Anda di halaman 1dari 8

Pertama kali Kutu denger istilah Musketeers adalah waktu kutu nonton film kartun Tom n

Jerry, ceritanya si Jerry dan adiknya yang bandel itu pake pakaian tentara Prancis jaman baheula
n musti berhadapan dengan Tom yang jahat. Lucu yah, padahal novel ini adalah salah satu novel
terbaik dunia lho, tapi koq yah tahunya malah dari kartun anak kecil
Kedua kali Kutu mendengar The Three Musketeers adalah dari filmSlumdog Millionaire, di
mana sebelum mendapatkan hadiah utama, pemeran utama di film itu harus menjawab
pertanyaan : Selain Athos dan Porthos, siapakah satu lagi yang termasuk The Three
Musketeers? Untunglah pemeran utama itu menjawab dengan tepat, sehingga cerita berakhir
dengan happy ending.
Barulah setelah itu Kutu mencari-cari info dan membaca bukunya. Kutu dapat bukunya
dari stand Times sewaktu Indonesia Book Fair kemarin. Buku setebal 564 halaman itu dijual
seharga hanya 24 ribu rupiah, murah kan? Dalam Bahasa Inggris lho, jarang2 kan ada buku impor
semurah itu, hee.
The Three Musketeers adalah cerita tentang petualangan empat orang pemuda di tengah-tengah
pergolakan politik di Perancis di abad pertengahan yang dikarang oleh Alexandre Dumas. Empat
orang itu adalah DArtagnan, Athos, Porthos, dan Aramis. Judulnya Tiga Musketeer, tapi koq
tokoh utamanya ada 4?? Hee, jangan bingung dulu, izinkan Kutu bercerita sedikit yah. BTW,
Musketeer itu apa sih? hee, Musketeer adalah sejenis tentara infantri(mungkin Pakde Cholik bisa
menjelaskan lebih jauh tentang ini ^^) di Perancis jaman dulu. Mereka disebut begitu karena mereka
suka memakai Musket, sejenis senjata laras panjang.
Kisah ini diawali dengan kedatangan DArtagnan ke Paris. Ia berniat menemuiDe Treville,
komandan satuan Musketeer. Berbekal surat referensi dari ayahnya yang merupakan teman
dekat De Treville, DArtagnan menuju Perancis dengan semangat membara untuk menjadi
seorang anggota Musketeer. Namun, karena sebuah insiden di tengah perjalanan, surat referensi
itu dicuri orang.
Di Paris, pemuda yang mudah tersulut emosinya itu harus bersitegang dengan 3 orang anggota
Musketeer yang telah Kutu sebutkan di atas, Athos, Porthos, dan Aramis. Akan tetapi, ketika
mereka akan bertarung, datanglah tentara-tentara Kardinal ikut campur, mereka memang sudah
sejak lama selalu mengganggu para Musketeer. Melihat hal itu, DArtagnan secara naluri malah
bergabung dengan 3 Musketeer itu dan berhasil mengalahkan tentara-tentara Kardinal tadi.
Sejak saat itu, DArtagnan mendapat penghormatan dari 3 Musketeer yang sempat memusuhinya
itu, bahkan De Treville, sang Komandan Musketeer pun ikut menyampaikan pujian. Akan tetapi
karena surat referensinya hilang di jalan, ia pun tak bisa menjadi Musketeer. Tapi De Treville
yang melihat keberanian dan kemampuan DArtagnan mengirim DArtagnan untuk bergabung
dengan satuan pasukan milik De Essarts. (Sekarang tahu kan knapa judulnya Tiga Musketeer, bukan
Empat Musketeer ya karena DArtagnan bukan seorang Musketeer, namun mereka berempat bersahabat
^^)
Sebagai seorang pemuda, DArtagnan mempunyai rasa ingin tahu dan romantisme yang besar.
Karena 2 hal itu ia pun terjebak dalam konflik negara yang maha dahsyat. Secara otomatis, 3
anggota Musketeer temannya itu pun ikut terlibat. Mereka pun bersama-sama membongkar
misteri, bertarung dengan musuh, bahkan sampai mengembara sampai ke daratan Inggris demi
menuntaskan konflik ini, seru banget lhoo
Novel ini menjadi menarik karene Dumas mengambil karakter 3 Musketeer itu dari tokoh yang
benar-benar ada di dunia nyata, dan masing-masing mempunyai sifat-sifat
menarik. Athos, adalah seorang duda yang kecewa akan cinta, tapi mempunyai sifat yang begitu
dewasa karena memang ia adalah yang tertua dibanding rekan-rekannya yang lain. Porthos,
adalah seorang yang terbuka, jujur, menyukai anggur, wanita, dan nyanyi-nyanyian. Aramis lebih
unik lagi, dia adalah seorang mantan biarawan yang tahu banyak soal Teologi namun penuh
romantisme.

