Anda di halaman 1dari 13

PENAPISAN FITOKIMIA

Disusun Oleh:
Sri Fathiyah Safaatsih
362015712258

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATA
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
NGAWI
2017
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Uji fitokimia terhadap kandungan senyawa kimia metabolit sekunder merupakan
langkah awal yang penting dalam penelitian mengenai tumbuhan obat atau dalam
hal pencarian senyawa aktif baru yang berasal dari bahan alam yang dapat menjadi
precursor bagi sintesis obat-obat baru atau menjadi prototype senyawa aktif
tertentu. Oleh karenanya, metode uji fitokimia harus merupakan uji sederhana tetapi
terandalkan. Metode uji fitokimia yang banyak digunakan adalah metode reaksi
warna dan pengendapan yang dapat dilakukan di lapangan atau di laboratorium.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di zona khatulistiwa
(tropik) dan terkenal mempunyai kekayaan alam dengan beranekaragam jenis
tumbuhan, tetapi potensi ini belum seluruhnya dimanfaatkan sebagai bahan industri
khususnya tumbuhan berkasiat obat. Masyarakat Indonesia secara turun-temurun
telah memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan untuk bahan obat tradisional baik
sebagai tindakan pencegahan maupun pengobatan terhadap berbagai jenis penyakit.
Pemanfaatan tumbuhan obat tradisional akan terus berlangsung terutama sebagai
obat alternatif, hal ini terlihat pada masyarakat daerah yang sulit dijangkau oleh
fasilitas kesehatan modern. Dalam masa krisis ekonomi seperti saat ini, penggunaan
obat tradisional lebih menguntungkan karena relatif lebih mudah didapat, lebih
murah dan dapat diramu sendiri, selain itu bahan bakunya dapat ditanam di
halaman rumah sebagai penghias taman ataupun peneduh halaman rumah.
Penemuan berbagai senyawa obat baru dari bahan alam semakin memperjelas
peran penting metabolit sekunder tanaman sebagai sumber bahan baku obat.
Metabolit sekunder adalah senyawa hasil biogenesis dari metabolit primer.
Umumnya dihasilkan oleh tumbuhan tingkat tinggi, yang bukan merupakan
senyawa penentu kelangsungan hidup secara langsung, tetapi lebih sebagai hasil
mekanisme pertahanan diri organisma. Aktivitas biologi tanaman dipengaruhi oleh
jenis metabolit sekunder yang terkandung didalamnya. Aktivitas biologi ditentukan
pula oleh struktur kimia dari senyawa. Unit struktur atau gugus molekul
mempengaruhi aktivitas biologi karena berkaitan dengan mekanisme kerja senyawa
terhadap reseptor di dalam tubuh.. Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui
komponen kimia pada tumbuhan tersebut secara kualitatif.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apayang dimaksud dengan penapisan fitokimia?
2. Senyawa apa saja yang dapat diskrining fitokimia?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswi mengerti tentang arti penapisan fitokimia
2. Mahasiswi mengetahui senyawa yang dapat diskrining fitokimia
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Skrining Fitokimia


Skrining atau penapisan fitokimia adalah tahap awal suatu pemeriksaan
pendahuluan kandungan kimia yang ada di dalam suatu simplisia. Bila senyawa
yang ada dalam simplisia sudah diketahui, dapat dilanjutkan dengan tahap isolasi.
Tetapi bila dalam simplisia tersebut tidak ada senyawa yang kita inginkan, maka
tidak bisa dilakukan tahap isolasi.

Metode yang digunakan dalam skrining fitokimia harus memiliki persyaratan :

metodenya sederhana dan cepat


peralatan yang digunakan sesedikit mungkin
selektif dalam mengidentifikasi senyawa-senyawa tertentu
dapat memberikan informasi tambahan mengenai keberadaan senyawa
tertentu dalam kelompok senyawa yang diteliti.

Golongan senyawa kimia dapat ditentukan dengan cara:

uji warna
penentuan kelarutan
bilangan Rf
ciri spektrum UV
namun secara umum penentuan golongan senyawa kimia dilakukan
denga cara uji warna dengan menggunakan pereaksi yang spesifik karena
dirasakan lebih sederhana.

