1 Mengkaji proses pembelajaran anyaman yang dilakukan pada siswa di SDN
Neglasari.
2 Mengetahui faktor-faktor yang mendukung tercapainya prestasi melalui proses
pembelajaran ayaman yang dilakukan oleh siswa di SDN Neglasari.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak,
baik itu secara teoritis maupun praktis. Manfaat-manfaat tersebut diantaranya
sebagai berikut.
1 Manfaat Teoritis
Berdasarkan perumusan masalah serta tujuan penelitian, manfaat penelitian
secara teoritis diharapkan dapat memberikan dan mengembangkan pengetahuan
dalam penelitian bidang pendidikan mengenai proses pembelajaran anyaman pada
siswa tingkat sekolah dasar khususnya sekolah yang berada di kawasan
Kabupaten Subang. Di samping itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai referensi bagi pihak sekolah lain untuk mengembangkan potensi anak
dalam bidang seni yang berbasis kearifan lokal sebagai tindak lanjut untuk
melestarikan nilai-nilai seni dan budaya serta diharapkan dapat menjadi referensi
7

bagi mahasiswa yang akan melaksanakan penelitian seni di masa yang akan
datang.
2 Manfaat Praktis
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak,
khususnya bagi pihak siswa, guru dan sekolah yang diteliti dan lembaga
pendidikan serta seseorang untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut.
a. Bagi siswa
1) Meningkatkan keterampilan dalam menganyam.
2) Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang teknik menganyam.
3) Menumbuhkan ketelitian dalam proses pembelajaran anyaman.
4) Mengasah potensi yang ada pada diri siswa khususnya dalam bidang
menganyam.
b. Bagi guru
Memperoleh pengetahuan mengenai tingkat keterampilan siswa dalam
proses pembelajaran anyaman sehingga dapat melakukan pemilihan calon
peserta apabila diadakan suatu perlombaan.
c. Bagi peneliti
1) Menambah pengalaman dan pengetahuan dalam proses penelitian.
2) Menambah pengetahuan dan melatih keterampilan mengenai proses
pembelajaran dan pembuatan anyaman.
3) Memiliki informasi mengenai proses pembelajaran dalam pembuatan
anyaman di SDN Neglasari.
d. Pihak sekolah
1) Menjadikan SDN Neglasari sebagai percontohan bagi sekolah-sekolah lain.
2) Memicu untuk mengembangkan keterampilan dan kreativitas guru beserta
siswanya.
e. Lembaga Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang
1) Menambah daftar referensi dalam kepustakaan UPI Kampus Sumedang
mengenai proses pembelajaran anyaman pada siswa tingkat sekolah dasar.
2) Dapat dijadikan sebagai salah satu referensi penelitian seni pada angkatan
selanjutnya.
8

E. Struktur Organisasi Skripsi


Skripsi ini tersusun dari beberapa bab, diantaranya Bab I, Bab II, Bab III, bab
IV dan Bab V. Uraian dari masing-masing bab yakni sebagai berikut:
Bab I merupakan pendahuluan, yaitu titik awal yang dijadikan sebagai acuan
peneliti dalam melakukan penelitian. Pada bab ini dipaparkan mengenai fenomena
yang diteliti, kondisi ideal lapangan serta kondisi sebenarnya di lapangan. Hal
tersebut secara sistematis tertuang dalam latar belakang penelitian. Selain itu,
berdasarkan paparan latar belakang tersebut diperoleh dua rumusan masalah,
yakni mengenai proses dan faktor yang mendukung pembelajaran pembuatan
anyaman yang dilakukan oleh siswa di SDN Neglasari. Dari rumusan masalah
tersebut, menghasilkan tujuan penelitian yang selaras dengan masalah yang telah
dirumuskan. Di samping itu, pada bab ini juga dipaparkan manfaat-manfaat yang
didapatkan oleh berbagai pihak baik secara teoritis maupun secara praktis.
Bab II merupakan studi literatur, yang berisi mengenai teori-teori yang dapat
mendukung dan memberikan penjelasan mengenai fenomena yang diteliti. Pada
bab ini peneliti memaparkan berbagai hal yang berkaitan dengan konsep dan
makna pembelajaran, seni rupa, pendidikan seni rupa, anyaman.
Bab III merupakan metode penelitian, yaitu langkah yang dilakukan peneliti
dalam melakukan penelitian. Bab ini membahas mengenai metode dan desain
penelitian, subjek penelitian, lokasi penelitian dan waktu penelitian, batasan
istilah, prosedur penelitian serta teknik pengumpulan dan analisis data yang
digunakan dalam penelitian.
Bagian selanjutnya adalah bab IV, merupakan temuan dan pembahasan.
Pada bab ini dipaparkan data-data temuan hasil penelitian di lapangan yang telah
melewati proses analisis data. Kemudian data tersebut diuraikan secara rinci dan
sistematis sehingga didapatkan jawaban dan kejelasan dari rumusan masalah yang
telah ditentukan.
Bagian selanjutnya adalah bab V yang memuat tentang simpulan, implikasi
dan rekomendasi. Pada bagian simpulan dipaparkan mengenai interpretasi hasil
temuan yang didapatkan dari penelitian yang telah dilakukan, sedangkan pada
bagian implikasi dan rekomdasi memuat tentang saran-saran yang ditujukan
kepada beberapa pihak yang bersangkutan dengan penelitian tersebut. Di samping
9

kelima bab yang telah dipaparkan pada uraian sebelumnya, skripsi ini juga disertai
dengan daftar pustaka yang memuat tentang sejumlah sumber atau referensi yang
digunakan.

Anda mungkin juga menyukai