Trio Musketri

Mungkin banyak yang gak tahu kalo sebenarnya buku ini adalah buku pertama dari trilogi
DArtagnan lho. 2 buku lanjutannya adalah Twenty Years Afterdan The Vicomte of Bragelonne
: Ten Years Later. Tertarik kan? hee baca bukunya yukk. Kalau yang gak suka baca yang
bahasa inggris, sekarang udah ada koq terjemahannya dalam Bahasa Indonesia dengan
judul Trio Musketri. Silahkan dibeli, dibaca, dan nikmati petualangan penuh intrik dan
romantisme ala abad pertengahan
NP : Wanita adalah sosok yang paling bisa menghancurkan seorang pria, namun mereka juga sosok
yang paling bisa membuat pria bahagia.
THE THREE MUSKETEERS : BRAINLESSLY
ENJOYABLE NEW PACK

THE THREE MUSKETEERS

Sutradara : Paul W.S. Anderson

Produksi : Constantin Films, Entertainment One & Summit Ent, 2011


Coba tanyakan ke anak-anak sekarang. Kenal atau tidak mereka dengan The
Three Musketeers atau authornya, Alexandre Dumas. Dalam line-up
literatur klasik dunia yang dulu sempat jadi bacaan wajib orang-orang yang
sempat tumbuh besar di tahun 70an ke 80an dengan sebuah seri komik
terbitan Gramedia Pustaka bernama Album Cerita Ternama, yang
merupakan kombinasi terjemahan dari komik-komik serial Eropa, Classics
Illustrated, American Westerns karya Karl May serta legenda klasik
India, Three Musketeers ini adalah salah satu yang paling terkenal. Istilah
literatur dunia itu memang bukan sekedar gaya-gayaan, karena hampir ke
belahan dunia manapun Anda pergi, termasuk Jepang yang kemudian
menggusur popular knowledge itu dengan serbuan komiknya ke Indonesia,
semua orang pasti tahu kisahnya. Bahkan Slumdog Millionaire sudah
menjelaskannya. Sekolah paling darurat di kawasan kumuh India sana pun
mempelajari kisah ini dalam kurikulum formal, yang kemudian menjadi
pengetahuan umum wajib yang ditanyakan di kuis Who Wants To Be A
Millionaire-nya. Bukan mau cerewet, but trust me. Ketika anak sekarang
lebih tahu karakter komik Jepang ketimbang literatur dunia dengan ratusan
nama-nama penulis terkenal, thats something we should be ashamed of.

