Camel Kelompok 9
Camel Kelompok 9
(CAMEL)
A. Analisis Camel
Bank sebagai perusahaan juga perlu dinilai kesehatannya, tujuannya
adalah untuk mengetahui kondisi bank tersebut yang sesungguhnya apakah
dalam keadaan sehat,kurang sehat,atau mungkin sakit. Apabila ternyata
kondisi bank tersebut dalam kondisi sehat, maka ini perlu dipertahankan
kesehatannya. Akan tetapi, jika kondisi nya dalam keadaan tidak sehat maka
segera perlu diambil tindakan untuk mengonbati nya. Dari penilaian
kesehatan bank ini pada akhirnya akan ketahuan kinerja bank tersebut.
Kinerja bank ini merupakan ukuran keberhasilan bagi direksi bank
tersebut sehingga apabila kinerja ini buruk bukan tidak mungkin para direksi
ini akan diganti. Kinerja ini juga merupakan pedoman hal-hal apa saja yang
perlu diperbaiki dan bagaimana cara memperbaikinya. Ukuran untuk
melakukan penilaian kesehatan bank telah ditentukan oleh Bank Indonesia.
Bank-bank diharuskan membuat laporan baik yang bersifat rutin ataupun
secara berkala mengenai aktivitasnya dalam suatu periode tertentu.1
Bank-bank perlu dinilai kesehatannya, karena kegiatan bank
berhubungan dengan dana-dana yang berasal dari masyarakat dan kegiatan
usahanya sesuai dengan prinsip kepercayaannya dari nasabahnya. Bank perlu
menerapkan Prinsip kehati-hatiannya dalam menjalankan usahanya dan ini
diatur pula dalam UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan pada Bab V
Pasal 29 Ayat 2 yeng berisi bahwa : Bank wajib memelihara tingkat
kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset,
kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang
1
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2014), h. 301.
berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai
dengan prinsip kehati-hatian.
Sesuai dengan peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal
12 april 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 38, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4382) Bank wajib melakukan penilaian Tingkat
Kesehatan Bank secara triwulanan dan mulai tahun 2012 penilaian sendiri
(self assesment) dilakukan paling kurang setiap semester untuk posisi akhir
Juni dan Desember apabila terdapat perbedaan penilaian hasir penilaian
antara yang dilakukan oleh bank itu sendiri dengan yang dilakukan oleh Bank
Indonesia maka yang berlaku adalah hasil penilaian yang dilakukan oleh
Bank Indonesia.2
Aplikasi analisis rasio keuangan pada lembaga keuangan perbankan
sering disebut dengan rasio CAMEL. Berdasarkan ketentuan Undang-Undang
RI No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Bank Indonesia telah mengeluarkan
Surat Edaran No. 26/5/BPPP tanggal 29 Mei tahun 1993 yang mengatur
tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan bank. Ketentuan ini merupakan
penyempurnaan ketentuan yang dikeluarkan Bank Indonesia dengan Surat
Edaran No. 23/21/BPPP tanggal 28 Februari 1991. Kemudian tata cara
penilaian tingkat kesehatan bank tersebut digantikan dengan tata cara
penilaian berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.
30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997. Metode atau cara penilaian tingkat
kesehatan bank tersebut dikenal dengan sebagai metode CAMEL.3
Kesehatan suatu bank dapat diukur dengan berbagai metode. Penilaian
kesehatan akan berpengaruh terhadap kemampuan bank dan loyalitas nasabah
terhadap bank yang bersangkutan. Unsur-unsur penilaian dalam analisis
CAMEL adalah sebagai berikut:
1. Permodalan (Capital)
2
Frianto Pandia,Manajemen Dana dan Kesehatan Bank,(Jakarta: Rineka Cipta, 2012),h.
223-224.
3
Harmono, Manajemen Keuangan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), h. 114.
Permodalan yang dinilai yaitu permodalan yang ada didasarkan
kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut
didasarkan kepada CAR (Capital Adequacy Ratio) yang telah ditetapkan
BI. Perbandingan rasio tersebut adalah rasio modal terhadap Aktiva
Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) dan sesuai dengan ketentuan
pemerintah CAR tahun 1999 minimal harus 8%.
Fungsi penilaian capital adalah sebagai berikut:
a. Ukuran kemampuan bank untuk menyerap kerugian-kergian yang
tidak dapat dihindarkan.
b. Alat pengukur besar kecilnya kekayaan bank atau kekayaan yang
dimiliki oleh para pemegang saham.
c. Untuk memungkinakan managemen bank bekerja dengan efisien
sesuai dengan yang dikehendaki pemilik modal.4
Permodalan bertujuan untuk mengetahui kemampuan kecukupan
modal bank dalam mendukung kegiatan bank secara efisien.5
1 + 2 + 3
=
5
Jumingan, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), h. 243.
Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan adalah aktiva produktif
yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan
penghasilan atau menimbulkan kerugian yang besarnya ditetapkan
sebagai berikut:
a) 25% dari aktiva produktif yang digolongkan Dalam Perhatian
Khusus.
b) 50% dari aktiva produktif yang digolongkan Kurang Lancar.
c) 75% dari aktiva produktif yang digolongkan Diragukan.
d) 100% dari aktiva produktif yang digolongkan Macet.
6
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, h. 301.
kuantitatif dan kualitatif faktor kualitas aset antara lain dilakukan melalui
penilaian terhadap komponen-komponen yang terkait penanaman dana.
3. Management
Dalam mengelola kegiatan bank sehari-hari juga dinilai kualitas
manajemennya. Kualitas manajemen dapat dilihat dari kualitas
manusianya dalam bekerja. Kualitas manajemen juga dilihat dari segi
pendidikan dan pengalaman dari karyawannya dalam menangani
berbagai kasus-kasus yang terjadi. Dalam aspek ini yang dinilai adalah
manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen umum,
manajemen rentabilitas, dan manajemen likuiditas. Penilaian kesehatan di
bidang manajemen tidak bisa didasarkan pada 250 aspek yang berkaitan
dengan permodalan, likuiditas, kualitas aset, dan rentabilitas, tetapi kini
penilaiannya hanya didasarkan pada seratus aspek saja.7
4. Rentabilitas (Earning)
7
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, h. 302.
Tujuan dari rentabilitas yaitu untuk mengetahui kemampuan bank
dalam menghasilkan profit melalui operasi bank.8
Rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam penilaian rentabilitas
adalah:
a. Net Operating Margin (NOM) dipergunakan untuk mengukur
kemampuan aktiva lancar dalam menghasilkan laba pada suatu
perusahaan atau perbankan.
( )
=
5. Likuiditas (Likuiditas)
Likuiditas (liquidity) adalah kemampuan bank dalam membayar
kewajibannya yang segera harus dibayar. Penilaian likuiditas diukur
dengan Loan to Deposit Ratio (LDR). Komponen LDR
menunjukkan tingkat jumlah kredit yang diberikan oleh bank kepada
masyarakat yang dibiayai dari dana nasabah yang disimpan di bank
tersebut. Jadi, ada dua metode dalam perhitungan Likuiditas, yaitu :
a. Short Term Mistmatch (STM)
8
Jumingan, Analisis Laporan Keuangan, h. 243.
Besarnya aset jangka pendek dibandingkan dengan kewajiban
jangka pendek. Yang bertujuan untuk mengukur kemampuan bank
dalam memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek.
+ +
=
( Rp 515.329 + Rp 22.073)
2013 =
Rp 2.579.432
Rp 537.402
= Rp 2.579.432
= 20,83% (Peringkat 1)
( Rp 1.030.825 + Rp 46.743 )
2014 =
Rp 4.194.517
Rp 537.402
= Rp 2.579.432
= 25,68% (Peringkat 1)
2013 2014
Mtier1 Rp 515.329 Rp 1.030.825
PPAP Rp 24.086 Rp 57.582
APYD Rp 3.886.184 Rp 6.057.876
Agunan - -
1 +
=
Rp 515.329 + Rp 24.086
2013 =
Rp 3.886.184
Rp 539.415
= Rp 3.886.184
= 0,13 (Peringkat 5)
Rp 1.030.825 + Rp 57.582
2014 =
Rp 6.057.876
Rp 1.088.407
= Rp 6.057.876
= 0,17 (Peringkat 5)
Dari hasil perhitungan laporan keuangan diatas, ECR PT Bank Panin Syariah
Tbk pada tahun 2013 sebesar 0,13 dan ECR pada tahun 2014 sebesar 0,17.
Kecukupan modal yang dimiliki PT Bank Panin Syariah Tbk mengalami kenaikan
sebesar 0,04 yang berarti PT Bank Panin Syariah Tbk tersebut menunjukkan
semakin besar ECR yang dimiliki oleh bank akan semakin mampu menyerap
risiko apabila dilakukan write-off atas aset-aset bermasalah.
.
