Disusun Oleh:
Sri Fathiyah Safaatsih
362015712258
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
uji warna
penentuan kelarutan
bilangan Rf
ciri spektrum UV
namun secara umum penentuan golongan senyawa kimia dilakukan
denga cara uji warna dengan menggunakan pereaksi yang spesifik karena
dirasakan lebih sederhana.
2. . Flavonoid
Bila simplisia yang akan diuji merupakan simplisia bagian daun dari
tanaman, seharusnya simplisia mempunyai flavonoid, dan hasil uji
menunjukkan adanya flavonoid. Hal ini karena semua tanaman hijau tingkat
tinggi dikotiledonae pasti mengandung flavonoid. Terkecuali simplisia yang
digunakan adalah bagian lain dari tanaman selain daun, belum bisa dipastikan
secara langsung adanya flavonoid tanpa menggunakan reaksi kimia. Cara
Identifikasi dengan menggunakan Reaksi kimia yang dapat digunakan:
Timbang 2 gram simplisia, ditambah 100 ml air panas, masukkan ke
dalam beaker glass atau Erlenmeyer, didihan diatas kompor selama 5
menit lalu saring.
Ambil 5 ml filtrate lalu tambahkan serbuk Mg secukupnya, lalu
tambahkan 1 ml HCl pekat, dan 5 ml amil alcohol lalu kocok.
Bila bagian amil alcohol yang ada di lapisan atas menjadi berwarna,
artinya ada flavonoid di dalam simplisia tersebut.
Di dalam tanaman, senyawa flavonoid berikatan dengan suatu gula
membentuk senyawa yang disebut glikosida flavonoid. Glikosida adalah
senyawa yang terdiri dari senyawa gula (glikon) dan senyawa bukan gula
(aglikon). Dalam hal glikosida flavonoid, aglikonnya adalah flavonoid. Agar
flavonoid bisa diidentifikasi, maka ikatan glikosida dengan flavonoid haru
sdiputus. Dengan cara mereduksi ikatan tersebut. Untuk keperluan ini maka
digunakan serbuk Mg dan HCl pekat, yang mana merupakan reaksi
oksidasi, sehingga pada saat yang sama terjadi reaksi erduksi pada ikatan
glikosida Flavonoid (reaksi redoks). Kemudian flavonoid yang sudah bebas
ditarik oleh amil alcohol sehingga amil alcohol yang mulanya tidak
berwarna menjadi berwarna yang mana warnanya berasal dari flavonoid.
Amil alcohol bersifat polar, karena itu dapat disimpulkan senyawa flavonoid
bersifat polar. Selain itu pada saat ekstraksi awal, digunakan air panas
karena air bersifat polar dan senyawa flavonoid bersifat polar.
3. Saponin
Ambil 10 ml filtrate dari poin 2, lalu kocok dengan kuat selama 10 detik
lalu diamkan selama 10 menit.
Bila busa tidak hilang, tambahkan beberapa tetes HCl 1%, bila busa masih
tidak hilang, artinya simplisia mengandung saponin.
Biasanya simplisia yang mengandung saponin juga mengandung Steroid
atau triterpenoid, baik salah satu saja atau kedua duanya. Hal ini karena
dalam Tumbuhan, saponin berikatan dengan molekul gula membentuk
senyawa glikosida saponin dimana yang menjadi aglikonnya adalah
saponin, dan saponin terdiri dari sapogenin dan sapogenin terdiri dari
steroid dan triterpenoid.
Senyawa Saponin mempunyai sifat khusus yang khas yaitu dapat
membentuk busa sehingga sifatnya yang khas ini digunakan untuk uji
identifikasi. Busa yang dihasilkan saponin tidak terpengaruh oleh asam
sehingga setelah ditambah HCl 1% tetap stabil dan busa tidak akan
hilang.
4. Kuinon
Ambil 5 ml filtrate pada poin 2, ditambah beberapa tetes larutan NaOH
1N lalu kocok, bila timbul warna merah intensif artinya simplisia
mengandung kuinon.
5. Steroid dan Triterpenoid
Timbang 1 gram simplisia, ditambah 20 ml eter, dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer tertutup, diaduk, lalu ditutup, diamkan selama 2 jam
sambil diaduk / digoyangkan setiap 30 menit.
Lalu disaring. Ambil 5 ml filtrate, masukkan ke dalam cawan
penguap, uapkan hingga kering lalu ditambahkan 2 tetes asam asetat
anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat (Pereaksi Lieberman-Burchard).
Bila setelah ditambah asam asetat anhidrat berwarna hijau berarti
mengandung steroid
Bila setelah ditambah asam sulfat pekat berwarna merah berarti
mengandung triterpenoid.
Pada proses ekstraksi awal, digunakan eter yang bersifat non polar
sehingga dapat disimpulkan bahwa senyawa steroid dan triterpenoid
bersifat non polar
6. Tanin
Timbang 2 gram simplisia, ditambah 100 ml air panas, lalu panaskan
diatas kompor selama 15 menit lalu dinginkan, saring dengan kertas
saring, lalu filtrate dibagi menjadi 2 bagian.
Pada bagian pertama , Ambil 5 ml filtrate, tambahkan beberapa tetes
larutan FeCl3,akan terbentuk warna biru tinta.
Ambil lagi 5 ml filtrate tambahkan beberapa tetes larutan gelatin 2%,
akan terbentuk endapan putih.
Pada bagian kedua, ambil 25 ml filtrate ditambah 7,5 ml pereaksi
Stiasny (formaldehid 30% : HCl pekat = 2:1), panaskan diatas penangas
air, akan terbentuk endapan merah artinya mengandung tannin
Katekuat.
Kemudian endapan disaring, lalu filtrate dijenuhkan dengan Na asetat,
lalu ditambah beberapa tetes FeCl3, akan berwarna biru tinta,
menunjukkan adanya tannin galat.
Iskandar, Y., dan Susilawati, Y. 2012. Panduan Praktikum Fitokimia. Fakultas Farmasi
Universitas Padjadjaran: Jatinangor.
Herbert, R.B., 1995, Biosintesis Metabolit Sekunder Edisi Kedua, IKIP Press,
Semarang.
Harbone, J.B., 1973, Metode Fitokimia, ITB, Bandung.
Markham, K.R., 1988, Cara Mengidentifikasi Flavonoi, Penerbit ITB, Bandung
Nurhari, Ogi. 2010. Uji Fitokimia-Terpenoid. Sekolah Tinggi Farmasi: Bandung.