Senyawa kimia berdasarkan asal biosintesis, sifat kelarutan, gugus fungsi


digolongkan menjadi :

Senyawa fenol, bersifat hidrofil, biosintesisnya berasal dari asam


shikimat
terpenoid, berasal dari lipid, biosintesisnya berasal dari isopentenil
pirofosfat
asam organik, lipid dan sejenisnya, biosintesisnya berasal dari asetat
senyawa nitrogen, bersifat basa dan bereaksi positif terhadap ninhidrin
atau dragendorf
gula dan turunannya
makromolekul, umumnya memiliki bobot molekul yang tinggi

Sedangkan berdasarkan biogenesisnya senyawa bahan alam dikelompokkan menjadi


:

Asetogenin : flavonoid, lipid, lignan, dan kuinon


karbohidra : monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida
isoprenoid : tepenoid, steroid, karotenoid
senyawa mengandung nitrogen : alkaloid, asam amino, protein, dan
nukleat

2.2 Senyawa yang dapat diskrining fitokimia


Senyawa yang diidentifikasi ada atau tidaknya di dalam screening yaitu:
1. .Alkaloid
Petunjuk paling mudah adanya alkaloid adalah rasa pahit pada simplisia.
Simplisia dicicipi di lidah, tidak perlu ditelan, bila terasa pahit, maka
kemungkinan besar mengandung alkaloid. Lalu pemeriksaan dilanjutkan
dengan reaksi Kimia. Caranya:
Timbang 2 gram simplisia, dimasukkan ke dalam mortir, ditambah 5 ml
ammonia, gerus, lalu tambahkan 20 ml kloroform, gerus sebentar, saring,
masukkan ke dalam tabung reaksi.
Bagi filtrate menjadi 2 bagian, bagian pertama ditetesi padakertas saring,
lalu di tempat yang sama ditetesi pereaksi Dragendorff, akan tebentuk
warna jingga. Bagian yang kedua ditambah 10 ml HCl (1:10) dalam air,
kocok, lalu ambil bagian atasnya ke tabung reaksi lain.
Lalu bagian yang diambil tersebut dibagi menjadi 2 bagian, bagian
pertama ditambah beberapa tetes pereaksi Dragendorff tebentuk
endapan merah.
Bagian kedua ditambah beberapa tetes pereaksi Mayer terbentuk
endapan Putih.
Endapan putih yang terbentuk ditambah 1 ml etanol 96 %, bila larut
makan endapan tersebut berasal dari alkaloid, sementara bila tidak
larut maka endapan yang terbentuk berasal dari pengotor dan bukan
dari alkaloid.

Di dalam tumbuhan, alkaloid berikatan dengan asam organic, misal


morfin berikatan dengan asam asetat membentuk asam asetat. Karena itu saat
melakukan identifikasi, ammonia digunakan untuk membebaskan alkaloid
dari asam organiknya dan menjadikannya alkaloid basa yang mudah larut
dalam kloroform. Penggerusan dilakukan untuk memecah dinding sel
simplisia supaya metabolit sekunder, dalam hal ini aalah alkaloid, dapat
keluar. Kloroform digunakan untuk menarik alkaloid basa. Pereaksi
Dragendorff dan pereaksi Mayer adalah pereaksi yang umum digunakan
untuk identifikasi alkaloid. Asam HCl (1:10) dalam air digunakan untuk
menggaramkan kembali alkaloid basa yang ditarik kloroform menjadi
alkaloid HCl. Karena untuk menarik alkaloid basa digunakan kloroform yang
bersifat semipolar, dapat disimpulkan bahwa senyawa alkaloid bersifat
semipolar.

