PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui pentingnya memberikan pendidikan mental
kewirausahaan sejak usia dini.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
b. Penemuan pengetahuan baru (discovering new knowledge ),
a. Percaya diri
3
b. Berorientasi pada tugas dan hasil
d. Berjiwa kepemimpinan
f. Keorisinalan
4
kewirausahaan, diantaranya adalah nilai dan bentuk kerja untuk mencapai
kesuksesan. Dalam arti yang lebih luas bahwa pendidikan kewirausahaan
adalah pertolongan untuk membelajarkan manusia Indonesia sehingga
mereka memiliki kekuatan pribadi yang dinamis dan kreatif sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia yang berdasarkan pancasila.
5
produktivitas dan kemandirian anak ketika dewasa nanti. Jiwa wirausaha
(entrepreneurship) harus ditanamkan oleh para orang tua dan sekolah
ketika anak-anak mereka dalam usia dini. Mengingat bahwa
kewirausahaan ternyata lebih kepada menggerakkan perubahan mental.
Jadi tak perlu dipertentangkan apakah kemampuan wirausaha itu berkat
adanya bakat atau hasil dari proses pendidikan.
Hal lain yang juga penting adalah dukungan dari orang tua kepada
anak. Dukungan tidak hanya dapat berupa finansial tapi juga motivasi
agar anak mau berpikir kritis untuk mengeluarkan ide. Bentuk motivasi itu
antara lain bisa berwujud ucapan selamat ketika tanaman yang dipelihara
anak dapat tumbuh dan anak dapat memetik hasilnya atau dorongan
semangat untuk pantang menyerah. Pengakuan dan dukungan dari orang
tua akan menentukan perkembangan minat dan percaya diri anak.
Sekolah sebagai wadah bagi anak mendapatkan ilmu dan menerapkan
ilmunya untuk mengembangkan pembelajaran kewirausahaan anak,
sedangkan orang tua sebagai motivator bagi anak dalam mewujudkan
segala hal tersebut. Sekolah dan orang tua merupakan kunci sukses dari
program kewirausahaan pada anak usia dini.
6
pembelajaran melalui kurikulum yang telah ada. Hal ini dapat dilakukan
oleh guru secara kreatif pada saat pemberian materi pembelajaran yang
dilakukan seraya bermain.
Jika anak sejak usia dini sudah diajarkan tentang kewirausahaan, anak
akan memiliki keterampilan-keterampilan tersebut. Sehingga hal ini akan
membuat anak menjadi pribadi yang tangguh dalam menghadapi
kehidupannya di masa depan.
Nilai Deskripsi
1. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas.
7
2. Kreatif
5. Kepemimpinan
Sikap dan perilaku seseorang yang selalu terbuka terhadap saran dan
kritik, mudah bergaul, bekerjasama dan mengarahkan oranglain
6. Kerja keras
7. Jujur
8 Disiplin
9. Inovatif
8
Kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan
persoalan-persoalan dan peluang untuk meningkatkan dan memperkaya
kehidupan
Sikap dan perilaku seseorang yang mau dan mampu melaksanakan tugas
dan kewajibannya
11. Kerjasama
13. Komitmen
14. Realistis
16. Komunikatif
Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di
luar dirinya. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, maka semakin
besar minatnya. Jika seseorang telah melaksanakan kesungguhannya
kepada suatu objek maka minat ini akan menuntun seseorang untuk
memperhatikan lebih rinci dan mempunyai keinginan untuk ikut atau
memiliki objek tersebut. Minat merupakan salah satu aspek psikis
manusia yang mendorongnya untuk memperoleh sesuatu atau untuk
mencapai suatu tujuan, sehingga minat mengandung unsur keinginan
untuk mengetahui dan mempelajari dari sesuatu yang diinginkannya itu
sebagai kebutuhannya.
Oleh sebab itu, apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan
membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihatnya itu mempunyai
hubungan dengan kepentingannya sendiri. Minat merupakan suatu
keinginan yang cenderung menetap pada diri seseorang untuk
mengarahkan pada suatu pilihan tertentu sebagai kebutuhannya,
kemudian dilanjutkan untuk diwujudkan dalam tindakan nyata dengan
adanya perhatian pada objek yang diinginkannya itu untuk mencari
informasi sebagai wawasan bagi dirinya.
10
seseorang telah mencapai kepuasan atas kebutuhannya. Dengan
demikian, dorongan kuat untuk melakukan kegiatan berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan. Apabila kebutuhan terpenuhi, maka akan timbul
kepuasan, sedangkan kepuasan itu sendiri sifatnya menyenangkan. Hal
ini berarti bahwa dorongan untuk berhubungan lebih aktif dengan obyek
yang menarik ini disertai dengan perasaan senang.
berwirausaha, diantaranya :
1. Kemauan
2. Ketertarikan
3. Lingkungan Keluarga
11
4. Lingkungan Sekolah
12
Pengertian motivasi seperti yang dikemukakan di atas mengacu pada
timbulnya dorongan. Sedangkan berwirausaha merupakan salah satu
objek pekerjaan di samping pekerjaan lain, yakni pegawai negeri atau
pegawai swasta. Dengan demikian motivasi berwirausaha diartikan
sebagai tenaga dorongan yang menyebabkan siswa melakukan suatu
kegiatan berwirausaha. Dengan demikian adanya perasaan senang yang
menyertai timbulnya motivasi berwirausaha. Rangsangan-rangsangan dari
objek wirausaha akan dapat menumbuhkan motivasi, dan motivasi yang
telah tumbuh akan menjadikan sebagai dorongan dan motor untuk
mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan.