The Three Musketeers lahir dari negaranya, Perancis, lewat sebuah novel
berjudul Les Trois Mousquetaires karya Alexandre Dumas di tahun 1844.
Kisah para pengawal raja yang menggunakan pistol panjang beramunisi
mesiu jaman kuno (musket) itu mencampur fiksi dibalik timeline sejarah asli
mereka, dengan empat karakter legendaris, Athos, Porthosdan Aramis, tiga
musketri (yup, ini bahasa baku Indonesia untuk musketeers), dandArtagnan,
bocah muda yang akhirnya bergabung bersama mereka menyelamatkan
kudeta penuh intrik terhadap raja. Motto para musketeer itu, All For One,
One For All, juga muncul jadi istilah sama legendaris dengan kisahnya.
Versi filmnya pun sudah berulang kali muncul, mulai dari film bisu, hitam
putih sampai serial televisi, animasi dan ripoff-ripoff-nya. Namun ada tiga
instalmen yang paling dikenal. Yang pertama, versi semi musikal yang
dibintangi aktor musikal Gene Kelly (1948), dwilogi Three dan Four
Musketeers yang dibintangi Richard Chamberlain, Michael York bersama
sebarisan bintang terkenal di jamannya (1974), plus tentunya, versi back to
basic family adventure Disney 1993 yang dibintangi Kiefer Sutherland-
Charlie Sheen-Chris ODonnell, yang semakin klasik dengan kolaborasi Bryan
Adams-Sting-Rod Stewart di themesong All For Love. Setelah itu masih ada
unofficial sequel The Man In The Iron Mask-nya Leonardo diCaprio, serta
The Musketeers yang menggabungkannya dengan kungfu ala Asia-nya Tsui
Hark. Bukan hanya plot yang setia ke novelnya, tapi ada satu pakem yang
kerap jadi typical image ke adaptasinya. Selain ensemble cast para
musketeer ini yang perlu dijagokan, namun lineup para villainnya, Kardinal
Richelieu dan algojonya Rochefort, plus cewek manipulatif Milady De
Winter, justru harus lebih atau sama dengan pemeran Three Musketeers.
Sekarang adalah gilirannya Paul W.S. Anderson, sineas yang terkenal lewat
franchiseResident Evil dan tentu saja, Mr.-nya Milla Jovovich. Tetap
berjalan di jalur hi-tech ala videogame, Anderson ternyata tak mau ikut arus
dengan trend reboot dengan prekuel fiktif untuk menuju aslinya. Ia
melangkah ke wilayah yang jauh lebih gila dengan garis besar plot asli yang
tetap dipertahankan. No, bukan berarti musketeers itu akan melawan
zombie atau alien, tapi dengan kreatif Anderson memasukkan unsur
steampunk yang serba modern diatas timeline klasik yang sedikit direka
ulang namun tak sampai mengobok-obok keseluruhannya.
Ada swashbuckling dalam tradisi pirates movie,acrobatic
walkthrough ala Tomb Raider, infiltrating
act ala Mission:Impossible sampaisky raids air balloon yang eksplosif
luarbiasa dalam balutan 3D. Dan desingan mesiu musket-musket sebagai
unsur dasar term musketeer yang biasa tertinggal oleh pedang-pedangan kini
tampil seimbang ke depan. Whoa!

Setelah dikhianati oleh Milady De Winter (Milla Jovovich) yang bekerja sama
dengan Duke of Buckingham (Orlando Bloom) dalam sebuah usaha pencurian
cetak biru proyek rahasia dari museum Leonardo da Vinci di Venesia, tiga
musketeer, Athos (Matthew Macfadyen), Porthos (Ray Stevenson) dan Aramis
(Luke Evans) harus menghadapi keputusan kerajaan Perancis yang tahtanya
jatuh ke Louis XIII (Freddie Fox) yang masih ingusan, untuk
membebastugaskan kesatuan ini. Ternyata, kekacauan pemerintahan itu
digagas oleh Kardinal Richelieu (Christoph Waltz) yang punya rencana licik
untuk mengkudeta sang raja muda dengan bantuan Duke of Buckingham.
Seluruh musketeer diperintahkan Richelieu untuk dihabisi di bawah komando
anak buahnya, Kapten Rochefort (Mads Mikkelsen). Athos, Porthos dan
Aramis kemudian secara tak sengaja bertemu dengan dArtagnan (Logan
Lerman), putra seorang mantan musketeer yang ambisius ingin melanjutkan
karir ayahnya dan menantang mereka. Namun keadaan berbalik begitu
dArtagnan mendapati dirinya berada di tengah perlawanan para musketeer
terhadap Rochefort. Didorong oleh Ratu Anne (Juno Temple) yang tengah
menjajaki perjodohannya dengan Louis XIII yang juga terkesan dengan
perlawanan mereka, empat musketeer ini kembali diangkat menjadi
pengawalnya. Bersama kecurigaan Ratu Anne yang mengirim Constance
(Gabriella Wilde), pengawalnya yang menarik perhatian dArtagnan, mereka
kemudian mencium rencana busuk Richelieu yang ternyata juga bekerja
sama dengan Milady yang ingin mengambil keuntungan lain atas rencana
Richelieu memfitnah Louis XIII dengan pemindahan perhiasan Ratu ke istana
Buckingham di Inggris. Namun Duke of Buckingham yang sudah berhasil
membangun armada perang modern diatas balon udara juga tak tinggal
diam.