2. . Flavonoid
Bila simplisia yang akan diuji merupakan simplisia bagian daun dari
tanaman, seharusnya simplisia mempunyai flavonoid, dan hasil uji
menunjukkan adanya flavonoid. Hal ini karena semua tanaman hijau tingkat
tinggi dikotiledonae pasti mengandung flavonoid. Terkecuali simplisia yang
digunakan adalah bagian lain dari tanaman selain daun, belum bisa dipastikan
secara langsung adanya flavonoid tanpa menggunakan reaksi kimia. Cara
Identifikasi dengan menggunakan Reaksi kimia yang dapat digunakan:
Timbang 2 gram simplisia, ditambah 100 ml air panas, masukkan ke
dalam beaker glass atau Erlenmeyer, didihan diatas kompor selama 5
menit lalu saring.
Ambil 5 ml filtrate lalu tambahkan serbuk Mg secukupnya, lalu
tambahkan 1 ml HCl pekat, dan 5 ml amil alcohol lalu kocok.
Bila bagian amil alcohol yang ada di lapisan atas menjadi berwarna,
artinya ada flavonoid di dalam simplisia tersebut.
Di dalam tanaman, senyawa flavonoid berikatan dengan suatu gula
membentuk senyawa yang disebut glikosida flavonoid. Glikosida adalah
senyawa yang terdiri dari senyawa gula (glikon) dan senyawa bukan gula
(aglikon). Dalam hal glikosida flavonoid, aglikonnya adalah flavonoid. Agar
flavonoid bisa diidentifikasi, maka ikatan glikosida dengan flavonoid haru
sdiputus. Dengan cara mereduksi ikatan tersebut. Untuk keperluan ini maka
digunakan serbuk Mg dan HCl pekat, yang mana merupakan reaksi
oksidasi, sehingga pada saat yang sama terjadi reaksi erduksi pada ikatan
glikosida Flavonoid (reaksi redoks). Kemudian flavonoid yang sudah bebas
ditarik oleh amil alcohol sehingga amil alcohol yang mulanya tidak
berwarna menjadi berwarna yang mana warnanya berasal dari flavonoid.
Amil alcohol bersifat polar, karena itu dapat disimpulkan senyawa flavonoid
bersifat polar. Selain itu pada saat ekstraksi awal, digunakan air panas
karena air bersifat polar dan senyawa flavonoid bersifat polar.
3. Saponin
Ambil 10 ml filtrate dari poin 2, lalu kocok dengan kuat selama 10 detik
lalu diamkan selama 10 menit.
Bila busa tidak hilang, tambahkan beberapa tetes HCl 1%, bila busa masih
tidak hilang, artinya simplisia mengandung saponin.
Biasanya simplisia yang mengandung saponin juga mengandung Steroid
atau triterpenoid, baik salah satu saja atau kedua duanya. Hal ini karena
dalam Tumbuhan, saponin berikatan dengan molekul gula membentuk
senyawa glikosida saponin dimana yang menjadi aglikonnya adalah
saponin, dan saponin terdiri dari sapogenin dan sapogenin terdiri dari
steroid dan triterpenoid.
Senyawa Saponin mempunyai sifat khusus yang khas yaitu dapat
membentuk busa sehingga sifatnya yang khas ini digunakan untuk uji
identifikasi. Busa yang dihasilkan saponin tidak terpengaruh oleh asam
sehingga setelah ditambah HCl 1% tetap stabil dan busa tidak akan
hilang.

4. Kuinon
Ambil 5 ml filtrate pada poin 2, ditambah beberapa tetes larutan NaOH
1N lalu kocok, bila timbul warna merah intensif artinya simplisia
mengandung kuinon.
5. Steroid dan Triterpenoid
Timbang 1 gram simplisia, ditambah 20 ml eter, dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer tertutup, diaduk, lalu ditutup, diamkan selama 2 jam
sambil diaduk / digoyangkan setiap 30 menit.
Lalu disaring. Ambil 5 ml filtrate, masukkan ke dalam cawan
penguap, uapkan hingga kering lalu ditambahkan 2 tetes asam asetat
anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat (Pereaksi Lieberman-Burchard).
Bila setelah ditambah asam asetat anhidrat berwarna hijau berarti
mengandung steroid
Bila setelah ditambah asam sulfat pekat berwarna merah berarti
mengandung triterpenoid.

Pada proses ekstraksi awal, digunakan eter yang bersifat non polar
sehingga dapat disimpulkan bahwa senyawa steroid dan triterpenoid
bersifat non polar

6. Tanin
Timbang 2 gram simplisia, ditambah 100 ml air panas, lalu panaskan
diatas kompor selama 15 menit lalu dinginkan, saring dengan kertas
saring, lalu filtrate dibagi menjadi 2 bagian.
Pada bagian pertama , Ambil 5 ml filtrate, tambahkan beberapa tetes
larutan FeCl3,akan terbentuk warna biru tinta.
Ambil lagi 5 ml filtrate tambahkan beberapa tetes larutan gelatin 2%,
akan terbentuk endapan putih.
Pada bagian kedua, ambil 25 ml filtrate ditambah 7,5 ml pereaksi
Stiasny (formaldehid 30% : HCl pekat = 2:1), panaskan diatas penangas
air, akan terbentuk endapan merah artinya mengandung tannin
Katekuat.
Kemudian endapan disaring, lalu filtrate dijenuhkan dengan Na asetat,
lalu ditambah beberapa tetes FeCl3, akan berwarna biru tinta,
menunjukkan adanya tannin galat.

