Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia sudah lama


dilakukan. Peningkatan mutu pendidikan merupakan peningkatan sumber
daya manusia. Namun, sampai saat ini mutu pendidikan di Indonesia
masih sangat rendah di banding dengan negara-negara tetangga seperti
Malaysia, Singapura, dan Brunai Darussalam, dengan demikian kualitas
sumber daya manusia Indonesia masih rendah. Oleh karena itu, Indonesia
kini menghadapi dua persoalan di dalam SDM, yaitu tantangan dari dalam
dan dari luar negeri. Melihat kondisi tersebut, maka dunia pendidikan
harus mampu berperan aktif menyiapkan sumber daya manusia yang
mampu menghadapi berbagai tantangan kehidupan baik lokal, regional,
nasional maupun internasional.

Jiwa kewirausahaan ( entrepreneurship ) dapat ditanamkan oleh para


orang tua ketika anak-anak mereka masih berusia dini. Kewirausahaan
lebih mengarah pada perubahan mental. Jadi, tak perlu dipertentangkan,
apakah kemampuan wirausaha berkat adanya bakat atau hasil
pendidikan.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui pentingnya memberikan pendidikan mental
kewirausahaan sejak usia dini.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dan Konsep Pendidikan Kewirausahaan


Wirausaha adalah seseorang yang bebas dan memiliki kemampuan
untuk hidup mandiri dalam menjalankan kegiatan usahanya atau bisnisnya
atau hidupnya. Ia bebas merancang, menentukan, mengelola, dan
mengendalikan semua usahanya. Sedangkan kewirausahaan adalah
suatu sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru
yang sangat bernilai dan berguna bagi dirinya dan orang lain.
Kewirausahaan
merupakan sikap mental dan jiwa yang selalu aktif atau kreatif
berdaya, bercipta, berkarsa dan bersahaja dalam berusaha dalam rangka
meningkatkan pendapatan dalam kegaitan usahanya atau kiprahnya.
Seseorang yang memiliki jiwa dan sikap wirausaha selalu tidak puas
dengan apa yang telah dicapainya. Dari waktu-ke waktu, hari demi hari,
minggu demi minggu selalu mencari peluang untuk meningkatkan usaha
dan kehidupannya. Ia selalu berkreasi dan berinovasi tanpa berhenti,
karena dengan berkreasi dan berinovasi itulah semua peluang dapat
diperolehnya.
Kewirausahaan (entrepreneurship ) muncul apabila seseorang individu
berani mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Proses
kewirausahaan meliputi semua fungsi, aktivitas dan tindakan yang
berhubungan dengan perolehan peluang dan penciptaan organisasi
usaha. Esensi dari kewirausahaan adalah menciptakan nilai tambah di
pasar melalui proses pengkombinasian sumber daya dengan cara-cara
baru dan berbeda agar dapat bersaing.

Nilai tambah tersebut dapat diciptakan melalui cara-cara sebagai berikut :

a. Pengembangan teknologi baru (developing new technology ),

2
b. Penemuan pengetahuan baru (discovering new knowledge ),

c. Perbaikan produk (barang dan jasa) yang sudah ada (improving


existing products or services ),

d. Penemuan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang


dan jasa yang lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit
( finding different ways of providing more goods and services with
fewer resources ).

Ada enam hakikat pentingnya kewirausahaan, yaitu :

1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku


yang dijadikan sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat,
proses dan hasil bisnis.

2. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang dibutuhkan untuk memulai


sebuah usaha dan mengembangkan usaha.

3. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu


yang baru (kreatif) dan berbeda (inovatif) yang bermanfaat dalam
memberikan nilai lebih.

4. Kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang


baru dan berbeda.

5. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan


keinovasian dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang
untuk memperbaiki kehidupan usaha.

6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan


mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan
berbeda untuk memenangkan persaingan.

Meredith memberikan ciri-ciri seseorang yang memiliki karakter


wirausaha, yaitu sebagai orang yang :

a. Percaya diri

3
b. Berorientasi pada tugas dan hasil

c. Berani mengambil resiko

d. Berjiwa kepemimpinan

e. Berorientasi ke masa depan

f. Keorisinalan

Kewirausahaan tidak muncul secara mendadak, akan tetapi melalui


proses pembelajaran.

Perlunya pendidikan kewirausahaan bagi setiap orang antara lain


sebagai berikut :

1. Tenaga-tenaga wirausaha mempunyai kemampuan luar biasa. Oleh


karena itu, sudah sewajarnya memberikan kesempatan kepada
setiap manusia memiliki kepribadian wirausaha. Ilmu kewirausahaan
dapat dibentuk, dilatih, dididik, dikembangkan dan ditingkatkan
jumlahnya.

2. Seorang yang berjiwa wirausaha, diri sendirinyalah yang menjadikan


seorang manusia yang berkepribadian dan berwatak unggul,
memberikan kemampuan untuk membersihkan sikap mental negatif,
serta meningkatkan daya saing dan daya juang untuk mencapai
kemajuan.

3. Jiwa kewirausahaan merupakan salah satu bekal bagi seseorang


dalam menjalani kehidupan.

4. Kewirausahaan adalah sumber peningkatan mutu kepribadian dan


kemampuan usaha. Usaha penggalian kewirausahaan sangat mutlak
diharapkan oleh setiap orang.

