Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

Konseling Informasi dan Edukasi

Disusun Oleh :

1. Rosa Indrianingsih
2. Fatimah Hanan
3. Feni Permatasari
4. Taufiq Hartanto
5. Resma Agustina
6. Izdihar Ulfa
7. Lafifatus Sholekha
8. Frasdiaz Pratama
9. Nurul Istiqomah
10. Fety Rosiana
11. Septian Dwi N
12. Ria Kartika S

DIPLOMA III FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2017
1. Latar Belakang Masalah
Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh di saluran pernafasan
dan merupakan gejala suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap iritasi di
tenggorokan karena adanya lendir atau mukus, makanan, debu, asap dan
sebagainya.
Batuk juga merupakan salah satu gejala paling umum yang menyertai
penyakit pernafasan seperti asma, bronkitis, dan COPD (Chronic Obstructive
Pulmonary Disease). Ketiadaaan batuk dapat berbahaya dan fatal untuk
kesehatan, karena bisa jadi batuk merupakan gejala awal dari penyakit
pernafasan dan memudahkan dokter untuk mendiagnosis suatu penyakit
(Chung, 2003). Timbulnya respon batuk bisa dikarenakan beragam hal salah
satunya adalah keberadaan mukus pada saluran pernafasan.
Normalnya, mukus membantu melindungi paru-paru dengan menjebak
partikel asing yang masuk. Namun apabila jumlah mukus meningkat, maka
mukus tidak lagi membantu malahan mengganggu pernafasan (Koffuor dkk.,
2014). Oleh karena itu, tubuh memiliki respon batuk untuk mengurangi mukus
yang berlebihan tersebut. Selain oleh mukus, batuk dapat disebabkan oleh
faktor luar seperti debu maupun zat asing yang dapat mengganggu pernafasan.
Semakin banyak partikel asing yang harus dikeluarkan, semakin banyak pula
frekuensi batuk seseorang.
Frekuensi batuk yang terlalu tinggi dapat mempengaruhi kualitas hidup
seseorang. Obat batuk yang dapat menekan batuk disebut juga antitusif.
Antitusif adalah obat-obatan penekan batuk yang kerjanya dibagi menjadi dua
yaitu perifer dan sentral (Sartono, 1993). Antitusif yang bekerja di sentral
dibagi lagi menjadi non narkotik dan narkotik. Banyak antitusif yang telah
dikembangkan dan digunakan di klinik sebagai obat-obat over the counter
(OTC). Namun obat-obatan antitusif non narkotik yang sekarang ini kerjanya
kurang efektif dan antitusif narkotik memiliki efek samping yang tidak
diinginkan, misalnya kodein memberikan efek samping kecanduan (Reynolds
dkk., 2003).
2. Tinjauan Pustaka
a. Definisi Batuk merupakan mekanisme pertahanan diri paling efisien dalam
membersihkan saluran nafas yang bertujuan untuk menghilangkan mukus,
zat beracun dan infeksi dari laring, trakhea, serta bronkus. Batuk juga bisa
menjadi pertanda utama terhadap penyakit perafasan sehingga dapat
menjadi petunjuk bagi tenaga kesehatan yang berwenang untuk membantu
penegakan diagnosisnya (Chung, 2003).
b. Patofisiologi Batuk adalah bentuk refleks pertahanan tubuh yang penting
untuk meningkatkan pengeluaran sekresi mukus dan partikel lain dari jalan
pernafasan serta melindungi terjadinya aspirasi terhadap masuknya benda 5
asing. Setiap batuk terjadi melalui stimulasi refleks arkus yang kompleks.
Hal ini diprakarsai oleh reseptor batuk yang berada pada trakea, carina, titik
percabangan saluran udara besar, dan saluran udara yang lebih kecil di
bagian distal, serta dalam faring. Laring dan reseptor tracheobronchial
memiliki respon yang baik terhadap rangsangan mekanis dan kimia.
Reseptor kimia yang peka terhadap panas, asam dan senyawa capsaicin akan
memicu refleks batuk melalui aktivasi reseptor tipe 1 vanilloid (capsaicin).
Impuls dari reseptor batuk yang telah dirangsang akan melintasi jalur aferen
melalui saraf vagus ke pusat batuk di medula. Pusat batuk akan
menghasilkan sinyal eferen yang bergerak menuruni vugus, saraf frenikus
