Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Tinjauan Pustaka :
Titrasi argentometri ialah titrasi dengan menggunakan perak nitrat sebagai titran di mana
akan terbentuk garam perak yang sukar larut. Metode argentometri disebut juga sebagai metode
pengendapan karena pada argentometri memerlukan pembentukan senyawa yang relatif tidak
larut atau endapan. Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar halogenida
dan senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat (AgNO3) pada suasana
tertentu. Salah satu metode yang digunakan dalam titrasi Argentometri adalah Argentometri
metode Mohr. Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam
berbagai contoh air, misalnya air sungai, air laut, air sumur, air hasil pengolahan industri sabun,
dan sebagainya dalam suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan penambahan
larutan kalium kromat sebagai indikator, titrasi dilakukan dengan kondisi larutan berada pada pH
dengan kisaran 6,5-10.
Dalam suasana asam, perak kromat larut karena terbentuk dikromat dan dalam suasana
basa akan terbentuk endapan perak hidroksida. Reaksi yang terjadi adalah:
Asam : 2CrO42-+2H- CrO72-+H2O
Basa : 2Ag+ +2OH- 2AgOH
2AgOH Ag2O+H2O
Sesama larutan dapat diukur dengan natrium bikarbonat atau kalsium karbonat. Larutan
alkalis diasamkan dulu dengan asam asetat atau asam borat sebelum dinetralkan dengan kalsium
karbonat. Meskipun menurut hasil kelarutan iodida dan thiosianat mungkin untuk ditetapkan
kadarnya dengan cara ini.
Perak juga tidak dapat ditetapkan dengan titrasi menggunakan NaCl sebagai titran karena
endapan perak kromat yang mula-mula terbentuk sukar bereaksi pada titik akhir. Larutan klorida
atau bromida dalam suasana netral atau agak katalis dititrasi dengan larutan titran perak nitrat
menggunakan indikator kromat. Apabila ion klorida atau bromida telah habis diendapkan oleh
ion perak, maka ion kromat akan bereaksi membentuk endapan perak kromat yang berwarna
coklat/ merah bata sebagai titik akhir titrasi. Sebagai indikator digunakan larutan kromat K2CrO4
0,003 M atau 0,005 M yang dengan ion perak akan membentuk endapan coklat atau merah bata
dalam suasana netral atau agak alkalis. Kelebihan indikator yang berwarna kuning akan
mengganggu warna, ini dapat diatasi dengan melarutkan blanko indikator suatu titrasi tanpa zat
uji dengan penambahan kalsium karbonat sebagai pengganti endapan AgCl.
Pada permulaan titrasi akan terjadi endapan perak klorida dan setelah tercapai titik
ekivalen, maka penambahan sedikit perak nitrat akan bereaksi dengan kromat dengan
membentuk endapan perak kromat yang berwarna merah. Cara yang mudah untuk membuat
larutan netral dari larutan yang asam adalah dengan menambahkan CaCO3 atau NaHCO3 secara
berlebihan. Untuk larutan yang alkalis, diasamkan dulu dengan asam asetat kemudian ditambah
sedikit berlebihan CaCO3.
Alat :
Neraca analitik
Maat pipet
Erlenmeyer
Cawan arloji
Gelas beaker
Bulb (pushball)
Buret
botol semprot
Labu ukur
pH indikator
Corong
Pipet tetes
Statif
Kertas saring
Tissue
Pipet volume
Bahan :
Larutan KCl
Aquadest
Indikator K2Cr2O4
Larutan AgNO3
MgO /natrium tetraborat/NaHCO3/HNO3
Prosedur :
A. Titrasi Standarisasi
1. Menimbang dengan teliti sejumlah massa KCl sesuai perhitungan untuk mendapatkan
larutan KCl 0,0500 N.
2. Melarutkan dengan teliti KCl tersebut pada gelas beaker.
3. Memindahkan pada labu takar dengan volume yang sesuai dan tambahkan aquadest hingga
tanda tera. Mengocok hingga homogeny.
4. Menyiapkan larutan perak nitrat 0,05 N. mengisi buret dengan larutan tersebut.
5. Memipet sebanyak 10,0 mL larutan standar KCl, meletakkan pada erlemneyer. Apabila
larutan asam tambahkan MgO/natrium tetraborat/NaHCO3. Apabila larutan basa, tambahkan
HNO3.
6. Menambahkan 5 tetes indicator K2Cr2O4.
7. Menitrasi hingga terjadi perubahan warna larutan menjadi merah bata samar dan keruh.
Mencatat volume titrasi dan hitung konsentrasi larutan perak nitrat.
C. Perhitungan
1. Pembuatan Reagen
a. 500 mL KCl 0,0500 N
m N V BE
0,0500 N 0,50 L
1,8625 gram
Didapatkan massa KCl sebenarnya 1,8632 gram
Konsentrasi KCl terstandarisasi
N
0,0500 N
b. 2000 mL AgNO3 0,05 N
m N V BE
0,05 N 2L
17,00 gram
2. Titrasi Standarisasi
Larutan standar primer(1) KCl 0,0500 N
Larutan standar sekunder(2) AgNO3 0,05 N
V1 10,00 mL
V2 10,15 mL
V1 N1 V2 N2
10,00 mL 0,0500 N 10,15 mL N2
N2 0,0493 N
3. Titrasi Penetapan Kadar
Massa sampel 2,0078 g 2007,8 mg
Volume larutan sampel 250 mL
Volume sampel untuk titrasi 5,00 mL
Volume titran 13,32 mL
Normalitas titran 0,0493 N
Kadar Cl 100
100
58,054
Pembahasan :
Standarisasi AgNO3 dengan NaCl ( dengan indikator K2CrO4 ) Metode yang digunakan
pada standarisasi AgNO3 dengan NaCl adalah metode Mohr dengan indikator K2CrO4.
Penambahan indikator ini akan menjadikan warna larutan menjadi kuning. Titrasi dilakukan
hingga mencapai titik ekuivalen. Titik ekuivalen ditandai dengan berubahnya warna larutan
menjadi merah bata dan munculnya endapan putih secara permanen.
Hasil reaksi ini berupa endapan AgCl. Ag+ dan AgNO3 dengan Cl- dari NaCl akan
bereaksi membentuk endapan AgCl yang berwarna putih. Setelah ion Cl- dalam NaCl telah
bereaksi semua, maka ion Ag+ akan bereaksi dengan ion CrO dari K2CrO4 (indikator) yang
ditandai dengan perubahan warna, dari kuning menjadi merah bata. Saat itulah yaitu saat
AgNO3 tepat habis bereaksi dengan NaCl. Keadaan tersebut dinamakan titik ekuivalen
dimana jumlah mol grek AgNO3 sama dengan jumlah mol grek NaCl.
Kesimpulan :
Didapatkan konsentrasi AgNO3 sebenarnya 0,0493 N
Didapatkan kadar klorida dalam sampel 58,054
Daftar pustaka :
http://www.syindjia.com/2013/11/metode-dalam-titrasi-argentometri.html
http://wahyudwisetiawan3k2.wordpress.com/titrasi-argentometri/