Pendidikan kewirausahaan merupakan salah satu bentuk aplikasi


kepedulian dunia pendidikan terhadap kemajuan bangsanya. Di dalam
pendidikan kewirausahaan akan diperlihatkan beberapa hal mengenai

4
kewirausahaan, diantaranya adalah nilai dan bentuk kerja untuk mencapai
kesuksesan. Dalam arti yang lebih luas bahwa pendidikan kewirausahaan
adalah pertolongan untuk membelajarkan manusia Indonesia sehingga
mereka memiliki kekuatan pribadi yang dinamis dan kreatif sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia yang berdasarkan pancasila.

2.2 Pentingnya Pengenalan Pendidikan Kewirausahaan Sejak Dini

Karakter seorang anak dibangun melalui apa yang didengarkan, apa


yang dilihat dan apa yang dirasakan. Pendengaran dan penglihatan
adalah pintu masuk pelajaran sebelum masuk menempa hati nuraninya.
Melalui seluruh indera yang manusia miliki inilah, akan muncul
pembelajaran yang kuat terkait dengan apa-apa yang diterima oleh indera.
Bila anak terbiasa dengan dunia wirausaha sejak kecil, maka karakter
inilah yang akan muncul kelak ketika anak dewasa.

Pembelajaran kewirausahaan (entrepreneurship) lebih mengarah pada


perubahan mental. Mien Uno berpendapat bahwa untuk menjadi
wirausahawan handal dibutuhkan karakter unggul yang meliputi ;
pengenalan terhadap diri sendiri, kreatif, mampu berpikir kritis, mampu
memecahkan permasalahan, dapat berkomunikasi, mampu membawa diri
di berbagai lingkungan, menghargai waktu, mampu berbagi dengan orang
lain, mampu mengatasi stres, bisa mengendalikan emosi dan mampu
membuat keputusan.

Berwirausaha bukan hanya dunianya orang dewasa, tetapi juga bisa


menjadi bagian dari dunianya anak-anak. Bedanya, berwirausaha pada
anak-anak tidak bisa dijalankan sendirian, namun membutuhkan
bimbingan dan dukungan dari orang dewasa, orangtua maupun guru.
Anak-anak yang mengenal dunia wirausaha sejak dini, akan mendapatkan
manfaat yang besar untuk bekal masa depan kelak. Pada tahapan usia
dini, anak-anak yang belajar menumbuhkan pembelajaran wirausaha akan
tumbuh menjadi pribadi yang kreatif. Kreativitas yang terlatih sejak dini,
termasuk melalui berbagai kegiatan kewirausahaan menjadi modal utama

5
produktivitas dan kemandirian anak ketika dewasa nanti. Jiwa wirausaha
(entrepreneurship) harus ditanamkan oleh para orang tua dan sekolah
ketika anak-anak mereka dalam usia dini. Mengingat bahwa
kewirausahaan ternyata lebih kepada menggerakkan perubahan mental.
Jadi tak perlu dipertentangkan apakah kemampuan wirausaha itu berkat
adanya bakat atau hasil dari proses pendidikan.

Pembelajaran kewirausahaan pada diri anak tidak serta merta ada,


akan tetapi memerlukan latihan secara bertahap. Bisa dimulai dari hal-hal
kecil dalam aktivitas keseharian anak. Misalnya, membereskan mainan
selesai bermain, rajin sikat gigi sebelum tidur dan membereskan tempat
tidur. Ini merupakan latihan berdisiplin, bertanggung jawab dan awal
pengajaran tentang kepemilikan. Latihan selanjutnya, mengajarkan anak
untuk mampu mengelola uang dengan baik. Latihan yang perlu diajarkan
bukan hanya cara membelanjakan, tapi juga menabung, sedekah dan
mencari uang.

Hal lain yang juga penting adalah dukungan dari orang tua kepada
anak. Dukungan tidak hanya dapat berupa finansial tapi juga motivasi
agar anak mau berpikir kritis untuk mengeluarkan ide. Bentuk motivasi itu
antara lain bisa berwujud ucapan selamat ketika tanaman yang dipelihara
anak dapat tumbuh dan anak dapat memetik hasilnya atau dorongan
semangat untuk pantang menyerah. Pengakuan dan dukungan dari orang
tua akan menentukan perkembangan minat dan percaya diri anak.
Sekolah sebagai wadah bagi anak mendapatkan ilmu dan menerapkan
ilmunya untuk mengembangkan pembelajaran kewirausahaan anak,
sedangkan orang tua sebagai motivator bagi anak dalam mewujudkan
segala hal tersebut. Sekolah dan orang tua merupakan kunci sukses dari
program kewirausahaan pada anak usia dini.

Penumbuhan pembelajaran kewirausahaan perlu ditumbuhkan sejak


dini, bukan hanya dalam dataran pembentukan kognitif dengan
memberitahu anak tentang definisi kewirausahaan, manfaatnya dan
caranya. Tetapi kewirausahaan dapat diintegrasikan dalam tema

6
pembelajaran melalui kurikulum yang telah ada. Hal ini dapat dilakukan
oleh guru secara kreatif pada saat pemberian materi pembelajaran yang
dilakukan seraya bermain.

Menanamkan jiwa kewirausahaan kepada anak sejak dini, akan


membentuk individu yang memiliki beberapa keterampilan, antara lain :

a. Managerial skill (ketrampilan manajerial) ,

b. Conceptual skill (merumuskan tujuan) ,

c. Human skill (keterampilan memahami, mengerti, berkomunikasi dan


berelasi),

d. Decision making skill (keterampilan merumuskan masalah dan


mengambil keputusan),

e. Time managerial skill (keterampilan mengatur dan menggunakan


waktu).

