RENCANA STRATEGIS
PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR LAMPUNG
Kerjasama:
dengan
PKSPL - IPB
Dana untuk persiapan dan pencetakan dokumen ini disediakan oleh USAID sebagai bagian dari USAID/BAPPENAS Program NRM dan
USAID - CRC/URI Program Pengelolaan Sumber Daya Pesisir (CRMP)
Citation :
Pemda Propinsi Lampung. 2000. Rencana Strategis Pengelolaan Wilayah Pesisir Lampung. Kerjasama Pemerintah Daerah Propinsi Lampung dengan
Proyek Pesisir Lampung dan PKSPL - IPB. Bandar Lampung. Indonesia. 96 pp.
Drs. H. Oemarsono
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.2 Tujuan dan Manfaat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
1.3 Ruang Lingkup Daerah Perencanaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
1.4 Proses Perencanaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
1.5 Siklus Kebijakan Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 64
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Analisis SWOT Kelembagaan di Kabupaten/Kota Pesisir Propinsi Lampung . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 65
Lampiran 2 : Ucapan terima kasih . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 71
Lampiran 3 : Tabel kegiatan Proses Penyusunan Renstra Pesisir Lampung . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 75
DAFTAR ISTILAH . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 79
INDEKS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 83
Pre Renstra Training Pembentukan Tim Kerja Inventarisasi isu Atlas SWPL Analisis
Kegiatan Training Tim Kerja Renstra oleh PST kab./kota
Workshop Propinsi Konsultasi publik
Pengenalan konsep ICM/Renstra Pembentukan dan Penggalian isu secara detail Penyamaa
Tujuan Memperbaharui proses Renstra pengesahan Tim Kerja dan vi
sesuai kondisi Lampung Renstra
Diskusi CDROM MREP Diskusi dan Musyawarah Konsultasi publik dengan cara Isu-isu
Metode Konsultasi tenaga ahli kontekstualisasi progresif
Tukar menukar pengalaman (diskusi, interview, kuesioner,
analisis SWOT)
Workshop kab./kota pesisir
Stake
Ranking
Verif
dan
informasi setiap Analisis isu dan visi kab./ Penyamaan draft Renstra Workhop Renstra
a pesisir k o t a pesisir
agan Proses Renstra Pesisir Lampung Rencana Strategis Pengelolaan Wilayah Pesisir Propinsi Lampung 7
jasa lingkungan lainnya bagi kepentingan pembangunan
daerah.
Sesuai dengan letak geografisnya, wilayah pesisir
Lampung memiliki keragaman potensi sumberdaya
pesisir dan laut. Untuk memperoleh hasil yang optimal
dalam pendayagunaannya maka perlu ada satu
keterpaduan pengelolaan. Secara khusus terdapat 3 (tiga)
jenis keterpaduan yang diharapkan dalam implementasi
konsep pengelolaan wilayah pesisir terpadu, yaitu : 1)
keterpaduan sistem (dimensi spasial dan temporal), 2)
keterpaduan fungsi (harmonisasi antar lembaga), dan 3)
keterpaduan kebijakan (konsistensi program daerah dan
pusat).
Berdasarkan kesepakatan internasional, proses
pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir mengikuti suatu
siklus pembangunan atau kebijakan (Gambar 5). Siklus
tersebut terdiri dari lima langkah berikut:
1. Identifikasi isu-isu pengelolaan sumberdaya wilayah
pesisir
2. Persiapan atau perencanaan program
3. Adopsi program dan pendanaan Gambar 5 . Siklus Kebijakan Pengelolaan Pesisir Terpadu (Olsen et al, 1998)
4. Pelaksanaan program
5. Monitoring dan evaluasi
Pengalaman negara-negara tetangga (Sri Lanka, Thailand, dan Propinsi Lampung telah berhasil melewati tahap kedua dalam siklus
Filipina) membuktikan bahwa dalam menerapkan konsep pengelolaan kebijakan pengelolaan wilayah pesisir yang ditempuh dalam waktu yang
wilayah pesisir terpadu dibutuhkan waktu beberapa tahun, bahkan hanya relatif cepat.
untuk kawasan tertentu. Belajar dari pengalaman negara-negara tersebut, Dokumen Renstra Pesisir yang merupakan langkah kedua dari siklus
diharapkan diperoleh pencapaian waktu yang efektif bagi Propinsi kebijakan, merupakan suatu dokumen dasar. Sehingga rencana-rencana
Lampung untuk menyelesaikan satu siklus kebijakan pengelolaan wilayah yang lebih spesifik, seperti rencana zonasi (zonation plan), rencana
pesisir terpadu. Pengalaman juga menunjukkan, program akan menjadi lebih pengelolaan (management plan), dan rencana aksi (action plan) disusun
matang dan didukung stakeholders apabila telah berhasil melewati satu siklus. menjadi turunannya dan berisi visi serta tujuan yang menjadi arahan bagi
Biasanya, satu siklus kebijakan disebut satu generasi program. ketiga tingkat perencanaan.
Lampung selama ini. Ditinjau dari segi ekonomi, sumberdaya alam dan
jasa lingkungan pesisir Lampung cukup tahan terhadap pengaruh krisis
total yang melanda negara ini.
Terumbu karang, terutama di Teluk Lampung, merupakan aset
sumberdaya alam pesisir yang mampu menopang kelestarian perikanan
serta jasa lingkungan, baik keindahannya maupun fungsi perlindungan
pantainya, merupakan kekuatan yang spesifik untuk menunjang
perekonomian di propinsi ini. Hasil survei (CRMP, 1998) menunjukkan
bahwa potensi terumbu karang sebagai obyek wisata dan habitat ikan
masih cukup besar, dengan penutupan lebih dari 50% di kawasan Teluk
Akibat pengeboman, perlu waktu puluhan tahun terumbu karang tumbuh kembali
(foto: Tanjung Putus, CRMP Lampung) Lampung. Walaupun demikian, di beberapa lokasi menunjukkan penutupan
karang yang sangat rendah, seperti di luar kawasan Teluk/gugus Krakatau
Ferry Merak- Bakauheni, serta aliran barang sekitar 75.000 peti kemas/ yang kurang dari 10%. Potensi terumbu karang di Lampung terdiri dari
tahun melalui kapal laut yang bongkar-muat di Pelabuhan Panjang. jenis karang tepi (fringing reef) dengan luasan relatif 20-60 m2 sampai
Kondisi tersebut menjadikan Lampung sebagai daerah spill over kedalaman maksimum 17 m. Sejumlah terumbu karang menyebar (patch
pembangunan di Pulau Jawa. Pada sisi lain, posisi strategis ini memberi reef) tumbuh dengan baik di sisi Barat Teluk Lampung. Terumbu karang
peluang pada perkembangan Lampung sebagai propinsi yang sedang giat di kawasan Selat Sunda (termasuk Teluk Lampung) memiliki sekitar 113
melaksanakan pembangunan. jenis, dengan rata-rata keanekaragaman per lokasi agak rendah (49 jenis).
Wilayah pesisir Lampung dicirikan dengan produktifitas ekosistem Sementara itu terdapat sekitar 1.600 unit perikanan bagan yang
yang tinggi, sehingga dapat mendukung kegiatan perekonomian Propinsi menggantungkan penghasilan tangkapannya di sekitar terumbu karang.
2.3 Isu-isu Pengelolaan Kabupaten, Kota, dan Pulau-pulau Kecil KOTA BANDAR LAMPUNG
Berdasarkan hasil identifikasi isu pengelolaan wilayah pesisir yang Isu Prioritas:
dimuat dalam Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung dan hasil 1. Pencemaran wilayah pesisir
konsultasi publik yang telah dilaksanakan pada Bulan Oktober Novem- 2. Rendahnya penaatan dan penegakan hukum
ber 1999 dan pada Bulan Januari Maret 2000, didapatkan 6 (enam) - 3. Belum adanya penataan ruang wilayah pesisir
10 (sepuluh) isu yang menjadi prioritas untuk setiap kabupaten (isu 4. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia
prioritas) dan kota pesisir, serta 5 (lima) isu prioritas untuk pulau-pulau 5. Ancaman intrusi air laut dan langkanya air bersih
kecil. Isu-isu pengelolaan tersebut adalah: 6. Degradasi habitat wilayah pesisir
7. Potensi dan obyek wisata bahari belum dikembangkan secara optimal
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN 8. Belum optimalnya pengelolaan perikanan tangkap dan budidaya
Isu Prioritas:
1. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia KABUPATEN TULANG BAWANG
2. Rendahnya penaatan dan penegakan hukum Isu Prioritas:
3. Belum adanya penataan ruang wilayah pesisir 1. Belum adanya penataan ruang wilayah pesisir
4. Degradasi habitat wilayah pesisir 2. Rendahnya penaatan dan penegakan hukum
5. Potensi dan obyek wisata bahari belum dikembangkan secara optimal 3. Pencemaran wilayah pesisir
6. Ancaman intrusi air laut 4. Belum optimalnya pengelolaan perikanan tangkap dan budidaya
7. Belum optimalnya pengelolaan perikanan tangkap dan budidaya 5. Degradasi habitat wilayah pesisir
8. Kerusakan hutan, Taman Nasional, dan cagar alam laut 6. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia
9. Rawan bencana alam (gempa, tanah longsor, dan banjir)
10. Pencemaran wilayah pesisir
kabupaten/kota pesisir dan isu pengelolaan pulau-pulau kecil yang Rendahnya kualitas SDM di wilayah pesisir tidak hanya terjadi pada
diformulasikan berdasarkan konsultasi publik dengan berbagai stake- masyarakat pesisir saja, tetapi juga terjadi pada SDM instansi terkait.
holders (pemerintah dan non pemerintah). Untuk masyarakat pesisir, rendahnya kualitas SDM tersebut erat
hubungannya dengan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat baik
pendidikan formal maupun non-formal. Hal tersebut ternyata ditunjang
Visi Propinsi : pula oleh masih rendahnya perhatian pemerintah terhadap pengembangan
Untuk terwujudnya pengelolaan sumberdaya wilayah kualitas SDM masyarakat pesisir, yang selama ini sebagian besar
pesisir yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan merupakan daerah-daerah yang terisolir. Wilayah yang terisolir tersebut
yang didukung oleh peningkatan kualitas sumberdaya antara lain wilayah Pantai Barat, Teluk Semangka, dan Pantai Timur.
manusia, penaatan dan penegakan hukum, serta Rendahnya pendidikan masyarakat pesisir juga berpengaruh terhadap
penataan ruang untuk terwujudnya peningkatan tingkat kesehatan masyarakat, dan ternyata permasalahannya sama dengan
kesejahteraan masyarakat. proses pendidikan. Secara keseluruhan pengembangan tingkat pendidikan
dan kesehatan tersebut sangat tersendat-sendat karena sangat minimnya
sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan yang tersedia di wilayah
pesisir. Kondisi ini sangat mencolok terjadi di wilayah pulau-pulau kecil.