2. Asset A
(, , , )
= 1
2013 =
(25% X 109.063)+ (50% X 11.320)+ (75% X 6.1227)+ (100% X 13.927)
1
4.021.721
(47.773)
=1
4.021.721
= 0,98 (Peringkat ke 2)
(25% X 94.325)+ (50% X 4.636)+ (75% X 15.455)+ (100% X 5.402)
2014 = 1
6.177.664
(42.892,05)
=1
6.177.664
= 0,99 (Peringkat ke 2)
Jika di lihat dari perhitungan Rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP) dari
tahun 2013 ke tahun 2014 terlihat Aktiva produktif nya mengalami kenaikan.
Aktiva tersebut terlihat sangat lumayan baik dalam kenaikannya, karena tahun
2013 yang sebelum nya masuk dalam peringkat ke 2 dengan nilai 0,98 lalu pada
tahun 2014 nilai 0,99.
(,,)
= X 100%
(384+0+2.373)
2013 = x 100%
0+1.352.351
(2.757)
= x 100%
1.352.351
= 0,002
= 0,2 % (Peringkat ke 1)
(0+12.800+435)
2014 = x 100%
595+4.146.952
(13.235)
= x 100%
4.147.547
= 0,003
= 0,3 % (Peringkat ke 1)
3. Earning E
()
NOM =
(137.7504.749.443) 83.441
2013 = 5.099.692,5
= -0,92 (peringkat 5)
(264.1924.749.443) 128.061
2014 = 5.099.692,5
= -0,90 (peringkat 5)
ROA =
29.162
2013 = 5.130.190
= 0,56% (peringkat 3)
95.732
2014 = 5.130.190
= 1,86% (peringkat 2)
Dapat dikatakan dari tahun 2013 ke 2014 mengalami kenaikan sebesar 0,01
(1%). Hal ini menujukkan manajemen Bank Panin Syariah dalam menghasilkan
laba dapat dinilai baik.
REO = x 100%
83.441
2013 = 137.750 x 100%
= 60,57% (peringkat 1)
128.061
2014 = 264.192 x 100%
= 48,47% (peringkat 1)
4. Likuiditas L
=
2.722.029
2013 =
1.015.244
= 2,68 (26%) (Peringkat 1)
4.981.608
2014 =
873.919
Dari data diatas Bank Panin Syariah pada tahun 2013 sebesar 26%, pada
tahun 2014 sebesar 57% sehingga dapat diketahui bahwa Short Term Mistmatch
(STM) Bank Panin Syariah mengalami kenaikan setiap tahunnya yaitu sebesar
31%. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan bank dalam memenuhi
kebutuhan likuiditas jangka pendek pada tahun 2013 masuk dalam Peringkat 1 :
STM > 25% atau dalam keadaan sangat sehat, dan pada tahun 2014 masuk dalam
peringkat 1: STM > 25 atau sama dengan tahun 2013. Oleh sebab itu pada tahun
2014 lebih baik dibandingkan dengan taun 2013 karena pada tahun 2014 masih
berada di atas 26%. Sehingga kemampuan Bank Panin Syariah dalam memenuhi
kebutuhan likuiditas jangka pendeknya dalam keadaan sangaat sehat atau sangat
baik.
+ +
=
2.722.029 + 4.853 + 1.275.607
2013 =
1.015.244
= 3,94 (4%)
= 7,01 (7%)
Dari data diatas bahwa Bank Panin Syariah pada tahun 2013 sebesar 4% dan
pada tahun 2104 sebesar 7% sehingga dapat diketahui bahwa Short Term
Mismatch Plus (STMP) Bank Panin Syariah detiap tahunnya mengalami kenaikan
yaitu sebesar 3%. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan bank dalam
memenuhi kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aktiva jangka pendek,
kas, dan secondary reserve pada tahun 2013 masuk peringkat 5 :STMP < 20%
atau tidak sehat, dan pada tahun 2014 masuk dalam peringkat 5:STMP < 20% atau
sama dengan tahun 2013 yaitu dalam keadaan tidak sehat. Maka dapat
disimpulkan bahwa Short Term Mismatch Plus (STMP) Bank Panin Syariah atau
kemampuan Bank Panin Syariah dalam memenuhi kewajiban jangka pendek
dengan menggunakan aktiva jangka pendek, kas, dan secondary reserve dalam
keadaan tidak sehat dan bank tersebut mengalami keadaan liquiditas dalam
memenuhhi kewajiban jangka pendeknya.
DAFTAR PUSTAKA
Frianto Pandia, Manajemen Dana dan Kesehatan Bank, Jakarta: Rineka Cipta,
2012