Jika anak sejak usia dini sudah diajarkan tentang kewirausahaan, anak
akan memiliki keterampilan-keterampilan tersebut. Sehingga hal ini akan
membuat anak menjadi pribadi yang tangguh dalam menghadapi
kehidupannya di masa depan.

Dalam INPRES No. 1 dan 6 Tahun 2010 terdapat 17 nilai


kewirausahaan, yang juga dijadikan sebagai landasan dasar sekaligus
tujuan dalam mengenalkan dan menanamkan jiwa wirausaha pada anak
usia dini, yaitu :

Nilai Deskripsi

1. Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas.

7
2. Kreatif

Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil


berbeda dari produk atau jasa yang telah ada

3. Berani mengambil resiko

Kemampuan seseorang untuk menyukai pekerjaan yang menantang,


berani dan mampu mengambil resiko kerja

4. Berorientasi pada tindakan

Mengambil inisiatif untuk bertindak, dan bukan menunggu, sebelum


sebuah kejadian yang tidak dikehendaki terjadi

5. Kepemimpinan

Sikap dan perilaku seseorang yang selalu terbuka terhadap saran dan
kritik, mudah bergaul, bekerjasama dan mengarahkan oranglain

6. Kerja keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam


menyelesaikan tugas dan mengatasi berbagai hambatan

7. Jujur

Perilaku yang didasarkan atas upaya menjadikan dirinya sebagai orang


yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan dan tindakan

8 Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai


ketentuan dan peraturan

9. Inovatif

8
Kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan
persoalan-persoalan dan peluang untuk meningkatkan dan memperkaya
kehidupan

10. Tanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang yang mau dan mampu melaksanakan tugas
dan kewajibannya

11. Kerjasama

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya mampiu


menjalin hubungan dengan orang lain dalam melaksanakan tindakan dan
pekerjaan

12. Pantang menyerah (ulet)

Sikap dan perilaku seseorang yang tidak mudah menyerah untuk


mencapai suatu tujuan dengan berbagai alternatif

13. Komitmen

Kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat seseorang, baik terhadap


dirinya maupun orang lain

14. Realistis

Kemampuan menggunakan fakta atau realita sebagai landasan berpikir


yang rasional dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan atau
perbuatan

15. Rasa ingin tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui secara


mendalam dan luas dari apa yang dipelajari, dilihat, dan didengar

16. Komunikatif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan


bekerjasama dengan orang lain
9
17. Motivasi kuat untuk sukses

Sikap dan tindakan selalu mencari solusi terbaik

2.3 Pendidikan Kewirausahaan Dalam Membangun Minat Anak

Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di
luar dirinya. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, maka semakin
besar minatnya. Jika seseorang telah melaksanakan kesungguhannya
kepada suatu objek maka minat ini akan menuntun seseorang untuk
memperhatikan lebih rinci dan mempunyai keinginan untuk ikut atau
memiliki objek tersebut. Minat merupakan salah satu aspek psikis
manusia yang mendorongnya untuk memperoleh sesuatu atau untuk
mencapai suatu tujuan, sehingga minat mengandung unsur keinginan
untuk mengetahui dan mempelajari dari sesuatu yang diinginkannya itu
sebagai kebutuhannya.

Oleh sebab itu, apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan
membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihatnya itu mempunyai
hubungan dengan kepentingannya sendiri. Minat merupakan suatu
keinginan yang cenderung menetap pada diri seseorang untuk
mengarahkan pada suatu pilihan tertentu sebagai kebutuhannya,
kemudian dilanjutkan untuk diwujudkan dalam tindakan nyata dengan
adanya perhatian pada objek yang diinginkannya itu untuk mencari
informasi sebagai wawasan bagi dirinya.

Siswa akan mempunyai dorongan yang kuat untuk berwirausaha


apabila menaruh minat yang besar terhadap kegiatan wirausaha. Dengan
adanya minat akan mendorong siswa untuk melakukan suatu aktivitas
tertentu, karena di dalam minat terkandung unsur motivasi atau dorongan
yang menyebabkan siswa melakukan aktivitas sesuai dengan tujuan.
Kuatnya dorongan bagi diri seseorang dapat berubah-ubah sewaktu-
waktu. Perubahan tersebut terjadi karena kepuasan kebutuhan, yakni

10
seseorang telah mencapai kepuasan atas kebutuhannya. Dengan
demikian, dorongan kuat untuk melakukan kegiatan berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan. Apabila kebutuhan terpenuhi, maka akan timbul
kepuasan, sedangkan kepuasan itu sendiri sifatnya menyenangkan. Hal
ini berarti bahwa dorongan untuk berhubungan lebih aktif dengan obyek
yang menarik ini disertai dengan perasaan senang.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat siswa untuk

berwirausaha, diantaranya :

1. Kemauan

Kemauan adalah suatu kegiatan yang menyebabkan seseorang mampu


untuk melakukan tindakan dalam mencapai tujuan tertentu. Dengan
adanya kemauan seseorang untuk mencoba berwirausaha, ini merupakan
suatu hal yang baik.

2. Ketertarikan

Ketertarikan adalah perasaan senang, terpikat, menaruh minat kepada


sesuatu. Saat ada ketertarikan dari diri seseorang, maka ada daya juang
untuk meraih yang ingin dicapai. Dalam hal ini adalah ketertarikan untuk
mau berwirausaha, maka siswa tersebut mempunyai minat untuk
berwirausaha.

