A. Tujuan
B. Landasan Teori
Koloid adalah suatu keadaan antara larutan dan suspensi. Suatu kumpulan
dari beberapa ratus atau beberapa ribu partikel yang membentuk partikel lebih
pendispersi koloid dapat berupa zat padat, cair, atau gas. Terdapat 8 tipe sistem
koloid, yaitu busa (gas dalam cair), busa padat (gas dalam padat), aerosol padat
(cair dalam gas), emulsi (cair dalam cair), emulsi padat (cair dalam padat), aerosol
padat (padat dalam gas), sol (padat dalam cair), dan sol padat (padat dalam padat)
(Kurniawati, 2012).
bermolekul besar, yaitu satu molekul menjadi satu partikel koloid, contohnya
protein dan plastik. Kedua, satu partikel koloid terbentuk dari gabungan (agregat)
banyak partikel. Partikel yang bergabung ini mungkin dalam bentuk molekul, ion
serat (fabliar), dan butiran (korpuskular). Bentuk ini ditentukan oleh jenis dan cara
ukuran partikel. Untuk partikel laminar (lembaran) dan serat (febliar), panjang dan
(Keenan, 1984).
cahaya oleh partikel-partikel koloid, Gerak Brown yaitu gerak tak menentu
electrode, Absorpsi yaitu peristiwa ketika permukaan suatu zat dapat menyerap
koloid yang dapat melindungi koloid tersebut agar tidak terkoagulasi, dan Koloid
Senyawa koloid dari logam hidroksi merupakan koloid yang memiliki sifat
dengan senyawa yang bersifat polar maupun nonpolar. Apabila suatu bahan
berpori direndam dalam suatu larutan koloid, maka partikel koloid tersebut akan
berperilaku layaknya selapis kulit tipis yang kenyal atau lentur akibat pengaruh
antar molekul dipermukaan zat cairan tersebut (Indarniati dan Ermawati, 2008).
memperluas permukaan cairan dengan satu satuan luas. Satuan untuk tegangan
permukaan () adalah (J m-1) atau dyne cm-1 atau N m-1. Metode yang paling
= .r.h. .g
panjang cairan yang ditekan atau yang akan naik, dan g adalah konstanta gravitasi
(Dogra, 1990).
Tegangan permukaan air terjadi karena gaya kohesif antar molekul yang
berada di permukaan. Molekul ini tidak memiliki molekul lain di atasnya sehingga
molekul tersebut saling melekat lebih kuat dengan molekul yang ada disekitarnya.
besar tegangan permukaan. Karena gaya kohesif antar molekul hidrokarbon lebih
kecil daripada air, maka tegangan permukaan larutan juga lebih kecil daripada air
Alat
- Pipa kapiler
Bahan
- Minyak
- Akuades
D. Prosedur Kerja
Detergen
sebanyak 100 ml
- Ditimbang
Hasil
Minyak
- Dimasukkan 50 ml dalam tabung sentrifuga
- Dikocok
- Ditimbang
Hasil
Minyak
- Dimasukkan 50 ml dalam tabung sentrifuga
- Dikocok
- Ditimbang
Hasil
Minyak
- Dikocok
- Ditimbang
Hasil
E. Hasil Pengamatan
o Perhitungan
Bobot Jenis =
- Detergen 1%
Peny : =
= 1,067 g/ml
- Detergen 2%
Penye : =
= 1,069 g/ml
- Detergen 3%
Peny : =
= 1,073 g/ml
- Minyak + detergen 1%
Peny : =
=
= 0,982 g/ml
- Minyak + detergen 2%
Peny : =
= 0,984 g/ml
- Minyak + detergen 3%
Peny : =
= 0,934 g/ml
Penentuan tegangan permukaan
=r.h.d.g
r = 0,05 cm = 5 x 10-5 m
d = densitas (gr/ml)
- Detergen 1%
= r.h.d.g
- Detergen 2%
= r.h.d.g
- Detergen 3%
= r.h.d.g
- Minyak + detergen 1%
= r.h.d.g
= r.h.d.g
- Minyak + detergen 3%
= r.h.d.g
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau
dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah).
yaitu koloid, atau bisa juga disebut bentuk (fase) peralihan homogen menjadi
heterogen. Campuran homogen adalah campuran yang memiliki sifat sama pada
setiap bagian campuran tersebut, contohnya larutan gula dan hujan. Sedangkan
campuran heterogen sendiri adalah campuran yang memiliki sifat tidak sama pada
setiap bagian campuran, contohnya air dan minyak, kemudian pasir dan semen.