Oke, line up pemeran dArtagnan, Athos, Porthos dan Aramis (Macfayden,


Stevenson dan Evans) mungkin tak terlihat se-wah dan berkualitas big stars
versi 1993. Theme song When We Were Young yang dibawakan Take
That juga bukan tak bagus, namun masih jauh dari kehebatan trio Bryan
Adams-Sting dan Rod Stewart di versi 1993. Tapi Jovovichs Milady yang jadi
menyeruak paling ke depan setangguh superhero dibalik kostum ala
victorian-nya, duet Christoph Waltz-Mads Mikkelsen sebagai Richelieu-
Rochefort dan Duke of Buckingham-nya Orlando Bloom yang kini diplot lebih
jadi villain utama yang sejajar dengan karakter Richelieu dan bergaya
swashbuckling ala Jack Sparrow, really are something. Gelaran action
bersama efek spesial serba modern-nya juga tampil sangat menarik dibalik
highlight 3Dnya yang meski tak terlalu mewah tapi tak jatuh ke kelas film-
film konversi. Anderson memang kelihatan asyik sekali membuat racikan
baru atas kisah aslinya sampai menggamit teknologi Da Vinci serta menyindir
culture gap bahasa para musketeer yang dalam film-filmnya tak pernah
berbahasa Perancis dengan karakter-karakter Inggrisnya. Begitu juga
pemeran-pemeran yang di-set buat tampil ke depan tadi. Semuanya
kelihatan terlalu asyik bermain-main dengan karakternya, baik Jovovich
maupun Bloom yang sepertinya sudah lama menginginkan perannya di
franchise Pirates Of The Caribbean bisa muncul sekuat nyelenehnya Jack
Sparrow. Fun it might be, kita semua mengerti, apalagi jualan Jovovich
sebagai primadona yang notabene istrinya sendiri. Tapi ada satu efek
kanibalisme terpenting yang justru menimpa karakter terpenting yang
harusnya tanpa kompromi boleh dibiarkan mundur selangkahpun. So
begitulah, di barisan para musketeers, hanya Lerman yang karakternya
sedikit mendapat ruang untuk digali lebih. Selebihnya, memang lebih
menonjol buat ber-action ria tanpa pendalaman karakter, dan parahnya,
tertinggal pula di adegan-adegan aksi menuju klimaks yang seharusnya
menghadirkan empat tokoh paling utama dalam kisahnya bersanding
bersama tak hanya buat menyatukan pedang menyerukan All For One, One
For All. Yup, Anderson memang sedikit kelewatan melepaskan fantasi
gilanya bak anak-anak yang sesuka hati menyusun action figure pujaannya,
hingga lupa yang dibesutnya adalah kisah klasik yang begitu melegenda
mengusung judul karakter-karakter penting tadi. Dan sepertinya, kegilaan
itu bakal semakin naik lagi di sekuel yang kemungkinannya sudah jelas-jelas
tergambar disini. This is The Three Musketeers comes in a whole new
Andersons pack. Brainless, but fun. (dan)

Eropa memang gudangnya cerita bekualitas. Jika Inggris memiliki kisah Robin Hood yang
sangat populer, maka Perancis memiliki The Three Musketeers. mereka dikenal sebagai
pengawal setia raja Perancis di abad ke 17.

Porthos, Athos, dan Aramis akan kembali beraksi. Kisahnya kali ini berawal dari pengkhiatan
yang dilakukan oleh Milady de Winter (Milla Jovovich) kepada tiga pengawal legendaris itu, dan
membuat ketiganya akhirnya tercoreng dan terbuang dari kerajaan.

Dan ditempat lain sorang pemuda yang sangat ingin menjadi seorang Musketri D'Artagnan
mencoba menuju Peancis untuk mewujudkan keinginannya itu. Takdir akhirnya
mempertemukan ketiga penjaga legendaris ini dengan anak muda yang masih penuh dengan
emosi itu.

Keempatnya akhirnya bekerjasama menuju Perancis guna menghentikan rencana Kardinal


Richelieu (Christoph Waltz) yang ingin merebut kekuasaan kerajaan Perancis dari tangan Raja
Louis XIII (Freddie Fox). Perang Eropa pun terancam pecah di benua biru itu. Simak trailer
berikut

KLIK

The Three Musketeers versi Paul W.S. Anderson memang tampil lebih berbeda dengan versi
Stephen Herek yang dirilis 1993. Dibawah bendera Summit Entertainment film legenda
pengawal kerajaan Perancis ini siap tayang pada 21 Oktober 2011. (RIO)

Image: istimewa
Untuk tetap terupdate kapanpun & dimanapun, klik http://m.ceritamu.com/ dari browser, apapun
ponsel Anda

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/review-newgadget.blogspot.com/belajar-hidup-dari-
film-the-three-musketeers_5508ecdd8133116d1cb1e197

Anda mungkin juga menyukai