3. Lingkungan Keluarga

Berkaitan dengan lingkungan keluarga, maka peran keluarga sangat


penting dalam menumbuhkan minat anak. Orang tua merupakan pendidik
pertama dan sebagai tumpuan dalam bimbingan kasih sayang yang
utama. Maka orang tualah yang banyak memberikan pengaruh dan warna
kepribadian terhadap seorang anak. Dengan demikian mengingat
pentingnya pendidikan di lingkungan keluarga, maka pengaruh di
lingkungan keluarga terhadap anak dapat mempengaruhi apa yang
diminati oleh anak.

11
4. Lingkungan Sekolah

Pendidikan di sekolah menjadi tanggung jawab guru. Jadi pada dasarnya


yang berpengaruh terhadap perkembangan siswa yaitu proses pendidikan
di sekolah sebagai bekal untuk diterapkan dalam kehidupan di lingkungan
masyarakat. Seorang guru dalam proses pendidikan juga dapat
memberikan motivasi dan dorongan kepada siswa dalam menumbuhkan
minatnya. Sebagai pendidik dalam lembaga pendidikan formal, maka guru
berperan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, apalagi yang
dibutuhkan orang pada dasarnya adalah ke arah pengembangan kualitas
SDM yang berguna.

2.4 Pendidikan Kewirausahaan Dalam Membangun Motivasi Anak

Motivasi adalah proses membangkitkan, mengarahkan dan


memantapkan perilaku arah suatu tujuan. Motivasi merupakan hal yang
melatar belakangi individu berbuat untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Motivasi adalah kesediaan individu untuk mengeluarkan berbagai upaya
dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Motivasi dapat dicermati dari
ketegangan yang dialami oleh individu, semakin besar ketegangannya,
semakin tinggi tingkat upaya yang ditunjukkan oleh individu tersebut
dalam mencapai tujuannya. Dalam berwirausaha, peran motivasi terutama
motivasi untuk berhasil menjadi sangat penting. Sebab di dalam motivasi
terdapat sejumlah motif yang akan menjadi pendorong (drive atau
stimulus ) tercapainya keberhasilan. Apalagi di dalam motivasi
berwirausaha diperlukan daya juang untuk sukses, mau belajar melihat
keberhasilan orang lain, memiliki dorongan kuat untuk mengatasi semua
kendala dalam berwirausaha. Oleh karena itu, untuk memahami motivasi
perlu untuk memahami berbagai jenis kebutuhan. Hal itu sejalan dengan
teori hierarki kebutuhan (hierarchy of needs ) dari Abraham Maslow, yang
terdiri dari: kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan
sosial, kebutuhan terhadap harga diri, kebutuhan akan aktualisasi.

12
Pengertian motivasi seperti yang dikemukakan di atas mengacu pada
timbulnya dorongan. Sedangkan berwirausaha merupakan salah satu
objek pekerjaan di samping pekerjaan lain, yakni pegawai negeri atau
pegawai swasta. Dengan demikian motivasi berwirausaha diartikan
sebagai tenaga dorongan yang menyebabkan siswa melakukan suatu
kegiatan berwirausaha. Dengan demikian adanya perasaan senang yang
menyertai timbulnya motivasi berwirausaha. Rangsangan-rangsangan dari
objek wirausaha akan dapat menumbuhkan motivasi, dan motivasi yang
telah tumbuh akan menjadikan sebagai dorongan dan motor untuk
mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan.

Kebutuhan ini menimbulkan dorongan atau motif untuk berbuat


sesuatu. Setelah perbuatan tersebut dilakukan maka tercapai keadaan
seimbang dalam diri siswa. Kebutuhan yang sudah tercapai dengan hasil
baik akan memberikan kepuasan dan timbulnya rasa puas pada diri siswa
akan diikuti perasaan senang. Akan tetapi keseimbangan tersebut tidak
berlangsung untuk selamanya karena akan timbul ketidakseimbangan
baru yang menyebabkan proses motivasi di atas diulangi. Keberhasilan
usaha dalam bidang wirausaha terletak pada sejauhmana motivasi
berprestasi dalam berwirausaha menjiwai usahanya. Semakin tinggi
motivasi berprestasi dalam berwirausaha akan semakin menunjang
keberhasilan usaha yang dicapai. Karena dengan motivasi berwirausaha
yang tinggi akan mampu mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan
akan mampu menciptakan jalan keluar dari kesulitan. Selain itu akan
selalu didorong oleh pemikiran optimis, semangat kerja, ulet dan
menggunakan program dalam mencapai tujuan di bidang usahanya,
dimana kegiatannya tersebutdilaksanakan secara teratur dan bertanggung
jawab. Siswa yang memiliki motivasi berwirausaha tinggi, berarti
mempunyai kemauan untuk berhasil dalam berwirausaha. Dengan
pertimbangan siswa-siswi belum terjun secara aktif dalam kegiatan
wirausaha sehingga tidaklah mungkin mengukur perilakunya dalam
berwirausaha dan dengan asumsi bahwa sikap berwirausaha sangat
dekat dengan perilaku dalam bidang berwirausaha, maka berdasarkan

13
teori dan hasil-hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa motivasi berwirausaha mempengaruhi sikap
berwirausaha.

2.5 Kewirausahaan Menumbuhkan Kecerdasan Finansial

Menurut psikolog anak, Dr Seto Mulyadi, bila ada seorang anak yang
memiliki inisiatif untuk belajar berbisnis di usia dini, orang tua perlu
memberi apresiasi terhadap gagasan tersebut. Inisiatif itu menunjukkan
bahwa anak sudah mulai memiliki kecerdasan finansial. Kecerdasan
finansial adalah kecerdasan untuk mengelola uang. Menambah
penghasilan dengan usaha seperti itu, bukanlah hal yang negatif. Justru
hal itu sangatlah disarankan untuk dikenalkan kepada anak sejak dini.
Mengajarkan anak soal menabung dan menambah penghasilan
merupakan suatu cara yang efektif untuk menumbuhkan jiwa
enterpreneurship pada si kecil.