Visi Pengelolaan Pulau-pulau Kecil dan Perairan Penyebab utama rendahnya kualitas SDM adalah :
sekitarnya : Rendahnya taraf pendidikan masyarakat
Untuk terwujudnya pengelolaan pulau-pulau kecil dan Kurangnya sarana dan prasarana pendidikan, serta kurangnya tenaga
lingkungan perairan sekitarnya secara adil dan lestari guru baik di SD maupun SLTP.
yang berbasis masyarakat melalui penataan ruang, Rendahnya tingkat kesehatan lingkungan permukiman
peningkatan sarana-prasarana pendidikan dan Minimnya sarana dan prasarana kesehatan, serta kurangnya tenaga
kesehatan, serta penaatan dan penegakan hukum untuk medis
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Rendahnya tingkat pendapatan masyarakat, sehingga sebagian besar
masyarakat tidak mampu untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang
lebih tinggi.
Indikator A-3:
Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan wilayah
pesisir mulai proses perencanaan sampai pengawasan dan evaluasi
Meningkatnya masyarakat yang peduli dan tanggungjawab terhadap
sumberdaya wilayah pesisir
Meningkatnya perhatian stakeholders dalam pengelolaan pesisir
Strategi A-3:
Mengembangkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan wilayah
pesisir
Pemberdayaan Lembaga Swadaya Masyarakat /Perguruan Tinggi/
Sekolah/Lembaga Pemerintah untuk meningkatkan partisipasi Reklamasi menggunakan terumbu karang untuk perumahan dan obyek wisata
masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir (foto: CRMP Lampung)
Mengimplementasikan rencana pengelolaan wilayah pesisir terpadu
Beberapa masalah yang sering muncul antara lain banyaknya nelayan
yang menangkap ikan dengan cara-cara merusak seperti pengeboman atau
dengan potas (racun sianida), belum dipatuhinya batas/jalur penangkapan
B RENDAHNYA PENAATAN DAN
PENEGAKAN HUKUM
yang telah dibuat, dan banyaknya penebangan hutan mangrove di daerah
sempadan pantai.
Rendahnya penaatan dan penegakan hukum tidak terlepas dari Dari sudut penegakan hukum masalah pengeboman merupakan
rendahnya kualitas sumberdaya manusia baik di kalangan masyarakat masalah yang kompleks, baik ditinjau dari peraturan perundang-undangan
maupun aparat penegak hukum yang berada di wilayah pesisir. Lemahnya yang ada maupun sarana dan prasarana yang dimiliki penegak hukum
penaatan dan penegakan hukum ini antara lain tercermin dari sikap dan yang sangat terbatas, sehingga pelaksanaan patroli pengawasan tidak dapat
pengetahuan masyarakat tentang hukum yang masih rendah, khususnya yang berjalan seperti yang diharapkan.
berhubungan dengan UU No. 5/90 tentang konservasi sumberdaya alam Penyebab utama rendahnya penaatan dan penegakan hukum adalah:
hayati dan ekosistemnya, serta UU No.23/97 tentang pengelolaan Rendahnya kualitas sumberdaya manusia terutama yang berhubungan
lingkungan hidup. dengan pengetahuan nelayan tentang hukum.
Indikator B-3 :
Semakin jelasnya peran, fungsi, dan kewenangan masing-masing
instansi terkait
Meningkatnya kerjasama antar instansi terkait
Semakin sederhananya prosedur penindakan terhadap pelanggaran
hukum
Berkurangnya konflik kewenangan di antara instansi terkait
Semakin terbukanya akses masyarakat ke pantai
Semakin membaiknya kondisi lingkungan wilayah pesisir
Strategi B-3 : Kota Bandar Lampung tampak dari atas (foto: Anshori J.)
Mengadakan pengkajian kelembagaan
Membuat kesepakatan bersama tentang kewenangan pengelolaan merupakan salah satu pemicu terjadinya konflik kepentingan yang
wilayah pesisir berkepanjangan. Konflik kepentingan terjadi antara sektor kehutanan
Mengembangkan operasi pengamanan laut secara terpadu dengan perikanan yang berhubungan dengan pemanfaatan jalur hijau untuk
tambak, perikanan dengan pertanian yang berhubungan dengan alih fungsi
C BELUM ADANYA PENATAAN RUANG lahan sawah menjadi tambak, keduanya banyak terjadi di Pantai Timur.
WILAYAH PESISIR Sebagai contoh, konflik kepentingan antara nelayan dengan nelayan,
nelayan dengan sektor perhubungan, nelayan dengan pengusaha kerang
Penyusunan rencana tata ruang yang telah dilakukan selama ini belum mutiara seperti yang terjadi di Teluk Lampung.
mengintegrasikan wilayah pesisir, baik dalam RTRW Propinsi maupun Penataan ruang merupakan salah satu usaha untuk menekan terjadinya
RTRW Kabupaten. Dalam kenyataannya, pelaksanaan pemanfaatan ruang konflik kepentingan pemanfaatan ruang, termasuk pemanfaatan ruang di
di wilayah pesisir telah banyak terjadi pelanggaran, misalnya pendirian wilayah pesisir. Pada saat ini aktivitas dan jumlah orang yang ingin
bangunan dan atau pengusahaan tambak di sempadan pantai yang memanfaatkan sumberdaya wilayah pesisir semakin hari semakin
menyebabkan rusaknya hutan mangrove di jalur hijau (green belt). meningkat, sedangkan sumberdaya wilayah pesisir tetap atau cenderung
Belum adanya penyusunan rencana tata ruang wilayah pesisir berkurang. Di sisi lain pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir yang
berkaitan erat dengan belum adanya peraturan yang mendukung secara ada saat ini kurang ramah lingkungan dan tidak berkelanjutan. Kondisi
tegas upaya penataan ruang wilayah pesisir tersebut. Hal ini ternyata ini akhirnya akan menurunkan daya dukung sumberdaya wilayah pesisir.
SASARAN C-1: Penyusunan rencana tata ruang wilayah Habitat penting di sepanjang pesisir Lampung meliputi mangrove,
pesisir terumbu karang, padang lamun, pantai berpasir dan hutan pantai. Pantai
Barat hampir seluruhnya didominasi oleh pantai berpasir, hutan pantai
Indikator C-1: tipe Barringtonia, dengan sisipan tanaman perkebunan rakyat, dan dataran
Tersusunnya rencana tata ruang kawasan pesisir berbasis masyarakat rendah berhutan Meranti (Dipterocarpaceae) sebagai kelanjutan dari
dan ramah lingkungan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).
SASARAN E-2: Terciptanya kawasan pantai yang bebas dari SASARAN E-4: Peningkatan kepedulian stakeholders terhadap
limbah padat (sampah) baik organik maupun kualitas lingkungan wilayah pesisir yang sehat
non-organik
Indikator E-4:
Indikator E-2: Meningkatnya tuntutan dan kepedulian masyarakat akan kualitas
Semakin bersihnya kawasan pantai dari limbah padat lingkungan sekitar yang baik
Terbebasnya kawasan pemukiman pantai dari genangan banjir Menurunnya wabah penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat
Semakin baiknya mekanisme penanganan sampah di kawasan pantai
Strategi E-4:
Strategi E-2: Mengembangkan program penyuluhan sanitasi lingkungan kepada
Mengadakan program kampanye-kampanye penanganan sampah masyarakat di desa pantai
Mengembangkan program penanganan sampah untuk desa-desa pantai
Meningkatkan pengelolaan sampah di areal permukiman pesisir
Strategi G-1:
Menyusun dan mengembangkan basis data dan jaringan informasi
kepariwisataan
Mengembangkan pusat-pusat informasi, promosi, dan pemasaran
pariwisata
Mengkaji ulang RIPPDA Lampung untuk disepakati bersama
Indikator G-2:
Tersedia dan terpeliharanya sarana dan prasarana dasar pariwisata
bahari
Salah satu obyek wisata bahari di Lampung Selatan Berkembangnya ciri lokal sebagai daya tarik lokasi kunjungan wisata
(foto: CRMP Lampung) bahari
Indikator K.2-2:
K.3 YANG MENCAKUP PULAU-PULAU
KECIL DAN PERAIRAN SEKITARNYA
Makin luasnya daerah konservasi yang dikelola oleh masyarakat
Semakin meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap kerusakan Penyebab:
lingkungan Belum ada kebijakan penataan ruang yang mencakup pulau-pulau kecil
Terciptanya sistem pengawasan dan pengamanan pemanfaatan
sumberdaya alam oleh masyarakat pulau Akibat yang ditimbulkan:
Tumpang tindih pemanfaatan
Strategi K.2-2: Ketidak jelasan status lahan
Meningkatkan dan mengintensifkan kegiatan penyuluhan lingkungan Kepemilikan tunggal terhadap pulau kecil
bagi masyarakat pulau Konflik sosial dengan masyarakat dalam maupun luar pulau
Mengembangkan program pendidikan lingkungan bagi anak-anak usia
sekolah SASARAN K.3-1: Rencana tata ruang pulau-pulau kecil dan
Mengembangkan sistem pengamanan lingkungan oleh masyarakat pulau perairan sekitarnya menjadi bagian RTRWK
dan RTRWP
SASARAN K.2-3: Penaatan dan penegakan hukum
Indikator K.3-1:
Tersusunnya RTRWK dan RTRWP yang mencakup pulau-pulau kecil
Indikator K.2-3: dan perairan sekitarnya
Terhindarnya konflik pemanfaatan sumberdaya alam antara masyarakat
pulau dan orang luar Strategi K.3-1:
Berkurangnya pelanggaran hukum oleh masyarakat Revisi RTRWK dan RTRWP yang mencakup RTRW pesisir dan pulau-
Meningkatnya frekuensi penyuluhan hukum pulau kecil
Sosialisasi rencana tata ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
Strategi K.2-3:
Melaksanakan sosialisasi dan penyuluhan tentang zona-zona
pemanfaatan, alat, dan cara-cara pemanfaatan sumberdaya perikanan
yang ramah lingkungan
Penyebabnya adalah :
Rendahnya frekuensi penyuluhan pengembangan pertanian, perikanan,
K.5 POTENSI PENCEMARAN MINYAK DI
TELUK SEMANGKA
dan pariwisata di daerah pulau
Sulitnya mendapatkan sarana produksi pertanian Penyebabnya adalah :
Keterampilan masyarakat rendah Kebocoran dalam pemindahan minyak di Teluk Semangka (tanki
apung)
Akibat yang timbul : Kebocoran minyak mesin pada kapal nelayan/transpotasi
Produktivitas lahan pertanian rendah
Pendapatan petani pulau rendah Akibat yang ditimbulkan adalah:
Penurunan kualitas perairan di sekitar pulau
SASARAN K.4-1: Peningkatan pemanfaatan lahan pulau-pulau Menurunnya hasil tangkapan ikan oleh nelayan
kecil untuk pengembangan pertanian Kerusakan habitat (terumbu karang dan mangrove)
Strategi-strategi yang merupakan inti dalam dokumen ini, meliputi yang berada di tingkat bawahnya, seperti rencana zonasi, pengelolaan
strategi pengelolaan wilayah pesisir secara berkesinambungan, melindungi dan aksi.