13
teori dan hasil-hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa motivasi berwirausaha mempengaruhi sikap
berwirausaha.
Menurut psikolog anak, Dr Seto Mulyadi, bila ada seorang anak yang
memiliki inisiatif untuk belajar berbisnis di usia dini, orang tua perlu
memberi apresiasi terhadap gagasan tersebut. Inisiatif itu menunjukkan
bahwa anak sudah mulai memiliki kecerdasan finansial. Kecerdasan
finansial adalah kecerdasan untuk mengelola uang. Menambah
penghasilan dengan usaha seperti itu, bukanlah hal yang negatif. Justru
hal itu sangatlah disarankan untuk dikenalkan kepada anak sejak dini.
Mengajarkan anak soal menabung dan menambah penghasilan
merupakan suatu cara yang efektif untuk menumbuhkan jiwa
enterpreneurship pada si kecil.
14
Bila sang anak sudah mulai memiliki inisiatif untuk berbisnis, orang tua
tinggal membuat semacam rambu-rambu yang tentu saja harus dipahami
sang anak. Salah satu hal yang perlu ditanamkan adalah soal kejujuran.
Orang tua bisa menjelaskan bahwa dalam berbisnis tidak boleh
berbohong. Orang tua juga perlu memberi penjelasan bahwa kegiatan
sang anak hanyalah semacam kegiatan ekstrakurikuler. Dengan begitu,
tugas utamanya adalah tetap belajar. Berbisnis atau jualan kecil-kecilan di
sekolah hanyalah kegiatan tambahan. Inisiatif bisnis kecil-kecilan itu harus
muncul dari si anak. Jangan pernah orang tua memaksanya. Orangtua
tidak bisa memaksa si anak untuk berbisnis kecil-kecilan. Namun, bisa
merangsang mereka agar jiwa kewirausahaan dan kecerdasan
finansialnya tumbuh.
Baik psikolog anak Dr Seto Mulyadi maupun konsultan bisnis Ir. Sri
Bramantoro Abdinagoro, berpendapat tentang manfaat belajar berbisnis
dan mengelola uang sejak dini. Menurut Dr Seto Mulyadi, saat ini sangat
banyak orang yang bergelar master dan doktor, namun kemampuan
mengelola uangnya sangat rendah. Itu karena mereka tak memiliki
kecerdasan finansial. Selain itu anak yang sejak dini diajarkan cara
mengelola uang, juga bisa tumbuh menjadi pribadi yang kreatif dan
mandiri. Tak cuma itu, mereka pun bisa memiliki jiwa kewirausahaan.
15
pembelajaran. Tujuannya antara lain ialah bagaimana mempersiapkan
generasi muda yang kompetitif serta bisa membuka dunia usaha baru,
termasuk mampu memberikan lapangan kerja untuk orang lain.
16
(entrepreneur), serta memberikan pembiasaan-pembiasaan yang positif
terhadap anak terkait dengan nilai-nilai positif yang terdapat dalam jiwa
seorang wirausaha. Hal-hal yang dapat guru lakukan antara lain ;
memberikan fasilitas, metode mengajar yang kreatif, mengaitkan apa yang
diajarkan dengan berpikir layaknya seorang wirausaha. Agar kelak ketika
dewasa nanti anak akan terbiasa dengan kegiatan kewirausahaan dan
yang terpenting lagi anak tidak akan takut dalam mengambil resiko.
Kegiatan sekolah yang berkaitan dengan kewirausahaan merupakan
penyeimbang bagi anak untuk menerapkan apa yang anak peroleh dari
pelajaran yang telah diajarkan oleh guru, misalnya ketika ada tema
tumbuhan, guru bisa mengajarkan cara menanam tumbuhan, merawatnya
sampai dengan bagaimana memanfaatkan tumbuhan.
17
memiliki nilai jual, lomba kerajinan tangan, dan sebagainya. Kemudian
hasil karya siswa tersebut dipasarkan dan di jual. Selanjutnya masing-
masing individu atau kelompok peserta lomba diberi nilai sesuai indikator
penilaian yang telah ditentukan dan diberi penghargaan atas keberhasilan
yang peserta didik peroleh.