Kecerdasan finansial dan jiwa wirausaha bisa dikenalkan orang tua


kepada anaknya sejak dini. Yang perlu ditekankan adalah cara mendidik
anak dengan suasana yang menyenangkan, dan tidak memaksa
kehendak kepada anak. Caranya sekali-kali ajaklah anak ke bank. Begitu
sampai di bank, orang tua bisa menjelaskan kepada mereka bahwa
sebenarnya uang bisa ditabung. Jelaskan pula kepada mereka, untuk bisa
membeli sesuatu yang diinginkan, maka uang harus ditabung dulu. Bisa
juga mengajak anak-anak ke supermarket. Orangtua bisa menjelaskan
istilah harga, keuntungan, mahal, dan murah. Berikan pengertian kepada
anak, bila ada sebuah barang yang dijual denga harga Rp 10.000,-
orangtua bisa memberi penjelasan kepada si anak bahwa harga barang
itu sebetulnya lebih murah, misalnya seharga Rp 9.000,-. Harganya
tersebut jadi lebih mahal, karena supermarket perlu mengambil untung.
Orang tua bisa menjelaskan, nilai selisih atau keuntungan itu digunakan
supermarket untuk membayar karyawan, listrik, sewa gedung, dan
keperluan lainnya. Hal seperti itu perlu dikenalkan sejak dini dengan cara
yang mudah dan menyenangkan.

14
Bila sang anak sudah mulai memiliki inisiatif untuk berbisnis, orang tua
tinggal membuat semacam rambu-rambu yang tentu saja harus dipahami
sang anak. Salah satu hal yang perlu ditanamkan adalah soal kejujuran.
Orang tua bisa menjelaskan bahwa dalam berbisnis tidak boleh
berbohong. Orang tua juga perlu memberi penjelasan bahwa kegiatan
sang anak hanyalah semacam kegiatan ekstrakurikuler. Dengan begitu,
tugas utamanya adalah tetap belajar. Berbisnis atau jualan kecil-kecilan di
sekolah hanyalah kegiatan tambahan. Inisiatif bisnis kecil-kecilan itu harus
muncul dari si anak. Jangan pernah orang tua memaksanya. Orangtua
tidak bisa memaksa si anak untuk berbisnis kecil-kecilan. Namun, bisa
merangsang mereka agar jiwa kewirausahaan dan kecerdasan
finansialnya tumbuh.

Menurut konsultan bisnis, Ir. Sri Bramantoro Abdinagoro, menanamkan


jiwa kewirausahaan pada anak sejak usia dini bisa dilakukan dengan
suasana yang riang dan menyenangkan. Tetapi semua kembali lagi ke
anak, jadi orangtua mengajarkan kepada anak berdasarkan kemauan
anak, orangtua tidak boleh memaksa atau mengarahkan, sehingga anak
tidak merasa terbebani, dan mau melakukan hal tersebut dengan senang
dan sukarela. Hal yang dilakukan orangtua adalah memfasilitasi anak.

Baik psikolog anak Dr Seto Mulyadi maupun konsultan bisnis Ir. Sri
Bramantoro Abdinagoro, berpendapat tentang manfaat belajar berbisnis
dan mengelola uang sejak dini. Menurut Dr Seto Mulyadi, saat ini sangat
banyak orang yang bergelar master dan doktor, namun kemampuan
mengelola uangnya sangat rendah. Itu karena mereka tak memiliki
kecerdasan finansial. Selain itu anak yang sejak dini diajarkan cara
mengelola uang, juga bisa tumbuh menjadi pribadi yang kreatif dan
mandiri. Tak cuma itu, mereka pun bisa memiliki jiwa kewirausahaan.

2.6 Contoh Program Kegiatan Kewirausahaan Pada Anak Usia Dini

Sejak tahun 2009 lalu, pemerintah sudah menyusun kurikulum


berbasis enterpeneurship yang seharusnya dapat diintegrasikan dalam

15
pembelajaran. Tujuannya antara lain ialah bagaimana mempersiapkan
generasi muda yang kompetitif serta bisa membuka dunia usaha baru,
termasuk mampu memberikan lapangan kerja untuk orang lain.

Mencetak wirausaha tentu tidaklah semudah membalikkan telapak


tangan. Perlu sebuah sistem yang baik, dijalankan secara konsisten,
dikontrol, dan ditanamkan sejak dini pada setiap insan Indonesia.
Kurikulum yang diterapkan harus terintegrasi dengan karakter
kewirausahaan. Sehingga siswa sudah dapat dikenalkan pada
kewirausahaan sejak dini (satuan pendidikan tingkat TK/SD).

Kegiatan pembelajaran kewirausahaaan direncanakan secara khusus


dan diikuti oleh peserta didik. Dalam program pembelajaran
kewirausahaan, perencanaan dan pelaksanaan pendidikan
kewirausahaan dapat dilakukan melalui pengintegrasian kedalam kegiatan
sehari-hari yang dilakukan di rumah atau sekolah. Pada tingkat pendidikan
dasar, penanaman konsep-konsep terkait dengan kegiatan kewirausahaan
pada anak didik dapat diberikan kepada mereka mengenai hal-hal yang
terkait dengan kegiatan kewirausahaan, walau hanya sebatas pengenalan
yang minimalis.