dan memperbaiki ekosistem wilayah pesisir, mendukung pemanfaatan Dalam implementasi program, perlu ditentukan koordinator program
sumberdaya wilayah pesisir secara optimal, berkelanjutan serta terpadu. (leading sector), sedang perencanaan program pengelolaan wilayah
Rencana pembangunan daerah merupakan penjabaran dari GBHN pesisir secara keseluruhan dikoordinir oleh Bappeda. Secara umum,
dan Pokok-pokok Reformasi Pembangunan Nasional. Sedangkan proses tanggung jawab di antara stakeholders (institusi yang terkait) perlu
Perencanaan Propinsi meliputi tiga komponen, yaitu : disusun. Hal ini dibuat untuk menjamin adanya kejelasan koordinasi dan
1. Pokok-pokok Reformasi Pembangunan Propinsi, wewenang saat stakeholders berpartisipasi dalam implementasi strategi
2. Program Pembangunan Daerah (Propeda) dan pengelolaan wilayah pesisir Lampung. Pembagian tanggung jawab
3. Program Pembangunan Tahunan Daerah (Propetada). tersebut tercermin dalam Tabel Proses Implementasi di bawah ini.
Di tingkat nasional Rencana Strategis Pengelolaan Wilayah Pesisir Penunjukkan institusi, baik pemerintah dan non-pemerintah, untuk setiap
Propinsi mengacu pada GBHN dan Pokok-Pokok Reformasi Pembangunan strategi didasarkan pada pertimbangan tugas pokok dan fungsi instansi
Nasional, sedang untuk tingkat daerah mengacu pada Pokok-pokok yang paling relevan. Oleh karena itu, dinas/instansi yang disebutkan
Reformasi Pembangunan Daerah. Selanjutnya Renstra ini menjadi pertama kali merupakan dinas/instansi yang bertanggung jawab sebagai
masukan bagi Propeda dan Propetada. leading sector.
Sesuai dengan kerangka kerja pengelolaan wilayah pesisir secara Prioritas implementasi strategi dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu :
terpadu, Renstra merupakan acuan dalam penyusunan perencanaan yang Prioritas 1: Program yang dilaksanakan mulai tahun 2001-2002
lebih specifik, seperti : Rencana Zonasi, Rencana Pengelolaan dan Prioritas 2: Program yang dilaksanakan mulai tahun 2003-3004
Rencana Aksi. Prioritas 3: Program yang dilaksanakan mulai tahun 2005
Renstra merupakan dokumen yang dinamis untuk jangka waktu Dalam penentuan ketiga prioritas tersebut, juga mempertimbangkan
perencanaan 10 (sepuluh) tahun. Namun demikian, dokumen ini harus kepentingan untuk segera dilaksanakannya program tersebut, sesuai dengan
direview secara teratur setiap 3 (tiga) tahun, yang mengacu kepada isu pengelolaan wilayah pesisir yang muncul. Misalnya, isu penegakan
keberhasilan dan hambatan dalam pelaksanaan Propeda dan Propetada, hukum dimulai dengan pelatihan hukum lingkungan kepada aparat penegak
serta mendapatkan masukan dari pelaksanaan perencanaan pembangunan hukum dan aparatur pemerintah.
Memenuhi kebutuhan tenaga guru (sesuai rasio guru - siswa) di Sekolah Dasar dan Dinas Pendidikan 1 2 (2001 2002)
SLTP
Mengusulkan, menyiapkan, dan implementasi materi pelajaran tentang pengelolaan Dinas Pendidikan
Pendidikan, Diskan/DELP, 1 3 (2002 2004)
wilayah pesisir dalam kurikulum muatan lokal Sekolah Dasar Bapedalda
Mengembangkan program studi tentang pengelolaan wilayah pesisir di Perguruan U N I L A 1 3 (2002 2005)
Tinggi/UNILA
STRATEGI A-2:
Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan Dinkes
Dinkes, swasta 1 5 (2001 2005)
Memenuhi kebutuhan tenaga medis (sesuai rasio tenaga medis penduduk) Dinkes 1 3 (2001 2003)
Mengembangkan rencana perbaikan sistem sanitasi permukiman, dan lingkungan Dinas PU Cipta Karya
Karya, Dinkes, 1 3 (2001 2003)
dalam program penyuluhan kesehatan Depkimbangwil
STRATEGI A-3:
Mengembangkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir PMD
PMD, Diskan/DELP, LSM, Dishut, PT 1 3 (2001 2003)
STRATEGI B-2:
Mengintensifkan sosialisasi draft dan produk hukum Pengadilan
Pengadilan, PT, Polda, Diskan/DELP, 1 3 (2001 2003)
LSM, Biro hukum
Menentukan jalur-jalur penangkapan ikan dan penggunaan lainnya dengan rambu Diskan/DELP
Diskan/DELP, Dishut, Diparda, LSM, 1 3 (2002 2004)
dan pemetaan yang disepakati bersama HNSI, TNI AL, Bappeda
STRATEGI B-3:
Mengadakan pengkajian kelembagaan Balitbangda
Balitbangda, PT, Biro organisasi, LSM 2 3 (2004 2006)
PENANGGUNGJAWAB/
STRATEGI PRIORITAS WAKTU (TAHUN)
LEMBAGA TERKAIT
STRATEGI C-1:
Melibatkan masyarakat dalam proses penyusunan rencana tata ruang wilayah pesisir Bappeda
Bappeda, LSM, Diskan/DELP, PT, 1 2 (2002 2003)
Bapedalda
STRATEGI C-2:
Revisi RTRWK dan RTRWP dengan mensyaratkan RTRW pesisir menjadi bagiannya Bappeda
Bappeda, Dinas PU Cipta Karya, PT, 1 3 (2001 2003)
LSM
Memberdayakan tim penataan ruang secara optimal dengan mengikutsertakan institusi 2 4 (2003 2007)
non pemerintah. Bappeda
D.1 MANGROVE
S A S A R A N : D.1-1. Peningkatan pemahaman dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan mangrove
D.1-2. Rehabilitasi mangrove
D.1-3 Pemanfaatan tanah timbul untuk jalur hijau
PENANGGUNGJAWAB/
STRATEGI PRIORITAS WAKTU (TAHUN)
LEMBAGA TERKAIT
STRATEGI D.1-1:
Mengembangkan program pelestarian mangrove berbasis masyarakat Bappeda
Bappeda, PT, LSM, Diskan/DELP, BPN, 1 3 (2001 2003)
Diparda, Dishut
STRATEGI D.1-2 :
Mengembangkan program dan melaksanakan rehabilitasi mangrove bersama Dishut
Dishut, Bappeda, Diskan/DELP, LSM, 1 5 (2001 2005)
masyarakat Bapedalda, CRMP, BPN, PT
Membangun sistem monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan rehabilitasi mangrove Dishut
Dishut, Bappeda, Diskan/DELP, LSM, 2 7 (2003 2007)
Bapedalda, CRMP, PT
STRATEGI D.1-3 :
Penegasan terhadap status penggunaan dan penguasaan tanah timbul BPN
BPN, Dishut, Bappeda, CRMP, DPRD, LSM 1 2 (2001 2002)
PENANGGUNGJAWAB/
STRATEGI PRIORITAS WAKTU (TAHUN)
LEMBAGA TERKAIT
STRATEGI D.2-1:
Sosialisasi keberadaan dan fungsi cagar alam laut Krakatau dan Bukit Barisan Selatan Dishut
Dishut, BKSDA, CRMP, LSM Diskan/DELP 1 2 (2001 2002)
Membuat rencana pengelolaan dan rencana zonasi cagar alam laut dan Bappeda
Bappeda, LSM, Bapedalda, Dishut, 2 3 (2003 2005)
pemetaan kondisi terumbu karang Diskan/DELP, PT, CRMP
STRATEGI D.2-2:
Mengembangkan program terpadu dalam rangka penguatan kelembagaan lokal Diskan/DELP
Diskan/DELP, Bappeda, swasta, 2 3 (2003 2005)
Bapedalda, Dishut, LSM, PT
STRATEGI D.2-3:
Mengembangkan program pendidikan dan pengalihan alternatif mata pencaharian Diskan/DELP
Diskan/DELP, LSM, Bappeda, Bapedalda, 1 2 (2001 2002)
bagi nelayan pengebom ikan (misalnya: budidaya rumput laut, keramba apung) CRMP, PT
Mengadakan tambatan apung di lokasi terumbu karang yang potensial untuk dilindungi Dephub
Dephub, Diparda, Diskan/DELP, PT, 1 2 (2001 2002)
Bappeda, LSM
STRATEGI D.2-4:
Mengembangkan program kerjasama dalam pengelolaan terumbu karang Bappeda
Bappeda, PT, Diskan/DELP, BKSDA, CRMP, 1 2 (2001 2002)
Bapedalda
Pembentukan kelompok kerja antar lembaga dan antar kabupaten dalam pengelolaan Bappeda
Bappeda, BKSDA, Diskan/DELP, PT, LSM, 1 2 (2001 2002)
terumbu karang Bapedalda
PENANGGUNGJAWAB/
STRATEGI PRIORITAS WAKTU (TAHUN)
LEMBAGA TERKAIT
STRATEGI D.3.A-1:
Mengadakan penyuluhan fungsi dan manfaat padang lamun Diskan/DELP
Diskan/DELP, PT, LSM, CRMP, 1 3 (2001 2003)
Bapedalda, Diparda
STRATEGI D.3.A-2:
Mengadakan inventarisasi jenis dan potensi padang lamun/rumput laut untuk Diskan/DELP
Diskan/DELP, PT, Balitbangda, Dishut, 1 1 (2001)
tujuan konservasi CRMP, LSM
PENANGGUNGJAWAB/
STRATEGI PRIORITAS WAKTU (TAHUN)
LEMBAGA TERKAIT
STRATEGI D.3.B-1:
Mengembangkan program penanggulangan erosi pantai secara terpadu Diskan/DELP
Diskan/DELP, PT, Bappeda, Dishut, 1 2 (2001 2002)