dan saraf motorik tulang belakang untuk mengaktifkan otot-otot ekspirasi
yang berguna membantu batuk.
c. Mekanisme batuk
Dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu:
1. Fase inspirasi: fase inhalasi yang menghasilkan volume yang diperlukan
untuk batuk efektif
2. Fase kompresi: penutupan laring dikombinasikan dengan kontraksi otot-
otot dinding dada, diagframa sehingga menghasilkan dinding perut
menegang akibat tekanan intratoraks.
3. Fase ekspirasi: glotis akan terbuka, mengakibatkan aliran udara ekspirasi
yang tinggi dan mengeluarkan suara batuk (Yahya, 2007).
d. Klasifikasi
Berdasarkan durasinya
1. Batuk akut yaitu batuk yang terjadi kurang dari 3 minggu. Batuk
6subakut yaitu batuk yang terjadi selama 3-8 minggu.
2. batuk kronis yaitu batuk yang terjadi lebih dari 8 minggu. Dari durasi
batuk maka dapat diprediksi penyakitnya. Misalnya batuk akut yang
biasanya disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) atau
bisa juga karena pnemonia dan gagal jantung kongestif.
3. Batuk subakut bisa disebabkan oleh batuk pasca infeksi, bakteri
sinusitis maupun batuk karena asma. Sedangkan batuk kronis bila
terjadi pada perokok biasanya merupakan penyakit chronic obstructive
pulmonary disease (COPD) dan pada non perokok kemungkinan
adalah postnasal drip, asma dan gastroesophageal reflux disease
(GERD).
Bila berdasarkan tanda klinisnya batuk dibedakan menjadi:
1. Batuk kering merupakan batuk yang tidak dimaksudkan untuk
membersihkan saluran nafas, biasanya karena rangsangan dari luar.
2. Batuk berdahak merupakan batuk yang timbul karena mekanisme
pengeluaran mukus atau benda asing di saluran nafas (Ikawati,
2009).
e. Terapi Obat-obatan yang digunakan untuk batuk
1. Obat antitusif merupakan obat yang ditujukan untuk menekan
batuk. Obat-obatan ini kurang memberi manfaat klinis kecuali bila
memang batuk tersebut sangat mengganggu. Contoh obat-
obatannya adalah kodein, noskapin dan dekstrometorfan.
Ketiganya merupakan obat golongan narkotik.
2. Obat ekspektoran digunakan untuk mengencerkan dahak sehingga
batuk dapat lebih produktif dan memudahkan ekspektorasi. Contoh
obat-obatan ini adalah gliseril guaiakolat, succus liquiriteae dan
ammonium chloride. Obat mukolitik merupakan obat yang
berfungsi mempercepat ekspektorasi dan mengurangi viskositas
sputum. Contoh obatnya adalah asetilsistein, karbosistein,
ambroxol dan bromhexin (Ikawati, 2009).
f. Mekanisme Batuk
Batuk dimulai dari suatu rangsangan pada reseptor batuk. Reseptor
ini berupa serabut saraf non myelin halus yang terletak baik di dalam
maupun di luar rongga toraks. Yang terletak di dalam rongga toraks antara
lain terdapat pada laring, trakea, bronkus, dan di pleura. Jumlah reseptor
akan semakin berkurang pada cabang-cabang bronkus yang kecil, dan
sejumlah besar reseptor di dapat di laring, trakea, karina dan daerah
percabangan bronkus. Serabut aferen terpenting terdapat pada cabang
nervus vagus yang mengalirkan rangsang dari laring, trakea, bronkus,
pleura, lambung, dan juga rangsangan dari telinga melalui cabang Arnold
dari nervus vagus. Nervus trigeminus menyalurkan rangsang dari sinus
paranasalis, nervus glosofaringeus menyalurkan rangsang dari faring dan
nervus frenikus menyalurkan rangsang dari perikardium dan diafragma.
Rangsangan ini oleh serabut afferen dibawa ke pusat batuk yang terletak di
medula, di dekat pusat pernafasan dan pusat muntah. Kemudian dari sini
oleh serabut-serabut aferen nervus vagus, nervus frenikus, nervus
interkostalis dan lumbar, nervus trigeminus, nervus fasialis, nervus
hipoglosus, dan lain-lain menuju ke efektor. Efektor ini berdiri dari otot-
otot laring, trakea, bronkus, diafragma, otot-otot interkostal, dan lain-lain.