Pembelajaran kewirausahaan di lingkungan anak usia dini dapat


dilakukan dengan berbagai kegiatan belajar melalui bermain sesuai
dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan
yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga
kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah,
sehingga dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
dapat mengekspresikan dirinya secara bebas melalui kegiatan mandiri
dan atau kelompok.

Menumbuhkan sifat wirausaha pada diri anak memerlukan latihan


bertahap. Latihan wirausaha ini bukanlah sesuatu yang rumit. Kegiatan
anak di PAUD bersama guru dan teman sebayanya dapat dimaksimalkan
dalam menanamkan pola pikir untuk menjadi seorang wirausaha

16
(entrepreneur), serta memberikan pembiasaan-pembiasaan yang positif
terhadap anak terkait dengan nilai-nilai positif yang terdapat dalam jiwa
seorang wirausaha. Hal-hal yang dapat guru lakukan antara lain ;
memberikan fasilitas, metode mengajar yang kreatif, mengaitkan apa yang
diajarkan dengan berpikir layaknya seorang wirausaha. Agar kelak ketika
dewasa nanti anak akan terbiasa dengan kegiatan kewirausahaan dan
yang terpenting lagi anak tidak akan takut dalam mengambil resiko.
Kegiatan sekolah yang berkaitan dengan kewirausahaan merupakan
penyeimbang bagi anak untuk menerapkan apa yang anak peroleh dari
pelajaran yang telah diajarkan oleh guru, misalnya ketika ada tema
tumbuhan, guru bisa mengajarkan cara menanam tumbuhan, merawatnya
sampai dengan bagaimana memanfaatkan tumbuhan.

Berdasarkan dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak


usia pra-sekolah dasar (PAUD), bahwa sudah ada beberapa aktivitas yang
dilakukan untuk menanamkan sikap entrepreneurship sedari dini, baik
yang diajarkan oleh orangtua di rumah maupun oleh guru di sekolah.
Diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Penanaman jiwa wirausaha melalui metode bercerita. Menurut psikolog


anak, Dr. Seto Mulyadi, cara yang mudah untuk dilakukan orangtua
adalah dengan cara bercerita. Misalnya saja, orangtua bisa menceritakan
kisah tentang teman yang dulu sejak kecil sudah bisa mencari uang
dengan berbisnis kecil-kecilan. Selain itu, orang tua juga bisa bercerita
soal kisah sukses dan masa kecil para pengusaha ternama. Setelah
bercerita, yakinkan pula pada sang anak, bahwa dirinya juga bisa sukses
seperti itu. Sehingga, anak akan menjadi tertantang untuk mengikuti kisah
sukses itu.

2. Pendidikan kewirausahaan diintegrasikan dalam mata pelajaran,


muatan lokal, kegiatan ekstrakurikuler, pengembangan diri, kultur sekolah
atau aturan-aturan yang dibuat oleh sekolah. Kegiatan berwirausaha
dapat dijadikan sebuah event kompetisi bagi peserta didik, misalkan
lomba karya seni, lomba memasak dan mengemas produk sehingga

17
memiliki nilai jual, lomba kerajinan tangan, dan sebagainya. Kemudian
hasil karya siswa tersebut dipasarkan dan di jual. Selanjutnya masing-
masing individu atau kelompok peserta lomba diberi nilai sesuai indikator
penilaian yang telah ditentukan dan diberi penghargaan atas keberhasilan
yang peserta didik peroleh.

3. Mengajak siswa melakukan kegiatan dasar kewirausahaan, misalnya


kegiatan ekonomi di kelas, kebiasaan usaha, yaitu warung kelas. Warung
kelas dapat dijadikan sebagai dasar penanaman jiwa kewirausahaan.
Sebab pada kegiatan ini, semua hal dari anak didik, untuk anak didik dan
oleh anak didik. Warung kelas ini adalah milik siswa sehingga setiap anak
mempunyai tanggung jawab dan kewajiban yang sama dalam upaya
peningkatan dan kelancaran penjualan jajanan yang ada. Setelah jajanan
habis, maka beberapa orang secara bergantian bertugas untuk belanja
makanan dan jajanan untuk periode jualan ke depan. Pada saat inilah,
anak dapat mengetahui apakah warung kelasnya mendapatkan untung
ataukah tidak. Dan, nilai keuntungan tersebut dapat ditambahkan untuk
belanja sekaligus memperbanyak barang dagangan.

Dengan cara ini, maka tumbuh kesadaran dalam jiwa anak didik
bahwa mereka dapat melakukan kegiatan usaha. Kesadaran ini diyakini
dapat memicu semangat kewirausahaan pada anak-anak. Dalam konteks
ini yang paling dibutuhkan adalah bimbingan guru agar kegiatan ini tidak
mengganggu proses pendidikan anak. Artinya, warung kelas hanya dibuka
pada saat sebelum masuk waktu pembelajaran dan pada saat jam
istirahat saja. Di luar kedua jam tersebut, maka secara tegas guru
melarang adanya transaksi jual beli.

4. Membuat kue dan minuman ringan dan menjualnya dalam acara-acara


tertentu. Untuk dapat menanamkan jiwa berwirausaha kepada anak, guru
dapat memberikan suatu kegiatan pembelajaran yang dapat melibatkan
orangtua dan anak. Seperti misalnya acara Cooking Classes And Food
Bazaar, dimana acara ini merupakan acara memasak bersama antara
anak dan orangtua, dengan dibimbing oleh guru atau pendidik yang menu

18
makanannya dapat disesuaikan dengan kesukaan anak-anak. Setelah itu,
makanan-makanan yang dibuat tersebut dijual ke dalam acara Food
Bazaar pada hari itu juga, dengan penjual adalah anak-anak itu sendiri
dan orangtua siswa sebagai pembelinya atau dapat juga melibatkan
masyarakat luar di sekitar lingkungan sekolah anak.