CRMP, Bapedalda, Dinas PU Pengairan
Mengendalikan dan mengatur penambangan batu hitam dan pasir besi Dinas Pertambangan
Pertambangan, Bapedalda 1 2 (2001 2002)
PENANGGUNGJAWAB/
STRATEGI PRIORITAS WAKTU (TAHUN)
LEMBAGA TERKAIT
STRATEGI E-1:
Mengembangkan bimbingan masyarakat atau kampanye tentang Dinkes
Dinkes, PT, LSM, Bapedalda 1 3 (2002-2004)
resiko kesehatan karena pencemaran air tanah
Perbaikan sistem drainase dan sanitasi lingkungan di areal pemukiman Dinas PU Cipta Karya
Karya, Dinkes 1 5 (2001-2005)
STRATEGI E-2:
Mengadakan program kampanye-kampanye penanganan sampah Mitra Bentala & Watala
Watala, PT, CRMP, 1 5 (2000-2004)
Dinas Kebersihan, Bappeda, Bapedalda
STRATEGI E-3:
Penguatan kelembagaan Bapedalda
Bapedalda, PT, LSM, Swasta, PU 1 2 (2001-2002)
Pengairan
STRATEGI E-4:
Mengembangkan program penyuluhan sanitasi lingkungan kepada masyarakat Bapedalda
Bapedalda, Bappeda, PT, LSM, Swasta, 1 2 (2001-2002)
di desa pantai Diskes, PU Pengairan, PU Cipta Karya
STRATEGI F-2:
Sosialisasi fungsi dan pentingnya peran kawasan konservasi terhadap masyarakat Kanwil/Dishut
Kanwil/Dishut, BKSDA/BTN, LSM, PT, 1 2 (2001 - 2002)
Bapedalda, Bappeda
Pendampingan usaha masyarakat di zona penyangga kawasan taman nasional dan Kanwil/Dishut
Kanwil/Dishut, Disbun, BKSDA/BTN, 1 4 (2002 - 2005)
cagar alam laut Diperta, Diparda, LSM, PT, Bapedalda
PENANGGUNGJAWAB/
STRATEGI PRIORITAS WAKTU (TAHUN)
LEMBAGA TERKAIT
STRATEGI G-1:
Menyusun dan mengembangkan basis data dan jaringan informasi kepariwisataan Diparda
Diparda, Asita, PHRI 2 5 (2003-2007)
Mengkaji ulang RIPPDA Lampung untuk disepakati bersama Diparda 2 2 (2003 - 2004)
STRATEGI G-2:
Memperbaiki, memelihara, dan mengembangkan sarana dan prasarana
dasar pariwisata bahari Diparda
Diparda, PHRI, swasta 1 5 (2001-2005)
STRATEGI G-3:
Meningkatkan kualitas penyuluhan dan pelatihan pariwisata bahari terpadu
Diparda
Diparda, PHRI, swasta, Bappeda, LSM 1 3 (2001-2003)
Mengembangkan program untuk peningkatan partisipasi masyarakat
dalam pengembangan wisata bahari Diparda
Diparda, PHRI, swasta, LSM 1 3 (2001-2003)
PENANGGUNGJAWAB/
STRATEGI PRIORITAS WAKTU (TAHUN)
LEMBAGA TERKAIT
STRATEGI H-1:
Pengadaan sarana dan prasarana usaha perikanan Diskan/DELP
Diskan/DELP, Dephub, Bappeda 1 2 (2001-2002)
STRATEGI H-2:
Mengembangkan dan memperkenalkan sistem pengolahan yang lebih higienis Diskan/DELP
Diskan/DELP, Dinkes, DinIndustri, 1 3 (2001-2003)
dan menghindari penggunaan bahan pengawet yang berlebihan Swasta
STRATEGI H-3:
Mengembangkan sistem informasi perikanan Diskan/DELP
Diskan/DELP, PT, CRMP, LSM 2 3 (2003-2005)
Mengembangkan forum komunikasi antar instansi terkait dalam pengelolaan usaha Diskan/DELP
Diskan/DELP, PT, swasta 1 3 (2001-2003)
perikanan
PENANGGUNGJAWAB/
STRATEGI PRIORITAS WAKTU (TAHUN)
LEMBAGA TERKAIT
STRATEGI I-1:
Menyusun perencanaan mikro zonasi daerah rawan bencana alam Balitbangda
Balitbangda, PT, LSM, BMG, Geologi 1 5 (2002-2006)
Menggali dan mengembangkan pengetahuan lokal dalam mitigasi bencana alam Balitbangda PT, LSM, Pemda Kab/Kota, 2 3 (2003 - 2005)
Dinas Pu Pengairan
Standarisasi dan sosialisasi konstruksi bangunan tahan gempa Dinas PU Cipta Karya
Karya, PT, LSM, 2 2 (2003 2004)
Balitbangda
PENANGGUNGJAWAB/
STRATEGI PRIORITAS WAKTU (TAHUN)
LEMBAGA TERKAIT
STRATEGI J-1:
Pengawasan pengambilan air tanah Dinas Pertambangan
Pertambangan, Bapedalda, 1 3 (2002-2004)
Pemda Kab.
Merancang ulang sistem kanal untuk mengatur keperluan sawah dan tambak Dinas PU Pengairan
Pengairan, Bappeda, 1 5 (2000-2004)
Diperta, Diskan/DELP, Bapedalda, LSM,
P T
PENANGGUNGJAWAB/
STRATEGI PRIORITAS WAKTU (TAHUN)
LEMBAGA TERKAIT
STRATEGI K.1-1:
Pengadaan sarana dan prasarana transportasi, pendidikan dan kesehatan Bappeda
Bappeda, Dephub, Diskan/DELP, Dinas 1 5 (2001-2005)
Pendidikan, Dinkes
Penempatan tenaga guru dan tenaga medis sesuai rasio guru - siswa dan Bappeda
Bappeda, Dinas Pendidikan, Dinkes 1 3 (2001-2003)
rasio tenaga medis - jumlah penduduk
STRATEGI K.2-1:
Mengembangkan program perlindungan terumbu karang, mangrove, dan Diskan/DELP
Diskan/DELP, LSM, PT, CRMP, Bapedalda 1 3 (2001 2003)
padang lamun secara terpadu
Inventarisasi status dan potensi sumberdaya alam pulau-pulau kecil dan perairan Balitbangda
Balitbangda, Diskan/DELP, PMD, PT, LSM 1 3 (2000 2002)
sekitarnya
STRATEGI K.2-2:
Meningkatkan dan mengintensifkan kegiatan penyuluhan lingkungan bagi Bapedalda
Bapedalda, LSM, PT, Diskes, Bappeda, PMD, 1 5 (2001 2005)
masyarakat pulau Diskan/DELP
Mengembangkan program pendidikan lingkungan bagi anak-anak usia sekolah Dinas Pendidikan
Pendidikan, Bapedalda, LSM, PT 2 5 (2003 2007)
STRATEGI K.2-3:
Melaksanakan sosialisasi dan penyuluhan tentang zona-zona pemanfaatan, alat, Diskan/DELP
Diskan/DELP, Perhubungan, Polda, Assosiasi 1 2 (2001 2002)
dan cara-cara pemanfaatan sumberdaya perikanan yang ramah lingkungan Profesi, LSM
PENANGGUNGJAWAB/
STRATEGI PRIORITAS WAKTU (TAHUN)
LEMBAGA TERKAIT
STRATEGI K.3-1:
Revisi RTRWK dan RTRWP yang mencakup RTRW pesisir dan pulau-pulau kecil Bappeda
Bappeda, Dinas Tata ruang, Diskan/DELP, 1 2 (2001 2002)
Diparda, Dishutbun, Dinas PU Cipta Karya, PT
Sosialisasi rencana tata ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Bappeda
Bappeda, Dinas Tata ruang, Diskan/DELP, 1 2 (2002 2003)
Diparda, Dishutbun, Dinas PU Cipta Karya, PT
K . 4 BELUM OPTIMALNYA PEMANFAATAN POTENSI PERTANIAN, PERIKANAN, DAN PARIWISATA RAKYAT DI PULAU KECIL
SASARAN : K.4-1. Peningkatan pemanfaatan lahan pulau-pulau kecil untuk pengembangan pertanian
K.4-2. Pengembangan teknologi pengolahan produk pertanian dan perikanan
PENANGGUNGJAWAB/
STRATEGI PRIORITAS WAKTU (TAHUN)
LEMBAGA TERKAIT
STRATEGI K.4-1:
Intensifikasi dan ekstensifikasi pengembangan lahan pertanian Diperta
Diperta, Diskan/DELP, LSM, PT, Diparda 1 4 (2001 2004)
Mengintensifkan kegiatan penyuluhan pertanian, perikanan, dan pariwisata Diperta
Diperta, Bappeda, LSM, PT, Diskan/DELP, PMD, 1 5 (2001 2005)
Diparda
STRATEGI K.4-2:
Mengembangkan program teknologi tepat guna untuk pengolahan produk Diperta
Diperta, Balitbangda, Bappeda, LSM, PT 2 4 (2003 2006)
pertanian dan perikanan
PENANGGUNGJAWAB/
STRATEGI PRIORITAS WAKTU (TAHUN)
LEMBAGA TERKAIT
STRATEGI K.5-1:
Memperbaiki prosedur proses pemindahan minyak yang lebih ramah Pertamina
Pertamina, Pemda Kab., Bapedalda 1 2 (2001 2002)
lingkungan dari tanker apung
Perencanaan wilayah pesisir merupakan proses yang berkelanjutan. Dalam perjalanan waktu, isu-isu
pengelolaan wilayah pesisir yang baru akan muncul, sehingga dalam aktivitas perencanaan lebih lanjut akan
didapatkan beberapa strategi-strategi tertentu yang tidak relevan lagi. Oleh karena itu, prioritas strategi perlu
dievaluasi dan dimodifikasi. Pemantauan atas kinerja rencana-rencana yang telah dibuat, merupakan dasar bagi
efektifitas evaluasi pengelolaan. Dalam implementasinya, strategi-strategi pengelolaan wilayah pesisir perlu
direview 3 (tiga) tahun sekali oleh Tim Pengarah Propinsi (PST)/Bappeda dan stakeholders, yang dilaksanakan
oleh Tim Kerja. Juga diperlukan Revisi terhadap strategi dan isi dokumen setiap 5 (lima) tahun sekali oleh Tim
Kerja yang dibentuk oleh Tim Pengarah Propinsi (PST)/Bappeda dengan melibatkan partisipasi masyarakat.
Sebagai pedoman dalam proses kaji ulang dan evaluasi terhadap strategi-strategi yang diimplementasikan,
mengacu kepada indikator-indikator keberhasilan program seperti yang tertera dalam Bab 3.