Dengan cara ini, maka tumbuh kesadaran dalam jiwa anak didik
bahwa mereka dapat melakukan kegiatan usaha. Kesadaran ini diyakini
dapat memicu semangat kewirausahaan pada anak-anak. Dalam konteks
ini yang paling dibutuhkan adalah bimbingan guru agar kegiatan ini tidak
mengganggu proses pendidikan anak. Artinya, warung kelas hanya dibuka
pada saat sebelum masuk waktu pembelajaran dan pada saat jam
istirahat saja. Di luar kedua jam tersebut, maka secara tegas guru
melarang adanya transaksi jual beli.
18
makanannya dapat disesuaikan dengan kesukaan anak-anak. Setelah itu,
makanan-makanan yang dibuat tersebut dijual ke dalam acara Food
Bazaar pada hari itu juga, dengan penjual adalah anak-anak itu sendiri
dan orangtua siswa sebagai pembelinya atau dapat juga melibatkan
masyarakat luar di sekitar lingkungan sekolah anak.
5. Membuat craft dan menjualnya dalam acara Market Day Salah satu
contoh aplikasi pendidikan terintegrasi mengenai kewirausahaan adalah
kegiatan Market Day dengan melibatkan semua siswa dalam proses
produksi, distribusi, dan konsumsi. Kegiatan produksi adalah dengan
memberikan tanggung jawab kepada siswa berdasakan kelas secara
bergantian untuk membuat produk yang memiliki nilai jual dan bermanfaat
bagi selurus civitas academica sekolah. Kemudian siswa diminta untuk
menjual produknya (distribusi), sedangkan siswa yang lainnya termasuk
para guru bertanggung jawab sebagai konsumen (pembeli). Kegiatan
Market Day bisa dilakukan secara mandiri (memproduksi barang secara
individu) atau secara klasikal (memproduksi barang dengan berkelompok)
sesuai minat siswa dan produk yang akan diproduksikan.
19
jawab, komunikasi interpersonal, membantu siswa dalam memahami
pelajaran yang berkaitan dengan kegiatan Market Day , serta
menanamkan nilai-nilai syariat Islam yang benar dalam kegiatan jual-beli
kepada siswa yang berhubungan erat dengan Pendidikan Agama Islam.
20
sendiri anak-anak nantinya mengerti arti dari belanja dan membelanjakan.
Mereka akan belajar menghitung, membayar, dan menerima
kembaliannya. Selain itu, dalam kegiatan ini anak dapat juga dilatih
tentang kebutuhan-kebutuhan apa saja yang harus diutamakan untuk
dibeli dan kebutuhan apa saja yang dapat ditunda pembeliannya.
Sehingga secara tidak langsung, anak akan dapat mengerti tentang
makna akan kebutuhan primer dan sekunder.
21
10. Berwirausaha dengan bermodalkan jasa pada orang lain yang
membutuhkan. Menawarkan suatu jasa pun bisa menghasilkan uang.
Misalnya ; jasa menyapu halaman rumah, mencuci sepeda, menjaga adik,
merawat binatang kesayangan milik tetangga, membungkus kado dan lain
sebagainya. Dalam hal ini, anak tidak hanya belajar tentang bagaimana
berwirausaha yang dapat menghasilkan uang hanya dengan bermodalkan
jasa saja, akan tetapi anak juga dapat belajar mengenai kejujuran,
tanggung jawab, saling menghargai, dan tolong-menolong. Sehingga anak
akan mendapatkan nilai lebih dari apa yang telah dilakukannya.
12. Membuat buku cerita bergambar atau buku catatan kecil dan
menjualnya kepada teman-teman bermain atau teman-teman sekolah.
Menanamkan jiwa berwirausaha pada anak dapat pula dilakukan dari hal
yang paling kecil dan sedrhana yang dekat dengan kehidupan anak.
Dengan mengandalkan hobi, kreativitas, imajinasi dan ketekunan anak,
anak dapat membuat suatu buku bergambar atau buku catatan kecil
22
dengan bahan-bahan yang sederhana, yang kemudian dijual kepada
teman-teman bermainnya. Kegiatan ini tentunya memerlukan dukungan
dan bimbingan dari orangtua, agar anak dapat lebih terarah dalam
menciptakan suatu hal yang dapat bermanfaat bagi oranglain dan
menguntungkan bagi dirinya sendiri. Uang hasil berjualan buku cergam
atau buku catatan kecil ini kemudian ditabung untuk membeli kebutuhan
pribadi anak sendiri nantinya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
23
Jiwa kewirausahaan seseorang bukanlah faktor keturunan semata,
namun dapat dipelajari secara ilmiah dan ditumbuhkan bagi siapapun.
Yang penting dan yang utama adalah semangat untuk terus mencoba dan
belajar dari pengalaman, gagal itu biasa, berusaha terus itu yang luar
biasa, mungkin seperti itulah gambaran yang harus dikembangkan oleh
manusia, khususnya di Indonesia, agar tetap eksis dalam pertarungan
bisnis yang semakin transparan dan terbuka.
DAFTAR PUSTAKA
24
Pekerti, Anugrah. 1997. Mitos dan Teori dalam Pengembangan
Kewirausahaan ( Makalah dalam Lokakarya Kewirausahaan PT). Jakarta:
DP3M Dikti.
25