Di daerah efektor ini mekanisme batuk kemudian terjadi.
g. Macam-macam obat batuk
1. (Antitusif)
Obat-obat ini menekan rangsangan batuk di pusat batuk yang
terletak di sumsum lanjutan dan mungkin bekerja terhadap pusat saraf
lebih tinggi di otak dengan efek menenangkan (sedatif). Zat-zat ini
dibedakan antara zat-zat yang menimbulkan adiksi dan non-adiksi.
a. Kodein (F.I): metilmorfin, *Codipront
Alkaloida candu ini memiliki sifat menyerupai morfin, tetapi
efek analgetis dan meredakan batuknya jauh lebih lemah, begitu pula
efek depresinya terhadap pernapasan. Obat ini banyak digunakan
sebagai pereda batuk dan penghilang rasa sakit, biasanya dikombinasi
dengan asetosal yang memberikan efek potensiasi. Dosis analgetis yang
efektif terletak di anatara 15 60 mg. Sama dengan morfin, kodein juga
dapat membebaskan histamine (histamine-liberator).
Efek sampingnya jarang terjadi pada dosis biasa dan terbatas
pada obstipasi, mual dan muntah, pusing, dan termangu-mangu. Pada
anak kecil dapat terjadi konvulsi dan depresi pernapasan. Dalam dosis
tinggi dapat menimbulkan efek sentral tersebut. Walaupun kurang hebat
dan lebih jarang daripada morfin, obat ini dapat pula mengakibatkan
ketagihan.
Dosis: oral sebagai aalgetikum dan pereda batuk 3-5 dd 10-40
mg dan maksimum 200 mg sehari. Pada diare 3-4 dd 25-40 mg.
b. Noskapin
Alkaloida candu alamiah ini tidak memiliki rumus fenantren,
seperti kodein dan morfin, melainkan termasuk dalam kelompok
benzilisokinolin seperti alkaloda candu lainnya (papaverin dan
tebain). Efek meredakan batuknya tidak sekuat kodein, tetapi tidak
mengakibatkan depresi pernapasan atau obstipasi, sedangkan efk
sedatifnya dapat diabaikan. Risiko adiksinya ringan sekali. Berkat
sifat baik ini, kini obat ini banyak digunakan dalam berbagai sediaan
obat batuk popular.
Noskapin tidak bersifat analgetis dan merupakan pembebas
histamine yang kuat dengan efek bronchokonstriksi dan hipotensi
(selewat) pada dosis besar.
Efek sampingnya jarang terjad dan berupa nyeri kepala, reaksi
kulit, dan perasaan lelah letih tidak bersemangat.
Dosis: oral 3-4 kali sehari 15-50 mg, maksimal 250 mg sehari.
c. Dekstrometofan: methoxylevorphanol, Detusif, *Romilar/exp,
Derivat-fenantren ini (1953) berkhasiat menekan batuk, yang
sama kuatnya dengan kodein, tetapi bertahan lebih lama dan tidak
bersifat analgetis, sedative, sembelit, atau adiktif. Mekanisme
kerjanya berdasarkan peningkatan ambang pusat batuk di otak. Pada
peyalahgunaan dengan dosis tinggi dapat terjadi efek stimulasi SP.
Efek sampingnya hanya ringan dan terbatas pada rasa
mengantuk, termangu-mangu, pusing, nyeri kepala, dan gangguan
lambung-usus.
Dosis: oral 3-4 dd 10-20 mg (bromide) p.c., anak-anak 2-6
tahun 3-4 dd 8 mg, 6-12 tahun 3-4 dd 15 mg.
2. Antihistamin
a. Prometazin: (phenargen exp)
Sebagai antihistaminikum berdaya meredakan rangsangan batuk
berkat sifat sedative dan antikolinergik yang kuat.
Efek samping antikolinergiknya dapat menyebabkan gangguan
buang air kecil dan akomodasi pada manula.
Dosis : 3 dd 25-50 mg (garam HCl) d.c., anak-anak diatas 1
tahun 2-4 dd 0,2 mg/kg.
b. Oksomemazin
Adalah derivat dengan khasiat dan penggunaan sama, daya
antikolinergiknya lemah.
Dosis : 2-3 dd 15 mg, anak-anak 1-2 tahun 2,5-10 mg sehari,
2-5 tahun 10-20 mg sehari, 5-10 tahun 2-3 dd 10 mg.
c. Difenhidramin (Benadryl)
Sebagai zat antihistamin (H-Blocker), senyawa ini bersifat
hipnotis-sedatif dan dengan demikian meredakan rangsangan batuk.
Pada bayi dapat menimbulkan perangsangan paradoksal, misalnya
mengeringnya selaput lender karena efek antikolinergiknya.
Dosis : 3-4 dd 25-50 mg
3. Mukolitik
a. Asetilsistein (Fluimucil)
Mekanisme aksinya yakni Mengurangi kekentalan / viskositas