Kami berharap dokumen Rencana Strategis ini bermanfaat bagi semua pihak yang berminat dan terlibat
dalam Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir Propinsi Lampung.
Namun demikian, kami menyadari bahwa dokumen ini masih mengandung berbagai kelemahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, segala saran perbaikan maupun pertanyaan lebih rinci dari para pembaca yang
budiman dapat disampaikan kepada alamat berikut :
- Sarana dan prasarana sudah ada - Koordinasi antar instansi sangat - Potensi sumberdaya alam kelautan - Kerusakan lingkungan yang makin
seperti TPI & dempond lemah masih mungkin untuk dikembangkan parah
- Adanya PSDPU-jaring irigasi, - Dana , sarana, dan prasarana baik untuk perikanan maupun - Potensi konflik sosial masih tinggi
jaring rawa, tanggul banjir dll operasional masih kurang pariwisata - Tidak ada kesinambungan program
- UU No. 5/90 tentang - Kualitas dan kuantitas SDM (staf) - Teknologi penangkapan dan - Rendahnya kesadaran masyarakat/
keanekaragaman hayati dan masih kurang pengolahan hasil tangkapan relatif pengusaha terhadap lingkungan
ekosistemnya - Laboratorium LH belum ada sederhana - Persepsi dan visi bagian lingkungan
- Tersedia Penyuluh Lapangan - Kurangnya pengawasan oleh personil - Prospek pemasaran hasil perikanan hidup belum sama
Penghijauan 20 org & Polisi Hutan terhadap peraturan yang terkait masih sangat baik - Kesulitan pembebasan tanah untuk
20 org dengan pengairan - Masih ada daerah pengembangan pengembangan daerah irigasi, dll
- Inpres No. 5/93 tentang program - Pemeliharaan jaringan pengairan irigasi (baru) untuk peningkatan - Rusaknya DAS yang mengakibatkan
penanggulangan kemiskinan belum dilaksanakan dengan baik produksi pertanian kurangnya sumber air
- Kepres No. 82/84 tentang LKMD - Hukum/peraturan belum - Seni budaya masyarakat yang - Adanya banjir di daerah inti akibat
yang bertujuan untuk melatih disosialisasikan dengan baik berbeda-beda dalam kelompok- rusaknya DAS
tenaga KPN & P3MD di desa - Belum ada persepsi yang sama dalam kelompok masyarakat - Adanya kegiatan tambak baik
- Prioritas Pemda untuk memahami Inpres No. 5/93 - Potensi air panas dan air terjun yang tradisional/semi teknis yang
mengembangkan pariwisata - Pembinaan terhadap organisasi LKMD tersebar di sekitar gunung Rajabasa mengabaikan status lahan &
- Budaya masyarakat nelayan untuk baru menyentuh pada persiapan SDM - Penataan wilayah pelabuhan dampak lingkungan khususnya
menjaga laut sebagai sumber LKMD belum pada program aksi yang Bakauheni berkaitan dengan hutan bakau
penghidupan dapat memajukan LKMD sebagai pengembangan wilayah pesisir - Penggarapan tanah timbul oleh
- Tersedianya sarana dan mitra pemerintah - Kab. Lampung Selatan merupakan masyarakat
prasarana alat-alat berat sebagai - Belum adanya penataan ruang secara hinterland pulau Jawa untuk - Adanya intrusi air laut
pendukung pelaksanaan program rinci untuk wilayah kawasan tertentu pengembangan industri - Kerusakan terumbu karang karena
pembangunan - Penerapan sanksi hukum terhadap - Mobilitas penduduk yang sangat pengeboman
- Telah ada RTRW Kabupaten, Perda pelanggaran tata ruang sulit untuk di cepat, perlu penataan ruang yang - Kawasan pariwisata dieksploitasi
No. 10/94 direvisi th. 99 terapkan memadai untuk pembenihan
- Telah ada DTR (Perda 13/99) baru - Sulitnya koordinasi dengan pihak- - Lahan yang subur untuk - Abrasi pantai
berjalan 1 bln pihak swasta terutama bagi para pengembangan pertanian - Reklamasi yang menyebabkan
- Adanya petugas UPTPU yang pengusaha sehingga menyulitkan - Pelabuhan penyeberangan rusaknya lingkungan hidup
dapat membantu pengawasan, untuk penataan/pengawasan Bakauheni Merak - Sistim pemasaran hasil perikanan
pengendalian dan pemanfaatan - Pengelolaan KLTDC masih lemah
ruang - Wisata pulau dan gunung Krakatau - Status kepemilikan lahan masih ada
- TKPRD (Tim Koordinasi Penataan - Berpotensi untuk pengembangan yang tumpang tindih
Ruang Daerah) telah dibentuk burung walet
- UU No. 22/99 tentang
Pemerintahan Daerah
- UU No. 23 th 1997 - Kurangnya biaya, sarana, dan - Luasnya areal penangkapan ikan - Kemampuan SDM masyarakat
- UU No. 5 th 1990 tentang KSDA prasarana operasional yang memungkinkan untuk masuknya masih rendah
dan ekosistemnya - Kualitas dan kuantitas SDM yang investor - Pemakaian racun oleh masyarakat
- UU No. 5 th 1983 tentang ZEE kurang memadai - TNBBS, Pulau Bertuah dan Pulau dalam penangkapan ikan
- PP 20 th 1990 tentang - Belum ada peraturan daerah tentang Pisang berpotensi untuk pariwisata - Perambahan hutan
Pengendalian pencemaran air sempadan pantai - Potensi lahan pertanian yang masih - Pengeboman oleh nelayan luar
- Kepres No. 32 th 1990 - Mekanisme perencanaan dan luas - Pengambilan material bangunan
- UU No. 9 tahun 1985 pelaksanaan kegiatan belum - Kelembagaan ekonomi masyarakat dari laut sehingga mempercepat
- Perda Tk. I no. 2 th 1991 bottom-up nelayan ada abrasi pantai
- Perda Tk. II no. 23 th 1994 - Sistem pembinaan karier PNS belum - Permintaan pasar ekspor terhadap - Adanya instansi terkait yang
- UU No. 22 tahun 1999 baik komoditi perikanan : lobster dan ikan melakukan kegiatan melebihi
- UU No. 5 th 1990 - Frekwensi penyuluhan kebersihan tuna cukup tinggi kewenangannya
- PP no. 20 th 1990 lingkungan masih rendah - Ada potensi pengembangan - Pemasaran bahan baku bom/bius
- PP no. 35 th 1991 - Belum tersosialisasi Peraturan tanaman perkebunan (kopi, cengkeh, ikan yang sangat bebas
- Perda no. 12 th 1998 tentang Perundang-undangan, Perda, SK lada, dan nilam) - Penambangan bunga/batu karang
persampahan Bupati - Adanya Repong Damar untuk - Penegakan hukum yang tidak tegas
- SK Bupati no. 9 th 1998 tentang - Kurangnya pengawasan terhadap Agrowisata - Kurangnya pembinaan kepada
Sistem Operasi Pengelolaan kegiatan penggalian Gol. C - Pengembangan melinjo (Pesisir masyarakat tentang pemanfaatan
Lingkungan - Proyek perkebunan tidak dapat Selatan), sawo (Pesisir Tengah), duku sumberdaya alam
- Perda no. 12 th 1994 tentang memenuhi kebutuhan petani (Pesisir Utara), durian cukup baik - Kemampuan permodalan dan
RUTRW Lambar - Terbatasnya waktu kegiatan padat - Adanya program pengembangan keterampilan petani rendah
- Perda yang mengatur tentang karya daerah irigasi baru - Adanya masyarakat yang tidak
Pengolahan Bahan Galian C - Koordinasi dengan Taman Nasional mengakui kawasan hutan HPT dan
- Peranan tokoh adat dan tokoh masih kurang dianggap Tanah Marga
masyarakat masih tinggi - BPN hanya terdapat sampai di - Pemilikan tanah melebihi batas
- Adanya 3 orang petugas KRPH Tingkat Kabupaten maksimal, dan pemiliknya banyak
(Pesisir Selatan, Tengah dan Utara) - Pengaturan sempadan pantai (Kepres dari luar
ditambah 5 petugas fungsional 32/90) belum di-PERDA-kan - Pemilikan tanah secara absente
pengamanan hutan - Belum terpadunya kelembagaan di - Kurangnya potensi/volume air untuk
- Mempunyai tenaga penyuluh bidang pekerjaan umum irigasi
pertanian 26 orang
- Adanya 50 kelompok tani terlatih
- Perda tentang struktur dinas tata - Operasional alat-alat berat masih - Pengembangan jaringan jalan di - Pelanggaran terhadap peraturan
kota sudah ada kurang wilayah pinggiran kota daerah yang masih tinggi
- Ada perda tentang RIK, RTRW dan - Kualitas SDM (staf) masih rendah - Penataan jaringan jalan lingkungan - Reklamasi pantai merusak habitat
SK penentuan sempadan - Kurangnya dana, sarana dan - Penataan area-area konservasi lahan - Penggunaan bom untuk kegiatan
bangunan prasarana operasional - Penataan area komersial dengan penangkapan di laut
- Mitra kerja cukup banyak - Masih kurangnya sosialisasi tujuan keadaan kemajuan kota - Kurangnya kesadaran masyarakat
- Adanya komitmen pimpinan/ketua Proyek Pesisir bagi masyarakat asli - Potensi perairan Teluk Lampung tentang lingkungan hidup
Bappeda tentang pelaksanaan daerah - Adanya bantuan dana dari badan - Adanya banjir akibat reklamasi
program kerja - Kurang koordinasi dalam dunia pantai dan kurangnya penghijauan
- Perda dan UU tentang lingkungan pelaksanaan pengelolaan wilayah - Pengembangan industri rumah - Kurangnya minat investor untuk
hidup pesisir tangga dari hasil laut sebagai ciri pengembangan pesisir
- UU No. 22/99 tentang Pemerintah - Belum memiliki SDM yang menguasai khas Lampung - Terbatasnya lahan yang dapat
Daerah dan UU No. 25/99 masalah kelautan dan pantai - Banyaknya masyarakat dan instansi menunjang pemindahan penduduk
tentang Perimbangan keuangan - Penanganan kebijaksanaan reklamasi memerlukan/ membutuhkan hasil pantai
