SPE (Special Purpose Entities) atau dalam bahasa Indonesia : Entitas
Bertujuan Khusus. A. Latar Belakang dan Definisi SPE (Special Purpose Entities) Sejak mencuatnya kasus Enron sekitar tahun 2002, praktisi bisnis dan akuntan baik di Indonesia maupun di dunia mulai menyoroti kelemahan aturan di pencatatan akuntansi sehingga manipulasi laporan keuangan masih bisa terjadi saat itu. Mengantisipasi hal yang serupa, maka aturan-aturan terkait special purpose entities mulai diperketat. Special Purpose Entity (SPE) adalah suatu entitas yang dibentuk oleh perusahaan sponsor/ perusahaan induk untuk suatu tujuan tertentu (khusus, sempit, dan temporary), misalnya untuk membagi atau menghilangkan resiko finansial. Suatu entitas bertujuan khusus (EBK) atau special purpose entities (SPE) dapat berbentuk perusahaan, perserikatan, firma atau entitas yang tidak berbentuk badan hukum. EBK umumnya dibentuk dengan ketentuan kontraktual yang mengatur secara ketat atau memberikan batasan tetap atas kewenangan pimpinan, wali amanat, atau manajemen untuk membuat keputusan mengenai pengoperasian EBK. (Pertiwi, 2012) SPE (Special Purpose Entities) atau Entitas Bertujuan Khusus merupakan mekanisme pendanaan yang sah selama lebih dari dua dekade dan menjadi bagian tak terpisahkan dari keuangan perusahaan saat ini. Pada intinya, semua transaksi terkait pihak-pihak berelasi yang berada dalam satu kendali termasuk didalamnya Entitas Bertujuan Khusus (Special Purpose Entities) harus diungkapkan dan dilakukan konsolidasi laporan keuangan. Sehingga semua transaksi akan tampak dan kecurangan seperti yang dilakukan Enron diharapkan tidak akan terjadi lagi. Entitas Bertujuan Khusus memiliki konsep sebagai berikut, yaitu: 1. SPE dibentuk oleh perusahaan sponsor, dan dikapitalisasi dengan investasi ekuitas, beberapa di antaranya harus berasal dari pihak ketiga yang independen. 2. SPE meningkatkan investasi ekuitas ini dengan meminjam dari pasar kredit dan membeli aktiva dari atau untuk perusahaan sponsor. 3. Arus kas dari aktiva digunakan untuk membayar utang dan menyediakan pengembalian bagi investor ekuitas. (Subramanyan K.R) B. Simpulan : SPE (Special Purpose Entities) atau Entitas Bertujuan Khusus termasuk unsur yang melekat dan tidak dapat dipisahkan dalam Analisis Aktivitas Pendanaan, hal tersebut diperjelas dengan adanya beberapa poin tujuan SPE sendiri, diantaranya: a. Mendanai aset tertentu atau layanan tertentu dan tetap membuat hutang perusahaan induk (sponsor) off-balance-sheet. b. Mengubah aset finansial tertentu, seperti hutang dagang, pinjaman, atau hipotek ke dalam bentuk liquid. Dalam dua konteks tujuan ini, perusahaan tentu dapat memperoleh dana untuk selanjutnya dialokasikan pada kegiatan operasional agar memperoleh laba. c. Mengurangi besarnya pajak. Poin ini adalah bonus dari dua aspek diatas, utamanya saat inflasi tinggi berikut harga yang melambung tinggi. Contoh kasus : Sponsor (entitas yang diwakili EBK) sering kali menjual asetnya ke EBK, memperoleh hak pemakaian aset yang dikuasai oleh EBK, atau memberikan jasa untuk EBK, sementara pihak lain (penyedia modal) mungkin menyerahkan dana kepada EBK. Entitas yang bertransaksi dengan EBK (sering kali adalah pendiri atau sponsor) mungkin secara substansi mengendalikan EBK. Sesuai dengan PSAK terbaru hasil konvergensi IFRS, akuntansi terkait Entitas Berkebutuhan Khusus (Special Purpose Entities) disyaratkan sebagai berikut : ISAK No. 7, menyaratkan suatu EBK dikonsolidasikan jika substansi hubungan antara suatu entitas dan EBK mengindikasikan adanya pengendalian EBK oleh entitas tersebut. Prosedur konsolidasi penyajian dan pengungkapan sebagaimana disyaratkan dalam PSAK 4. Karena EBK merupakan entitas yang dikendalikan atau dikuasai oleh entitas lain, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat suatu hubungan antar pihak berelasi diantara keduanya. Oleh karena itu, EBK yang telah terkonsolidasi memungkinan kecurangan bisa diminimalisir bahkan dihindarkan.