sekret dengan memecah ikatan disulfida pada mukoprotein,
memfasilitasi pengeluaran sekret melalui batuk. Mekanisme ini paling
baik pada pH 7-9, sehingga pH sediaan diadjust dengan NaOH.
Efek Samping: Reaksi hipersensitivitas (bronkospasme,
angioedema, kemerahan, gatal), hipotensi / hipertensi (kadang-
kadang), mual, muntah, demam, syncope, berkeringat, arthralgia,
pandangan kabur, gangguan fungsi hati, asidosis, kejang, ;cardiac /
respiratory arrest.
Dosis : Oral 3-6 dd 200 mg atau 1-2 dd 600 mg granulat,
anak-anak n2-7 tahun 2 dd 200 mg, dibawah 2 tahun 2 dd 100 mg,
Sebagai antidotum keracunan paracetamool , oral 150 mg/kg berat
badan dan larutan 5 %, disusul dengan 75 mg/kg setiap 4 jam
b. Bromheksin
Mekanisme aksinya yakni Bromheksin merupakan secretolytic
agent, yang bekerja dengan cara memecah mukoprotein dan
mukopolisakarida pada sputum sehingga mukus yang kental pada
saluran bronkial menjadi lebih encer, kemudian memfasilitasi
ekspektorasi.
Efek Samping : Pusing, sakit kepala, berkeringat, kulit
kemerahan. Batuk atau bronkospasme pada inhalasi (kadang-kadang).
Mual, muntah, diare dan efek samping pada saluran cerna.
Dosis : Oral 3-4 dd 8-16 mg (Klorida), Anak-anak 3 dd 1,6 8
mg. Tergantung dari usia.
4. Ekspektoran
a. Kalium iodida
Iodida menstimulasi sekresi mucus di cabang tenggorokan dan
mencairkannya, tetapi sebagai obat batuk (Hampir) tidak efektif.
Efek Samping : gangguan tiroid , Struma, Ucticaria dan iod-
acne, juga hiperkaliemia( pada fungsi ginjal buruk).
Dosis: Pada batuk oral 3 dd 0,5-1 g, maks. 6 g sehari.
b. Amonium klorida
Berdaya diuretic lemah yang menyebabkan acidosis, yakni
kelebihan asam dalam darah. Keasaman darah merangsang pusat
pernapasan sehingga frekuensi napas meningkat dan gerakkan bulu
getar (cilia) disaluran napas distimulasi. Sekresi dahak juga
meningkat. Maka senyawa ini banyak digunakan dalam sediaaan
sirop batuk, misalnya obat batuk hitam.
Efek Sampingnya : Acidosis ( khusus pada anak-anak dan
pasien ginjal) dan gangguan lambung (mual, muntah), berhubung
sifatnya yang merangsang mukosa.
Dosis : oral 3-4 dd 100-150 mg, maks. 3 g seharinya.
c. Guaifenesin ( Gliserilguaiakolat, Toplexil)
Digunakan sebagai ekspektorans dalam berbagai jenis
sediaan bentuk popular. Pada dosis tinggi bekerja merelaksasi otot
seperti mefenesin.
Efek Samping : Iritasi Lambung (mual,muntah) yang dapat
dikurangi bila diminum dengan segelas air.
Dosis: Oral 4-6 dd 100-200 mg.
5. Emolliensia
a. Succus Liquiritiae
Obat ini banyak digunakan sebagai salah satu komponen
dari sediaan obat batuk guna mempermudah pengeluaran dahak
dan sebagai bahan untuk memperbaiki rasa.
Efek Samping : Pada doosis Tinggidari 3 g sehari berupa
nyeri kepala, udema, dan terganggunya keseimbangan elektrolit,
akibat efek mineralalokortikoid dan hipernatriema dari asam
glycyrrizinat.
Dosis : oral 1-3 g sehari.
6. Obat batuk dengan nama merk dagang yang banyak di pasaran
1. Actifed Syrup
Obat batuk berdahak berbentuk sirup. Keunggulannya yaitu
memperingan kondisi pilek atau alergi di saluran pernapasan
bagian hidung.
2. OBH Combi
Obat yag digunakan untuk mengobati batuk yang disertai
gangguan dahak di tenggorokan. Obat ini berfungsi sebagai
ekspektoran yang membantu mengeluarkan dahak di tenggorokan
sehingga meringankan pernapasan. Mengandung Succus
Liquiritiae sebagai ekspektoran.
3. Siladex Antitusive

merupakan obat batuk yang dapat dipakai untuk meredakan


batuk kering, batuk kering biasanya ada rasa gatal-gatal yang
tidak nyaman.
4. Actifed

merupakan obat yang mengandung antihistamin dan juga


tripolidin yang juga sama fungsinya untuk meredakan batuk
kering dan rasa gatal pada tenggorokan.

Anda mungkin juga menyukai