pusat dan daerah sangat dominan oleh Pemda Tk. I laut - Kurangnya tenaga terampil yang
- Memiliki perda/peraturan- - Kejelasan perencanaan yang kurang - Letak geografis yang strategis menangani daerah pesisir
peraturan yang dapat mengatur memadai - Pemandangan pantai yang baik - Berkembangnya kegiatan/ praktek
masalah pantai - Banyaknya rawa dan genangan air - Minat masyarakat yang ingin tinggal prostitusi
- Konsep BLASA-UDP : Teluk yang berakibat menjadi sarang di tepi pantai cukup tinggi - Sarana yang dijadikan pemakai/
Lampung akan dijadikan Water nyamuk - Pengadaan pendidikan bagi konsumen narkoba
Front City - Sulitnya koordinasi dan sosialisasi pengurus usaha-usaha wisata - Citra masyarakat terhadap usaha
- PHRI sebagai penyerap aspirasi anggota PHRI - Menciptakan iklim sejuk dalam wisata yang buruk
anggota dalam rangka usaha- - Fasilitas dana yang kurang persaingan anggota (perang tarif)
usahanya mendukung/sulitnya penarikan iuran
anggota PHRI
- Adanya model tambak udang - Masih kurangnya kemampuan SDM - Adanya model pengembangan TIR - Pencemaran air Way T. Bawang &
terpadu yang melibatkan banyak menghadapi era perdagangan bebas : yang berkelanjutan secara biofisik Way Mesuji yang masuk ke laut
instansi terkait daerah, nasional, - community development dan sosek - Perambahan kawasan hutan
internasional - manajemen internal - Adanya pusat penelitian mangrove di jalur hijau PT. DCD
- PT. DCD sebagai kawasan berikat - Pengembangan konsep kemitraan inti pengembangan hutan mangrove dan - Jaring togog di Way T. Bawang dan
- UU No. 23 th 97 mengenai dengan plasma yang belum jelas nipah Way Mesuji mengganggu alur lalu
lingkungan hidup aturannya di PT. DCD dari instansi - Pengembangan budidaya kerang lintas kapal ekspor
- UU No. 22 tahun 99 tentang formal - Ketersediaan sumberdaya wilayah - Pihak swasta yang tidak peduli
Pemerintahan Daerah - Model tambak plastik yang tingkat pesisir (SDA), rawa, sungai dan terhadap pencemaran lingkungan
- PP 51 th 92 tentang Amdal/ PP produksi pertambak relatif masih kecil lebung hidup
27/99 - Sumberdaya manusia (staf) masih - Exploitasi potensi perairan umum - Lemahnya pengetahuan dan
- PP 20 th 90 tentang pengelolaan minim (kualitas dan kuantitas) belum optimal kesadaran masyarakat akan
limbah - Peraturan perundang-undangan yang - Kondisi lahan cocok untuk tanaman pentingnya lingkungan hidup
- UU No. 24 th 92 tentang ada tidak punya kekuatan untuk karet, kelapa sawit, kelapa dan tebu - Pemukiman ilegal di sekitar pantai
penataan ruang menghentikan suatu perusahaan - Masih luasnya lahan yang belum - Kewenangan dalam perijinan masih
- Adanya RTRWK Tulang Bawang - Dalam perencanaan peran serta dimanfaatkan didominasi oleh Propinsi dan Pusat
- Adanya UU No. 9/85 bahwa 1% masyarakat masih rendah (masih - Terdapat kawasan hutan produksi - Banyak pembukaan hutan yang
hasil budidaya (tambak) dapat bersifat sektoral) yang dapat dikonversi berakibat kurangnya debet air
ditarik - Tata ruang wilayah belum diperdakan - Banyak perairan umum baik buatan sungai di hulu
- Kepres 39/80 tentang - Sarana dan prasarana operasional maupun alam, serta sungai untuk - Kurangnya keterampilan
pemberantasan trawl belum memadai pengembangan budidaya keramba masyarakat untuk mengelola
- UU No. 9/85, tentang larangan - Perda mengenai PAD belum ada dan penangkaran tambak yang berwawasan
nelayan menangkap ikan dengan - Kurangnya tenaga teknis perikanan - Adanya kerjasama yang baik antara lingkungan
menggunakan : Bom, racun dan LPTP (Lembaga Pengkajian & - Masuknya armada penangkapan
aliran listrik sehingga merusak Teknologi Pertanian) BBL dengan berkekuatan besar di wilayah yang
kelestarian lingkungan hidup Dinas Perikanan/Kabupaten dimanfaatkan nelayan setempat
- Areal sawah yang luas untuk mina yang hanya mempunyai armada
padi kecil
- Limbah tapioka untuk pakan ikan
- UU No. 9 Th. 85 tentang - Kurangnya dana, sarana, dan - Pengembangan hutan pantai di - Harga hasil perkebunan,
perikanan prasarana operasional sepanjang pesisir pantai Teluk fluktuasinya tidak menentu, dan
- Perda No. 2 Th. 91 tentang - Kualitas dan kuantitas SDM (staf) Semangka sistem pemasaran kurang terpola
perikanan dan kelompok nelayan kurang memadai - Pembibitan bakau/budidaya - Penebangan batang kelapa untuk
- UU No. 22 tentang Otonomi - Bidang pengairan sebagian besar tanaman bakau bahan bangunan pengganti kayu,
Daerah kegiatannya masih dikelola oleh - Pemanfaatan TNBBS untuk wisata peremajaan oleh masyarakat
- UU No. 2 Th. 97 tentang pengairan Propinsi (flora, fauna) kurang
pembentukan Kabupaten Dati II - Koordinasi dan pengawasan di dalam - Mengoptimalkan pemanfaatan - Keadaan sosial ekonomi
Tanggamus menertibkan kegiatan perikanan tenaga penyuluh (PLP/PLK) dan polisi masyarakat di daerah pesisir pada
- UU No. 24 Th. 92 tentang belum berjalan dengan baik hutan umumnya masih rendah
Penataan Ruang dan Peraturan - Pelimpahan wewenang mengenai - Jumlah nelayan 3500 orang yang - Tingkat pendidikan dan
Pelaksanaan (PP s/d In. Men) perizinan tentang industri belum ada dapat mengelola potensi wilayah pengetahuan fungsi hutan masih
- PERMENDAGRI No. 9 Th. 82 - UU No. 8 Th. 82 belum ada Ppnya pesisir rendah
tentang PSD - Belum ada Perda tentang - Pengolahan kulit ikan pari untuk - Pemanfaatan hutan lindung oleh
- PP No. 6 Th. 88 tentang pembangunan & pengembangan bahan industri, dan pengolahan masyarakat semakin luas,
Koordinasi Instansi vertikal usaha kepariwisataan kerang pantai menjadi kerajinan - Sulit untuk pembebasan tanah bagi
- UU No. 23 Th. 97 tentang - Pengusulan program masih ego- - Tersedianya sumberdaya alam yang kepentingan jalan, sarana irigasi
Lingkungan Hidup sektoral sangat potensial untuk dan bangunan
- UU No. 9 Th. 79 tentang dikembangkan (perikanan laut dan - Langkanya benih dan species ikan
Kepariwisataan darat, pariwisata) sehingga menurunkan produksi
- UU No. 2 Th. 97 tentang - Potensi obyek wisata cukup banyak hasil perikanan
pembentukan Kabupaten dan beragam, seperti Desa Badak - Minimnya pengetahuan para
Tanggamus dan Diparda dan Pantai Karang Putih, dan Sedayu nelayan dan petani ikan baik teknis
- Program rehabilitasi kebun kelapa sebagai antisipasi jalur litas barat maupun perundang-undangan
rakyat di Tugu Papak, Kacapura, - Tanggamus dilewati oleh jalan lintas - Kondisi alam labil (rawan banjir,
Sidomulyo, Betung, Desa Terbaya, barat antara Bandar Lampung- rawan gempa)
Kota Agung, Kp Way Gelang) Bengkulu, Jambi dll - Adanya kegiatan-kegiatan yang
- Tenaga penyuluh kehutanan (PLP/ - Propinsi Lampung termasuk merusak seperti :pengeboman ikan,
PLK) sekitar 80 orang kelompok wilayah tujuan wisata penambangan pasir
- Telah ada Balai Taman Nasional - Tokoh-tokoh adat dapat diajak - Belum adanya TPI dan banyaknya
(TNBBS) bekerjasama tengkulak
- Telah ada RTRW Kabupaten - Adanya potensi Batu Zeolit di Tengor - Adanya masyarakat yang
- Telah ada rencana pembuatan dan Batu Andesit di Padang Ratu mendirikan rumah di sekitar TNBBS
jalan dari Pemerihan ke Menggala - Sabut kelapa untuk industri rumah - Belum selesainya proses Perda
- Ada rencana pembangunan jalan tangga RTRW, sehingga proses
dari Way Nipah ke arah Tanjung sosialisasinya belum efektif
Cina
- UU No. 22 Th. 99 - Kurangnya koordinasi antar instansi - Banyaknya bahan tambang (Zeolit - Abrasi pantai
- Program P3OT terkait dan pasir kuarsa) yang belum - Belum jelasnya hak atas tanah
- Sudah ada tenaga pebina ternak - Sangsi terhadap pelanggar tidak dimanfaatkan - Gangguan hama penyakit di lahan
- Ada 4 orang petugas PPL tegas - Adanya sumberdaya alam/laut yang pertanian
Pertanian - Kurangnya biaya, maupun sarana, sangat berpotensi - Tingginya limbah industri yang
- Adanya SK Bupati dan Instruksi dan prasarana yang tersedia - Home industri ikan asin dan masuk ke wilayah pesisir
Camat untuk program intensifikasi - Minimnya pengetahuan staf tentang penyamak kulit ikan pari serta - Kurangnya kepedulian masyarakat
padi & palawija di semua desa di lingkungan hidup pengusaha tambak terhadap lingkungan hidupnya
Lampung Timur - Kualitas dan kuantitas SDM (Staf) yang - Potensi wilayah sangat menonjol di - Menurunnya hasil pendapatan
- Adanya UU Perikanan masih terbatas sektor perkebunan, pertanian nelayan akibat pengeboman di laut
- Adanya UU Lingkungan Hidup - Belum ada perda yang mengatur - Panjang dan luasnya wilayah pesisir - Alih fungsi lahan sawah dan
- Adanya UU Kehutanan kawasan pantai secara terpadu yang dapat dimanfaatkan greenbelt ke tambak