5. Membuat craft dan menjualnya dalam acara Market Day Salah satu
contoh aplikasi pendidikan terintegrasi mengenai kewirausahaan adalah
kegiatan Market Day dengan melibatkan semua siswa dalam proses
produksi, distribusi, dan konsumsi. Kegiatan produksi adalah dengan
memberikan tanggung jawab kepada siswa berdasakan kelas secara
bergantian untuk membuat produk yang memiliki nilai jual dan bermanfaat
bagi selurus civitas academica sekolah. Kemudian siswa diminta untuk
menjual produknya (distribusi), sedangkan siswa yang lainnya termasuk
para guru bertanggung jawab sebagai konsumen (pembeli). Kegiatan
Market Day bisa dilakukan secara mandiri (memproduksi barang secara
individu) atau secara klasikal (memproduksi barang dengan berkelompok)
sesuai minat siswa dan produk yang akan diproduksikan.

Untuk satuan pendidikan TK dan SD kegiatan di atas tidak


sepenuhnya dibebankan kepada siswa. Peran orang tua dan guru juga
diperlukan dan harus disertakan. Para siswa dalam Market Day hanya
sebatas distributor. Sedangkan kegiatan produksinya bisa melibatkan
orang tua maupun guru. Satu lagi yang perlu ditambahkan adalah fungsi
kontrol ketika kegiatan distribusi berlangsung, disini dibutuhkan peran
guru, karena Market Day biasanya dilaksanakan di area sekolah. Fungsi
kontrol bertujuan untuk mengajarkan kepada siswa berjual beli yang
benar, mengajarkan siswa yang belum bisa bertransaksi dalam bentuk
uang dan barang. Sedangkan yang menjadi konsumennya adalah semua
siswa dan guru.

Kegiatan Market Day bukan hanya mengajarkan tata cara


bertransaksi bagi siswa. Tetapi banyak nilai moril yang bisa ditanamkan
kepada para siswa, seperti kemandirian, kedisiplinan, kejujuran, tanggung

19
jawab, komunikasi interpersonal, membantu siswa dalam memahami
pelajaran yang berkaitan dengan kegiatan Market Day , serta
menanamkan nilai-nilai syariat Islam yang benar dalam kegiatan jual-beli
kepada siswa yang berhubungan erat dengan Pendidikan Agama Islam.

6. Kegiatan Family Day. Dalam membuat program Family Day ,


dimana ayah dan bunda terlibat dalam kegiatan sekolah diantaranya
menampilkan pentas, hasil karya yang di buat anak serta berbagai
makanan yang telah anak coba pada program masak-memasak. Dalam
program ini, diharapkan orang tua bertanya tentang proses pembuatannya
sehingga titik berat kegiatan ini adalah bagaimana anak bisa menjelaskan
pada orang dewasa karya yang telah mereka buat, dan juga mengajarkan
pembelajaran kewirausahaan bahwa apa yang telah mereka buat dapat
mengahasilkan karya dan uang. Dalam program Family Day ini juga,
orang tua diminta untuk dapat ikut berpartisipasi dalam kegiatan
kewirausahaan yang anak lakukan, yaitu dengan membeli hasil karya
anak, dan seluruh hasil penjualannya ditabung sebagai kas kelas.

Pada saat Family Day yang mengundang adalah anak, bukan


pihak sekolah, anak-anak membuat surat undangan dan ditandatangani
kesanggupan orang tua untuk hadir. Pada saat acara ini juga orang tua
turut serta membantu melancarkan program sekolah dalam kemampuan
berkomunikasi dengan anak dan memaparkan kepada orang dewasa
mengenai proses pembuatan suatu karya. Pada saat orang tua membeli
beberapa makanan yang di jual oleh anak-anak, terjadilah transaksi
secara ekonomi. Setelah semua dagangan habis terjual, setiap kelompok
menghitung hasil usahanya, uang hasil tersebut disimpan dalam kas kelas
dan dapat digunakan dalam kegiatan bersama nantinya.

7. Anak-anak bisa diajak berkarya wisata atau mengunjungi tempat


perbelanjaan. Terlebih dahulu anak-anak dibekali oleh orangtua, antara
lain uang secukupnya dan catatan apa yang akan dibeli oleh anak. Peran
orangtua dalam kegiatan ini tidak lebih sebagai pengawas dan motivator,
urusan membeli kita serahkan pada anak-anak. Sebab dengan belanja

20
sendiri anak-anak nantinya mengerti arti dari belanja dan membelanjakan.
Mereka akan belajar menghitung, membayar, dan menerima
kembaliannya. Selain itu, dalam kegiatan ini anak dapat juga dilatih
tentang kebutuhan-kebutuhan apa saja yang harus diutamakan untuk
dibeli dan kebutuhan apa saja yang dapat ditunda pembeliannya.
Sehingga secara tidak langsung, anak akan dapat mengerti tentang
makna akan kebutuhan primer dan sekunder.