Cara pembuatan koloid dapat dibadakan menjadi cara kondensasi dan cara
dispersi. Pasa cara kondensasi, pembuatan koloid dilakukan melalui reaksi kimia
seperti reaksi redoks, reaksi hidrolisis, reaksi dekomposisi rangkap, dan reaksi
pergantian pelarut. Sedangkan cara dispersi , koloid dibuar dengan cara partikel
kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi dapat dilakukan secara
mekanik, peptisasi, atu dengan loncatan bunga listrik (busur bredig). Sampel
koloid yang digunakan dalam percobaan ini adalah detergen dan minyak.
dan 3%. Detergen dibuat dalam berbagai konsentrasi karena dalam percobaan ini
melihat sifat koloid yang terjadi pada minyak dan detergen. Larutan detergen +
piknometer dan diukur ketinggian cairannya dalam pipa kapiler. Dari data bobot
jenis dan ketinggian cairan yang telah diperoleh, maka dapat dihitung tegangan
Tegangan permukaan merupakan salah satu sifat akibat gaya langsung dari
gaya antarmolekul yang terdapat dalam zat cair. Jadi tegangan permukaan cairan
dapat didefinisikan sebagai daya tahan lapisan tipis suatu permukaan cairan
terhadap gaya untuk mengubah luas permukaan cairan. Besar kecilnya tegangan
permukaan cairan tergantung pada zat terlarut dalam cairan tersebut. Jika
konsentrasi zat terlarut pada permukaan lebih kecil dari konsentrasi zat yang ada
itu tegangan permukaan berhubungan dengan gaya gravitasi. Jika gaya gravitasi
lebih besar dari tegangan permukaan maka cairan akan jatuh, jika gaya gravitasi
sama besar dengan tegangan permukaan maka cairan akan tetap pada posisinya.
yaitu detergen 1% dengan tinggi 2,6 cm, detergen 2% dengan tinggi 2,5 cm,
detergen 3% dengan tinggi 3 cm, detergen 1% + minyak dengan tinggi 2,7 cm,
detergen 2% + minyak dengan tinggi 2,8 cm, dan detergen 3% + minyak dengan
tinggi 2,6 cm. Perbedaan ketinggian ini disebabkan oleh gaya antar molekul
dengan gaya antara molekulnya yang tinggi. Artinya, semakin besar gaya yang
bekerja maka semakin tinggi pula kenaikan larutan tersebut. Dan sebaliknya,
semakin kecil gaya yang bekerja pada larutan tersebut maka semakin kecil pula
1,06 x 10-5 N/m, detergen 2% adalah 1,03 x 10-5 N/m, detergen 2% adalah 7,886 x
10-6 N/m, detergen 1% + minyak adalah 6,495 x 10-6 N/m, detergen 2% + minyak
adalah 6,75 x 10-6 N/m, dan detergen 3% + minyak adalah 5,949 x 10-6 N/m.
Tegangan permukaan zat cair yang diamati memiliki hasil yang berbeda-beda. Hal
ini terjadi karena molekul memiliki daya tarik menarik antarmolekul yang sejenis
yang disebut dengan daya kohesi. Selain itu molekul juga memiliki daya tarik
menarik antara molekul yang tidak sejenis yang disebut dengan daya adhesi. Daya
kohesi suatu zat selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat cair akan terjadi
tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang mengakibatkan antara kedua
zat cair itu semakin susah untuk bercampur. Tegangan yang terjadi pada larutan
digunakan.
terlarut. Hal ini berkaitan dengan kemampuan air di dalam menghantarkan arus
listrik.. Semakin banyak garam-garam yang terlarut semakin baik daya hantar
listrik air tersebut. Air suling yang tidak mengandung garam-garam terlarut
kandungan ion pada suatu larutan. Cara ini dipakai karena cepat, tidak memakan
untuk memantau kualitas dalam persediaan air publik, di rumah sakit, dalam air
boiler dan industri yang bergantung pada kualitas air seperti pembuatan bir .
G. Kesimpulan
memiliki sifat-safat antara lain Efek Tyndall, Gerak Brown, dan Elektroforesis
Arbianti, R., Utami, TS., Hermansyah, H., Andani, D., 2008. Pengaruh Kondisi
Operasi Reaksi Hidrogensai Metil Laurat dengan Katalis Nikel untuk
Pembuatan Surfaktan Oleokimia, Jurnal Teknologi, Vol. 3 (1).
Rini, Puspita Aryanti et al., 2007. Pengaruh Komposisi Poly Ethylene Glycol
(Peg) Dalam Sintesis Membran Padat Silika Dari Sekam Padi Dan
Aplikasinya Untuk Dekolorisasi Limbah Cair Batik, Jurnal skripsi UNDIP
Semaran,. Vol.5 (2).