- Adanya pemberian kredit kepada - Belum disosialisasikannya UU - Adanya pengeboran minyak di pulau - Intrusi air laut
petani, nelayan dan petambak pengairan secara meluas Segama oleh pusat yang merupakan - Perusakan terumbu karang oleh alat
- Adanya program keterpaduan - Kurangnya tenaga lapangan untuk wilayah Lampung Timur tangkap trawl
antar dinas dalam penanganan pendataan statistik, sarana - Luasnya wilayah baku (5.187 Ha) - Pemakaian pestisida pada tambak
program kesejahteraan sosial pengolahan data belum ada, dan dan wilayah fungsi ( 4.436 Ha) yang yang tidak terkontrol
- Adanya program pembinaan & Kantor statistik belum ada dapat dimanfaatkan menjadi daerah - Pendangkalan PPI/muara sungai
pelatihan bagi tenaga - Kurangnya sosialisasi UU Perikanan swasembada pangan - Air bersih masih kurang
kesejahteraan sosial (Kep. Mensos No. 9 Th. 85 - Sebagai wilayah penghasil ternak - Penduduk yang tidak menetap
RI) - Kurangnya petugas lapangan BRI besar dan kecil memudahkan penyebaran penyakit
- Adanya program pemukiman - Beberapa tempat belum terdapat - Adanya industri tepung ikan di Muara hubungan seksual (aids, sipilis, dll)
rehabilitasi sosial daerah kumuh puskesmas pembantu seperti Ds. Gading Mas - Kesadaran sanitasi oleh
- SK Mendikbud tentang Sriminosari - Ikan pari siap dipasarkan (15 ton/ masyarakat masih lemah
penjabaran KK 94 tentang muatan - Sarana telekomunikasi belum ada bulan) - Timbulnya penyakit seperti malaria,
lokal - Sarana diagnosis medis masih kurang - Tepung kulit kerang yang siap demam berdarah
- SK Kakanwil tentang muatan lokal - Kurang tersedianya tenaga pembina diekspor (30 ton/bulan) - Terganggunya waktu belajar akibat
medis - Adanya bahan baku industri kaca musim ikan
- Kurangnya sarana penunjang dan - Jumlah petani tambak dan nelayan - Masyarakat heterogen, dan sering
buku pegangan guru sangat besar yang berpotensi terjadinya kriminalitas
- Belum adanya jalur telekomunikasi sebagai nasabah BRI (perompakan)
(telkom) - Pendapatan masyarakat nelayan/ - Sering terjadi gejolak antara
- Jumlah personil aparat keamanan petambak cukup memadai untuk nelayan maju & tradisional
masih kurang memperoleh pelayanan kesehatan
JUMLAH
LOKASI ACARA TANGGAL PENYELENGGARA PESERTA
PRIA WANITA TOTAL
Ruang Rapat Proyek Pelatihan Pra-Renstra 15-Jun-99 Proyek Pesisir Bapedalda, Bappeda Tk. I, Proyek Pesisir Lampung 1 3 1 1 4
Pesisir
Ruang Rapat Proyek Pelatihan Pra-Renstra 17-Jun-99 Proyek Pesisir LSM Watala, Mitra Bentala, Alas, Yasadhana, PP Lampung 1 4 2 1 6
Pesisir
Ruang Rapat Proyek Pelatihan Pra-Renstra 18-Jun-99 Proyek Pesisir Mapala Unila, Tabloid Koridor, Bisnis Indonesia, LKBN 9 3 1 2
Pesisir Antara, PP Lampung
Bappeda Lampung Pelatihan Pra-Renstra 21-Jun-99 Bappeda Lamsel Bappeda, Dinas Perikanan, Dinas Kehutanan, Dinas 1 7 3 2 0
Selatan Pariwisata, Dinas Pertanian, BLH, Dinas PU
Ruang Sidang Rapat PST/Pembentukan 30-Jun-99 Proyek Pesisir Bappeda Tk. 1, Bupati Lamsel, Bapedalda Tk. 1, Kanwil
Bappeda Propinsi Tim Kerja Renstra PU, Kanwil Hutbun, Kanwil Parsenibud, Kanwil Dephub, 3 2 1 3 3
D. Perikanan, Ling. Hidup Lamsel, Bappeda Kota Bandar
Lampung, PMD, Pemda Lamtim, TNI-AL, D. Kehutanan,
Bappeda Lambar, D. PU Pengairan, GRLKT Seputih, HNSI,
D. Pariwisata, Gappindo, Proyek Pesisir, LSM Mitra Bentala,
Watala, PSL Unila
Bappeda Propinsi Pembahasan Rencana 02-Sep-99 Bappeda Bappeda Prop., Proyek Pesisir, D. Kehutanan Prop., Kanwil
Penyusunan Renstra PU, D. Perikanan Prop., PKSPL IPB, Kanwil Dephub, PMD 2 0 3 2 3
Kawasan Pesisir Prop., Kanwil Parsenibud, D. Pariwisata Prop., D. PU
Lampung Pengairan Prop., Bapedalda Prop., Gappindo, DPD HNSI,
TNI AL Panjang, LSM Mitra Bentala, Koridor
Gedung Pusiban, Pelatihan Renstra / 09-Sep-99 Bappeda FK Parsenibud, Bappeda (Propinsi, Bandar Lampung,
Kantor Gubernur Rencana Strategis Lampung Utara, Lampung Selatan,Tanggamus, Lampung 8 0 9 8 9
Propinsi Lampung Pesisir , John P. Duff Barat), Dinas Perikanan kab./kota, Kanwil (PU, Deptan,
Dephub, Dephutbun, Deparsenibud, Dinas Pariwisata
(Lam-Ut, Lam-Sel), Dinas Kehutanan, PU Pengairan
Propinsi, Think-tank Unila, PMD Propinsi, TNI-AL Panjang,
YPBHI-KBN Lampung, Gappindo, LSM (Walhi, Yasadhana,
Mitra Bentala, Watala, Yamaha Indonesia, Yayasan
Peduli), Pers (Koridor, LKBN Antara, MU Khatulistiwa), LBH,
Universitas Tulang Bawang, DPD HNSI, Proyek Pesisir
Lampung, PKSPL-IPB
Raflesia, Hotel Pelatihan Renstra / 09-Sep-99 Proyek Pesisir Bappeda Propinsi, Bapedalda Propinsi, Dinas Perikanan
Sheraton Metode Renstra , Prop, Dinas Kehutanan Prop, Forum Komunikasi
John P. Duff Parsenibud, MBM Gamma, RRI, Watala, Mitra Bentala, 2 3 4 1 9
PSC Unila, PKSPL-IPB, Proyek Pesisir
Ruang Rapat Rapat Teknis 20-Sep-99 Proyek Pesisir Watala, Mitra Bentala, Dinas Perikanan Propinsi, Bappeda Propinsi, 8 2 1 0
Proyek Pesisir Renstra Unila, Proyek Pesisir Lampung
Bappeda Rapat Pertemuan 30-Sep-99 Bappeda Camat Pesisir Tengah, Camat Pesisir Utara, Camat Pesisir Selatan, 8 1 9
Lampung Barat Teknis Renstra Bappeda, Proyek Pesisir, LSM Watala
Gedung Wanita Workshop Renstra 5-Okt-99 Proyek Pesisir Kasi Pemerintahan, Capem Bengkunat, Camat Pesisir Utara, DPRD 3 3 4 3 7
Kec. Krui untuk masyarakat Lambar, Capem Karya Punggawa, Koperasi Mina Pesona, Nelayan
Lampung Barat Pesisir Tengah, Nelayan Kampung Jawa, Warga Desa Lemong, Warga
Desa Malaya, Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat, Warga Desa Tanjung
Setia, Ibu-ibu PKK Kecamatan, Tim Renstra
Aula Pemda Workshop Renstra 6-Okt-99 Bappeda Camat Pesisir Tengah, Diparda, Kehutanan, Tokoh Masyarakat Pesisir 4 1 2 4 3
Lampung Barat untuk Pemerintah Lampung Barat Selatan, Tokoh Nelayan, Bagian Hukum, Camat Pesisir Utara, BPN,
Camat Pembantu Lemong, Camat Pesisir Selatan, Bappeda, Dinas
PU-K, Camat Pembantu Karya Penggawa, Dinas Pertanian Tanaman
Pangan, Dinas Perikanan, Koperasi Mina Pesona Krui, Dinas PU, Dinas
PKP, Lingk. Hidup, Tata Pemerintahan, Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat,
Camat Pembantu Bengkunat, Tim Renstra
Aula Pemda Workshop Renstra 7-Okt-99 Bappeda Camat Cukuh Balak, Camat Wonosobo, PUK, Tata Pemerintahan, 3 2 1 3 3
Tanggamus untuk Pemerintah Tanggamus Dinas Pariwisata, Kasi Program, Dinas Kehutanan, Dinas Perkebunan,
Dinas Perindustrian, Bappeda, Tim Renstra, TVRI, Tokoh Masyarakat
Bappeda Workshop Renstra 11-Okt-99 Bappeda Tulang Pemda TB, Dinas Perikanan, PT. DCD, Dinas Pertanian, BPN, Bappeda, 1 9 1 2 0
Tulang Bawang untuk Pemerintah Bawang PU. Pengairan, Bappeda Propinsi, Penyusunan Program, Dinas
Perkebunan, Tim Renstra
Ruang Workshop Renstra 12-Okt-99 Proyek Pesisir Gapensi, FK Parsenibud, LKBN Antara, Pemuda Penumangan, Masy. 2 8 0 2 8
Pertemuan untuk Masyarakat Kampung Bugis, Masy. Gedong Aji, Warga Ujung Gunung Ilir,
Rembulan Koperasi nelayan, Warga Desa Bakung Ilir, Warga Desa Pagar Dewa,
Warga Desa Linjai, Warga Desa Teladas, Warga Desa Menggala,
Kadinda TB, Warga Kali Miring, Tim Renstra
Balai Workshop Renstra 14-Okt-99 Bappeda Bappeda Lampung Timur, Dinas Peternakan, Dinkes, Diperta, Statistik, 4 5 0 45
Kecamatan untuk Pemerintah Lampung Timur Dinas Pertambangan, Dinas Pengairan Karya Tani, Diskan, Dinas PU
Labuhan Pengairan Way Curup, BRI Kuala, Dikbudcam Lab. Maringgai, Cabdin
Maringgai P&K Kec. Lab. Maringgai, Dinsos, Kapolsek Lab. Maringgai, Koramil
Lab. Maringgai, Bapedalda, Camat Lab. Maringgai, Camtu Mataram
Baru, Camtu Sribhawono, Camtu Gunung Pelindung, Camtu Malinting,
Kades N. Agung, Sekdes Mataram Baru, Kades Lab. Maringgai, Kades
Karya Tani, Kades Sri Menanti, Sekdes Pidada Jaya, Kades Tebing,
Kades Way Areng, Kades Sri Bhawono, Kades Waringin Jaya, Kades
Tebing, Kades Raja Basa Baru, Kades Karang Anyar, Kades Gading,
Kades Pelindung Jaya, Kades Tulung Pasik, Kades Muara Gading Mas,
Tim Renstra
Aula Bappeda Workshop Renstra 19-Okt-99 Bappeda Bupati LS, Bappeda LS, Dinas Perikanan, Dinas Pariwisata, Dinas 5 2 3 5 5
Lampung untuk Pemerintah PKT, Dinas PU, PU Pengairan Palas, Dinas Pertanian, PMD, BPN,
Selatan Bagian Lingkungan Hidup Setwilda LS, Camat (Padang Cermin,
Katibung, Sidomulyo, Kalianda, Penengahan, Palas), Dinas Tata
Ruang, Kades (Gebang, Karang Tunggal, Ketapang), Tim Renstra
Ruang Sidang Workshop Renstra 21-Okt-99 Bappeda Bappeda, Lurah Kangkung, LKMD, Camat (Teluk Betung Selatan, 5 5 1 4 6 9
DPRD Bandar untuk Pemerintah Teluk Betung Barat, Panjang), PT. Servitia Cemerlang, Lurah Psw,
Lampung dan Perusahaan DPU Kota, PT BBS, Lurah Way Lunik, Humas Pemda, Dinas PU,
Dinas Tata Kota, Bid. Penelitian, Diparda, Bid. Lingkungan Hidup,
PHRI Lampung, TVRI, Dinas Perikanan, HNSI, CV. Bumi Waras, Bag.