Pereaksi FeCl3 tidak terlalu spesifik untuk uji identifikasi senyawa


golongan tannin, sementara larutan gelatin cul=kup spesifik untuk
identifikasi tannin karena senyawa golongan tannin dapat mengendapkan
protein dan gelatin adalah protein, sehingga bila setelah ditambahkan FeCl3
berwarna biru tinta tetapi setelah ditambah larutan gelatin tidak
menunjukkan endapan putih, maka simplisia kemungkinan tidak
menangdung tannin. Dugaan ini dapat diperkuat dengan uji selanjutnya
yaitu dengan menambahkan pereaksi Stiasnya, bila menunjukkan hasil
positif (endapan merah) artinya ada senyawa golongan tannin dan saat
menambahkan larutan gelatin terjadi kesalahan sehingga tidak
menimbulkan endapan putih. Bila setelah ditambahkan pereaksi Stiany
tidak menimbulkan endapan merah, artinya memang tidak ada senyawa
golongan Tanin. Senyawa Tanin ada 2 macam yaitu Tanin Katekuat (Tanin
terkondensasi) dan Tanin Galat (Tanin terhidrolisa). Pereaksi Stiasny
spesifik untuk senyawa golongan Tanin Katekuat.

Untuk uji Tanin Galat, dijenuhkan dengan Na asetat karena


diharapkan Na asetat menghidrolisa tannin yang ada membentuk Tanin
galat yang dengan FeCl3 memberikan warna biru tinta.Dengan proses
ekstraksi awal yang menggunakan air panas, maka dapad disimpulkan
bahwa senyawa golongan tannin bersifat polar karena air bersifat polar.
6. Kumarin
Timbang 20 gram, ditambah 10 ml kloroform, masukkan ke dalam
tabung reaksi volume 20 ml, lalu pasang corong pada mulut tabung,
lubang corong ditutup dengan kapas yang sudah dibasahi air, panaskan
selama 20 menit diatas penangas air, lalu dinginkan.
Kemudian saring dengan kertas saring, filltrat dimasukkan ke cawan
penguap, diuapkan sampai kering, residu ditambah 10 ml air panas,
dinginkan, larutan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, tambahkan 0,5
ml larutan NH4OH 10%, lalu amati dibawah sinar lampu UV, bila
berwarna biru kehijauan menunjukkan adanya golongan kumarin
7. Minyak Atsiri
Identifikasi awal minyak atsiri dapat diketahui dengan mencium
simplisia yang akan diuji apakah berbau harum atau tidak. Bila berbau harum,
kemungkinan besar, simplisia mengandung minyak atsiri, bila tidak ,
kemungkinan besar simplisia tidak mengandung minyak atsiri.
Lalu dilakukan uji tambahan untuk memperkuat dugaan dengan reaksi
kimia. Caranya: Timbang 2 gram simplisia masukkan ke dalam tabung reaksi,
tambahkan 10 ml petroleum eter, dan pasang corong di bagian atas mulut
tabung, lalu lubang corong ditutup dengan kapas basah, panaskan 10 menit
diatas penangas air lalu dinginkan. Kemudian saring dengan kertas saring,
masukkan ke dalam cawan penguap, diuapkan sampai kering, residu
dilarutkan dengan 5 ml alcohol, lalu saring dengan kertas saring, filtratnya
dimasukkan ke dalam cawan penguap lain lalu uapkan sampai kering, residu
akan berbau harum / berbau aromatic sesuai dengan bau tanaman
penghasilnya.
Dengan proses ekstraksi awal menggunakan petroleum eter yang bersifat
non polar, maka dapat disimpulkan bahwa senyawa minyak atsiri bersifat non
polar. Selain itu dari namanya Minyak atsiri, juga dapat diduga bahwa
minyak tsiri bersifat nonpolar
BAB 3
PENUTUP

Penapisan fitokimia adalah tahap awal suatu pemeriksaan pendahuluan


kandungan kimia yang ada di dalam suatu simplisia. Bila senyawa yang ada dalam
simplisia sudah diketahui, dapat dilanjutkan dengan tahap isolasi. Tetapi bila dalam
simplisia tersebut tidak ada senyawa yang kita inginkan, maka tidak bisa dilakukan
tahap isolasi.
Senyawa yang diidentifikasi ada atau tidaknya di dalam screening yaitu:
1. Alkaloid
2. Flavonoid
3. Saponin
4. Kuinon
5. Steroid dan Triterpenoid
6. Tanin
7. Kumarin
8. Minyak Atsiri
DAFTAR PUSTAKA

Iskandar, Y., dan Susilawati, Y. 2012. Panduan Praktikum Fitokimia. Fakultas Farmasi
Universitas Padjadjaran: Jatinangor.
Herbert, R.B., 1995, Biosintesis Metabolit Sekunder Edisi Kedua, IKIP Press,
Semarang.
Harbone, J.B., 1973, Metode Fitokimia, ITB, Bandung.
Markham, K.R., 1988, Cara Mengidentifikasi Flavonoi, Penerbit ITB, Bandung
Nurhari, Ogi. 2010. Uji Fitokimia-Terpenoid. Sekolah Tinggi Farmasi: Bandung.

Anda mungkin juga menyukai