8. Mengajak anak berkunjung ke produsen pembuatan kue pada saat libur


sekolah. Saat ini mulai banyak produsen kue bermunculan membuat
progam trip di dapur produksi mereka yang dikhususkan untuk anak-anak,
seperti yang sering dilakukan Pizza Hut. Anak-anak diajak ke dapur
produksi, sehingga anak-anak akan mengetahui proses pembuatan kue,
mulai dari pengolahan kue sampai pengemasan kue. Mereka akan
mengetahui langsung proses pembuatan kue tersebut. Hal ini merupakan
pengalaman baru bagi mereka, sehingga anak akan tertarik dan terkesan.
Rasa tertarik dan terkesan ini akan terbawa ke alam bawah sadar anak,
sehingga kelak anak akan merasa tidak asing lagi dengan proses
produksi, dan bahkan dapat menumbuhkan minat dan motivasi anak
dalam membuka suatu lapangan kerja atau bentuk usaha baru pada saat
anak dewasa nanti. Kunjungan seperti ini diharapkan akan
menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan kepada anak-anak.

9. Memancing (stimulasi) anak untuk berfikir kreatif dan berani mengambil


resiko. Misalnya, orangtua mengajak anak berjalan-jalan, ke toko atau
pedagang stiker. Orang tua bisa menanyakan kepada anak, apakah anak
tertarik untuk membeli stiker, kemudian dijual lagi di sekolahnya, dengan
harga yang lebih tinggi. Beri pengertian juga kepada anak, jika dapat
menjualnya, maka keuntungannya bisa ditabung sebagai simpanan dana
bagi kebutuhan pribadi anak nantinya. Sampaikan tawaran itu dengan
penuh keakraban. Namun, satu hal yang perlu dicatat, dalam kegiatan ini
orangtua tidak boleh membebani anak.

21
10. Berwirausaha dengan bermodalkan jasa pada orang lain yang
membutuhkan. Menawarkan suatu jasa pun bisa menghasilkan uang.
Misalnya ; jasa menyapu halaman rumah, mencuci sepeda, menjaga adik,
merawat binatang kesayangan milik tetangga, membungkus kado dan lain
sebagainya. Dalam hal ini, anak tidak hanya belajar tentang bagaimana
berwirausaha yang dapat menghasilkan uang hanya dengan bermodalkan
jasa saja, akan tetapi anak juga dapat belajar mengenai kejujuran,
tanggung jawab, saling menghargai, dan tolong-menolong. Sehingga anak
akan mendapatkan nilai lebih dari apa yang telah dilakukannya.

11. Membantu usaha orangtua saat liburan atau akhir pekan.


Menanamkan jiwa kewirausahaan pada diri anak tidak hanya dilakukan di
lingkungan sekolah saja, akan tetapi dapat pula dilakukan di rumah
dengan bantuan dan dukungan dari orangtua. Terutama jika orangtua
memiliki usaha sendiri. Dalam hal ini misalnya, orangtua dapat meminta
anak untuk dapat melayani pembeli dengan baik dan ramah, memberikan
kesempatan kepada anak untuk dapat membantu dalam mengurusi
administrasi usaha tersebut, atau dapat pula memberikan kesempatan
kepada anak untuk dapat mengurusi bagian pengemasan atau penataan
setting usaha. Sehingga melalui kegiatan ini, anak dapat belajar tentang
bagaimana cara berwirausaha yang baik, agar usaha yang diciptakannya
dapat berkembang dengan pesat tentunya dengan penataan administrasi
dan setting usaha yang menarik bagi konsumen. Kegiatan ini juga dapat
melatih dan mengembangkan kejujuran, ketekunan, dan kedisplinan pada
diri anak dalam menjalankan suatu usaha maupun dalam kehidupan
bermasyarakatanantinya.

12. Membuat buku cerita bergambar atau buku catatan kecil dan
menjualnya kepada teman-teman bermain atau teman-teman sekolah.
Menanamkan jiwa berwirausaha pada anak dapat pula dilakukan dari hal
yang paling kecil dan sedrhana yang dekat dengan kehidupan anak.
Dengan mengandalkan hobi, kreativitas, imajinasi dan ketekunan anak,
anak dapat membuat suatu buku bergambar atau buku catatan kecil

22
dengan bahan-bahan yang sederhana, yang kemudian dijual kepada
teman-teman bermainnya. Kegiatan ini tentunya memerlukan dukungan
dan bimbingan dari orangtua, agar anak dapat lebih terarah dalam
menciptakan suatu hal yang dapat bermanfaat bagi oranglain dan
menguntungkan bagi dirinya sendiri. Uang hasil berjualan buku cergam
atau buku catatan kecil ini kemudian ditabung untuk membeli kebutuhan
pribadi anak sendiri nantinya.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

23
Jiwa kewirausahaan seseorang bukanlah faktor keturunan semata,
namun dapat dipelajari secara ilmiah dan ditumbuhkan bagi siapapun.
Yang penting dan yang utama adalah semangat untuk terus mencoba dan
belajar dari pengalaman, gagal itu biasa, berusaha terus itu yang luar
biasa, mungkin seperti itulah gambaran yang harus dikembangkan oleh
manusia, khususnya di Indonesia, agar tetap eksis dalam pertarungan
bisnis yang semakin transparan dan terbuka.

DAFTAR PUSTAKA

24
Pekerti, Anugrah. 1997. Mitos dan Teori dalam Pengembangan
Kewirausahaan ( Makalah dalam Lokakarya Kewirausahaan PT). Jakarta:
DP3M Dikti.

Depnaker RI. 1999. Situasi Kerja dan Kesempatan Kerja Di Indonesia


(Suatu tinjauan yang dilaksanakan pada tahun 1998). Jakarta

Martaja. 2009. Kaderisasi Wirausaha Sejak Dini . http//www2.ilmci.com/.


Akses Januari 2010

Gymnastiar, Abdullah. Rahasia Sukses Menjadi Wirausahawan. Akses


Januari 2010.

25

Anda mungkin juga menyukai