Hukum, DPRD Kota BL, Tim Renstra
Ruang Rapat Evaluasi Tim Kerja 26-Okt-99 Proyek Pesisir Tim Kerja Renstra (Bappeda Propinsi, Bapedalda Propinsi, Dinas 1 0 1 1 1
Proyek Pesisir Renstra Kehutanan Prop, Dinas Perikanan Propinsi, PSL Unila, LSM Watala,
LSM Mitra Bentala, Proyek Pesisir)
Rumah Kades Workshop Renstra 2-Nop-99 Proyek Pesisir Masyarakat Cukuh Balak (Petani, Nelayan, Pedagang), Koperasi 3 4 0 3 4
Putih Doh untuk Masyarakat nelayan, Tim Renstra
Pulau Tabuan Workshop Renstra 3-Nop-99 Proyek Pesisir Masyarakat Desa Karang Buah dan Desa Sawang Balak (Petani, 3 7 0 3 7
untuk Masyarakat Nelayan), Tim Renstra
LSM Pratala Workshop Renstra 4-Nop-99 Proyek Pesisir Masyarakat Kota Agung (Petani, Nelayan), LSM Pratala, SPSI 2 4 0 2 4
untuk Masyarakat Tanggamus, LSM Yasadhana, Tim Renstra
Pulau Workshop Renstra 5-Nop-99 Proyek Pesisir Masyarakat Pulau Pahawang, Tim Renstra 1 5 0 1 5
Pahawang untuk Masyarakat
Aula Bapedalda Diskusi Lesson 11-Nop-99 Proyek Pesisir Bapedalda, PKSPL-IPB, University of Hawaii, Dinas Kehutanan, Dinas 1 2 3 1 5
Learned Profiling Perikanan, Bappeda Kota Bandar Lampung, LSM (Yasadhana, Mitra
& Renstra Bentala, Watala), Bappeda Propinsi Proyek Pesisir
Kalianda Resort Analisis Data 15-Nop-99 Proyek Pesisir Tim Renstra (Proyek Pesisir, LSM Watala, LSM Mitra Bentala, PSL 1 3 3 1 6
Renstra Unila, Dinas Kehutanan Propinsi, Dinas Perikanan Propinsi, Bappeda
Propinsi, Bapedalda Propinsi), Proyek Pesisir
Kalianda Resort Analisis Data 16-Nop-99 Proyek Pesisir Tim Renstra (Proyek Pesisir, LSM Watala, LSM Mitra Bentala, PSL 1 3 3 1 6
Renstra Unila, Dinas Kehutanan Propinsi, Dinas Perikanan Propinsi, Bappeda
Propinsi, Bapedalda Propinsi), Proyek Pesisir
Kalianda Resort Analisis Data 17-Nov-99 Proyek Pesisir Tim Renstra (Proyek Pesisir, LSM Watala, LSM Mitra Bentala, PSL 1 3 3 1 6
Renstra Unila, Dinas Kehutanan Propinsi Dinas Perikanan Propinsi, Bappeda
Propinsi, Bapedalda Propinsi), Proyek Pesisir
Pulau Sebesi Workshop Renstra 22-Nop99 Proyek Pesisir Masyarakat Pulau Sebesi, Tim Renstra 2 9 0 2 9
untuk Masyarakat
Pulau Sebesi Workshop Renstra 23-Nov-99 Proyek Pesisir Masyarakat Pulau Sebesi, Tim Renstra 2 9 0 2 9
untuk Masyarakat
Pulau Segamat Survei lapangan 25-Nop-99 Proyek Pesisir Masyarakat, Penjaga Kawasan, Tim Renstra 9 1 1 0
Sheraton Hotel Menganalisis Data 27-Nop-99 Proyek Pesisir Tim Renstra (Bappeda Prop, Bapedalda Prop, Dinas Kehutanan 8 3 1 1
Renstra Prop, Dinas Perikanan Prop, LSM Mitra Bentala, LSM Watala,
Proyek Pesisir), Proyek Pesisir
Bappeda Rapat PST (Tim 3-Des-99 Bappeda Unila, Tim Pantai Timur, Bappeda, Bapedalda, Gappindo, Kanwil 2 7 5 3 2
Propinsi Pengarah) Perhubungan, Dinas Perikanan Prop, TNI-AL Panjang, PWI
Lampung, Sumatera Post, Koridor, Dinas PU Pengairan Prop, LSM
Watala, HNSI Lampung, TVRI SPK Lampung, Proyek Pesisir
Proyek Pesisir Membuat Draft 4-Jan-00 Proyek Pesisir Bapedalda Prop, Diskan Prop, Bappeda Prop, PSL Unila, LSM Mitra 9 1 1 0
Renstra Bentala, LSM Watala, Proyek Pesisir
Proyek Pesisir Rapat Tim Kerja 8-Feb-00 Proyek Pesisir Bappeda Prop, Bapedalda Prop, Diskan Prop, LSM Mitra Bentala, 8 1 9
Renstra LSM Watala, Proyek Pesisir
Hotel Salak Rapat dengan Tim 25-Feb-00 Proyek Pesisir PKSPL - IPB, Proyek Pesisir 5 1 6
Bogor Pembelajaran
PKSPL-IPB
Hotel Mambruk, Penyelesaian Draft 26-Mar-00 Proyek Pesisir Proyek Pesisir, Tim Kerja Renstra, PKSPL-IPB 1 5 3 1 8
Anyer-Jabar Renstra s/d 29-Mar
-00
Hotel Kartika Workshop Draft 7-Apr-00 Bappeda Bappeda Prop, Bapedalda Prop, Dinas (Perikanan, Pariwisata, 6 9 1 0 7 9
Renstra Kehutanan, PU Pengairan) Prop, Bappeda Kota/Kab se Prop
Lampung, Dinas (Perikanan, Pariwisata, Kehutanan, PU) Kota/Kab
se Prop Lampung, LSM Prop Lampung, Media Massa (cetak dan
elektronik)
Wilayah Pesisir:
Daerah pertemuan lingkungan daratan dan lingkungan laut.
Ke arah laut wilayah ini meliputi 12 mil pantai dan kearah
darat sampai ke wilayah dimana pengaruh phenomena
lingkungan laut masih dirasakan atau dijumpai.
A D L
abrasi 31, 80 daerah aliran sungai (DAS) 34, 36 Labuhan Maringgai 12
administrasi Lampung Barat 80 debit air 36 limbah industri 16, 30, 31, 34
air tanah 34, 35, 42, 80 degradasi 31, 32, 42 LIT (Line Intercept Transect) 14
Akua Kultur 64, 79 Lamun 12, 20, 29, 32
alat tangkap, 39, 40, 79
E F
angin 9 erosi 11, 12, 30
api-api (Avicennia alba, Avicennia marina) 11, 80 ekosistem 1, 10, 30, 33, 36 mangrove 11
arahan pengembangan lahan pertanian 64
Action Planning 79
Agro Industri 16, 79
Amdal 27, 34, 79
fringing reefs 31
G
gelombang 9, 11
gempa 20, 31, 41
P
geologi 12 Padang Cermin 12
B
bagan 5, 10, 16, 31, 79 pariwisata 11, 31, 32, 33, 38, 39
bakau (Rhyzophora stylosa) 11 pariwisata bahari 38, 39
pasang surut 1
H I
Bakauheni 9, 10 hutan mangrove 11, 27, 28
Bandar Lampung, 2, 9, 14, 17, 31, 69 hutan rawa 36 patahan 41, 42
bakau (Rhizophora stylosa) 11 intrusi 17, 42 patch reefs 31
bangau tontong (Leptoptilus javanicus) 11 pemanfaatan sumberdaya pesisir 27
banjir 22, 35, 41, 42 pengeboman 26
K
Barringtonia 29 Kabupaten Lampung Barat 2, 43, 70 penyebaran penduduk 14
batuan 5, 11, 80 Kabupaten Lampung Selatan 17, 41 pengelolaan wilayah pesisir 2, 5, 16, 24, 25
BOD 11, tabel 12, 26, tabel 28 Kabupaten Lampung Timur 17, 43 pencemaran perairan 14
budidaya mutiara 16, 39, 40 Kabupaten Tanggamus 2, 65 pengembangan lahan pertanian 45
budidaya udang, 15, 79 Kabupaten Tulang Bawang 2, 20, 68 penyu 12, 31, 33, 36
Bukit Barisan 9, 13, 29, 32, 36 kawasan konservasi 13, 37 perikanan tangkap 39, 41
buta-buta (Bruguiera parviflora, Excoecaria Kalianda 9, 10, 32, 39 perikanan budidaya 39, 40
agallocha) 11 kekeruhan, 16, 33 perkebunan kelapa 14
kepedulian masyarakat 34, 35, 44 PMDN 16
Kepulauan Krakatau 13, 70 PMA 16
C
cagar alam laut 13, 14, 17, 36 kerang mutiara 28, 39, 40 program transmigrasi 14
COD 16 ketapang 12 prokasih 16
coliform 35 Krui 12 pulau-pulau kecil, 11, 17, 20
kualitas air 15, 30, 33, 42 peran serta masyarakat 33, 36
W Z
reklamasi pantai 14, 31 Tanjung Keramat 14, 36 WZ
rencana strategis 24, i Teluk Lampung 28, 30, 37 Way Kanan 2
rencana tata ruang wilayah (RTRW) 17, 28, 29 Teluk Semangka 24, 31, 36 Way Penet 36
terumbu karang 29, 31, 32 Way Sekampung 17, 36, 41
S
sanitasi lingkungan 78 TPI 14 Way Seputih 36
satwa liar, 37 topografi 1 wisatawan, 11, 31, 32
sedimentasi 12, 16, 31 Tulang Bawang, suaka marga satwa 12, 13, 16 zona pemanfaatan 44
sumberdaya ikan 62
sungai besar 16